Anda di halaman 1dari 52

0

YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM RIAU


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL (UMK) OLEH


DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN PASAMAN PROVINSI
SUMATERA BARAT

USULAN PENELITIAN

Oleh:

BAGINDA SRIRAJA SAMUEL SITORUS


NPM : 137310581

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

PEKANBARU
2019
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi pemerintah yang utama adalah menyelenggarakan pelayanan

umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen pemerintah untuk

mewujudkan pelayanan publik yang efisien, efektif, berkeadilan, transparan dan

akuntabel. Hal ini berarti bahwa untuk mampu melaksanakan fungsi pemerintah

dengan baik maka organisasi birokrasi harus profesional, tanggap, aspiratif

terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan hal tersebut

pembinaan aparatur negara dilakukan secara terus menerus, agar dapat menjadi

alat yang efisien dan efektif, bersih dan berwibawa, sehingga mampu

menjalankan tugas-tugas umum pemerintah maupun untuk menggerakkan

pembangunan secara lancar dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian

terhadap masyarakat.

Kedudukan pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 tentang pemerintahan daerah, Negara

Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, tiap-tiap provinsi, kabupaten dan

kota mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang.

Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan, pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota.

1
2

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

melalui pasal 1 ayat (2) Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka pelaksanaan azas desentralisasi, maka dibentuk dan

disusun daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang berwenang

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berlandaskan aspirasi masyarakat. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang tidak

berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud meliputi:

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 14 dan 15

menyatakan bahwa:

Ayat 14. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh semua Daerah.
Ayat 15. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki
Daerah.

Selanjutnya dalam urusan wajib dan pilihan tersebut di atur lebih

terperinci dalam Pasal 12 ayat (1, 2, dan 3) yang berbunyi:

(1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
3

e. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan


f. Sosial.
(2) Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:
a. Tenaga kerja;
b. Pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. Pangan;
d. Pertanahan;
e. Lingkungan hidup;
f. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. Pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. Perhubungan;
j. Komunikasi dan informatika;
k. Koperasi, usaha kecil, dan menengah;
l. Penanaman modal;
m. Kepemudaan dan olah raga;
n. Statistik;
o. Persandian;
p. Kebudayaan;
q. Perpustakaan; dan
r. Kearsipan.
(3) Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1) meliputi:
a. Kelautan dan perikanan;
b. Pariwisata;
c. Pertanian;
d. Kehutanan;
e. Energi dan sumber daya mineral;
f. Perdagangan;
g. Perindustrian; dan
h. Transmigrasi.

Pemerintahan Daerah dalam Urusan Pemerintahan Wajib pemerintah

yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah sebagai penyelenggaraan

desentralisasi didaerah dimana point lingkungan hidup sebagai ketentraman dan

kenyamanan lingkungan sekitar yang berdampak ganguan terhadap kenyamanan

kehidupan bermasyarakat disekitarnya.


4

Penyelenggaraan penetapan peraturan yang didasarkan Pemerintahan

Daerah menjelaskan bahwa urusan pemerintahan kabupaten/kota meliputi urusan

pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhususan, dan potensi

unggulan daerah yang bersangkutan. Pemerintah daerah berhak untuk

melaksanakan segala urusannya dengan seluas-luasnya, dengan bedasarkan

aturan perundang-undangan yang ada. Pemerintah pusat memberikan pedoman

melalui peraturan perundang-undangan serta peraturan pemerintah yang ada,

yang kemudian dimanifestasikan sendiri oleh pemerintah daerah sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan daerah tanpa bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah pusat.

Kabupaten Pasaman terletak di ujung paling utara Propinsi Sumatera

Barat, sebelah utara berbatasan langsung dengan Propinsi Sumatera Utara

(Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Padang Lawas) sedangkan di

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten

Rokan Hulu Provinsi Riau. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Agam

dan sebelah Barat dengan Kabupaten Pasaman Barat. Secara astronomis,

Kabupaten Pasaman terletak antara 00°55’ Lintang Utara dan 00°06’ Lintang

Selatan serta 99°45’-100°21’ Bujur Timur.

Kabupaten Pasaman memiliki luas wilayah sebesar 3.947,63 km2 atau

9,33 persen dari luas wilayah Propinsi Sumatera Barat (urutan ke tiga terluas

setelah Kabupaten Mentawai dan Kabupaten Pesisir Selatan). Kecamatan yang


5

terluas di Kabupaten Pasaman adalah Kecamatan Mapat Tunggul dengan luas

605,29 km2. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas daerah terkecil adalah

Kecamatan Simpang Alahan Mati dengan luas 69,56 km2. Jumlah penduduk

Kabupaten Pasaman Tahun 2016 adalah sebanyak 272.804 orang.

Dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah dalam pemberdayaan

pelaku usaha mikro kecil (UMK), maka Pemerintah daerah Kabupaten Pasaman

telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman No. 16 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah yang dilandasi

dari Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tengan Perangkat Daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang

Perangkat Daerah, maka kewenangan wajib atas penanganan koperasi dan umkm

maka pemerintah Kabupaten Pasaman membentuk Dinas Koperasi, Usaha Kecil

Dan Menengah sebagai pelaksanaan tugas menyelenggarakan pemerintahan

umum di bidang tersebut.

Hal ini dikarenakan UMK merupakan salah satu jenis usaha yang

bermodal kecil dan sangat banyak digeluti masyarakat sebagai penopang

kehidupan. Beberapa lembaga atau instansi bahkan Undang-Undang

memberikan definisi Usaha Mikro Kecil (UMK). Yang dimaksud dengan Usaha

Mikro Kecil adalah entitas usaha yang mempunyai atau memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp.

1.000.000.000,-. Sementara itu Usaha Menengah merupakan entitas usaha miliki

warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih bersar dari Rp.
6

200.000.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan

bangunan. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan

kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki

jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah

merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang

Nomo 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi

UKM yang disampaikan oleh Undang-Undang ini juga berbeda dengan definisi

sebelumnya. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan Usaha

Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih

lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp. 500.000.000,-(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

300.000.000,- (tiga ratus juga rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Dengan demikian jelaslah bahwa UMK menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari tugas pemerintah untuk memberdayakan dan membina

pengusaha kecil dan menengah sebagai penopang perekonomian masyarakat dan

perekonomian daerah.

Berdasarkan Peraturan Bupati Pasaman Nomor 46 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dalam Pasal 4 disebutkan tugas dan

fungsi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah sebagai berikut:


7

(1) Dinas mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan Urusan

Pemerintahan di Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah yang menjadi

kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Daerah.

(2) Dinas dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan perumusan kebijakan

di bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Koperasi, Usaha Kecil dan

Menengah;

d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;

e. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT);

f. Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas; dan

g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepada Daerah terkait

dengan bidang bidang Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

Untuk menjalankan tugas tersebut, maka disusunan Organisasi Dinas

Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah terdiri dari:

a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat;
- Subbagian Umum dan Kepegawaian
- Subbagian Keuangan, Evaluasi dan Pelaporan
c. Bidang Koperasi;
- Seksi Pembinaan Kelembagaan Koperasi
- Seksi Pembinaan dan Pengawasan Usaha Koperasi
d. Bidang Usaha Kecil Dan Menengah;
- Seksi Promosi Pengembangan UMKM
- Seksi Kemitraan dan Pengawasan UMKM
e. Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu;
f. Unit Pelaksana Teknis.
8

Bidang yang menangani masalah UMK yakni Bidang UMKM. Dimana

Tugas dan Fungsi Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebagai berikut:

(1) Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah dipimpin oleh Kepala Bidang
yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui
Sekretaris;
(2) Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan bahan kebijakan teknis dan melaksanakan fasilitas kemitraan
dan pengembangan usaha mikro kecil menengah;
(3) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana kerja Bidang Kemitraan dan pengembangan usaha
mengacu pada rencana strategis dinas;
b. Perumusan kebijakan teknis bidang kemitraan dan pengembangan usaha
mikro;
c. Penyusunan bahan kemitraan dan pengembangan usaha mikro;
d. Pelaksanaan kemitraan dan pengembangan usaha mikro;
e. Pelaksanaan pengolahan data dan informasi kemitraan dan
pengembangan usaha mikro;
f. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi kegiatan bidang kemitraan dan
pengembangan usaha mikro;
g. Pelaksanaan peningkatan skala usaha mikro ke usaha kecil;
h. Pelaksanaan bimbingan teknis dan standarisasi sertifikasi usaha mikro;
i. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan pimpinan sesuai dengan bidang
tugasnya.
(4) Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut:
a. Mengkaji dan merumuskan data dan informasi lingkup Usaha Mikro
Kecil dan Menengah;
b. Menyusun rencana dan program kerja lingkup Usaha Mikro Kecil dan
Menengah;
c. Melaksanakan perumusan, formulasi dan pengkajian kebijakan lingkup
Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
d. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan lingkup Usaha Mikro
Kecil dan Menengah;
e. Melaksanakan kebijakan teknis lingkup Usaha Mikro Kecil dan
Menengah;
f. Melaksanakan dan mengkoordinasikai programdan kegiatan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah;
g. Melaksanakan kerjasama lingkup Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
h. Memeriksa, memaraf dan atau menandatangani konsep naskah dinas
lingkup Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
i. Membuat telaah staf bahan perumusan kebijakan lingkup Usaha Mikro
Kecil dan Menengah;
j. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan intensif terkait lingkup
Usaha Mikro Kecil dan Menengah;
9

k. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup Usaha Mikro


Kecil dan Menengah.
(5) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan pimpinan sesuai dengan bidang
tugasnya.
(6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah membawahi:
a. Seksi Promosi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
b. Seksi Kemitraan dan Pengawasan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Berdasarkan pengamatan dilapangan, terdapat beberapa fenomena yang

terlihat sebagai berikut :

1. Banyak UMKM yang terdapat di Kabupaten Pasaman yakni berjumlah

6.857 UMKM, namun baru sedikit yang memperoleh pengembangan

potensi UMKM dari pemerintah Kabupaten Pasaman. Data Dinas

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Pasaman pada tahun

2018 hanya 268 UMKM semuanya tergabung dalam FUMK yang

melaporkan perkembangannya.

Tabel I.1 Data Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupatan Pasaman Tahun
2017
Kategori Usaha
No. Nama Kecamatan Jumlah
Mikro Kecil Menengah
1 Tigo Nagari 584 148 4 736
2 Simpati 279 40 2 321
3 Bonjol 656 13 1 670
4 Lubuk Sikaping 1.375 39 0 1.414
5 Panti 779 15 1 795
6 Padang Gelugur 601 25 3 629
7 Rao Selatan 550 8 0 558
8 Rao 378 0 0 378
9 Rao Utara 365 17 0 382
10 Mapat Tunggul 172 21 0 193
11 Mapat Tunggul Selatan 341 3 0 344
12 Dua Koto 430 7 0 437
Jumlah 6.510 336 11 6.857
Sumber: Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Pasaman, 2018.
10

2. Belum efisiennya pemberdayaan dan pembinaan yang dilakukan

pemerintah Kabupaten Pasaman, dimana dari 12 kecamatan yang ada

baru 2 Forum Usaha Mikro Kecil (FUMK) yang terbentuk. Dengan

demikian peningkatan kemampuan dan perlindungan UMKM hanya

baru dilaksanakan pada UMKM yang tergabung dalam 2 forum

FUMK saja, sementara UMKM lainnya belum mendapatkan

pemberdayaan peningkatan kemampuan usaha.

3. Adanya program yang dibuat pemerintah daerah mengenai

pemberdayaan UKM namun belum berjalan dengan baik. Adapun

program yang dibuat berupa pelatihan manajemen usaha dan

bimbingan pembentukan FUMK.

Dari beberapa fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang: “PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL (UMK)

OLEH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH

KABUPATEN PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu

Bagaimana Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Oleh Dinas Koperasi

Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat?


11

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Oleh Dinas

Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten Pasaman Provinsi

Sumatera Barat.

b. Untuk mengetahui hambatan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK)

Oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten Pasaman

Provinsi Sumatera Barat.

2. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian yang akan dilakukan nantinya, peneliti sangat barharap

bahwa hasil penelitian dapat bermanfaat untuk :

a. Teoritis: Berguna dalam pengembangan pengetahuan kajian ilmu

pemerintahan terutama di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau.

b. Praktis : Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan

terutama bagi Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten

Pasaman Provinsi Sumatera Barat dalam melaksanakan pemberdayaan

usaha mikro kecil (UMK).

c. Akademis: Bisa dijadikan sebagai refrensi bagi peneliti berikutnya dalam

pengembangan ilmu pemerintahan.


12

BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Studi Kepustakaan

1. Konsep Pemerintahan

Sebagai kerangka acuan berfikir dalam memecahkan masalah pokok yang

diajukan dalam penelitian ini penulis akan memaparkan konsep-konsep atau

teori-teori yang ada relevansinya untuk mendukung pemecahan masalah yang

dikemukakan diatas.

Untuk memperjelas konsep pada penelitian ini, maka penulis

merangkaikan beberapa pendapat para ahli sesuai dengan tujuan penelitian.

Teori-teori yang digunakan merupakan rangkaian penelitian yang akan

disandingkan pada permasalahan untuk memeperoleh hasil yang baik.

Menurut Sedarmayanti (2004;9) Pemerintah yang baik dapat dikatakan

sebagai pemerintah yang menghormati kedaulatan rakyat, yang memiliki tugas

pokok yang mencakup ;

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2. Memajukan kesejahteraan umum

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

4. Melaksanakan ketertiban umum, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap

Pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta

cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan

penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat dan jelas, sehingga

12
13

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara

berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggung jawab, serta bebas Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (Sedarmayanti, 2004;56)

Pemerintahan adalah gejala yang kompleks dan berkembang setua dunia

ini. Ia menjadi bermakna ketika mampu memberi arti seluas-luasnya bagi

kemaslahatan banyak orang. Kondisi ini mensyaratkan agar pemerintahan dapat

berkembang sebagai cara pengelolaan kehidupan bersama yang bermanfaat dan

dapat diterima secara universal melalui distribusi nilai secara wajar dan merata.

Dengan pemahaman itu, maka keterlibatan segenap masyarakat sebagai pemetik

manfaat dalam segala proses pemerintahan diharapkan mampu melahirkan

kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh setiap orang. Tanpa itu, pemerintahan

lebih terlihat sebagai segala sebaliknya, yakni dapat menimbulkan dampak buruk

dan penderitaan dimana-mana.

Pemerintahan merupakan suatu fenomena yang awal dan

perkembangannya selalu berkaitan dengan hubungan antara yang memerintah

dan yang diperintah. Ungkapan yang sederhana ini ternyata di dalam prakteknya

merupakan suatu pemahaman yang rumit dan memiliki pengaruh yang begitu

besar dalam tatanan kehidupan pemerintahan negara pada dewasa ini.

Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam studi ilmu politik gejala

pemerintahan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pusaran kekuasaan.

Bahkan menurut Kuper (2000; 418), istilah government (pemerintahan) dan

segala bentuk implikasinya merupakan jantung dari studi ilmu politik. Demikian

salah satu alasan mengapa ilmu pemerintahan pada umumnya sulit melepaskan
14

diri dari bayang-bayang ilmu politik (Ndraha, 1999;7). Bagian terakhir dari

pembedaan terminologi pemerintahan oleh Finer menyisakan satu pengertian

yang menarik, yaitu hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah.

Relasi antara pemerintah dan yang diperintah berkaitan dengan sejumlah

mana peranan pemerintah dalam melakukan intervensi terhadap warga negara

bagi upaya mencapai tujuan. Dalam fenomena yang lazim, sebagian pemerintah

yang menganut paham demokrasi berupaya meminimlisasi intervensi terhadap

kebebasan individu. Pemerintah demokratis biasanya menyadarkan dirinya

sebagai “pelayan” bagi masyarakatnya. Sebaliknya, pemerintahan totaliter lebih

memaksimalkan upaya untuk sedapat mungkin menyentuh kebebasan individun

dengan menyadarkan diri sebagai “majikan” bagi mereka yang diperintah.

Sekalipun demikian, keduanya memiliki alasan yang dapat diterima, baik karena

kondisi masyarakat maupun keinginan dari mereka yang sebagai pemerintah

(Kuper, 2000; 419).

Pemerintahan merupakan gejala yang lebih umum dibandingkan

terminologi pemerintah itu sendiri. Pemerintahan menunjukkan kepada aktivitas

kekuasaan dalam berbagai ranah publik. Ia tidak saja merujuk pada pemerintah

itu sendiri, namun berkaitan pula pada aktivitas dalam berbagai konteks

kelembagaan dengan tujuan mengarahkan, menegdalikan, mengatur semua hal

yang berkaitan dengan ranah publik seperti kepentingan warga negara, pemilik

suara (voters) maupun para pekerja (workers). Jika peran pemerintah sebatas

pada otoritas politik semata guna menjaga ketentraman dan ketertiban umum

melalui fungsi eksekutifnya, maka menurut Kuper (2000;417), pemerintah lebih


15

mengacu pada proses pengelolaan politik, gaya atau model pengurusan masalah-

masalah umum serta pengelolaan sumber daya umum. Dalam konteks itu,

menurutu Robinson setidaknya terdapat 3 nilai penting yang menjadi sentrum

dalam pembicaraan pemerintahan, yaitu; akuntavilitas, legitimasi, dan

transparansi.

Akuntabilitas berkaitan dengan seberapa besar efektivitas pengaruh dari

mereka yang diperintah terhadap orang yang memerintah. Atau dalam bahasa

sederhana adalah seberapa besar tingkat kepercayaan (trust) masyarakat terhadap

pemerintahnya. Legitimasi menunjukkan pada hak negara untuk menjalankan

kekuasaan terhadap warga negaranya serta seberapa jauh kekuasaan tersebut

dipandang sah untuk diterapkan. Hal ini berkaitan dengan seberapa wajar dan

pantas kekuasaan pemerintah patut dilakukan, mengingat pemerintah adalah

produk dan representasi dari masyarakat itu sendiri. Transparansi berhubungan

dengan seberapa terbuka negara dalam menciptakan mekanisme untuk menjamin

akses umum dalam pengambilan keputusan. Ini berkaitan dengan seberapa besar

keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang meyakinkan

mereka sebagai bagian dari semua konsekuensi yang akan terjadi (Labolo,

2010;20)

Pemerintah juga merupakan kegiatan lembaga-lembaga publik dalam

menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan Negara, dan yang menjalankan

pemerintahan disebut pemerintah. Secara umum tugas-tugas pokok pemerintahan

menurut Rasyid (1997;13) antara lain;

1. Menjamin keamanan Negara dari segala kemungkinan serangan dari luar


16

dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan didalam yang dapat

menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara kekerasan.

2. Memilihara ketertiban dengan mencegah terjadinya keributan diantara

warga masyarakat, menjamin agar perubahan aparatur yang terjadi

didalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.

3. Peraturan yang adil kepada setiap warga masyarakat tanpa membedakan

status apapun yang melatarbelakangi keberadaan mereka.

4. Melakukan pelayanan umum dengan memberikan pelayanan dalam

bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non

pemerintah

5. Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

6. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas.

7. Menerapkan kebijakan untuk pemiliharaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup.

Dengan demikian dapat diketahui tugas-tugas pokok pemerintahan yang

diselenggarakan untuk mencapai tujuan Negara. Selanjutnya Strong dalam

Syafiie (2005;22) mengemukakan maksudnya pemerintahan dalam arti luas

mempunyai kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan Negara,

ke dalam dan luar. Oleh karena itu, pertama, harus mempunyai kekuatan militer,

atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan perang, yang kedua, harus

mempunyai kekuatan legislative atau dalam arti pembuatan undang-undang,

yang ketiga, harus mempunyai kekuatan financial atau kemampuan untuk

mencukupi keuangan massyarakat dalam rangka membiayai ongkos keberadaan


17

Negara dalam menyelenggarakan peraturan, hal tersebut dalam rangka

penyelenggaraan kepentingan Negara.

Menurut Siswanto (2014:34) Pembagian urusan pemerintahan di

Indonesia, pada hakikatnya dibagi ke dalam tiga kategori, yakni urusan

pemerintahan yang dikelola oleh pemerintah pusat; urusan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi; urusan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Terkait dengan tugas pokok

pemerintah maka ada tugas yang dapat diserahkan atau dilimpahkan pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah, namun adapula beberapa tugas pemerintah

yang tidak dapat dikerjakan oleh pemerintah pusat maupun daerah

kabupaten/kota.

Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, yustisi, fiskal nasional atau moneter dan urusan agama.

Selebihnya merupakan tugas pemerintah yang dapat diserahkan wewenangnya

kepada pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota yang disesuaikan

dengan kebutuhan dan kondisi daerahnya.

Dari tugas-tugas pokok pemerintah yang telah dijelaskan diatas maka

dapat disimpulkan menurut Rasyid (2000;59), menyatakan bahwa tugas-tugas

pokok dapat diringkas menjadi 3 (tiga) fungsi hakiki yaitu; pelayanan (service),

pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development). Pelayanan

akan membuahkan keadilan dalam masyarakat, pemberdayaan akan mendorong

kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan menciptakan kemakmuran

dalam masyarakat.
18

Syaukani (2009:233) menjelaskan tugas Pemerintah dalam

penyelenggaraan pemerintahan sebagai berikut:

“Tugas Eksekutif dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah to execute


atau melaksanakan apa yang sudah disepakati atau diputuskan oleh pihak
legislative dan yudikatif. Bisa juga dikatakan sebagai
mengimplementasikan semua kebijaksanaan yang sudah diputuskan oleh
pihak legislative dan yudikatif. Namun karena pembuatan kebijaksanaan
pemerintahan atau kebijaksanaan publik bukan semata-mata domain atau
kewenangan legislative, maka dalam sebuah pemerintahan yang modern
tidak jarang mengambil inisiatif sendiri dalam mengagendakan dan
merumuskan kebijakan.”

Sabarno (2008:18) menyatakan dalam pengambilan kebijakan dan

keputusan di daerah, arah tindakan aktif dan positif pemerintah daerah haruslah

berlandaskan pada penyelenggaraan kepentingan umum. Sudah menjadi tugas

penyelenggaraan pemerintah daerah untuk menjaga kepentingan umum tersebut

guna mencapai harapan daerah dalam rangka memperkuat kesatuan bangsa.

Penjelasan mengenai tugas-tugas pokok pemerintah kemudian dijelaskan

oleh Rasyid (2000:13) sebagai berikut :

“Pertama, menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan


dari luar dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang
dapat menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara
kekerasan.
Kedua, memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya gontok-
gontokan diantara warga masyarakat, menjamin agar perubahan apapun
yang terjadi di dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.
Ketiga, menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga
masyarakat tanpa membedakan status apapun yang melatarbelakangi
keberadaan mereka.
Keempat, melakukan pekerjaan umum dan memberikan pelayanan dalam
bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non
pemerintahan atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh pemerintah.
Kelima, melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial: membantu orang miskin dan memelihara orang cacat, jompo dan
anak terlantar: menampung serta menyalurkan para gelandangan ke
sektor kegiatan yang produktif dan semacamnya.
19

Keenam, menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan


masyarakat luas, seperti mengendalikan laju inflasi, mendorong
penciptaan lapangan kerja baru, memajukan perdagangan domestic dan
antar bangsa, serta kebijakan lain yang secara langsung menjamin
peningkatan ketahanan ekonomi negara dan masyarakat.
Ketujuh, menerapkan kebijakan untuk memelihara sumber daya alam dan
lingkungan hidup, seperti air, tanah dan hutan.

Selanjutnya, Rasyid menjelaskan bahwa dalam pemerintahan modern

fungsi pemerintahan dapat dibagi menjadi empat bagian yakni sebagai berikut:

“Dalam pemerintahan modern dewasa ini Rasyid membagi fungsi pemerintahan

menjadi empat bagian, yaitu pelayanan (public service), pembangunan

(development), pemberdayaan (empowering), dan pengaturan (regulation).

Dengan mengutip Franklin D. Rosevelt, Rasyid mengemukakan bahwa untuk

mengetahui suatu masyarakat lihatlah pemerintahannya.” (dalam

Labolo,2014:34)

Ndraha (2001;85), fungsi pemerintahan tersebut kemudian diringkus

menjadi 2 (dua) macam fungsi, yaitu; Pertama, pemerintah mempunyai fungsi

primer atau fungsi pelayanan (service), sebagai provider jasa publik yang baik

diprivatisasikan dan layanan civil termasuk layanan birokrasi. Kedua,

pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan

(empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan dan melakukan program

pemberdayaan.

Dengan begitu luas dan kompleksnya tugas dan fungsi pemerintahan,

menyebabkan pemerintah harus memikul tanggung jawab yang sangat besar.

Untuk mengemban tugas yang berat itu, selain diperlukan sumber daya,

dukungan lingkungan, dibutuhkan institusi yang kuat yang didukung oleh aparat
20

yang memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di

dalam masyarakat dan pemerintahan. Langkah ini perlu dilakukan oleh

pemerintah, mengingat dimasa mendatang perubahan-perubahan yang terjadi di

dalam masyarakat akan semakin menambah pengetahuan masyarakat untuk

mencermati segala aktivitas pemerintahan dalam hubungannya dengan

pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Fungsi-fungsi pemerintahan yang dijalankan akan menunjukan gambaran

kualitas pemerintahan itu sendiri. Apabila pemerintah dapat menjalankan

fungsinya dengan baik maka secara otomatis akan berpengaruh pada tugas-tugas

pokok pemerintah yang dijalankannya. Hal ini juga akan berdampak pada

terciptanya keteraturan hidup dalam negara. Berdasarkan beberapa fungsi dan

tugas pokok pemerintah yang dikemukakan para ahli di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pemerintah merupakan unsur yang penting dalam memajukan

negara dengan fungsinya sebagai pembangun, pemberdaya dan pelayan bagi

unsur-unsur lain negara yang ada di bawahnya.

2. Konsep Pemerintahan Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintahan daerah

adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.


21

Penyebutan “prinsip otonomi seluas-luasnya” dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 dapat diuraikan dengan beberapa asas menjadi :

1) Desentralisasi

Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2) Dekonsentrasi

Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur

sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah

tertentu.

3) Tugas pembantuan

Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah

provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah

kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintah daerah

adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Konsep Kebijakan dan Implementasi Kebijakan

Menurut Suryadi (1975;64), Pembuatan kebijakan merupakan sebuah

aktifitas yang diarahkan tujuannya, sebagai yang memiliki cirri tersendiri dari

aktifitas fisik dan eksprensif murni yang bertujuan untuk mempengaruhi

prospektif (masa depan) alternative dalam arah yang dikehendaki.


22

Menurut Van Meter dan Horn (1974) dalam buku Erwan Agus Purwanto

dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2012;20-21) mendefinisikan Implementasi secara

lebih spesifik yaitu; “Policy Implementation encompasses those actions by

public or private individuals (or group) that are directed at the achivement of

objektives set forth in prior policy decisions” yang artinya Implementasi

merupakan tindakan oleh individu, pejabat, atau kelompok badan pemerintah

yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-

pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warga negaranya.

Menurut Pressman dan Wildavsky (2012;20) dalam Implementasi

Kebijakan Publik, definisi Implementasi adalah menjalankan atau melaksanakan

suatu kebijakan (tocarryout), untuk memenuhi janji-janji sebagaimana

dinyatakan dalam dokumen kebijakan (tofulfill), untuk menghasilkan output

sebagaimana dinyatakan dalam tujuan kebijakan (toproduce) untuk

menyelesaikan misi yang harus diwujudkan dalam tujuan kebijakan

(tocomplete).

Young dan Quinn dalam Suharto (2005 ; 44) mengemukakan beberapa

konsep kunci yang termuat dalam kebijakan yaitu sebagai berikut ;

1. Tindakan pemerintah yang berwewenang. Kebijakan publik adalah


tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintahan
yang memiliki kewenangan hukum, politis dan financial untuk
melakukannya.
2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan
publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan konkrit yang
berkembang dimasyarakat.
3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik
biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari
23

beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai


tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.
4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk
mencegah masalah sosial. Namun, Kebijakan publik bisa juga
dirumuskan berdasarkan keyakinan masalah social akan dapat
dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak
memerlukan tindakan tertentu.
5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh orang atau beberapa orang aktor.
Kebijakan publik berisikan sebuah pertanyaan atau justifikasi terhadap
langkah-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan dalam
Kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan pemerintahan maupun
oleh beberapa perwakilan lembaga pemerintahan.

Dunn (2003 ; 22) mengemukakan bahwa proses pembuatan kebijakan

adalah serangkaian aktifitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan

yang pada dasamya bersifat politis. Aktifitas politik tersebut dijelaskan sebagai

serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu,

penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi

kebijakan dan penilaian kebijakan. Kemudian pembuatan kebijakan merupakan

sebuah aktifitas yang diarahkan tujuan, sebagai yang memiliki cirri tersendiri

dan aktifitas fisik dan ekpresif murni yang bertujuan untuk mempengaruhi

prospektif, alternatif dalarn arah yang dikehendaki. Selanjutnya Hessel

menyebutkan bahwa pengembangan kebijakan adalah lebih luas dan berkenaan

dengan peningkatan pembuatan keputusan antar pemerintah sebagai suatu

keseluruhan.

Sementara itu Suharto (2005;7) mengatakan kebijakan adalah suatu

ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak

yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.
24

Setiap kebijakan yang akan dibuat harus pula memiliki tolak ukur agar setiap

Kebijakan publik itu bisa berjalan secara efektif.

Menurut Soetopo (2005;10) kebijakan publik adalah suatu kebijakan

yang dibuat oleh pemerintah atau Negara yang ditujukan untuk kepentingan

masyarakat. Kebijakan publik bertujuan untuk memcahkan masalah-masalah

yang ada didalam masyarakat. Kemudian Kaplan mendefenisikan Kebijakan

publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu,

nilai-nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu. Selanjutnya Friedrik mengatakan

Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan ancaman dan

peluang yang ada. Dan kebijakan pemerintah merupakan suatu usaha untuk

memproses nilai pemerintah yang bersumber pada kearifan pemerintah dan

mengikat secara formal, etik dan moral, diarahkan guna menempati pertanggung

jawaban aktor pemerintah dalam lingkungan pemerintahan (dalam Islamy, 1997 ;

Menurut Dunn (dalam Nugroho, 2007;10) tahap-tahap dalam proses

pembuatan kebijakan adalah sebagai berikut;

1. Fase penyusunan agenda, disini pejabat yang dipilih dan diangkat


menempatkan masalah kebijakan pada agenda publik
2. Fase formulasi kebijakan, disini para pejabat merumuskan alternatif
kebijakan untuk mengatasi masalah
3. Adopsi kebijakan, disini alternatif kebijakan dipilih dan diadopsi dengan
dukungan dari mayoritas dan atau consensus kelembagaan
4. Implementasi kebijakan, disini kebijakan yang telah diambil
dilaksanakan oleh unit-unit administrasi dengan memobilisir sumber daya
yang dimilikinya, terutama financial dan manusia
5. Penilaian kebijakan, disini pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan
akan dinilai apakah telah memenuhi kebijakan yang telah ditentukan.
25

Menurut Irfan (1991;17) kebijakan adalah serangkaian tindakan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu dengan menunjukkan adanya hambatan dan kesempatan terhadap usulan

kebijaksanaan tersebut guna mencapai suatu tujuan.

Kebijakan publik menurut Nugroho (2007;36-37) adalah keputusan

otoritas negara yang bertujuan mengatur kehidupan bersama. Tujuan dari

kebijakan publik dapat dibedakan dari sisi sumber daya yaitu antara kebijakan

publik yang bertujuan mendistribusikan sumber daya negara dan yang bertujuan

menyerap sumber daya negara. Analisis kebijakan adalah pemahaman mendalam

akan suatu kebijakan atau pula pengkajian untuk merumuskan suatu kebijakan.

Analisis kebijakan mempunyai dua dimensi yaitu, Pertama, dimensi

keilmuan yaitu analisis kebijakan dalam arti pemahaman mendalam akan suatu

kebijakan merupakan sebuah dimensi keilmuan. Dalam hal ini analisis kebijakan

dilakukan untuk meneliti suatu kebijakan yang sudah dibuat dan dilaksanakan

hingga kedetail bagian-bagiannya, memahami hubungan antar bagian dan

menemukan makna kebijakan dari analisis tersebut. Kedua, dimensi praktek,

dalam dimensi ini analisis kebijakan dibuat sebagai sebuah upaya awal untuk

membuat kebijakan. Analisis kebijakan merupakan praktek yang dilakukan oleh

para analis kebijakan profesional yang bekerja pada suatu lembaga negara atau

pemerintahan baik dalam posisi sebagai pegawai negara maupun konsultan

lembaga tersebut.
26

4. Konsep Pemberdayaan

Dalam era otonomi daerah saat ini, pemerintah dituntut untuk memiliki

visi dan kepemimpinan terhadap seluruh pemangku kepentingan yang berperan

dalam upaya mencapai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tujuan ini dapat

dicapai melalui salah satu upaya pemerintah yakni pemberdayaan.

Pemberdayaan dapat berjalan dengan baik dengan adanya keseimbangan

kekuasaan yang memungkinkan berkembangnya partisipasi yang luas dalam

kehidupan bernegara.

Wuradji (2009:3) mengatakan bahwa :

“Pemberdayaan adalah sebuah proses penyadaran masyarakat yang


dilakukan secara transformative, partisipatif dan berkesinambungan
melalui peningkatan kemampuan dalam menangani berbagai persoalan
dasar yang dihadapi dan meningkatkan kondisi hidup sesuai dengan
harapan”.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Mubyarto dalam Sun’an (2015:120),

yaitu “Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya (masyarakat) dengan

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Priyono dan Pranaka (1996:2), bahwa :

“Pemberdayaan adalah membantu klien untuk memperoleh daya untuk


mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan
terkait dengan dirinya termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial.
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya
diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan transfer
daya dari lingkungannya.”

Selain definisi pemberdayaan, ada tiga strategi utama pemberdayaan

dalam praktek perubahan sosial, yaitu :


27

1. “Strategi nasional, menyarankan agar mengetahui dan memilih


kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaan. Dengan kata
lain semua pihak bebas menentukan kepentingan bagi kehidupan dirinya
sendiri dan tidak ada pihak lain yang mengganggu kebebasan setiap
pihak.
2. Strategi aksi langsung, membutuhkan dominasi kepentingan yang
dihormati oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut
perubahan yang mungkin terjadi. Pada strategi ini, ada pihak yang sangat
berpengaruh dalam membuat keputusan.
3. Strategi transformatif, menunjukan bahwa pendidikan massa dalam
jangka panjang dibutuhkan sebelum pengidentifikasian kepentingan diri
sendiri.” (Hikmat, 2001:89)

Proses pemberdayaan menurut Adi (2009:66) mengandung dua

kecenderungan, yaitu :

“Kecenderungan primer berarti proses pemberdayaan menekankan proses


memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.
Sedangkan kecenderungan sekunder melihat pemberdayaan sebagai
proses menstimulasi, mengidentifikasi, mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihannya, serta mengimplementasikan
rencana kegiatan”.

Dalam melakukan upaya pemberdayaan, Zubaedi (2007:103)

menyatakan ada 3 hal yang harus dilakukan yaitu :

“Pertama, menciptakan suasan iklim yang memungkinkan potensi


masyarakat berkembang yaitu mendorong dan membangkitkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya mengembangkan potensi-potensi yang telah
masyarakat miliki. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat yaitu upaya yang dilakukan dalam langkah pemberdayaan
melalui aksi-aksi yang nyata seperti pendidikan, pelatihan , peningkatan
kesehatan, pemberian modal, informasi, lapangan pekerjaan, pasar serta
sarana-sarana lainnya. Ketiga, melindungi masyarakat yaitu perlu adanya
langkah-langkah dalam pemberdayaan masyarakat untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang dan juga praktek eksploitasi yang kuat
terhadap yang lemah melalui adanya kesepakatan yang jelas untuk
melindungi golongan yang lemah”.
28

Hal yang serupa dikemukakan Suharto (2010:67-68), pelaksanaan

pencapaian tujuan pemberdayaan dapat diterapkan melalui lima pendekatan

yaitu:

1. “Pemungkin, menciptakan suasana yang memungkinkan potensi


masyarakat mampu berkembang secara optimal.
2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan serta
menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat agar bisa menunjang
kemandirian.
3. Perlindungan, melindungi masyarakat yang lemah, dari adanya
persaingan yang tidak sehat dan kelompok kuat yang berupaya
mengeksploitasi.
4. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan kepada masyarakat
agar mampu menjalankan peranan tugas-tugas dalam kehidupannya dan
menyokong agar tidak terjatuh dalam keadaan yang merugikan.
5. Pemeliharaan, menjaga keseimbangan distribusi kekuasaan untuk
menjamin setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.”

Pengertian pemberdayaan menurut Suharto (2010:67-68) pemberdayaan

masyarakat, yaitu:

1. Pengembangan potensi

2. Kemampuan

3. Perlindungan

4. Dukungan

5. Pemeliharaan

Kemudian, secara singkat Michael dalam Blanchard (2004:218)

mengemukakan pendapatnya yang ia sebut “Rencana Permainan

Pemberdayaan” yang merangkum tiga kunci menuju pemberdayaan, yakni:

“Anda mulai dengan bagikan informasi yang akurat lalu ciptakan


otonomi lewat penetapan batasan-batasan dan gantikan pola berpikir
hierarkis dengan tim-tim yang dikelola sendiri untuk menciptakan
pendekatan tiga cabang dan untuk menciptakan budaya pemberdayaan.”
29

Dalam hal pemberdayaan ekonomi rakyat sejumlah pakar ekonomi

merumuskan strategi pemberdayaan melalui :

1. “Pengembangan ekonomi rakyat berlandaskan Sistem Ekonomi Pancasila

2. Melakukan pendekatan institusional dalam hal ini pemerintah dan

parlemen menciptakan iklim usaha yang kondusif, kepastian hukum,

akses permodalan, teknologi dan akses pasar

3. Membangun sinergi yang saling menguntungkan antara ekonomi rakyat

dengan swasta nasional (korporasi-korporasi besar dan maju) dalam hal

permodalan, teknologi, pemasaran dan pengembangan sumber daya

manusia (SDM).” (Ali, 2012:115)

5. Usaha Mikro Kecil

Pemberdayaan UMKM menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang UMKM adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah,

Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim

dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga

mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa konsep pemberdayaan

merupakan upaya untuk mendorong individu maupun kelompok untuk mampu

mandiri baik dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun dalam pemecahan

masalah. Selain itu, melalui upaya-upaya pemberdayaan secara langsung akan

menciptakan individu-individu yang mempunyai keterampilan mumpuni yang

dapat menjadi sumber daya berkualitas.


30

Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM

(Usaha Menengah Kecil dan Mikro) dibedakan pengertian antara Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah.

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang ini.

Bank Indonesia mendefinisikan batasan usaha mikro, kecil adalah:

1. Usaha mikro adalah usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati

miskin. Usaha tersebut dimiliki oleh keluarga dengan sumber daya lokal milik

keluarga tersebut, belum diperoleh dari lembaga keuangan tertentu dan

teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah exit dan entry.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian yang baik langsung maupun yang tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.

50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 tidak termasuk


31

tanah bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp.300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000

Dalam Pasal 5 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah juga diatur mengenai Tujuan pemberdayaannya,

yaitu :

a) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;

b) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

c) Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

Selanjutnya, UMKM ini memiliki kriteria sebagaimana diatur dalam

Pasal 6 yaitu :

(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:


32

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) mejadi sangat relevan

dilakukan di Indonesia. Yustika dalam Sun’an (2015:123) mengemukakan

setidaknya relevansi tersebut bisa dijelaskan lewat pertimbangan berikut.

“Pertama, struktur usaha di Indonesia selama ini sebenarnya bertumpu


pada keberadaan industri kecil/rumah tangga/menengah, tetapi dengan
kondisi yang memprihatinkan baik dari segi nilai tambah maupun
keuntungan yang bisa diraih. Dengan memajukan kelas usaha tersebut
secara otomatis membangun kesejahteraan sebagian besar masyarakat.
Kedua, tanpa disadari ternyata cukup banyak industri kecil/rumah
tangga/menengah yang selama ini berorientasi ekspor sehingga sangat
membantu pemerintah dalam mendapatkan devisa. Ini tentunya
berkebalikan dengan industri besar yang justru mengeksploitasi pasar
domestik untuk penjualannya. Ketiga, sektor industri kecil/rumah
tangga/menengah telah terbukti lebih fleksibel dalam berbagai kondisi
perekonomian yang tidak menguntungkan, seperti yang saat ini dialami
Indonesia. Pada saat industri besar telah gulung tikar, sebagian industri
kecil masih bertahan, bahkan memperoleh keuntungan berlipat bagi yang
berorientasi ekspor. Keempat, industri kecil/rumah tangga/menengah
tersebut lebih banyak memakai bahan baku atau bahan antara
(intermediate goods) dari dalam negeri sehingga tidak membebani nilai
impor seperti yang selama ini dipraktikan oleh usaha besar/industri
besar.”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) merupakan jenis usaha yang mampu menopang

perekonomian masyarakat secara individu dan kelompok. Selain dapat

memenuhi kehidupan pribadi pelaku usahanya, UMKM juga dapat memberi


33

kontribusi yang besar bagi pendapatan Negara dan kesejahteraan rakyat dengan

memperluas lapangan kerja.

Peran penting dari usaha kecil dan mikro di Indonesia dapat dilihat dari

dua aspek, yaitu: peranannya dalam menyerap tenaga kerja dan terhadap

pertumbuhan ekonomi. UMKM di Indonesia sebagian besar merupakan home

industry atau industri padat karya yang secara langsung dapat mengurangi

jumlah pengangguran di Indonesia mengingat banyaknya tenaga kerja yang

memiliki pendidikan rendah dan keterampilan yang terbatas. Melalui UMKM

ini, tenaga kerja yang berketerampilan dan berpendidikan terbatas tersebut dapat

terserap.

Itulah sebabnya waktu beberapa tahun terakhir pemerintah menaruh

perhatian terhadap sektor usaha ini. Pengembangan UMKM di Indonesia tidak

begitu saja berhasil karena banyaknya hambatan yang harus disikapi dengan

bijak. Layaknya sektor usaha lain, UMKM memiliki beberapa kekuatan dan

tantangan (Kongolo, 2010) :

1. Kekuatan UMKM dalam penyediaan lapangan kerja. Keberadaan UMKM

terbukti mampu mendukung tumbuhnya wirausahawan baru yang berdampak

pada berkurangnya jumlah pengangguran. Selain itu juga mampu

memanfaatkan sumber daya alam disekitar daerah tertentu yang belum

dikelola secara maksimal. Bahkan sebagian UMKM mampu memanfaatkan

limbah atau sampah dari industri besar untuk dikelolah menjadi suatu produk

baru yang diterima dipasaran


34

2. Tantangan UMKM terletak pada masih kurangnya kemampuan sumber daya

manusia. Kendala modal dalam menyediakan bahan baku dan kendala dalam

pemasaran produk. Sebagian besar pengusaha lebih mengutamakan aspek

produksi sehingga aspek pemasaran kurang diperhatikan khususnya dalam

mencari informasi dan jaringan pasar. Selain itu dari segi konsumen juga

masih banyak meragukan kualitas dari produk ini sehingga sebagian kecil

pengusahanya hanya memproduksi barang sesuai dengan pesanan konsumen.

Barang yang diproduksi cenderung sama dan tidak terlalu berinovasi untuk

dapat memberikan keunggulan bersaing kompetitor usaha sejenis.

3. Tantangan usaha kecil dan mikro meliputi iklim usaha yang tidak kondusif

karena persaingan dengan usaha sejenis dan kurangnya kemampuan dalam

berinovasi dan kecakapan dalam menangkap peluang yang ada. Kebanyakan

tidak proaktif dan lebih membiarkan usaha stagnan dari pada berusaha untuk

meningkatkan usaha menjadi lebih besar dari sebelumnya. Iklim usaha yang

ada sekarang cenderung tidak kondusif karena adanya monopoli dalam bidang

usaha tertentu, sehingga usaha kecil dan mikro sulit bersaing. Terlebih

rumitnya perizinan dan banyaknya retribusi semakin menjadi bottleneck

dalam menghambat kemajuan kecil dan mikro ini.


35

C. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan sumber referensi pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel II.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama/Tahun Judul Persamaan Perbedaan


1 M. Taufiq Upaya Sama-sama Konsep teori
Akbar, Lely Pemberdayaan membahas masalah Indikator
Indah Usaha Kecil Pemberdayaan yang
Mindarti, Menengah (UKM) Usaha Kecil ditetapkan
Minto Hadi Industri Krupuk Menengah Metode
(Jurnal Rengginang Penelitian
Administrasi (Studi di Dinas Lokasi dan
Publik (JAP), Perindustrian dan waktu
Vol. 2, No. 11, Perdagangan penelitian
Hal. 1-7) Kabupaten
Mojokerto)
2 Dwi Sepriono Peran Dinas Sama-sama Konsep teori
Nur ( eJournal Koperasi Dan membahas masalah Indikator
Administrasi Ukm Dalam Pemberdayaan yang
Negara Pemberdayaan Usaha Kecil ditetapkan
Volume 5, Usaha Mikro, Menengah Metode
(Nomor 2 ) Kecil Dan Penelitian
2017: 5844- Menengah Lokasi dan
5855) (UMKM) Di Kota waktu
Samarinda penelitian
3 Maulana Peran Dinas Sama-sama Konsep teori
Ibrahim Koperasi Dan membahas masalah Indikator
(eJournal Ilmu Usaha Kecil Pemberdayaan yang
Pemerintahan, Menengah Dalam Usaha Kecil ditetapkan
2016, 4 (1): Pemberdayaan Menengah Metode
256-267) Usaha Kecil Penelitian
Menengah Di Lokasi dan
Kota Samarinda waktu
(Studi Di penelitian
Kelurahan Jawa
Kecamatan
Samarinda Ulu
Kota Samarinda)
4 Hesti Kusuma Peranan Dinas Sama-sama Konsep teori
Wardani Koperasi Dan membahas masalah Indikator
Ambar UKM Dalam Pemberdayaan yang
36

Pertiwi, Abdul Pemberdayaan Usaha Kecil ditetapkan


Juli Andi Usaha Kecil Menengah Metode
Gani, Menengah Kota Penelitian
Abdullah Said Malang (Studi Lokasi dan
(Jurnal pada Dinas waktu
Administrasi Koperasi dan penelitian
Publik (JAP), UKM Kota
Vol 1, No.2, Malang)
hal. 213-220)
5 Siti Peran Pemerintah Sama-sama Konsep teori
Nurhasanah Daerah Dalam membahas masalah Indikator
Furqani Pemberdayaan Pemberdayaan yang
(Skripsi Usaha Mikro, Usaha Kecil ditetapkan
Jurusan Ilmu Kecil Dan Menengah Metode
Pemerintahan, Menengah Penelitian
2017) (UMKM) Lokasi dan
Di Kabupaten waktu
Luwu Utara penelitian
6 M. Ibnu Peranan Dinas Sama-sama Konsep teori
Fadhil Koperasi Dan membahas masalah Indikator
(Skripsi UKM Kota Pemberdayaan yang
Jurusan Ilmu Bandar Lampung Usaha Kecil ditetapkan
Pemerintahan, Terhadap Menengah Metode
2017) Pemberdayaan Penelitian
Pedagang Kaki Lokasi dan
Lima Dalam waktu
Perspektif penelitian
Pedagang Kaki
Lima Di Kota
Bandar Lampung

C. Kerangka Pikir

Dalam menjalankan sistem pemerintahan di Indonesia, salah satu fungsi

yang dijalankan pemerintah yakni pemberdayaan. Dalam fungsi pemberdayaan,

pemerintah melakukan berbagai inovasi dengan menggunakan sumber daya

manusia sebagai penggerak disertai sumber daya alam sebagai pendukung yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Salah satu kebijakan pemerintah yang

digunakan dalam mengimplementasikan fungsi pemberdayaan adalah mengatur


37

perekonomian rakyat. Hal tersebut dianggap penting karena dengan adanya

sistem perekonomian rakyat, diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian dan

keleluasaan pada rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang terwujud

pada pembentukan Usaha Mikro Kecil (UMK). Hal ini juga menjadi pemicu

pembangunan ekonomi secara menyeluruh dalam bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pemerintah dalam melakukan pemberdayaan ekonomi rakyat yang

termanifestasikan melalui Usaha Mikro Kecil (UMK) mempunyai peranan vital.

Dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi,

baik yang sifatnya mendukung maupun menghambat pemberdayaan UMK.

Gambar. II.1: Kerangka Pikiran Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro


Kecil (UMK) Oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan
Menengah Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat

Pemberdayaan

Tugas Pemerintah Daerah

Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah


Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK)

1. Pengembangan potensi
2. Kemampuan
3. Perlindungan
4. Dukungan
5. Pemeliharaan (Suharto, 2010:67-68)

Baik Cukup Baik Kurang Baik


38

D. Konsep Operasional Variabel

Guna menghindari dari kekeliruan dalam penggunaan istilah di dalam

penulisan ini, maka berikut ini penulis akan menuangkan konsep-konsep yang

telah dipaparkan sebelumnya dalam bentuk nyata secara operasionalnya tentang

hasil kajian sebagai berikut:

a. Pemerintahan Kabupaten adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh

pemerintah Kabupaten dan Dewan Permusyawatan Daerah dalam mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat daerah berdasarkan sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Kabupaten

dalam penelitian ini adalah pemerintah Kabupaten Pasaman Provinsi

Sumatera Barat.

b. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah adalah salah satu instansi

pemerintah Kabupaten Pasaman yang diberikan kewenangan dalam

pemberdayaan usaha mikro kecil (UMK) dan berada di bawah Bupati.

c. Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah. Sebagai tujuan, pemberdayaan adalah

menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan

social. Adapun indikator dari penelitian ini yakni:

1) Pengembangan potensi adalah menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi UMK.

a. Pengetahuan adalah hasil dari proses pengalaman dalam mengelola

UMK.

b. Motivasi adalah dorongan semangat masyarakat mengelola UMK.


39

c. Kultur adalah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dalam

engelolaan UMK

2) Kemampuan adalah memperkuat pengetahuan dan keahlian yang dimiliki

masyarakat dalam pengelolaan UMK.

a. Pendidikan adalah tingkat kecerdasan masyarakat dalam pengelolaan

UMK.

b. Pelatihan adalah upaya pemerintah daerah untuk memberikan

pembinaan kepada masyarakat dalam pengelolaan UMK.

3) Perlindungan adalah upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk

melindungi masyarakat guna menghindari terjadinya persaingan yang

tidak seimbang. Diskusi dan Konsultasi adalah suatu aktivitas bertukar

pikiran dalam rangka memecahkan masalah dalam pengelolaan UMK.

4) Dukungan adalah memberikan bimbingan dan penyediaan yang

dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat dalam pengelolaan

UMK. Dukungan terdiri dari:

a. Keterampilan dasar adalah kemampuan yang dimiliki masyarakat

dalam pengelolaan UMK.

b. Komunikasi adalah keterkaitan interaksi masyarakat dalam

pengelolaan UMK.

c. Sumber dana adalah biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam

pengelolaan UMK.
40

5) Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam

pengelolaan UMK guna menciptakan kondisi yang kondusif, keselarasan

dan keseimbangan masyarakat Kelurahan.

a. Perhatian adalah sikap masyarakat dalam pengelolaan UMK.

b. Pembinaan adalah upaya pemerintah daerah tentang bagaimana cara

dalam pengelolaan UMK.

D. Operasionalisasi Variabel

Adapun operasional variabel dari penelitian sebagai berikut :

Tabel II.2. Operasional Variabel Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil


(UMK) Oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten
Pasaman Provinsi Sumatera Barat

Konsep Variabel Indikator Item yang dinilai Ukuran


Pemberdayaan Pemberday Pengembangan a. Pengetahuan. Baik
adalah sebuah proses aan UMK potensi b. Motivasi. Cukup baik
dan tujuan. Sebagai c. Kultur Kurang baik
proses, Kemampuan a. Pendidikan. Baik
pemberdayaan b. Pelatihan Cukup baik
adalah Kurang baik
serangkainkegiatan Perlindungan a. Diskusi Baik
untuk memperkuat b. Konsultas Cukup baik
kekuasaan Kurang baik
atau keberdayaan Dukungan a. Keterampilan Baik
kelompok lemah. dasar. Cukup baik
Sebagai tujuan, b. Komunikasi. Kurang baik
pemberdayaan c. Sumber dana
adalah
menunjuk pada Pemeliharaan a. Perhatian Baik
keadaan atau hasil b. Pembinaan Cukup baik
yang ingin dicapai Kurang baik
oleh sebuah
perubahan social”.
(Suharto, 2010:59-
60)
Sumber : Modifikasi Penelitian, 2017
41

E. Teknik Pengukuran

Pengukuran terhadap setiap indikator variable penelitian ini mengunakan

skala Likert. Menurut Sugiyono (2010:107) skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial.

Baik : Apabila semua indikator variabel berada pada kategori baik

atau pada ukuran 67-100%

Cukup Baik : Apabila hanya 2-3 dari indikator variabel berada pada kategori

baik dengan pengukuran 34-66%.

Kurang Baik : Apabila 0-1 dari indikator variabel berada pada kategori baik

atau dengan pengukuran 0-33%.

Adapun untuk indikator teknik pengukurannya sebagai berikut :

1. Pengembangan Potensi

Baik : Apabila item penilaian telah dilaksanakan berada pada ukuran

67-100%

Cukup Baik : Apabila item penilaian dapat dijalankan berada pada ukuran

34-66%.

Kurang Baik : Apabila penilaian dapat dilaksanakan berada pada ukuran 0-

33%.

2. Kemampuan

Baik : Apabila item penilaian telah dilaksanakan berada pada ukuran

67-100%
42

Cukup Baik : Apabila item penilaian dapat dijalankan berada pada ukuran

34-66%.

Kurang Baik : Apabila penilaian dapat dilaksanakan berada pada ukuran 0-

33%.

3. Perlindungan

Baik : Apabila item penilaian telah dilaksanakan berada pada ukuran

67-100%

Cukup Baik : Apabila item penilaian dapat dijalankan berada pada ukuran

34-66%.

Kurang Baik : Apabila penilaian dapat dilaksanakan berada pada ukuran 0-

33%.

4. Dukungan

Baik : Apabila item penilaian telah dilaksanakan berada pada ukuran

67-100%

Cukup Baik : Apabila item penilaian dapat dijalankan berada pada ukuran

34-66%.

Kurang Baik : Apabila penilaian dapat dilaksanakan berada pada ukuran 0-

33%.

5. Pemeliharaan

Baik : Apabila item penilaian telah dilaksanakan berada pada ukuran

67-100%

Cukup Baik : Apabila item penilaian dapat dijalankan berada pada ukuran

34-66%.
43

Kurang Baik : Apabila penilaian dapat dilaksanakan berada pada ukuran 0-

33%.
44

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data-data yang benar dan lengkap, maka metode-

metode yang penulis gunakan dalam mengumpulkan serta membahas hasil

penelitian ini adalah :

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif yaitu tipe penelitian yang

menggambarkan mengenai variabel yang diteliti dalam penelitian. Menurut

Kountur (2005;105) yang mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah jenis

penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas

mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang di teliti. Kemudian melalui

pendekatan kuantitatif dan kualitatif (Sugiono, 2010:7), yaitu menjawab dan

memecahkan masalah-masalah dengan melakukan pemahaman dan pendalaman

secara menyeluruh dan utuh dari objek yang diteliti agar di peroleh gambaran

yang jelas.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan pada Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan

Menengah Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat dan Lokasi Usaha yang

tergolong UMK, dengan alasan pemilihan lokasi belum seluruh UMK yang

terdaftar berada yang mendapatkan memperoleh pengembangan dan pembinaan

dari pemerintah daerah.

44
45

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan objek atau elemen yang terdapat dalam suatu

penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data. Populasi

yang dimaksud tersebut yaitu seluruh pegawai Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan

Menengah Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat dan masyarakat

pengelola UMK.

Tabel III.1 Sampel dan Populasi Penelitian Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil (UMK) Oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat

Jumlah
No. Jenis Populasi Persentase
Populasi Sampel
Kepala Dinas Koperasi Usaha 1 1 100%
Kecil Dan Menengah
1.
Kabupaten Pasaman Provinsi
Sumatera Barat
2. Kepala Bidang UKM 1 1 100%
Kepala Seksi Usaha Mikro
3. 1 1 100%
Kecil (UMK);
Seksi Pengembangan
4. 1 1 100%
Permodalan dan Kerjasama.
Pemilik UMK di Kabupaten
5. 6.750 34 0,5%
Pasaman
Jumlah 6.754 38
Sumber : Data Modifikasi, 2017

D. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, seluruh

populasi dijadikan sampel atau sensus (Sugiyono, 2010:72). Penetapan seluruh

populasi dijadikan sampel dalam penelitian, dikarenakan jumlah populasi yang

kecil dan masih bisa dijangkau penulis dalam waktu yang singkat untuk pegawai

Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah Kabupaten Pasaman Provinsi


46

Sumatera Barat yakni kepada Dinas, Kepala Bidang, dan Kepala Seksi.

Sementara pemilik Usaha Mikro Kecil (UMK) penarikan sampel menggunakan

purposive sampling.

E. Jenis dan Sumber Data

Guna memperoleh data yang dibutuhkan, maka penulis membagi kedalam

dua bagian yaitu :

a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

dilapangan melalui wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang

berkenaan dengan pemberdayaan UMK.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Koperasi Usaha

Kecil Dan Menengah Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat dan

melalui riset kepustakaan meliputi :

1. Gambaran umum Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah

Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat

2. Jumlah pegawai

3. Tingkat pendidikan pegawai

4. Program Pemberdayaan UMK

5. Jumlah dan Jenis UMK

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi langsung kepada

responden/partisipan mengenai bahan, keterangan yang berhubungan


47

dengan obyek penelitian yang akan diselidiki. Adapun wawancara yang

dilakukan dengan Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah

Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat dan Kepala Bidang UMK.

2. Observasi

Yaitu melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Dengan

observasi penulis dapat mengetahui langsung kejadian sesungguhnya di

lapangan. Pengamatan dilakukan berupa aktivitas UMK, aktivitas

pemerintah dalam pemberdayaan pada UMK.

3. Kuesioner

Yaitu dengan memberikan beberapa daftar pertanyaan berikut dengan

alternatif jawaban yang disebarkan kepada masyarakat yang dijadikan

sampel, setelah diisi/dijawab kuisioner tersebut dikembalikan kepada

peneliti sehingga dapat penulis ketahui apa yang terjadi dalam

pemberdayaan UMK.

4. Dokumentasi

Yaitu adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil

data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan

masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui

dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah melalui pendekatan kuantitatif

(Sugiyono, 2010:7), yaitu menjawab dan memecahkan masalah-masalah dengan


48

melakukan pemahaman dan pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari objek

yang diteliti agar di peroleh gambaran yang jelas.

H. Jadwal Penelitian

Tabel III.2. Jadwal Waktu Penelitian Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro


Kecil (UMK) Oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah
Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat

Bulan dan Minggu Tahun/2018-2019


No Jenis Kegiatan Desember Januari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan dan
1 penyusunan x x x x x x
UP
2 Seminar UP x x x x
3 Perbaikan UP x x
Perbaikan
4 daftar x
kuisioner
Pengurusan
rekomendasi
5 x x
penelitian
(riset)
Penelitian
6 x
Lapangan
Penelitian dan
7 x x
analisis data
Penyusunan
laporan
8 x
Peneltian
(Skripsi)
Konsultasi
9 Perbaikan x x
Skripsi
10 Ujian Skripsi x
Refisi dan
11 Pengesahan x x
skripsi
Penggandaan
serta
12 x
Penyerahan
skripsi
49

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adisasmita, Raharjo. 2011. Manajemen Pemerintah Daerah. Graha Ilmu.


Yogyakarta.

Adi, Isbandi Rukminto. 2009. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat


Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : Rajawali Pres.

Ali, Faried, dkk. 2012.Studi Analisa Kebijakan., Konsep, Teori dan Aplikasi
Sampel Teknik Analisa Kebijakan Pemerintah. Bandung. Refika
Aditama.

Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Blanchard, Ken, et. al. 2004.Pemberdayaan Memerlukan Waktu Lebih dari Satu
Menit. Batam Centre. Interaksara.

Edi, Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung.


Refika Aditama.

Hikmat, R. Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung.


Humaniora Utama Press.

Ibrahim, Amin. 2004. Pokok-Pokok Kebijakan Publik. Rajawali. Jakarta.

Islamy, Irfan. 2004. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi


Aksara. Jakarta.

Kansil, dan Christine. 2003. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bumi Aksara.


Jakarta.

Labolo, Muhadam. 2014. Memahami Ilmu Pemerintahan suatu kajian, teori,


konsep dan pengembangannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Munaf, Yusri. 2016. Hukum Administrasi Negara. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh.

Ndraha, Taliziduhu. 2011. Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru). Rineke


Cipta. Jakarta.

Nugroho, Riant. 2008. Public Policy (Teori Kebijakan-Analisis Kebijakan-


Proses Kebijakan, Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi, Risk
Manajemen dalam Kebijakan Publik). Elex Media Komputindo. Jakarta.
50

Priyono, Onny dan Pranaka, A.M.W. 1996. Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan


dan Implementasi. Jakarta. Center for Strategic and Internasional Studies
(CSIS)..

Rasyid, Ryaas. 2000. Makna Pemerintahan: Tinjauan dari segi etika dan
kepemimpinan. Jakarta. Mutiara Sumber Widya.

Rauf, Rahyunir dan Yusri Munaf. 2015. Lembaga Kemasyarakatan di Indonesia.


Editor Sri Maulidiah. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Sarundajang, S.H. 2001. Birokrasi Dalam Otonomi Daerah. Pustaka Sinar


Harapan. Jakarta.

Sabarno, Hari. 2008. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa.


Jakarta. Sinar Grafika.

Singarimbun, Masri dan Sofyan, Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei.


LP3ES. Jakarta.

Siswanto. 2011. Pengantar Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada,


Jakarta

Suharto, Edi, 2008. Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji


Masalah dan Kebiajakan Sosial, Alfabeta. Bandung.

___________. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika


Aditama. Bandung.

Sun’an, Muammil & Abdurrahman Senuk. 2015. Ekonomi Pembangunan


Daerah. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Syafiie, Inu Kencana. 2014. Ilmu Pemerintahan. Bumi Aksara. Jakarta.


_________2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Refika Aditama. Bandung.

_________. 2003. Ilmu Pemerintahan (Edisi Revisi). Mandar Maju. Bandung.

Syaukani Dkk. 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta.


Pustaka Pelajar.

Terry, G.R. 2011. Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Aksara. Jakarta.

Wuradji. 2009. Metodologi Pengembangan masyarakat. Yogyakarta : Teras.


Media.
51

Wasistiono, Sadu, 2003, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan


Daerah, Fokus Media, Bandung.

Zubaedi. 2008. Wacana Pengembangan Alternatif : Ragam Perspektif


Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Ar-Ruzz

Dokumentasi :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Nomor 16 Tahun 2016 Tentang


Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah

Peraturan Bupati Pasaman Nomor 46 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan


Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Koperasi, Usaha
Kecil dan Menengah

Anda mungkin juga menyukai