Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PKN

TENTANG sistem hukum dan


peradilan nasional

Disusun Oleh:

1. Ahmad Syarifuddin Syarqawi Amin

2. M. Rijaldi Firdaus

3. Suratman Ruhul Jihad

4.

MA MU’ALLIMIN NW PANCOR

Desa Pancor, Kecamatan Selong, Kab. Lotim

Tahun Pelajaran 2015-2016

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puja dan Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat; inayah; dan karunia-Nya sehingga makalah tetang
“ Sistem Hukum dan Peradilan Nasioal ” ini dapat diselesaikan dengan baik tepat pada
waktunya.
Untuk menyelesaikan laporan ini, banyak memperoleh dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak secara lansung maupun tidak lansung, baik moril maupun materil.
Sehubungan dengan itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ustaz Munawar, M.Pd selaku Kepala Madrasah MA Mu’allimin NW Pancor


2. Ustaz Ahdiyat Furqan, S.Pd selaku guru bidang studi PKN
3. Ustaz Ahdiyat Furqan, S.Pd selaku wali kelas X IPA 2
4. Kelommpok-kelompok yang lain di kelas semuanya tanpa terkecuali yang
bersama-sama menyelesaikan makalah ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan dalam menyelesaikan laporan ini dapat
balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah PKN tentang” Sistem Hukum dan Peradilan
Nasioal ” ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi
pecinta ilmu pengetahuan dan peneliti lainnya.

Rensing, Januari 2016

Penulis

Bukanlah anak yatim itu yang telah meninggal orang tuanya,


Tapi sebenarnya yatim itu adalah Yatim ilmu dan yatim hati.
[Kitabu al-Adabi wa al-Mah fuzhoti]

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 4


B. Rumusan masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum ........................................................................................... 6


B. Tujuan Hukum ............................................................................................... 8
C. Tata Hukum Indonesia ................................................................................. 9
D. Pengertan Sistem Hukum dan Peradilan Nasionaal ...................................... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 19
B. Saran .............................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradilan menjadi potret hukum dalam sebuah negara. Pengadilan yang tegas
dan adil mengindikasikan proses penegakan hukum berjalan dengan baik. Hukum dalam
sebuah negara sudah seharusnya adil dan berpihak pada kebenaran. Seperti pepatah yang
mengatakan, hukum bagaikan pedang. Kedua matanya harus tajam menebas ke atas.
Sebagai pisau bermata dua hukum tidak memandang golongan yang diatas maupun
golongan yang dibawah. Siapapun yang bersalah akan terkena sanksi hukum. Dengan
demkian, hukum makan memiliki wibawa keatas (untuk menindak para pejabat yang
melnggar hukum) dan tegas ke bawah (untuk rakyat). .Bukan seperti pedang yang tajam
dan tumpul kepada si pemegang pedang. Jangan karena yang diatas (pejabat Negara),
seorang penegak hukum tidak menindaknya dengan tegas. Seharusnya, yang
berkedudukan diataslah yang harus menjaga hukum buukannya melanggar hukum.
Penegakan hukum di Indonsia harus dibangun dengan asas keadilan untuk
menciptakaan ketertibban umum, kedamaian, ketentraman dalam berkehidupan berbangsa
dan bernegara di Indonesia ini. Berbagai masalah keidupan berbangsa dan bernegara
sering dimulai dari lemahnya kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali,
apakah dia pejabat, ketua RT, ketua RW, camat, kadus, sampai Presiden sekalipun untuk
menaati dan menegakkan hukum di Indonesia yang kita cintai ini. Dengan adanya
kesadaran darai Masyarakat, maka akan tercipta kehidupan berbangsa dan benegara yang
tentram, adil, deamai dan sejahtera.
Oleh karena itru, negara Indonesia sangat membutuhkan kesadaran dan
keikutsertaan selurugh elemen masyarakat untuk memahami system hukum nasional dan
mematuhinya.

4
B. Rumusan Masalah
Dalam uraian latar belakang masalah tersebut maka dapat dikemukakan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara untuk menyadarkan masyarakat untuk menegakkan dan
mematuhi hukum di Indonesia …?
2. Bagaimana cara para pelanggar hukum jera untuk melakukan
pelanggaran yang dibbuatnya … ?
3. Bagaimana cara untuk meningkatkan keadilan di tengah-tenngah
masyarakat ... ?

C. Tujuan
Tujuan kita mempelajari materi tentang Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
adalah untuk mengatasi dan mengantisipasi adanya pelanggaran-pelanggaran yang terlalu susah
untuk diatasi. Maka daripada itu dengan adanya Sistem Hukum Nasional, akan memudahkan
penegak hukum unrtuk mengakkan hukum dan memberinya sanksi sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dilanggar.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum
Ubi societas ibi jus, maknanya adalah dimana ada masyarakat pasti disitu ada
hukum. Ungkapan tersebut menjelaskan dalam senuah masyarakat dibutuhkan sebuah
pengikat yakni hukum. Hukum adalah kumpulan peraturan (perintah dan larangan ) yang
mengurus tata tertib suatu masyarakat dan harus ditaati masyarakat. Para ahli hukum
memiliki pendapat yang berbeda antara yang sau dengan yang lain, akan tetapi maknanya
sama. Berikut beberapa definisi hukum menurut para ahli :
 Prof. Mr. E.M. Meyers
Hukum ialah semua aturan yang menyangkut kesusilaan dan ditujukan
terhadap tingkah laku manusia dalam masyarakat, serta sebagai pedoman bagi
penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.

 E. Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan, karena pelanggaran petunjuk hidup
tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.

 Simorangkir
Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan sebagai pedoman tingkah
laku manusia dalam masyarakat yang dibuat oleh lembaga berwenang serta
bagi siapa yang melanggarnya akan mendapatkan hukuman.

 S.M. amin, SH
Hukum adalah kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi serta bertujuan mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan
manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

 M.H. Tirtaatmadjaja, SH
Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian jika melanggar norma itu akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya.

6
 Leon Duguit
Hukum adalah aturn tingkah laku yang harus dipatuhi oleh masyarakat sebagi
jaaminan kepentringan bersama..Penyimpangan terhadap hukum tersebut
dapat menimbulkan reaksi bersama yaitu penentrangan terhadap anggota
masyarakatyang melakukan pelanggaran.

 Immanuel Kant
Hukum adalah seagai kesluruhan syarat-syarat yang dengan ini hendak bebas
dari seorang yang satu dapaat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari
orang yang lain, menuruti peratruran hukum tentang kemerdekaan.

 R. Soeroso, S.H.
Hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh pihak yang berwenang
dengan tujuan untuk mengatur tata cara kehidupan masyarakat. Karakktreristik
dari himpunan p;eraturan ini adalah memerintah dan melarang serta
mempunyai sifat memaksa dengan menjatruhkan sanksi hukuman yang
mengikat bagi pelanggarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka hukum terdiri dari beberapa unsur:


1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2) Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3) Peraturan itu bersifat memaksa.
4) Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Unsur memaksa artinya bagi barang siapa yang melanggarnya akan memperoleh
atau dikenai sanksi. Sanksi ialah akibat dari suatu reaksi atas suatu perbuatan, terutama
dari pihak pemerintah yang bertugas untuk mempertahankan pelaksanaan hukum.
Menurut pasal 10 KUHP, macam-macam sanksi sebagai berikut:
a. Sanksi pokok terdiri atas:
 Hukuman mati
 Penjara
 Kurungan
 Denda
b. Sanksi tambahan terdiri atas:
 Pencabutan hak-hak tertentu
 Perampasan barang-barang tertentu
 Pengumuman keputusan hakim
c. Ciri-ciri hukum :
 Adanya perintah dan/atau larangan.
 Perintah dan/atau larangan itu harus ditaati semua orang.

7
B. Tujuan Hukum
Beberapa tujuan hukum menurut para ahli:
a) Prof. Soebekti, SH
Hukum mengabdi kepada tujuan negara. Oleh karena itu, tujuan hukum
adalah untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan seluruh rakyat.
b) L.J. Van Apeldoorn
Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
c) Jeremy Bentham
Hukum bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya
bagi sebanyak mungkin orang.
d) O. Notohamidjojo
Tujuan hukum ada 3, yaitu:
 Mendatangkan tatanan (keteraturan) dan kedamaian dalam masyarakat.
 Mewujudkan keadilan.
 Menjaga supaya manusia diperlakukan sebagai manusia.

Dapat disimpulkan bahwa hukum memiliki tujuan tertentu yang mengarah


pada upaya memberikan perlindungan kepada kepentingan individu ataupun masyarakat
secara seimbang. Adapun tujuan hukum nasional Indonesia adalah ingin mengatur secara
pasti hak dan kewajiban lembaga-lembaga negara, semua pejabat negara, setiap warga
negara Indonesia agar semuanya dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan dan tindakan-
tindakan demi terwujudnya tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu terciptanya masyarakat
yang terlindungi oleh hukum, cerdas, terampil, cinta dan bangga bertanah air Indonesia
dalam suasana hidup makmur dan adil berdasarkan falsafah Pancasila.

 Tugas hukum adalah sebagai berikut:


 Menjamin kepastian kukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.
 Menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, dan kebenaran.
 Menjaga negara jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri
dalam pergaulan masyarakat.

 Negara Indonesia adalah negara hukum (rechtstaat). Menurut F.J. Stahl,


rechtstaat memiliki unsur berikut:
 Hak-hak dasar manusia.
 Pembagian kekuasaan.
 Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
 Peradilan tata usaha negara.

8
 Ada tiga hal yang harus dipenuhi agar dapat mewujudkan rule of law di
Indonesia:
 Hukum di Indonesia harus memenuhi rasa keadilan dalam
masyarakat.
 Indonesia harus menjalankan suatu system peradilan yang jujur,
adil dan bersih dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).
 Akses publik ke peradilan harus ditingkatkan.

C. Tata Hukum Indonesia


Tata hukum di Indonesia dimulai sejak diproklamasikannya kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Dengan adanya proklamasi Indonesia berarti pula sejak saat
itu bangsa Indonesia telah mengambil keputusan untuk menentukan dan melaksanakan
hukumnya sendiri, yaitu tata hukum Indonesia.
Penggolongan tata hukum Indonesia :

1. Berdasarkan wujud/bentuknya
a) Hukum tertulis
Yaitu hukum yang ditulis/dicantumkan dalam berbagai peraturan
perundang-undangan.
Contoh : KUHP, KUH Perdata
b) Hukum tidak tertulis
Yaitu hukum yang masih berlaku dan diyakini oleh masyarakat serta
ditaati sebagaimana suatu peraturan perundang-undangan meskipun
hukum ini tidak tertulis atau tidak dicantumkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan.
Contoh: Hukum adat

2. Berdasarkan ruang dan wilayah berlakunya


a) Hukum lokal
Yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu.
Contoh: hukum adat Batak, Minangkabau, Jawa dan sebagainya.
b) Hukum nasional
Yaitu hukum yang yang berlaku di negara tertentu.
Contoh: hukum Indonesia, hukum Malaysia, hukum Mesir dan
sebagainya.
c) Hukum Internasional
Yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia
internasional.

9
3. Berdasarkan waktu berlakunya
a) Hukum yang berlaku sekarang ini atau saat ini (ius constitutum)
b) Hukum yang berlaku pada waktu yang akan dating (ius
constituendum)
c) Hukum alam, berlaku abadi di masa lalu, sekarang, dan yang akan
datang.

4. Berdasarkan pribadi yang mengaturnya


a) Hukum satu golongan
Yaitu hukum yang mengatur dan berlaku hanya bagi satu golongan
tertentu.
b) Hukum semua golongan
Yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi semua golongan
warga negara.
c) Hukum antargolongan
Yaitu hukum yang mengatur dua orang atau lebih yang masing-
masing pihak tunduk pada hukum yang berbeda.

5. Berdasarkan isi masalah atau kepentingan yang dilindungi


a) Hukum Publik
Yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dengan
negara yang menyangkut kepentingan umum.
b) Hukum privat
Yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu
dengan yang lain dan bersifat pribadi.

6. Berdasarkan cara mempertahankannya


a) Hukum material
Yaitu hukum yang berisi perintah dan larangan ( terdapat di dalam
undang-undang hukum pidana, perdata, dagang dan sebagainya)
b) Hukum formal
Yaitu hukum yang berisi tentang tata cara nelaksanakan dan
mempertahankan hukum material (terdapat di dalam Hukum Acara
Pidana, Hukum Acara Perdata, dan sebagainya).

10
D. Pengertian Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
Pada umumnya, hukum diartikan sebagai peraturan atau tata tertib yang
mempunyai sifat memaksa, mengikat, dan mengatur hubungan manusia dengan manusia
yang lainnya dalam masyarakat dengan tujuan menjamin keadilan dan ketertiban dalam
pergaulan hidup dalam bermasyarakat.
1. Hukum yang mempunyai sifat mengatur dan memaksa ini bertujuan untuk :
o Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai (Van Apeldorn)
o Mencapai keadilan, yaitu adanya unsur daya guna dan kemanfaatan
(Geny)
o Menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan
itu tidak dapat diganggu gugat.

2. Hukum memiliki cirri-ciri sebagai berikut:


o Adanya perintah/larangan
o Perintah larangan itu bersifat memaksa/mengikat semua orang.

3. Hukum mengandung beberapa unsur berikut:


o Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
o Peraturan itu dibentuk oleh badan-badan resmi yang berwajib/berwenang.
o Peraturan itu bersifat memaksa
o Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas dan nyata.

Sistem hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum di Eropa,


hukum agama, dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut mengacu pada hukum
Eropa, khususnya dari Belanda. Hal ini berdasarkan fakta sejarah bahwa Indonesia
merupakan bekas wilayah jajahan Belanda. Hukum agama juga merupakan bagian dari
sistem hukum di Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut agama
Islam, maka hukum Islam lebih banyak diterapkan, terutama di bidang perkawinan,
kekeluargaan, dan warisan.
Sementara hukum adat merupakan aturan-aturan masyarakat yang dipengaruhi
oleh budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara dan diwariskan secara turun-temurun.
Secara umum, hukum di Indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu hukum perdata dan
hukum pidana.

11
4. Penggologan Hukum

Jenis Penggolongan Macam Pengertian Contoh


 Hukum undang-  Hukum yang tercantum di dalam  UU Sisdiknas
undang peraturan perundang-undangan

 Hukum adat dan  Hukum yang diambil dari  Hukum adat


hukum kebiasaan peraturan-peraturan adat dan Sunda
kebiasaan

 Hukum  Hukum yang terbentuk dari  KUHP


Berdasarkan yurisprudensi putusan pengadilan
Sumbernya
 Hukum traktat  Hukum yang ditetapkan oleh  Hukum batas
Negara peserta perjanjian Negara
internasional

 Hukum doktrin  Hukum yang berasal dari


pendapat para ahli hukum
terkenal

 Hukum tertulis  Hukum yang dapat ditemui  KUHP, KUHD,


dalam bentuk tulisan dan KUHAP
dicantumka dalam berbagai
peraturan Negara.

Hukum tertulis terbagi atas:


Berdasarkan
a) Hukum yang dikodifikasi
bentuknya
b) Hukum yang tidak dikodifikasi

 Hukum yang  Hukum yang masih hidup dalam  Hukum


tidak tertulis keyakinan dan kenyataan dalam kebiasaan dan
masyarakat yang bersangkutan hukum adat

 Hukum public  Hukum yang mengatur hubungan  Hukum tata


antar warga Negara dan Negara Negara, hukum
yang menyangkut kepentingan pidana, hukum
umum/public acara pidana

 Hukum privat  Hukum yang mengatur hubungan  Hukum


Berdasarkan isinya antara orang yang satu dengan perdata,hukum
yang lain dan bersifat pribadi dagang

12
 Hukum nasional  Hukum yang berlau di dalam  Hukum
suatu Negara Indonesia

 Hukum  Hukum yang mengatur hubungan  Perjanjian


internasional dua Negara atau lebih internasional

Berdasarkan tempat  Hukum asing  Hukum yang berlaku dalam  Hukum


berlakunya Negara lain kewarganegara
an, hukum
perang, hukum
perdata
internasional
 Kaidah yang ditetapkan gereja
 Hukum gereja untuk para anggotanya

 Hukum positif  Hukum yang berlaku saat ini  Hukum pidana


(ius constitutum)

 Hukum yang  Hukum yang dicita-  Hukum pidana


akan datang (ius citakan,diharapkan, atau nasional yang
constituendum) direncanakan akan berlaku pada belum disusun
Berdasarkan masa
masa yang akan dating
berlakunya
 Hukum  Hukum yang berlaku tanpa  Piagam PBB
universal, hukum mengenal batas ruang dan waktu. tentang
asasi atau hukum Berlaku sepanjang masa, dimana DUHAM
alam pun terhadap siapa pun

 Hukum material  Hukum yang mengatur tentang  KUHP


isi hubungan antarsesama
anggota masyarakat,antar
anggota masyarakat dengan
penguasa Negara,antar
masyarakat degan penguasa
Negara

 Hukum formal  Hukum yang mengatur  Hukum acara


bagaimana cara penguasa PTUN
Berdasarkan cara
mempertahankan dan menegakan
mempertahankannya
serta melaksanakan kaidah-
kaidah hukum material dan
bagaimana cara menuntutnya
apabila hak seseorang telah
dilanggar oleh orang lain.

13
 Kaidah hukum  Hukum dalam keadaan apapun  Ketentuan pasal
yang memaksa mutlak ditaati 340 KUH
Pidana

Berdasarkan sifatnya  Kaidah hukum  Kaidah hukum yang dapat  Ketentuan pasal
yang mengatur dikesampingkan para pihak 1152 KUH
dan melengkapi dengan jalan membuat ketentuan Perdata
khusus dalam suatu perjanjian
yang mereka adakan

5. Macam-macam dan alat kelengkapan peradilan

 Kekuasaan kehakiman tertinggi di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah


Agung. Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung
meliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.
 Pengadilan negeri berkedudukan di kota atau di ibukota kabupaten dan
daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten. Sementara
pengadilan tinggi berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah provinsi yang dibentuk dengan undang-
undang. Susunan pengadilan negeri terdiri atas pimpinan (ketua dan
wakil ketua), hakim anggota, panitera, sekretaris, dan juru sita. Juru sita
tidak terdapat di pengadilan tinggi. Juru sita bertugas melaksanakan
semua perintah yang diberikan oleh ketua sidang dengan cara
menyampaikan pengumuman-pengumuma, teguran-teguran,
pemberitahuan putusan pengadilan, dan melakukan penyitaan.
Pengadilan negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.
Pengadilan tinggi bewenang mengadili perkaa pidana dan perkara
perdata di tingkat banding. Di samping itu, pengadilan tinggi juga
berwenag mengadili di tingkat pertama dan terakhir.
 Peradilan agama yang dimaksud, yaitu peradilan agama Islam.
Kekuasaan kehakiman dalam peradilan agama dilakukan oleh pengadilan
agama yang terdiri atas badan peradilan tingkat pertama dan badan
peradilan tingkat banding. Pengadilan agama mempunyai daerah hukum
yang sama dengan pengadilan negeri, mengingat pelaksanaan putusan
pengadilan agama masih memerlukan pengukuhan dari pengadilan
negeri. Jadi, pengadilan agama terdapat di setiap ibukota kabupaten dan
kota.

14
 Tugas dan wewenang pengadilan agama pada pokoknya adalah
memeriksa dan memutus sengeta antara oang-orang yang beragama
Islam mengenai bidang hukum perdata tertentu yang harus diputus
berdasarkan syariat Islam. Oleh karena itu, berlakunya hukum ini
terbatas pada orang-orang yang beragama Islam.
Perkara perkara di pengadilan agama dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
o perkara yang tidak mengandung sengketa;
o permohonan fatwa pembagian warisan yang pada umumnya
bukan merupakan sengketa; serta
o perkara perselisihan pernikahan.
o Pada 29 Desember 1989, disahkan Undang-Undang Peradilan
Agama, yaitu UU No. 7 Tahun 1989. Semua peraturan
pelaksanaan yang telah ada mengenai peradilan agama
dinyatakan tetap berlaku selama ketentuan baru berdasarkan
undang-undang peradilan agama belum dikeluarkan. Undang-
undang tersebut menegaskan bahwa peradilan agama merupakan
peradilan bagio orang-orang yang beragama Islam. Wewenang
peradilan agama adalah memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara perdata antara orang-orang yang beragama Islam di
bidang perkawinan, warisan, wasiat, hibah, waqaf, dan shadaqoh.
o Susunan sidang Mahkamah Militer dan Mahkamah Militer Tinggi
terdiri atas tiga orang hakim, seorang oditur, jaksa tentara, dan
seorang panitera. Peradilan militer mempunyai wewenang
memeriksa dan memutus perkara pidana terhadap kejahatan dan
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota militer sebagai berikut.
 Seseorang yang pada waktu melakukan kejahatan atau
pelanggran berstatus anggota militer.
 Seseorang yang pada waktu melakukan kejahatan atau
pelanggaran undang-undang atau peraturan pemerintah
ditetapkan sama dengan anggota militer.
 Seorang yang pada waktu melaukan kejahatan atau
pelanggaran adalah anggota suatu golongan atau jawatan
yang dipersamakan atau dianggap sebagai anggota militer.
 Seorang yang tidak termasuk hal-hal tersebut, tetapi atas
ketetapan Menteri Pertahanan dengan persetujuan menteri
Khakiman harus diadili oleh suatu pengadilan dalam
lingkungan peradilan militer.

15
 Mahkamah militer mengadili dalam tingkat pertama
perkara-perkara tingkat kejahatan dan pelanggaran,
apabila terdakwa atau salah satu terdakwa pada waktu
melakukan perbuatan adalah perwira berpangkat di bawah
kapten. Mahkamah militer tinggi memutus di tingkat
pertama perkara kejahatan dan pelanggaran, apabila
terdakwa atau salah satu terdakwa pada waktu melakukan
perbuatan adalah perwira yang berpangkat mayor ke atas.
 Dalam peradilan tingkat kedua, mahkamah militer tinggi
memeriksa dan memutus semua perkara yang telah
diputus oleh mahkamah militer oleh daerah hukumnya
yang dimintakan pemeriksaan ulang. Dalam tingkat
pertama dan terakhir, mahkamah militer tinggi memeriksa
dan memutus perselisihan tentang kekuasaan mengadili
antara beberapa mahkamah militer dalam daerah
hukumnya.
 Pada Desember 1986, telah disahkan Undang-Undang No.
5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha negara yang
merupakan pengadilan tingkat pertama dalam peradilan
tata usaha negara (administrasi). Pengadilan tingkat
banding adalah pengadilan tinggi tata usaha negara. Setiap
putusan tingkat terakhir pengadilan dapat dimohonkan
kasasi dari Mahkamah Agung.
 Alat-alat kelengkapan peradilan teridiri dari hakim, jaksa
dan polisi

16
6. Sikap perbuatan yang sesuai hukum
Contoh sikap dan perilaku yang sesuai dengan ketentuan hukum/norma
dalam kehidupan sehari-hari di antaranya sebagai berikut.

 Di lingkungan keluarga
 Menghormati orang tua
 Mematuhi perintah dan larangan orangtua
 Belajar sesuai jadwal yang telah ditentukan
 Mematuhi aturan yang telah dibuat keluarga
 Melaksanakan tugas yang telah disepakati oleh anggota
keluarga
 Di lingkungan sekolah
 Menghormati guru
 Mematuhi perintah dan larangan guru
 Mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru tepat
waktu
 Memakai seragam yang ditentukan oleh sekolah
 Datang dan masuk sekolah tepat waktu
 Membayar SPP tepat waktu
 Mematuhi tata tertib sekolah
 Melaksanakan upacara bendera
 Di lingkungan masyarakat
 Ikut menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan, misalnya
melaksanakan
 Siskamling sesuai jadwal yang telah ditentukan
 Mematuhi aturan dan norma yang berlaku di masyarakat
 Mengikuti gotong royong secara bersama-sama
 Melaksanakan hasil musyawarah yang dilakukan di
lingkungan RT/RW atau Desa
 Di lingkungan bangsa dan negara
 Mematuhi semua aturan hukum yang ada di Indonesia
 Memiliki KTP bagi warga negara yang telah berusia 17
tahun atau telah menikah
 Memiliki SIM bagi pengendara motor atau mobil
 Membayar pajak tepat waktu
 Mentaati rambu-rambu lalu lintas ketika sedang mengendarai
motor atau mobil

17
7. Upaya pemberantasan korupsi
 Korupsi adalah pengabaian atau penyisihan atas suatu standar yang
seharusnya ditegakkan. Secara sempit, pengertian korupsi yaitu
pengabaian standar perilaku tertentu oleh pihak yang berwenang
demi memenuhi kepentingan diri sendiri.
 Pemberantasan korupsi di Indonesia sudah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2001.
 Untuk menanggulangi upaya tindak pidana korupsi, pemerintah
membentuk suatu komisi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Komisi Pemberantasan Korupsi adalah sebuah komisi yang
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 untuk
mengatasi, menanggulangi, dan memberantas korupsi. Dalam
menjalankan tugasnya, KPK bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan lain. KPK dibentuk dengan tujuan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Berikut ini beberapa contoh korupsi yang dilakukan di tingkat menengah ke
bawah.
 Jam kerja diisi oleh kegiatan lain, misalnya keluar kantor atau
bermain game di komputer atau handphone.
 Proses perizinan birokrasi yang berbelit.
 Biaya pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga
yang terlampau mahal.
 Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) melalui calo atau perantara
sehingga biayanya semakin mahal.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari data-data yang telah kita kumpulkan dari beberapa sumber terkemuka
diatas, dapat kita ketahui bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari ini sangatlah banyak
macam-macam jenis huukum yang dapat kita temukan. Jadi, hukum adalah kumpulan
peraturan (perintah dan larangan ) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan harus
ditaati masyarakat. Dan juga , hukum ini banyak yang mendefinisikannya, banyak pula
sumbernya dan ada pula lembaga yanhg menegakkan hukum itu sendiri.
Dengan adanya materi tentang hukum ini, diharapkan kepada seluruh lapisan
masyarakat wabul khusus untuk para pelajar dan pejabat yang membuat sanksi bagi
pelanggar hukum kiranya untruk menegakkan hukum dengan cara yang sebenar-
benarnya.

B. Saran-saran

Sebagai santri di MA MU’ALLIMIN NW PANCOR, hendaknya kita harus


senantiasa memperbaiki diri demi menjunjung Masa Depan yang cerah yang sangat kita
idam-idamakan. Demi mencapai cita-cita kita tersebut, kita harus senantiasa untuk
menggali potensi kita baik dalam bidang IPA, IPS maupun BAHASA. Dengan cara kita
memperdalam rasa ingin tahu kita, maka dengan tidakl disengaja kita akan membuka jalan
untuk membuka atau menggali potensi kita yang terpendam tersebut.

19

Anda mungkin juga menyukai