Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN PRE MATUR

KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH

oleh

Kelompok 16

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN PRE MATUR
KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Anak dengan


dosen pengampu: Ns. Peni Perdani Juliningrum. M.Kep.

oleh
Kelompok :

Vivi oktaviana wulandari 152310101052


Havivah 152310101173

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang


dari ke-37 minggu antara (2 minggu-37 minggu) atau dengan berat janin kurang
dari 2500 gram. Masalah yang harus ditangani paling utama pada persalinan
prematur adalah bayinya, semakin muda usia kehamilannya maka semakin besar
juga morbiditas dan mortalitasnnya (Saifuddin,2009).

Persalinan prematur yang menjadi penyebab utama yaitu 60-80%


morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka
kejadian prematur sekitar 19% dan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran
di indonesia diperkirakan sebanyak 5.000.000 orang per tahun, maka dapat
diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun
yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Penyebab kematian tersebut
antara lain asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma
persalinan (2-7%) dan cacat bawaan (1-3%) (Kurniasih,2009).

Setiap tahun dilaporkan ada sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia,
lebih dari satu dalam 10 kelahiran. Kelahiran prematur meningkat tiap tahun
hampir di sumua negara. Word health organization (WHO) menargetkan bahwa
hingga tahun 2015, 16 juta bayi dapat di selamatkan. Namun, pada kenyataannya
tingkat penurunan untuk pengurangan angka kematian masih tidak mencukupi
untuk mencapai target yang di terapkan. Salah satu hambatan untuk kemajuan
MDGs sehingga gagal untuk mengurangi kematian bayi yaitu kematian akibat
tunggal prematuritas (WHO,2012).

Berbagai upaya untuk mengantisipasi terjadinya persalinan prematur tetapi


hasilnya tidak maksimal, mulai dari upaya pencegahan primer seperti
menghilangkan faktor resiko mulai antenatal yang baik atau pengawasan ibu
hamil dengan riwayat persalinan prematur atau riwayat kegugura berulang. Upaya
yang dilaksanankan dalam mencegah terjadinya persalinan prematur adalah
pemeriksaan kehamilan secara teratur, diet, sehat, tidak merokok atau meminum
alkohol, cegah stress.

1.2 Rumusan Masalah


1. apa yang dimaksut prematuritas ?
2. apa saja klasifikasi bayi prematur ?
3. bagaimana penampilan bayi prematur ?
4. bagaimana penilaian umur bayi prematur ?
5. apa saja persoalan yang dihadapi bayi prematur ?
6. apa saja masalah yang sering dihadapi bayi prematur ?
7. apa saja manajemen bayi prematur ?

1.3 Tujuan

1. untuk memenuhi tugas keperawatan anak dan untuk menambah wawasan


terkait dengan kelahiran bayi prematur

2. untuk memahami lebih luas terkait dengan bayi prematur pada pembaca
dan penulis untuk menegakkan diagnosis pada bayi prematur
BAB I. TEORI

2.1 Pengertian

Prematur adalah kelahiran bayi yang terjadi sebelum usia kehamilan


mencapai 37 minggu ( Farrer,2001).

Menurut definisi WHO, pengertian bayi prematur adalah bayi lahir hidup
sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir).
Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37
minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir
dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi premature adalah


bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang. Dengan demikian,
persalainan premature dapat terdiri dari :

a. Persalinan premature dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan


berat badan janin sama untuk masa kehamilan (SMK).
b. Persalinan premature dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan
berat badan kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Prematur dilatasi serviks yang progesif setelah usia kehamilan 20 minggu
dan sebelum minggu ke 37. Persalinan premature dengan selaput ketuban utuh
terjadi pada lebih dari 50% kasus yang ditemukan di unit maternitas.

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi Prematur terdiri dari beberapa macam, menurut para ahli.


Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:
(Krisnadi, 2009).

1. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)


2. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very
preterm)
3. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur
(extremely preterm)

Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:

1. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
2. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Sangat Rendah (BBLSR)
3. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER).

Klasifikasi menurut WHO

1. Sangat Prematur kehamilan usia 24-30 minggu dengan BB 1000-1500 g,


pada usia bayi ini sangat sulit untuk hidup, kecuali dengan inkubator
canggih, dampak sisanya menonjol terutama pada IQ neurologis dan
pertumbuhan fisiknya
2. Prematur sedang usia kehamilan 31-36 minggu dengan BB 1501-2000 g
pada usia ini bayi masih bisa hidup dengan perawatan canggih tanpa
berdampak sisa yang berat.
3. Prematur borderline usia kehamilan 36-38 minggu BB 2001-2499 g LK
33cm LD 30 cm PB 45 cm, prematur dorderlain masih sangat mungkin
hidup tanpa dampak sisa yang berat akan tetapi ada kemungkinan gangguan
nafas, daya hisap lemah, tidak tahan terhadap hipotermia dan mudah terjadi
infeksi.

2.3 Penampilan
Menurut ( Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003)
a. Ukuran fisik
1. Usia kehamilan <37 minggu
2. BB < 2500 gram
3. PB < 45 cm
4. LK 33 cm,
5. LP 30 cm, sehingga kepala tampak lebih besar
b. Gambaran fisik
1. Kulit tipis dan transparan sehingga gerakan peristaltik uterus terlihat
2. Kurus, lelargis (mengantuk)
3. Resistensi terhadap rotasi kepala atau gerakan pasif tungkai tidak ada
4. Telapak tangan dan kaki tidak mempunyai garis-garis alur serta ditutupi
oleh lanugo yang lurus.
5. Otot masih lemah sehingga nafas lemah, tangis masih lemah-merintih
dan kemampuan menghisap lendir kurang.
6. Tumit mengilap, telapak kaki halus
7. Alat kelamin pada bayi laki-laku pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Sedangkan bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora
8. Fungsi syaraf kurang matang, mengakibatkan refleks isap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak aktif dan tangisan lemah.
9. Jaringan kelenjar mame masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
10. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit

2.4 Penilaian Umur

Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan


kesakitan menurun dengan meningkatnya umur kehamilan. Menurut Dobewits
taksiran mauritas neonatus ditetapkan melalui penilaian 11 tanda fisik luar dan 10
tanda neurologik.

1. Karakteristik fisik eksternal dinilai, kemudian diberi nilai sesuai dengan


panduan, lalu nilai yang diperoleh dijumlah, hasil penjumlahan ini disebut
nilai E
2. Karakteristik neurologis dinilai, kemudian diberi nilai sesuai dengan
panduan, lalu nilai yang diperoleh dijumlah, hasil penjumlahan ini disebut
nilai N
3. Jumlah karakteristik eksternal ditambah dengan jumlah nilai karakteristik
neurologik (jumlah nilai E + jumlah nilai N) hasil penjumlahan ini disebt
angka perhitungan total.
4. Angka perhitungan total, dimasukan dalam grafik umur kehamilan bayi
menurut dubowits, lalu ditarik garis lurus ke atas sampai pada garis miring
yang terdapat di tengah-tengah grafisk, kemudian ditarik garis kesamping
kiri ke arah patokan umur

Penjelasan :

1. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya lapisan pelindung secara bertahap. Oleh karena itu,
kulit akan mengering dan menjadi kusut dan mungkin akan timbul ruam.Pada
jangka panjang, janin dapat mengalihkan mekonium ke dalam cairan ketuban. Hal
ini dapat menambahkan efek untuk mempercepat proses pengeringan,
menyebabkan kulit mengelupas, menjadi retak seperti dehidrasi, kemudian
menjadi kasar.
2. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Pada orang dewasa, kulit
tidak memiliki lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar minggu 24 sampai 25 dan
biasanya muncul terutama di bahu dan punggung atas, pada minggu 28
kehamilan. Penipisan terjadi pertama di atas punggung bawah, karena posisi janin
yang tertekuk. Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih besar pada daerah
lumbo-sakral. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki lanugo
berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai mendekati atau melampaui
usia kehamilan.
3. Garis Telapak Kaki
Bagian ini berhubungan dengan lipatan di telapak kaki. Penampilan
pertama dari lipatan muncul di telapak anterior kaki. ini mungkin berhubungan
dengan fleksi kaki di rahim, tetapi bisa juga karena dehidrasi kulit.

4. Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang untuk
tumbuh dengan estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung pada status gizi
janin. pemeriksa catatan ukuran areola dan ada atau tidak adanya stippling
5. Mata / Telinga
Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian konfigurasi
dan peningkatan konten tulang rawan sebagai kemajuan pematangan. Penilaian
meliputi palpasi untuk ketebalan tulang rawan, kemudian melipat pinna maju ke
arah wajah dan melepaskannya.
6. Genitalia Pria
Testis janin mulai turun dari rongga peritoneum ke dalam kantong skrotum
pada sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri mendahului testis kanan yang
biasanya baru memasuki skrotum pada minggu ke-32.
7. Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus dinaikan sedikit, sekitar
45 ° dari horizontal dengan bayi berbaring telentang. hal ini menyebabkan klitoris
dan labia minora menonjol. Dalam prematuritas ekstrim, labia dan klitoris yang
datar sangat menonjol dan mungkin menyerupai kelamin laki-laki.

2.4 Persoalan yang Dihadapi Bayi Prematur

Persoalan yang dihadapi bayi prematur terutama di bagian organ yaitu :

1. Termoregulator, masih prematur sehingga fungsi masih belum optimal


sebagai pengatu kehilangan panas badan
2. Masalah paru, pusat pengaturan paru di medulla oblingata masih belum
sepenuhnya dapat mengatur pernafasan. Tumbuh kembang paru masih
belum matur sehingga sulit berkembang dengan baik, sehingga otot
pernafasan masih lemah sehingga tangis bayi prematur terdengar lemah dan
merintih.
3. Gastrointestinal, belum sempurna sehingga tidak mampu menyerap asi yang
sesuai kemampuannya dan pengosongan lambung terlambat sehingga
menimbulkan distensi lambung dan usus.
4. Hati,belum matur sehingga kurang berfungsi untuk mendukung
metabolisme seperti cadangan glikogennya rendah, metabolisme bilirubin
rendah menimbulkan hiperbilirubinemia yang selanjutnya akan
menyebabkan ikterus sampai terjadi timbunan bilirubin dalam otak.
5. Ginjal, masih prematur sehingga tidak sanggup untuk mengukur air
elektrolit dan pengaturan protein darah masih kurang sehingga bisa terjadi
hipoproteinemia.
6. Tendensi, pembuluh darah masih rapuh, sehingga permeabilitasnya tinggi,
yang memudahkan terjadinya ekstravasasi cairan dan mudah edema,
gangguan keseimbangan faktor pembekuan darah sengingga terjadi
pendarahan.
2.5 Masalah yang Sering Dihadapi

Masalah yang terjadi bayi prematur menurut (Bobak, Lowdermilk dan


jensen, 2014). Pada bayi prematur digaris batas memiliki masalah yang sering
muncul yaitu adanya ketidakstabilan tubuh, kesulitan menyusui,
ikterik,respiratory distress syndrome (RDS), selain itu adannya ketidak stabilan
tubuh, pengaturan glukosa,RDS,ikterik, anemia,infeksi, kesulitah menyusui. Serta
hampir semua bayi sangat prematur memiliki masalah komplikasi yang berat.
Sedangkan menurut Hull dan johnston (2008), masalah yang sering terjadi pada
bayi prematur yaitu :

1. Kesulitan bernafas
Akibat imaturitas, bayi akan kesulitan bernafas karna pengembangan
paru kerja pernafasaan sangat meningkat karena sindrom gawat nafas
idiopatik
2. Imaturitas hati
Ikterus fisiologi sering menjadi lebih nyata dan lebih lama pada bayi
prematur. Namun, dengan perawatan yang cermat, pemberian minum sejak
dini serta penggunaan fototerapi. Diduga bahwa otak bayi prematur resiko
kerusakan yang lebih besar akibat kadar bilirubin yang tinggi.
3. Infeksi
Akibat kulit yang tipis dan daya imunitas yang terbatas maka bayi
prematur lebih rentan terhadap infeksi karena daya tahan yang lemah.
4. Enterokolitis nekrotikans (EKN)
Keadaan serius yang mempengaruhi usus dalam 3 minggu pertama.
Hal ini lebih sering terjadi pada bayi prematur yang paling kecil.
Penyebabnya belum diketahui , tapi cedera hipoksia pada dinding usus
mungkin berhubungan dengan keteterisasi vena umbilikalis, serangan
epneu, septokemia, dan kolonisasi usus oleh organisme tertentu karna
faktor presipitasi.
5. Retinopaty of prematurty
Bayi prematur yang menghirup gas campuran dengan konsentrasi
oksigen yang tinggi mempunyai resiko terjadinya vaskularisasi abnormal
dibelakang mata. Walaupun dilakukan pengendalian kadar oksigen secara
ketat, beberapa bayi sangat imatur akan mengalami retinopaty of
prematurty dan sebagian akan menjadi buta persial ataupun buta komplet.
6. Difisiensi nutrisi
Segera setelah bayi prematur beradaptasi dengan kehidupan ekstauteru
dan makanan telat diberikan, bayi prematur akan tumbuh sengan laju yang
serupa denga pertumbuhan yang akan dicapai dan laju pertumbuhan tinggi
dapat menimbulkan defidiensi vitamin sehingga perlu duberikan suplemen
vitamin
7. Bahaya lain
Bayi prematur sering lahir tanpa diduga dan punya resiko lebih besar
untuk mengalami asfiksia selama kelahiranm dan cedera pada jaringan
yang rentan, bayi prematur rentan juga mudah cedera akibat prosedur
perawatan dan prosedur medis

Selain yang terjadi di atas, juga ada beberapa menurut Dokter indonesia
yang menyebutkan beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada bayi prematur,
yaitu :

1. Asfiksia, dimana bayi bernafas tidak spontan, teratur dan adekuat.


Sehingga saat dilahirkan sering dibantu dengan resusitasi pernafasan
(nafas tambahan)
2. Gangguan susunan saraf pusat, karena susunan saraf pusat atau otak belum
berkembang secara matang, gangguan yang sering terjadi yaitu pendarahan
otak.
3. Gangguan sistem pernafasan, jika paru-paru belum matang maka paru
tidak berkembang secara sempurna sehingga berakibat bayi sesak.
4. Hipotermi, suhu tidak stabil dan cenderung hipotermi ( suhu dibawah 36,5
cellcius), stres dingin ini dapat mengakibatkan kondisi tubuh bayi
menurun bahkan dapan mengancam jiwa. Hipotermi disebabkan produksi
panas yang kurang, dan kehilangan panas yang tinggi. Hal ini terjadi karna
permukaan tubuh relative luas, lemak subkutan kurang terutama lemak
coklat.
5. Gangguan fungsi jantung, gangguan fungsi jantung yang sering terjadi
yaitu PDA (persisten duktus arteriousus) atau tidak menutupnya salurang
pembuluh darah di sekitar jantung, hal ini dapat mengakibatkan denyut
jantung semakin cepat, sindrom gawat ganas, dan gagal jantung.
6. Mudah terjadi kuning, karena usia sel darah merah merusak terlalu cepat
pada bayi premature.
7. Retinopati prematur, kekurangan matangnya pembuluh darah di retina
mata, sering mengakibatkan gangguan retina mata sehingga bisa
mengalami kebutaan

2.6 Manajemen bayi prematur

Penanganan umum perawatan BBLR atau prematur setelah lahir adalah


mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan
infeksi, antara lain :

1. BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya upaya yang paling efektif
mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan
menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau
perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan
kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara
selalu menggendongnya.
2. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi
prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya
terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal. bayi ini
mempunyai refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat
lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke
mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung.
3. Bayi prematur sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir.
Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang
bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak
mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan
jadwal.
BAB II. STUDI KASUS

Ny. P umur 27 th kehamilan pertama berumur 34 minggu dibawa ke rumah sakit


Harapan Ibu karena merasa sakit perut sejak dua hari yang lalu. Karena
ketubannya sudah pecah maka dengan dokter Obsgyn langsung dilakukan SC.
Bayi tersebut lahir dengan berat 2,1 kg, dengan panjang 45 cm serta memiliki
pernafasan yang kurang matang sehingga terlihat sesak nafas. Lingkar kepala
yaitu 33 cm. Pernafasan 77 kali.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian :
1. Identitas Pasien
Nama : By. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tgl. Lahir : Jember, 10 April 2027
Umur : 4 hari
Anak Ke : Satu (pertama)
Nama Ayah : Tn. W
Nama Ibu : Ny. S
Pendidikan Ayah : SLTA
Pendidikan Ibu : SLTA
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kedung Rukem Tengah No. 4
Tanggal MRS : 14 April 2017 (di Ruang Neonatologi)
Diagnosa Medis : NP/BBLR/SMK
Sumber Informasi : Status/rekam medik
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
1.1 Keluhan utama : Bayi lahir prematur (34 minggu),
BBLR (2100 gram), melalui SC (Sectio Caesar).
1.2 Lama keluhan : 4 hari.
1.3 Akibat timbulnya keluhan : Bayi dirawat terpisah dari ibu
secara intensif.
1.4 Faktor yang memperberat : tidak ada.
1.5 Upaya untuk mengatasi : dirawat di Ruang Neonatologi.
1.6 Lainnya : tidak ada.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu

2.1 a. Prenatal : ibu eklamsi.

b. Natal : lahir melalui sectio caesaria.

c. Post-Natal : apgar score 7-9; BB= 2100 gram; PB= 47 cm;


LK= 32 cm; LD= 30 cm; LLA= 12 cm.

2.2 Luka/operasi : tidak ada.

2.3 Alergi : tidak ada.

2.4 Pola kebiasaan : tidak terkaji.

2.5 Tumbuh kembang : tidak dikaji.

2.6 Imunisasi : belum diimunisasi.

2.7 Status gizi : penurunan BB= 2100 gram menjadi 2000 gram.

3. Riwayat kesehatan keluarga

3.1 Komposisi keluarga : Belum bertemu orangtua klien. Klien tinggal


bersama ayah, ibu & pem-bantu.
3.2 Lingkungan rumah dan komunitas : tinggal di kampung yang padat
penduduknya.
3.3 Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga :ayah tamatan SLTA &
bekerja swasta dengan dibantu oleh ibu.
3.4 Kultur dan kepercayaan : adat Jawa.
3.5 Fungsi dam hubungan keluarga : klien merupakan anak pertama sehingga
keluarga berharap banyak.
3.6 Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : ibu belum dapat me-
nyusui klien.
3.7 Persepsi keluarga tentang penyakit klien :keluarga pasrah terhadap apa
yang terjadi & menerima-nya.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Khusus Neonatus
a. Reflek moro : baik
b. Reflek menggegam : baik
c. Reflek menghisap : kurang
d. Tonus otot/aktivitas : menggerakkan tangan dan kaki ( lemah)
e. Kekuatan menangis : lemah/pelan
2. Anak dan neonatus
a. Keadaan umum
Lemah, aktivitas kurang, lebih banyak tidur, tangis cukup, BB = 1400
gr, PB = 42 cm, LK = 30 cm, suhu; 36.8 C, Nadi:148 x/menit, RR : 42
x/mt.
b. Kepala
Bentuk bulat, rambut lanugo (+) dipelipis dan telinga, kepala simetris
(+), ubun-ubun besar (fontanela mayor) belum menutup, cembung (-),
cekung (-), sutura ; melebar (-), tampak kebiruan pembuluh darah akibat
tusukan infus.
c. Mata
Mata lebih banyak terpejam, reflek membuka (-), sclera mata ; ikterik (-
), hiperemi (-), konjuctiva anemi (+), udem palpebra (-), pergerakan
bola mata bisa kesegala arah
d. Telinga
Terdapat rambut lanugo pada daun telinga, simetris (+), bila dipegang
lembut dan keduanya bersih, serumen (-)
e. Hidung
Atresia koani (-), septum tidak ada deviasi (normal), kedua bersih dan
terpasang sonde pada lubang sebelah kanan.
f. Mulut
Reflek menelan dan menghisap lemah, labioskhisis (-), palatoskisis (-
), cyanosis (-)
g. Tenggorokan
tidak ada kelainan
h. Leher
Reflek tonik neck lemah, kaku kuduk (-)
i. Dada
Bentuk simetris (+), retraksi interkostae jelas, kulit tipis.
j. Paru-paru
Pernafasan kadang tidak teratur, gerakan dada simetris (+), bunyi
sonor (+)
k. Jantung
S1, S2 tunggal, murmur (+)
l. Abdomen
Terlihat banyak pembuluh darah, distensi (-), bising usus (+)
m. Ginjal
BAK lancar dan frekwensi berkemih ± 6-7 x/hari
n. Genetalia
Kedua testis belum turun, hipospadia (-), terdapat luka kemerahan dan
basah disekitar scrotum.
o. Rektum
Anus (+), diare (-), BAB 1x/hr, dekubitus disekitar kulit bokong (+),
terkelupas, basah dan kemerahan.
p. Ekstremitas
Pergerakan masih lemah dan kurang, tonus otot sangat lemah.bayi
lebih banyak tidur terlentang, tampak kebiruan pada kaki dan tangan
akibat tusukan infus dan ambil darah. Kulittipis , lemak bawah kulit
(-)
q. Punggung
Lecet (-),Lordosis (-), scoliosis (-), kiposis (-)
r. Neurologi
Reflek baik
s. Endokrin
Tidak ada kelainan

IV. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Nutrisi dan metabolisme : ASI/PASI 12x25 cc.


2. Eliminasi : BAB/BAK biasa.
3. Istirahat dan tidur : cukup (± 18 jam sehari).
4. Aktifitas dan latihan : lemah.
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN

No. Tanggal/jam Data Fokus Etiologi Problem


1. 14 april 2017 DS : Imaturitas Gangguan
08.00 DO : - Bayi sistem pertukaran O2
tampak sesak pernafasan b/d Asfiksia
nafas
- RR 77
x / menit

2. 14 April 2017 DS: - Refleks Ganguan


08.00 DO: mengisap nutrisi kurang
- daya isap lemah dari kebutuhan
lemah tubuh bd
(letargi) Volume refleks
- BBL =2100 lambung menghisap
gr (17/5) berkurang lemah
-BBLR hari
perawatan ke
4 Waktu
- Keadaan pengosongan
umum lemah lambung
- Bayi meningkat
terpasang
sonde
Daya absorpsi
lemak, vit, dan
mineral
menurun
Kebutuhan
nutrisi bayi
meningkat

Gangguan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
3. 14 April 2017 DS=- Kelemahan Resiko
08.00 DO: tonus otot dan Gangguan
-Kulit jaringan kulit Integritas Kulit
disekitar tipis bd kelemahan
bokong, anus tonus otot dan
dan kulit jaringan kulit
terkelupas tipis
basah dan Kelemahan
kemerahan fisik
- bayi tidur
terlentang
- Kebiruan Penekanan
pada kepala, yang lama
le-ngan dan pada satu
kaki bekas posisi bagian
tusukan infus. tubuh
-BBLR hari
perawatan ke
23 angkutan O2
- Keadaan dan Nutrisi
umum lemah terganggu
Nekrosis
jaringan

Kerusakakn
integritas kulit.
4. 14 April 2017 Kerentanan Risiko
08.00 bayi/ terhadap
immaturitas, infeksi
bahaya berhubungan
lingkungan, dengan
luka terbuka kerentanan
(tali pusat). bayi/im-
maturitas,
bahaya
lingkungan,
luka terbuka
(tali pusat).

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran O2 bd Asfiksia


2. Resiko Gangguan Integritas Kulit kelemahan tonus otot dan jaringan kulit
tipis
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd refleks menghisap
lemah
4. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan bayi/im-
maturitas, bahaya lingkungan, luka terbuka (tali pusat).
No Tujuan kriteria hasil Intervensi Implementasi

1 Setelah dilakukan - Atur posisi kepala - Mengatur posisi


tindakan keperawatan bayi sedikit ekstensi kepala bayi sedikit
3x 24 jam di harapkan - Therapy O2 sesuai ekstensi
gangguan pertukaran kebutuhan - Memberikan terapi
O2 kembali normal, - Monitor irama, O2
dengan criteria hasil: kedalaman frekuensi - Memonitor irama,
- Nafas spontan pernafasan bayi kedalaman frekuensi
- Frekuensi nafas - Kolaborasi pernafasan bayi
normal 30-76x/ menit pemberian obat - melakukan kolaborasi
- Sianosis negatif sesuai kebutuhan pemberian obat
2 Setelah dilakukan - Ganti - Mengganti popok/
tindakan keperawatan popok/pakaian bayi pakaian bayi yang
3x 24 jam diharapkan setiap kali basah basah.
suhu tubuh bayi dalam - Berikan talk setiap - Mengukur suhu tu-
batas normal, dengan mengganti popok/pa- buh klien & suhu
criteria hasil: kaian. lingkungan.
- Suhu tubuh dalam - Mambasuh dengan - Mengkaji status
batas normal 36,5˚C- lembut kulit yang infant, apakah terdapat
37,5 ˚C sehat, terutama pada stress terhadap dingin.
- Bayi tidak rewel daerah yang tertekan. - Melakukan masase
- Bayi bisa tidur - Monitor terus dengan lembut pada
- Sekresi keringat kondisi/ perubahan punggung bayi.
tidak tampak yang terjadi - Mengukur TTV: su-
hu= 36,8oC, HR=
148x/mnt, RR= 40x/
mnt.

3 Setelah dilakukan - Kaji reflek hisap - Mengkaji reflek hisap


tindakan keperawatan dan menelan bayi dan menelan bayi
selama 3x 24 jam - berikan susu botol - Memberikan susu
diharapkan kebutuhan dan sonde 20cc tiap botol & sonde 30 cc
cairan dan elektrolit 2 jam tiap 2 jam.
dapat terpenuhi, - Timbang BB/ hari - menimbang BB
dengan Kriteria hasil: dengan timbangan pasien/ hari
- Turgor kulit elastic yang sama - Menghitung kebutu-
- Tidak terjadi - hitung kebutuhan han cairan bagi klien.
penurunan berat badan cairan pasien - Memberikan PASI
- Retensi cairan - berikan kebutuhan sebanyak 7,5 cc
normal PASI pasien - Mendiskusikan de-
- diskusikan ngan orangtua apakah
pemberian asi klien bisa diberikan
dengan ibu klien ASI langsung dari
ibunya
4 Selama perawatan - Kaji tanda2 infeksi - mengaji tanda2
tidak terjadi Isolasi bayi dengan infeksi
komplikasi (infeksi) bayi lain - menCuci tangan
Kriteria - Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Tidak ada tanda- sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
tanda infeksi. kontak dengan bayi - menggunakan masker
- Tidak ada gangguan - Gunakan masker setiap kali kontak
fungsi tubuh setiap kali kontak dengan bayi
dengan bayi - mencegah kontak
- Cegah kontak dengan orang yang
dengan orang yang terinfeksi
terinfeksi - memasastikan semua
- Pastikan semua perawatan yang kontak
perawatan yang dengan bayi dalam
kontak dengan bayi keadaan bersih/steril
dalam keadaan
bersih/steril
EVALUASI

No tgl/jam Eval TTD


14 April 2017 S:
15.00 O: -bayi terlihat
sesaknya
berkurang
- R : 76x/menit
- Retraksi rongga
epigastrium HV
- Tidak terjadi
cyanosis
A: Masalah teratasi
sebagian

P: lanjutkan
intervensi

14 April 2017 S:
15.00 O: -bayi terlihat
Tidak terjadi
penurunan berat HV
badan
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan
intervensi
14 April 2017 S:
15.00 O: - keadaan umum
bayi lemah dan
geraknnya
kurang aktif
- Bayi masih
dalam incubator
- Bayi di bedong
dengan kain
yang bersih dan
hangat
- Kulit tipis, HV
belum terbentuk
jaringan lemak
A: masalah teratasi
P: lanjutkan
intervensi
14 April 2017 S:
15.00 O: - Tidak ada HV
gangguan fungsi
tubuh A:
masalah teratasi
P: lanjutkan
intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Dokter indonesia, (2009) Info bayi prematur,


https://bayikuprematur.com/2009/04/18/permasalahan-bayi-prematur/
Farrer, H. (2001). Perawatan maternitas. Jakarta : Kedokteran EGC

https://books.google.co.id/books?id=8svztyjUXN8C&pg=PA214&dq=

Manuaba, I.(2003). Kuliah obstetri. Jakarta : Kedokteran EKG.


https://books.google.co.id/books?id=KSu9cUd-
cxwC&pg=PA433&lpg=PA433&dq=Persoalan+yang+dihadapi+bayi+prem
atur&source=bl&ots=HTYY9OcwJV&sig=TOZkaVvwHiYzzfH9K2GEtzA
O500&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Persoalan%20yang%20di
hadapi%20bayi%20prematur&f=true
prematur&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=prematur&f=false

Krisnadi. 2009. Prematuritas. Bandung: Refika Aditama


Kurniasih, Shinta.2009. persalinan prematur. http://jurnal.unimus.ac.id/

Surasmi, A. (2002). Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta : Kedokteran EGC

Saifuddin, A B.2006. Standar Pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta:


gaya baru.

Anda mungkin juga menyukai