Anda di halaman 1dari 12

METODE TUNGGAL (SINGLE PLAN)

Ada tiga bagian akuntansi biaya standar dengan menggunakan metode tunggal yaitu : pencatatan
biaya bahan baku, pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

A. Pencatatan Biaya Bahan Baku


Pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dipengaruhi oleh saat pencatatan selisih harga bahan
baku. Oleh karena itu, pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli.
Dalam metode pencatatan ini, rekening Persediaan Bahan Baku didebit sebesar hasil kali
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan harga standar bahan baku per satuan.
Rekening Utang Dagang dikredit sebesar kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan
harga sesungguhnya bahan baku per satuan. Selisih antara pendebitan rekening Persediaan Bahan
Baku dengan pengkreditan rekening Utang Dagang dicatat dalam rekening Selisih Harga Pembelian
Bahan Baku (materials purchase price variance).
Pada saat bahan baku dipakai, rekening Barang dalam Proses didebit dengan hasil kali
kuantitas standar bahan baku yang dipakai dengan harga standar, sedangkan rekening Persediaan
Bahan Baku dikredit sebesar kuantitas bahan baku yang sesungguhnya dipakai dengan harga standar.
Selisih pendebitan rekening Barang dalam Proses dengan pengkreditan rekening Persediaan Bahan
Baku dicatat dalam rekening Selisih Pemakaian Bahan Baku (materials quantity variance). Berikut
adalah gambar yang melukiskan pencatatan biaya bahan baku dengan metode ini.

Utang Dagang Persediaan Bahan Baku Barang dalam Proses

KSDib x HS KSDib x HSt KSDip x HSt KStDip x HSt

Selisih Harga Selisih Pemakaian


Pembelian Bahan Baku Bahan Baku

(HSt – HS) x KSDib (KSt – KS) x HSt

Catatan :
KSDib = Kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli
KSDip = Kuantitas sesungguhnya yang dipakai
KStDip = Kuantitas standar yang seharusnya dipakai
HS = Harga sesungguhnya
HSt = Harga standar

Metode pencatatan bahan baku ini menimbulkan kesulitan apabila pada akhir periode
akuntansi terdapat persediaan bahan baku di gudang. Kesulitan yang timbul adalah dalam
menentukan selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada persediaan bahan baku pada
akhir periode tersebut. Rekening Selisih Harga Pembelian Bahan Baku hanya dapat menunjukkan
jumlah seluruh selisih harga pembelian bahan baku yang terjadi dalam suatu periode akuntansi.

Contoh 9
PT Rimendi menggunakan system biaya standar. Biaya bahan baku per satuan produk adalah sebagai
berikut
Kuantitas standar 50 kg
Harga standar per kg Rp 100
Dalam bulan januari, 19X1, jumlah produk yang dihasilkan adalah 2.000 satuan, yang mengkonsumsi
bahan baku sebanyak 120.000 kg. Dalam bulan tersebut, kuantitas bahan baku yang dibeli adalah
150.000 kg, dengan harga beli Rp 90 per kg. Perusahaan menggunakan model dua selisih (the two-
way model) dalam menganalisis selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar.
Perhitungan selisih biaya bahan baku adalah sebagai berikut :

 Selisih harga pembelian bahan baku :


Harga pembelian standar (150.000 x Rp 100) Rp 15.000.000
Harga pembelian sesungguhnya (150.000 x Rp 90) 13.500.000
Selisih harga pembelian bahan baku Rp 1.500.000 L

 Selisih pemakaian bahan baku :


Pemakaian standar (2.000 x 50 kg x Rp 100) Rp 10.000.000
Pemakaian sesungguhnya (120.000 kg x Rp 100) 12.000.000
Selisih pemakaian bahan baku Rp 2.000.000 R

 Selisih harga bahan baku yang dipakai :


Kuantitas bahan baku yang dipakai sesungguhnya
pada harga standar (120.000 kg x Rp 100) Rp 12.000.000
Kuantitas bahan baku yang dipakai sesungguhnya
pada harga sesungguhnya (120.000 kg x Rp 90) 10.800.000
Selisih harga bahan baku yang dipakai Rp 1.200.000

Jika selisih bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli, jurnal yang dibuat oleh PT Rimendi
pada saat pembelian dan pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut :

Persediaan Bahan Baku Rp 15.000.000


Utang Dagang Rp 13.500.000
Selisih Harga Pembelian Bahan Baku 1.500.000
(Untuk mencatat pembelian bahan baku)

Barang dalam Proses-Bahan Baku Rp 10.000.000


Selisih Pemakaian Bahan Baku 2.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp 12.000.000
(Untuk mencatat pemakaian bahan baku)
2. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai.
Dalam metode ini, pada saat bahan baku yang dibeli, rekening Persediaan Bahan Baku didebit
sebesar hasil kali kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya bahan baku per
satuan dan rekening Utang Dagang dikredit dengan jumlah yang sama. Dengan demikian pada saat
pembelian, tidak diadakan pencatatan selisih harga yang terjadi.
Pada saat bahan baku dipakai, rekening Barang dalam Proses didebit sebesar hasil kali
kuantitas standar bahan baku dikalikan dengan harga standar bahan baku per satuan, sedangkan
rekening Persediaan Bahan Baku dikredit sebesar kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dipakai
dikalikan dengan harga sesungguhnya per satuan bahan baku. Selisih yang timbul dari pendebitan
rekening Barang dalam Proses dan pengkreditan rekening Persediaan Bahan Baku adalah : selisih
harga dan selisih kuantitas. Selisih harga dicatat dalam rekening Selisih Harga Bahan Baku yang
Dipakai dan selisih kuantitas dicatat dalam rekening Selisih Pemakaian Bahan Baku. Berikut adalah
gambar yang melukiskan pencatatan selisih harga bahan baku dengan metode ini.

Utang Dagang Persediaan Bahan Baku Barang dalam Proses

KSDib x HS KSDib x HS KSDip x HS KStDip x HSt

Selisih Harga Pembelian Selisih Pemakaian


Bahan Baku Bahan baku

(HSt – HS) x KStDip (KStDip – KSDip x HSt)

Berdasarkan data dalam contoh di atas, jurnal pencatatan pembelian dan pemakaian bahan
baku dengan metode ini adalah sebagai berikut :

Persediaan Bahan Baku Rp 13.500.000


Utang Dagang Rp 13.500.000
(untuk mencatat transaksi pembelian bahan baku)

Barang dalam Proses Rp 10.000.000


Selisih Kuantitas Bahan Baku 2.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp 10.800.000
Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai 1.200.000
(untuk mencatat pemakaian bahan baku)

3. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli dan dipakai
Metode ketiga ini merupakan kombinasi antara metode 1 dan metode 2 yang telah diuraikan
di atas. Pada saat bahan baku dibeli, selisih harga yang terjadi dicatat dalam rekening Selisih Harga
Pembelian Bahan Baku. Pada saat bahan baku dipakai, sebagian dari selisih harga yang melekat pada
bahan baku yang dipakai ditransfer ke rekening Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai. Dalam
metode ini rekening Persediaan Bahan Baku didebit dan dikredit dengan harga standar bahan baku.
Berikut adalah gambar yang melukiskan pencatatan selisih harga bahan baku yaitu :

Utang Dagang Persediaan Bahan Baku Barang dalam Proses

KSDib x HS KSDib x HSt KSDip x HSt KStDip x HSt

Selisih Harga Selisih Harga Selisih Pemakaian


Pembelian Bahan Baku Bahan Baku yang Bahan Baku
Dipakai

(HSt – HS) x KSDib (KSt – KS) x HSt

(HSt – HS) x KSDip

Dari contoh di atas, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

Persediaan Bahan Baku Rp 15.000.000


Utang Dagang Rp 13.500.000
Selisih Harga Pembelian Bahan Baku 1.500.000
(untuk mencatat pembelian bahan baku)

Barang dalam Proses-Bahan Baku Rp 10.000.000


Selisih Pemakaian Bahan Baku 2.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp 12.000.000
(untuk mencatat pemakaian bahan baku)

Selisih Harga Pembelian Bahan Baku Rp 1.200.000


Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai Rp 1.200.000
(untuk mencatat selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada bahan baku yang dipakai
dalam produksi)
B. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pencatatan biaya tenaga kerja langsung dilakukan melalui 3 tahap yaitu :
1. Pencatatan utang upah langsung
Pada saat daftar upah langsung selesai dibuat, Bagian Akuntansi Keuangan membuat jurnal
sebagai berikut :
Gaji dan Upah xx
Utang Gaji dan Upah xx

2. Pencatatan distribusi upah langsung


Distribusi upah langsung dilakukan dengan mendebit rekening Barang dalam Proses sebesar
hasil kali jam kerja standar dengan tarif upah standar, dan mengkredit rekening Gaji dan Upah
sebesar hasil kali jam kerja sesungguhnya dengan tarif upah sesungguhnya. Selisih pendebitan
rekening Barang dalam Proses dengan pengkreditan rekening Gaji dan Upah dicatat dalam rekening
Selisih Tarif Upah dan Selisih Efisiensi Upah.
Jurnal distribusi upah langsung adalah sebagai berikut (misalnya selisih yang terjadi
merupakan selisih yang merugikan) :
Barang dalam Proses xx
Selisih Tarif Upah xx
Selisih Efisiensi Upah xx
Gaji dan Upah xx

3. Pencatatan pembayaran upah langsung


Pembayaran upah langsung dijurnal sebagai berikut :
Utang Gaji dan Upah xx
Kas xx

Contoh :

Jika perusahaan menggunakan model dua selisih dalam analisis selisih biaya sesungguhnya dari
biaya standar, maka perhitungan selisih biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut :

Biaya tenaga kerja langsung standar (250 x 20 jam x Rp 500) Rp 2.500.000

Biaya tenaga kerja sesungguhnya ( 5.100 jam x Rp 475) 2.422.500

Selisih biaya tenaga kerja langsung Rp 77.500

Dari perhitungan selisih dengan model dua selisih dalam contoh 8 diperoleh selisih tarif upah
sebesar Rp 127.500 L dan selisih efisiensi upah Rp 50.000 R

Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut :

Barang dalam Proses Rp 2.500.000

Selisih Efisiensi Upah Rp 50.000

Gaji dan Upah Rp 2.422.500


Selisih Tarif dan Upah 127.500

C. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik


Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode tunggal (single plan) dipengaruhi oleh metode
analisis selisih biaya overhead yang digunakan.
1. Metode Dua Selisih
Atas dasar data dalam contoh 8, dan perhitungan selisih dalam contoh tersebut, jurnal
pencatatan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :
Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk :
Barang dalam Proses Rp 3.500.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.500.000
250 x 20 jam x Rp 700
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000
Jurnal untuk mencatat penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya :
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.500.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.500.000
Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik :
Selisih Terkendalikan Rp 90.000
Selisih Volume 60.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 150.000

2. Metode Tiga Selisih


Atas dasar data dalam contoh 8 dan perhitungan selisih dalam contoh tersebut jurnal
pencatatan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :
Jurnal pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk :
Barang dalam proses (5.000 jam x Ro 700) Rp 3.500.000
Selisih Efisiensi 70.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan (5.100 jam x Rp 700) Rp 3.570.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.650.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp 3.650.000
Jurnal untuk mencatat penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya :
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 3.570.000
Jurnal untuk mencatat selisih biaya overhead pabrik :
Selisih Pengeluaran Rp 50.000
Selisih Kapasitas 30.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 80.000
3. Metode Empat Selisih
Karena perbedaan metode empat selisih dengan metode tiga selisih terletak pada selisih
efisiensi, maka pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode empat selisih dilakukan dengan
membentuk rekening Selisih Efisiensi Variabel dan rekening Selisih Efisiensi Tetap. Dari data dan
perhitungan selisih dalam contoh 8, jurnal pencatatan selisih efisiensi adalah sebagai berikut :
Barang dalam Proses Rp 3.500.000
Selisih Efisiensi Variabel 40.000
Selisih Efisiensi Tetap 30.000
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 3.570.000
Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, penutupan biaya overhead pabrik yang
dibebankan ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, dan pencatatan selisih pengeluaran
dan selisih kapasitas dalam metode empat selisih ini sama dengan yang dibuat dalam metode tiga
selisih.

D. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi


Pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dilakukan dengan mengkredit
rekening Barang dalam Proses dan mendebit rekening Persediaan Produk Jadi sebesar hasil kali
kuantitas produk jadi yang ditrasfer ke gudang dengan harga pokok standar per satuan produk.
Pencatatan harga pokok produk selesai dari Contoh 8 adalah sebagai berikut :

Persediaan Produk Jadi (250.000 unit produk x Rp 29.000) Rp 7.250.000


Barang dalam Proses Rp 7.250.000

SELISIH KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN SELISIH HASIL (MATERIALS MIX DAN YIELD
VARIANCE)
Bahan baku yang dipakai dalam perusahaan seringkali terdiri atas berbagai macam jenis dan mutu.
Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, seringkali terdapat kemungkinan untuk mengubah komposisi bahan
baku yang dipakai dengan tujuan untuk merendahkan biaya, dengan mutu dan kuantitas hasil produk yang
tetap memuaskan. Penurunan biaya juga dapat dilakukan dengan perbaikan hasil bahan baku yang dipakai.
Dalam perusahaan semacam ini, manajemen memerlukan analisis selisih komposisi dan hasil bahan baku.

Selisih Komposisi Bahan Baku


Selisih komposisi adalah penyimpangan jika terajdi spesifikasi bahan baku menurut standar telah
ditentukan dan komposisi jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi telah ditetapkan, maka
bila terjadi penyimpangan antara komposisi standar dengan komposisi sesungguhnya bahan yang dipakai.

Selisih Hasil
Hasil dapat didefinisikan sebagai jumlah produk utama yang dihasilkan dari pengolahan bahan
baku tertentu. Jika untuk menghasilkan 10 satuan produk dibutuhkan 20 kg bahan baku, maka persentase
hasil dalam hal ini adalah 50 % (10/20 x 100 %). Jika persentase hasil sesungguhnya menyimpang dari
standar, maka penyimpangan ini disebut selisih hasil.
Contoh 10
Untuk menghasilkan 5 satuan produk A dibutuhkan bahan baku menurut komposisi standar disajikan dalam
gambar berikut.

Jenis Bahan Baku Kuantitas Harga Standar per kg Biaya bahan baku
Jumlah % per 5 satuan
produk
X 6 kg 60 Rp 15 Rp 90
Y 4 kg 40 Rp 20 Rp 80
Total 10 kg 100 Rp 170
Misalkan jumlaj produk A yang dihasilkan dalam bulan April 19X1 berjumlah 4.550 satuan dengan
pemakaian bahan baku X = 5.200 kg dan Y = 3.800 kg.

Penghitungan Selisih Hasil Bahan Baku


Berdasarkan data gambar di atas, dan data biaya produksi sesungguhnya tersebut di atas, selisih
komposisi bahan dihitung seperti disajikan dalam gambar berikut.
Kuantitas sesungguhnya
bahan baku yang dipakai
Menurut Menurut Harga
komposisi komposisi Selisih standar Selisih komposisi
Jenis sesungguhnya standar komposisi bahan bahan baku
bahan Komposisi bahan baku baku per
baku standar (2) x 9.000 (3) – (4) dalam kg kg (5) – (6)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
X 60 % 5.200 kg 5.400 kg 200 Rp 15 Rp 3.000 L
Y 40 % 3.800 kg 3.600 kg 200 Rp 20 Rp 4.000 R
Total 9.000 kg 9.000 kg Rp 1.000 R

Selisih Hasil Bahan Baku


Untuk menghasilkan 5 satuan produk selesai dibutuhkan 10 kg bahan baku ( X dan Y) atau
persentase hasilnya 50 %. Jadi kalau jumlah bahan baku X dan Y yang diolah dalam periode akuntansi
tersebut sebanyak 9.000 kg, menurut persentase hasil standar harus menghasilkan 50 % x 9.000 = 4.500
unit produk selesai. Padahal hasil sesungguhnya berjumlah 4.550 satuan, sehingga selisih hasil (dalam unit)
sebesar 50 satuan. Perhitungan selisih hasil bahan baku dapat diringkas sebagai berikut.

Hasil sesungguhnya 4.550 satuan


Hasil menurut standar 50% x 9.000 satuan 4.500 satuan
Selisih hasil (dalam kuantitas) 50 satuan
Selisih hasil dalam rupiah 50 x Rp 34 Rp 1.700
Karena setiap 5 satuan produk membutuhkan biaya bahan baku Rp 170, maka biaya bahan baku yang
terkandung dalam setiap satuan produk selesai adalah sebesar Rp 34 (Rp 170 : 5). Jadi selisih hasil dalam
dalam rupiah adalah 50 x Rp 34 = Rp 1.700 (laba).
Berikut adalah perhitungan selisih hasil upah dan selisih hasil biaya overhead pabrik. Misalkan dari
contoh di atas, untuk menghasilkan 5 satuan produk dibutuhkan biaya tenaga kerja standar Rp 150 dan
biaya overhead pabrik standar Rp 200 maka selisih hasil dapat dihitung sebagai berikut.

Selisih Hasil Biaya Tenaga Kerja


Hasil sesungguhnya x biaya tenaga kerja standar per satuan produk (4.550 x Rp 30) = Rp136.500
Hasil standar x biaya tenaga kerja standar per satuan produk (4.500 x Rp 30) = Rp 135.000
Selisih hasil biaya tenaga kerja Rp 1.500 L

Selisih Hasil Overhead Pabrik


Hasil sesungguhnya x biaya overhead pabrik per satuan produk (4.550 x Rp 40) = Rp 182.000
Hasil standar x biaya overhead pabrik per satuan produk (4.500 x Rp 40) = Rp 180.000
Selisih hasil overhead pabrik = Rp 2.000L

Pencatatan Selisih Komposisi Bahan Baku dan Selisih Hasil


Perbedaan antara selisih komposisi dan selisih hasil bahan baku merupakan selisih pemakaian bahan.
Dalam contoh di atas selisih pemakaian bahan sebesar Rp 700 (Rp 1.700 – Rp 1.000) sama dengan:
Selisih hasil bahan baku Rp 1.700 L
Selisih komposisi bahan baku Rp 1.000 R
Rp 700 L
Dari contoh di atas pencatatan Selisih Komposisi Bahan Baku adalah sebagai berikut :
Barang dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 153.000
Selisih Komposisi Bahan Baku 1.000
Persediaan Bahan Baku Rp 154.000

Dari contoh di atas, jurnal pencatatan Selisih Hasil Bahan adalah sebagai berikut :
Persediaan Produk Jadi (4.550 satuan x Rp 34) Rp 154.700
Selisih Hasil Bahan Baku Rp 1.700
Barang dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 153.000
(5.400 satuan x Rp 15) + (3.600 satuan x Rp 20)
Untuk mencatat selisih hasil biaya tenaga kerja dan selisih hasil overhead pabrik adalah sebagai berikut.

Produk Jadi Rp 136.500


Selisih Hasil Biaya Tenaga Kerja Rp 1.500
Barang dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp 135.000
(untuk mencatat selisih hasil upah)

Persediaan Produk Jadi Rp 182.000


Selisih Hasil Overhead Pabrik Rp 2.000
Barang dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 180.000
(untuk mencatat selisih hasil biaya overhead pabrik)
Perlakuan Terhadap Selisih
Selisih yang terjadi dapat diperlakukan dengan cara :
a. Ditutup ke rekening laba rugi
b. Dipakai untuk menyesuaikan rekening-rekening harga pokok penjualan dan persedian produk
jadi dan persediaan barang dalam proses

Perlakuan terhadap selisih yang terjadi tergantung pada :

1. Jenis selisih : selisih biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik
2. Besarnya selsiih. Jika jumlah selisih relative kecil, disajikan lansgung kedalam laporan laba
rugi, sedangkan jika jumlahnya relative besar, diperlakukan sebagai adjustment terhadap
persediaan dan harga pokok penjualan
3. Pengalaman penggunaan biaya standar
4. Sebab-sebab terjadinya selisih
5. Waktu terjadinya selisih

Selisih Ditutup ke Rekening Laba Rugi

Dari contoh prosedur akuntansi biaya standar dengan metode ganda dapat dibuat ringkasan jenis
dan jumlah selisih sebagai berikut:

Jenis selisih Jumlah

Selisih harga bahan baku Rp 105.000 R

Selisih kuantitas bahan baku Rp 200.000 L

Selisih tarif dan upah Rp 127.500 L

Selisih efisiensi upah Rp 50.000 R

Selisih pengeluaran Rp 50.000 R

Selisih kapasitas Rp 30.000 R

Selisih efisiensi overhead Rp 70.000 R


Jurnal untuk menutup selisih-selisih tersebut ke dalam rekening laba rugi adalah sebagai beirkut:

Selisih kuantitas bahan baku Rp 200.000

Selisih tarif upah 127.500

Selisih harga bahan baku Rp 105.000

Selisih efisiensi upah 50.000

Selisih pengeluaran 50.000

Selisih kapasitas 30.000

Selisih efisiensi overhead 70.000

Rugi-Laba 22.500

PT Eliona Sari

Laporan Laba Rugi

Untuk Bulan Januari 20x1

Hasil penjualan Rp 10.000.000

Harga pokok penjualan (standar) 7.250.000

Laba bruto standar Rp 2.750.000

Selisih rugi

Selisih harga bahan baku Rp 105.000

Selisih efisiensi upah 50.000

Selisih pengeluaran 50.000

Selisih kapasitas 30.000

Selisih efisiensi 70.000

Jumlah selisih rugi Rp 305.000

Selisih laba

Selisih kuantitas bahan baku Rp 200.000

Selisih tarif upah 127.500


Jumlah selisih laba Rp 327.500

Rp 22.500

Laba bruto sesungguhnya Rp 2.772.500

Selisih dibagikan ke rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan

Pembagian selisih ke rekening-rekening persediaan dan harga pokok penjualan dapat didasarkan
pada perbandingan harga pokok atau kuantitasnya.

Perbaikan Terhadap Standar

Standar harus diubah hanya apabila kondisi yang mendasari penentuannya telah mengalami
perubahan. Mengenai kapan standar harus diubah ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan
bahwa standar harus diubah dalam periode akuntansi, yaitu segera setelah diketahui bahwa standar
tersebut keliru ditetapkan. Pendapat kedua mengatakan bahwa jika standar diperbaiki dalam akuntansi,
perubahan tersebut akan menghancurkan standar sebagai alat pengukur efisiensi. Oleh karena itu
meskipun standar yang ditetapkan telah mengalami kekeliruan, perbaikan standar harus ditunda sampai
akhri periode akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai