Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Edisi Kesatu
Cetakan pertama, April 2007 Cetakan kesebelas, April 2014
Cetakan kedua, Maret 2009 Cetakan kedua belas, September 2014
Cetakan kelima, Agustus 2010
Cetakan ketujuh, November 2011
Cetakan kedelapan, April 2012
658.154
NAF NAFARIN, M.
m Materi pokok penganggaran; 1 – 9; EKMA4570/
3 sks/ M. Nafarin. -- Cet.12; Ed 1--. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014.
667 hal; ill.; 21 cm
ISBN: 979-011-141-X
1. anggaran
I. Judul
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Fungsi dan Macam Anggaran ........................................................... 1.29
Latihan …………………………………………............................... 1.38
Rangkuman ………………………………….................................... 1.39
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.40
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Jualan ............................................................ 2.49
Latihan …………………………………………............................... 2.57
Rangkuman ………………………………….................................... 2.60
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.61
iv
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Bahan Baku ................................................... 3.22
Latihan …………………………………………............................... 3.38
Rangkuman ………………………………….................................... 3.39
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.40
Kegiatan Belajar 3:
Penyusunan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya
Overhead Pabrik ................................................................................. 3.43
Latihan …………………………………………............................... 3.55
Rangkuman ………………………………….................................... 3.56
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 3.57
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Beban Administrasi dan Anggaran Rugi
Laba ................................................................................................... 4.26
Latihan …………………………………………............................... 4.47
Rangkuman ………………………………….................................... 4.49
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.50
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Piutang ........................................................... 5.45
Latihan …………………………………………............................... 5.58
Rangkuman ………………………………….................................... 5.59
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.60
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Utang dan Neraca .......................................... 6.36
Latihan …………………………………………............................... 6.60
Rangkuman ………………………………….................................... 6.63
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.63
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Perusahaan Dagang ....................................... 7.50
Latihan …………………………………………............................... 7.61
Rangkuman ………………………………….................................... 7.68
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.69
vii
Kegiatan Belajar 3:
Penyusunan Anggaran Perusahaan Jasa ............................................. 7.72
Latihan …………………………………………............................... 7.94
Rangkuman ………………………………….................................... 7.97
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 7.98
Kegiatan Belajar 2:
Kerancuan dalam Akunting ................................................................ 8.18
Latihan …………………………………………............................... 8.65
Rangkuman ………………………………….................................... 8.67
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.68
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Negara di Indonesia ....................................... 9.41
Latihan …………………………………………............................... 9.67
Rangkuman ………………………………….................................... 9.69
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.70
dagang, dan anggaran perusahaan jasa dalam bentuk anggaran variabel dan
anggaran tetap.
Modul 8 akan membahas tentang Analisis Keuangan dan Akunting
dalam Penyusunan Anggaran. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar
mengerti dan mampu menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis masa
resisi untuk menyusun anggaran, serta mengerti tentang istilah dalam
akunting yang tidak rancu untuk digunakan dalam penyusunan anggaran.
Modul 9 akan membahas tentang Penganggaran Nirlaba. Tujuan pokok
bahasan ini adalah agar mengerti tentang gambaran umum penganggaran
nirlaba, dan mengerti tentang penyusunan anggaran negara di Indonesia.
Mata kuliah ini membahas tentang anggaran perusahaan yang meliputi
gambaran umum penganggaran, anggaran jualan, anggaran produksi,
anggaran biaya komersial, anggaran utang-piutang, anggaran kas, anggaran
sediaan, anggaran variabel dan anggaran tetap, analisis keuangan dan
akuntansi dalam penyusunan anggaran, serta penyusunan penganggaran
nirlaba.
Orientasi penyajian modul ini adalah untuk memudahkan bagi
mahasiswa. Di mana pada setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan soal dan
latihan. Semua ini bertujuan untuk mengikhtisarkan materi yang kompleks
serta memperjelas dan memperkuat konsep-konsep yang mendasar.
Pelajarilah modul ini sungguh-sungguh, kemudian cobalah
menyelesaikan sendiri soal tanpa melihat kunci jawabannya, kecuali sudah
selesai mengerjakan. Bila masih terdapat kesalahan cobalah terus sampai
jawaban Anda mendekati kesempurnaan.
Sebaiknya modul ini dipelajari dari modul ke modul berikutnya secara
bertahap, karena modul yang satu selalu berkaitan dengan modul yang lain,
anggaran yang satu selalu berkaitan dengan anggaran yang lain. Hal ini
disebabkan penganggaran adalah suatu proses yang saling berkaitan antara
proses yang satu dengan proses yang lain.
Sebelum mempelajari Modul 2 dan modul seterusnya pelajarilah lebih
dahulu Modul 8 Kegiatan Belajar 2 agar Anda mendapat pemahaman tentang
istilah dalam akunting yang mendalam untuk penyusunan anggaran.
Untuk memudahkan memahami perhitungan anggaran sangat diperlukan
pemahaman dasar akunting dan statistik, karena penganggaran merupakan
bidang dari akunting dan termasuk bagian dari akunting manajemen.
Akunting, penganggaran, dan statistik bukanlah ilmu pasti, tetapi
xi
menggunakan ilmu pasti, ilmu hitung, aljabar, dan matematika. Oleh karena
itu, untuk mempelajari penganggaran diperlukan pemahaman ilmu pasti.
Secara ringkas, arus pembelajaran BMP Penganggaran ini dapat dilihat
seperti bagan berikut ini:
Pet a Ko m pe ten si
Penganggaran/EKMA4570
Penganggaran
Keuangan Penganggaran
Variabel dan
Tetap
Penganggaran
Operasional
PENGANGGARAN
Modul 1
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
A. DEFINISI PERENCANAAN
merupakan tahap terpendek jangka waktunya di antara tahap yang lain dalam
proses perencanaan. Tahap perencanaan sebelumnya - perumusan strategi,
perencanaan strategik, penyusunan program - memiliki jangka waktu ke
depan yang jauh lebih panjang dengan jangka waktu yang dicakup oleh
anggaran.
Hubungan perencanaan dengan penganggaran perusahaan dapat
dijelaskan dengan Gambar l.1.
PERENCANAAN RENCANA
(PLANNING) (PLAN)
BUKAN
NIRLABA
PERUSAHAAN
ATURAN
PROGRAM
PELAKSANAAN
(ACTUATING) PROSEDUR
METODE
PENGAWASAN
STRATEGI
(CONTROLLING)
STANDAR
JADWAL
RENCANA
LAINNYA
Gambar 1.1.
Hubungan Penganggaran Perusahaan dengan Perencanaan
B. JENIS RENCANA
1. Tujuan
Sebelum menetapkan tujuan, terlebih dahulu manajemen puncak
(Direktur Utama) menilai variabel relevan, kekuatan, dan kelemahan
perusahaan.
Variabel relevan terdiri dari variabel terkendali dan variabel tak
terkendali.
Variabel terkendali adalah variabel yang dapat direncanakan dan diusahakan
dengan efektif oleh manajemen, misalnya penetapan harga jual per unit,
jumlah karyawan, biaya, dan lain-lain. Variabel tak terkendali adalah
variabel; yang tak dapat dipengaruhi oleh manajemen, misalnya.
perkembangan penduduk, kegiatan saingan, kebijakan pemerintah, dan lain-
lain.
Variabel terkendali dan variabel tak terkendali harus dimanfaatkan oleh
manajemen bila dinilai menguntungkan-dan dihindari bila dinilai merugikan.
Kekuatan utama perusahaan, misalnya kualitas karyawan, kesehatan
keuangan perusahaan, keunggulan peralatan, sikap partisipasi yang dipelihara
dengan baik oleh manajemen.
Kelemahan perusahaan, misalnya strategi pemasaran kurang inovatif dan
kurang agresif, kurang terlibat dalam problem sosial jangka panjang.
Setelah diadakan penilaian terhadap variabel yang relevan dan diketahui
kekuatan sera kelemahan perusahaan kemudian ditetapkan tujuan. Tujuan
adalah arah untuk mencapai hasil akhir dalam suatu kegiatan. Kegiatan
(aktivitas) ada yang bertujuan mencari laba, ada juga yang tidak mencari
laba. Kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba biasanya bukan perusahaan.
Tujuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan tingkat pengambilan
keputusan yang terpenting dalam perencanaan. Tujuan dapat dibedakan atas
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum (goal) adalah tujuan yang menyatakan secara luas keadaan
atau kedudukan di waktu yang akan datang dan hasil akhir dari aktivitas
perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan umum suatu perusahaan misalnya:
a. untuk menciptakan dan memelihara suatu lingkungan perusahaan yang
memotivasi seluruh karyawannya;
b. untuk pertumbuhan produk yang dijual dengan cara mengusahakan
produk baru dan memasuki daerah pasar yang baru;
c. untuk memperbaiki kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat lebih luas.
Komisaris
Direktur
Gambar 1.2.
Struktur Organisasi
5. Program
Program menggariskan tindakan yang akan dilakukan, oleh pihak mana,
bilamana dan di mana. Ditetapkan juga asumsi, komitmen, dan bidang yang
akan dipengaruhi. Sebuah program dapat meliputi: tujuan, kebijakan,
prosedur, metode, standar, dan anggaran, tetapi tidak semua kategori rencana
tersebut perlu termasuk di dalamnya. Program adalah suatu kegiatan yang
berfungsi untuk membahas dan menentukan kegiatan yang harus dilakukan
dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program
disusun terlebih dahulu sebelum anggaran disusun. Suatu program biasanya
disusun dalam beberapa tahun, sedangkan anggaran disusun dalam satu tahun
(anggaran jangka pendek). Dalam program perlu ditetapkan asumsi
(anggapan) yang mendasari perencanaan, contohnya seperti: (1) inflasi tidak
lebih dari 10%, (2) politik, sosial, budaya, keamarian stabil, (3) tidak
dikeluarkan peraturan baru oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi
perencanaan, (4) bahan baku tidak naik di atas 10%.
1.10 Penganggaran
6. Prosedur
Prosedur merupakan urut-urutan serf tugas yang saling berhubungan dan
diadakan untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam. Prosedur
biasanya terdiri dari: bagan alur (flowchart ), formulir, uraian tugas. Contoh
dari prosedur penyusunan anggaran perusahaan industri dapat dijelaskan
dengan Gambar 1.3. Tahap penyusunan anggaran pada Gambar 1.3 dapat
dijelaskan dalam empat tahap.
EKMA4570/MODUL 1 1.11
Gambar 1.3.
Bagan Alur Prosedur Penyusunan Anggaran pada Perusahaan Industri
1.12 Penganggaran
7. Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun
berdasarkan program yang telah disahkan.
Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu
organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan
dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat
manajemen dalam mencapai tujuan. Jadi, anggaran bukan tujuan dan tidak
dapat menggantikan manajemen. Dalam penyusunan anggaran perlu
dipertimbangkan faktor berikut ini.
a. Pengetahuan tentang tujuan dan Kebijakan umum perusahaan.
b. Data waktu yang lalu.
c. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.
d. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing dan gerak-gerik pesaing.
e. Kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah.
f. Penelitian untuk pengembangan perusahaan.
8. Jadwal
Jadwal atau skedul adalah data rincian waktu kegiatan yang
direncanakan. Rencana kegiatan produksi disebut skedul produksi dapat
digambarkan seperti Gambar 1.4.
Gambar 1.4.
Skedul Produksi
Pada Gambar 1.4 tampak kegiatan produksi ada tiga kegiatan, yaitu
kegiatan pemotongan, kegiatan perakitan, dan kegiatan pengecatan. Kegiatan
produksi untuk skedul bulan Maret minggu ke I dan II, seminggu lima hari
kerja, peta hitam putus merupakan kegiatan kapasitas yang tiap kegiatan,
angka 50, 60, 70, 80, 90, merupakan kapasitas yang direncanakan untuk
masing-masing kegiatan, tiap minggu/hari.
EKMA4570/MODUL 1 1.15
9. Rencana Lainnya
Untuk produksi sinetron, film, drama (sandiwara), ada yang dinamakan
skenario. Skenario adalah rencana lakon dalam film, drama dan sejenisnya
berupa adegan demi adegan yang tertulis secara terperinci.
Dalam usaha jam konstruksi ada yang dinamakan gambar rencana letak
(site plan) dan gambar rencana bangunan.
Proses hubungan dua belas jenis rencana seperti yang telah diuraikan
dapat digambarkan seperti Gambar 1.5.
Tujuan
Rencana
Organisasi Kebijakan Program Aturan Prosedur Metode Strategi Standar Jadwal
Lainnya
Anggaran
Gambar 1.5.
Proses Hubungan Dua Belas Jenis Rencana
1. Pengertian Penganggaran
Luther Gulick mengemukakan bahwa penganggaran (budgeting)
termasuk salah satu fungsi manajemen. Menurut Gulick fungsi manajemen
terdiri atas: planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reforting,
budgeting.
Anggaran merupakan hasil menyusun anggaran, sedangkan
penganggaran adalah proses menyusun anggaran. Penganggaran adalah
perencanaan keuangan suatu organisasi. Penganggaran adalah proses
menyusun rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang
dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.
Kegiatan suatu organisasi seperti: kegiatan penjualan (menyusun anggaran
1.16 Penganggaran
industri dalam arti sempit. Perusahaan industri dalam arti sempit disebut
perusahaan manufaktur atau perusahaan pabrikase.
b. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang membeli barang untuk dijual
tanpa mengubah bentuk barang yang dibeli tersebut.
c. Perusahaan jasa adalah perusahaan yang menerima uang jasa dari
kegiatannya menyediakan aktiva (harta), tenaga untuk pelayanan kepada
klien (langganan). Contohnya: jasa keuangan, jasa angkutan, jasa
perawatan, jasa- penyewaan, jasa konsultan, dan lain-lain.
d. Perusahaan agraris adalah perusahaan yang melakukan kegiatan di
bidang pertanian. perkebunan, peternakan, perikanan, yang hasilnya
untuk dijual.
e. Perusahaan ekstraktif adalah perusahaan yang mengambil
(mengeksploitasi) kekayaan alam yang tersedia dengan maksud untuk
dijual tanpa harus mengubah bentuk barang yang diambil tersebut.
Biaya Utama
Biaya Biaya
Biaya
Bahan Baku Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Biaya
Administrasi
Langsung Penjualan
dan Umum
Biaya Konservasi (BK)
Biaya Pabrik Biaya Usaha Biaya Bukan Usaha
Jumlah Biaya
Gambar 1.6.
Biaya Fungsional
Biaya usaha terdiri atas biaya penjualan dan biaya administrasi dan
umum. Biaya usaha adalah biaya kegiatan pokok perusahaan, selain harga
pokok barang terjual. Biaya penjualan adalah biaya yang terjadi untuk
kepentingan penjualan produk utama. Biaya penjualan tanggung jawab fungsi
manajer penjualan, atau yang lebih luas bagi tanggung jawab fungsi manajer
pemasaran. Biaya administrasi dan umum adalah biaya usaha dikurang biaya
penjualan. Biaya administrasi dan umum tanggung jawab fungsi manajer
umum.
Biaya bukan usaha adalah biaya sampingan usaha, bagi perusahaan
bukan lembaga keuangan, seperti beban bunga.
Biaya usaha dapat disebut beban usaha, biaya bukan usaha dapat disebut
beban bukan usaha, biaya penjualan dapat disebut beban penjualan, beban
administrasi dan umum dapat disebut biaya administrasi dan umum. Biaya
utama dan biaya konversi tidak dapat disebut beban utama dan beban
konversi. Biaya bahan baku tidak dapat disebut beban hahan baku, biaya
tenaga kerja langsung tidak dapat disebut beban tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik tidak dapat disebut beban overhead pabrik, biaya pabrik
tidak dapat disebut beban pabrik. Sebab biaya yang termasuk unsur biaya
pabrik masih membentuk harta, berupa sediaan produk jadi atau sediaan
produk dalam proses, sedangkan yang dapat. (boleh) disebut beban apabila
harga pokok bermanfaat habis dipakai untuk memperoleh laba. Misalnya
biaya penjualan Rp10.000,00 untuk kegiatan menjual barang sebanyak
Rp30.000,00. Biaya penjualan Rp10.000,00 tujuannya untuk memperoleh
laba Rp20.000,00, yaitu Rp30.000,00 - Rp 10.000,00. Oleh karena itu, biaya
penjualan dapat disebut beban penjualan. Sebaliknya biaya bahan baku
Rp10.000,00 tujuannya untuk membuat produk jadi dan produk dalam proses
1.20 Penganggaran
(harta), belum habis dipakai untuk memperoleh laba, tetapi habis dipakai
untuk memperoleh harta.
Mengenai uraian unsur yang terdapat dalam anggaran rugi-laba dan
anggaran neraca lebih lanjut diuraikan secara khusus pada Modul 8 Kegiatan
Belajar 2.
Laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi-laba yang dihasilkan
akunting merupakan suatu realisasi (aktual) yang akan diperbandingkan
dengan anggaran (rencana). Agar dapat memperbandingkan antara realisasi
dengan anggaran maka rekening yang dipergunakan dalam akunting harus,
sama dengan rekening yang dipergunakan dalam penyusunan anggaran.
Suatu anggaran harus mengikuti format laporan akunting yang berkaitan
dengan operasi, masukan, keluaran, dan posisi keuangan yang digunakan
perusahaan.
Metode dan teknik yang diterapkan dalam akunting harus diterapkan
dalam penyusunan anggaran. Dengan demikian seorang penyusun anggaran
mutlak harus menguasai metode dan teknik akunting, terutama dalam
penyusunan anggaran laporan rugi-laba dan anggaran neraca.
Anggaran dalam beberapa hal didasarkan pada data historis yang
sebagian besar dihasilkan oleh sistem akunting dan pengawasan menyangkut
pengukuran hasil yang telah direalisir. Akibatnya untuk dapat
menyelenggarakan perencanaan dan pengendalian laba yang sehat harus
diselenggarakan sistem akunting pertanggungan jawab. Sistem akunting
pertanggungan jawab adalah suatu sistem akunting yang dipola lebih dulu
sesuai dengan tanggung jawab dari tiap bagian dalam organisasi.
Perbandingan antara realisasi (aktual) dengan anggaran tidak ada
gunanya bila pengelompokan rekening dalam sistem akunting tidak sesuai
dengan anggaran. Daftar rekening (stelsel rekening) harus dikembangkan
menurut pusat pertanggungan jawab dan harus dilengkapi dengan perintah
standar untuk penetapan beban (expense) dan dapatan (revenues) pada tiap
jenis rekening.
Penganggaran memang berkaitan secara unik dengan sistem akunting
perusahaan dalam hal-hal:
a. komponen keuangan dari suatu anggaran yang umumnya disusun dalam
suatu format akunting;
b. penganggaran perusahaan mempunyai kaitan erat dengan akunting
manajemen, yaitu berupa akunting harga pokok standar, akunting
EKMA4570/MODUL 1 1.21
1. Tujuan Anggaran
Ada beberapa tujuan disusunnya anggaran, antara lain:
a. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan
investasi dana.
b. Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana
sehingga dapat mempermudah pengawasan.
d. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai basil
yang maksimal.
e. Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran
lebih jelas dan nyata terlihat.
f. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang
berkaitan dengan keuangan.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M A T IF 1
2) Arah untuk mencapai hasil akhir dalam suatu pekerjaan disebut ....
A. aturan
B. kebijakan
C. strategi
D. tujuan
4) Tujuan yang melukiskan ruang lingkup yang jelas serta memberikan arah
kepada usaha yang dilakukan dalam jangka pendek disebut ….
A. target
B. kebijakan
C. metode
D. standar
8) Cara mencapai tujuan yang harms diikuti oleh setiap bagian dalam
perusahaan (organisasi) disebut ....
A. metode
B. strategi
C. standar
D. kebijakan
10) Urutan seri tugas yang saling berhubungan dan diadakan untuk
menjamin pelaksanaan kerja yang seragam disebut ....
A. prosedur
B. kebijakan
C. program
D. standar
1.28 Penganggaran
Kegiatan Belajar 2
A. FUNGSI ANGGARAN
PERENCANAAN
PENGAWASAN PELAKSANAAN
Gambar 1.7.
Proses Manajemen
1.30 Penganggaran
1. Perencanaan
Anggaran sebagai alat perencanaan juga harus memperhatikan hubungan
(kaitan) anggaran yang satu dengan anggaran yang lain, misalnya antara
anggaran beban distribusi barang yang dijual dengan anggaran barang yang
dijual, apakah peningkatan anggaran beban distribusi diikuti dengan
peningkatan anggaran barang yang dijual (anggaran jualan).
Aspek lain yang penting dari perencanaan dengan menggunakan
anggaran adalah perencanaan dana yang tersedia seefisien mungkin. Semua
belanja memerlukan dana (uang), dan dana adalah sumber daya yang langka,
sudah menjadi kebiasaan bahwa seringkali keperluan dana melebihi dana
yang tersedia. Oleh karena itu, para penyusun anggaran harus
memperhitungkan berbagai kemungkinan belanja dana yang ada, dan
menentukan kemungkinan mana yang paling menguntungkan bagi
perusahaan. Jadi, salah satu fungsi anggaran adalah menentukan rencana
belanja dan sumber dana yang ada seefisien mungkin.
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang
teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan
uang.
Misalnya laba tahun 2016 direncanakan setinggi-tingginya. Rencana
yang dirumuskan dengan kata "setinggi-tingginya" tidak jelas maksudnya,
karena laba setinggi-tingginya bagi perusahaan yang satu tidak sama dengan
perusahaan yang lain. Dalam anggaran, rencana laba setinggi-tingginya
dirumuskan secara teliti dan nyata, yaitu dinyatakan secara kuantitatif.
Misalnya laba tahun 2016 yang harus dicapai Perusahaan Kecap Sehat
direncanakan setinggi-tingginya Rp2.835.872,00.
EKMA4570/MODUL 1 1.31
2. Pelaksanaan
Anggaran sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan, artinya sebelum
pekerjaan dilaksanakan terlebih dahulu mendapat persetujuan yang
berwenang (terutama dalam hal keuangan).
Pekerjaan disetujui, dilaksanakan bila ada anggarannya, bila tidak
menyimpang dari anggaran. Beli kendaraan tidak akan disetujui bila tidak
ada anggarannya, beli bahan lebih mahal daripada anggaran juga tidak akan
disetujui, sebab semua itu akan mengganggu keuangan perusahaan bila
disetujui.
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba).
Jadi anggaran penting untuk menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian
kegiatan, seperti: Bagian Pemasaran, Bagian Umum, Bagian Produksi, dan
Bagian Keuangan.
Contoh:
Untuk mencapai laba tahun 2016 sebesar Rp2.835.872,00 misalnya Bagian
Pemasaran harus menjual pada tahun 2016:
Kecap sedang 12.000 botol @ Rp533,33 = Rp 6.400.000,00
Kecap minis 24.000 botol @ Rp650,00 = Rp15.600.000,00
Kecap asin 18.000 botol @ Rp533,33 = Rp 9.600.000,00
Jumlah 54.000 botol = Rp31.600.000,00
Bagian Umum pada tahun 2016 harus menyediakan tenaga kerja yang
diperlukan:
1.32 Penganggaran
Bila salah satu bagian (departemen) saja tidak dapat melaksanakan tugas
sesuai dengan yang direncanakan maka bagian lain juga tidak dapat
melaksanakan tugasnya sesuai rencana. Dengan demikian tiap bagian harus
melaksanakan tugasnya secara selaras, terarah, terkoordinir sesuai dengan
yang direncanakan atau yang telah ditetapkan dalam anggaran.
3. Pengawasan
Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti
mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara:
a. memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran);
b. melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat
penyimpangan yang merugikan).
B. MACAM ANGGARAN
Anggaran Piutang
Anggaran Rugi-Laba
Keterangan:
Cetak miring = anggaran keuangan =
Cetak tegak = anggaran operasional =
Gambar 1.8.
Hubungan Anggaran Operasional dengan Anggaran Keuangan
7. Dari segi metode penentuan harga pokok produk anggaran terdiri atas:
a. Anggaran tradisional (traditional budget) atau anggaran
konvensional (conventional budget), terdiri atas; anggaran berdasar
fungsional (functional based budget) dan anggaran berdasar sifat
(characteristic based budget). Anggaran berdasar fungsional dibuat
menggunakan metode penentuan harga pokok penuh (full costing),
sedangkan anggaran berdasar sifat dibuat menggunakan metode
penentuan harga pokok variabel (variable costing). Anggaran
berdasar fungsional dapat digunakan untuk menyusun anggaran
induk atau anggaran tetap, tetapi tidak dapat digunakan untuk
menyusun anggaran variabel. Anggaran berdasar sifat biasanya
digunakan untuk menyusun anggaran variabel, tetapi bisa juga
digunakan untuk menyusun anggaran induk.
b. Anggaran berdasar kegiatan (activity based budget) dibuat
menggunakan metode penentuan harga pokok berdasar kegiatan
(activity based costing). Anggaran ini dapat digunakan untuk
menyusun anggaran variabel dart anggaran induk. Penganggaran
tradisional (traditional budgeting) dan penganggaran berdasar
kegiatan (activity based budgeting) dapat dijelaskan dengan Gambar
1.9.
1.38 Penganggaran
Penganggaran Penganggaran
Penganggaran Berdasar
Berdasar Fungsional Berdasar Sifat
Kegiatan (Characteristic
(Functional Based (Characteristic Based
Based Budgeting)
Budgeting) Budgeting)
Gambar 1.9.
Penganggaran Tradisional dan Penganggaran Berdasar Kegiatan
LAT IH A N
Jawaban Pelatihan
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Anggaran terdiri dari anggaran variabel dan anggaran tetap dari segi ....
A. dasar penyusunan
B. cara penyusunan
C. jangka waktu
D. bidangnya
C. jangka waktu
D. bidangnya
Tes Formatif 1
1) D. Pernyataan B & C benar.
2) D. Tujuan.
3) A. Target.
4) A. Aturan.
5) B. Kebijakan.
6) C. Metode.
7) D. Standar.
8) B. Strategi.
9) C. Program.
10) A. Prosedur.
Tes Formatif 2
1) A. Lebih nyata dalam unit dan uang.
2) A. Selaras dalam mencapai tujuan (laba).
3) C. Pengawasan.
4) A. Dasar penyusunan.
5) B. Cara penyusunan.
6) C. Jangka waktu.
7) C. Anggaran operasional.
8) B. Anggaran tetap.
9) C. Anggaran berdasar fungsional.
10) B. Anggaran operasional dan anggaran keuangan.
1.44 Penganggaran
Glosarium
Daftar Pustaka
PE N DA H UL U AN
M odul dua ini terdiri atas dua Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar l
menjelaskan tentang peramalan jualan, dan Kegiatan Belajar 2
menjelaskan tentang penyusunan anggaran jualan.
Peramalan merupakan fungsi manajemen yang pertama sebelum fungsi
perencanaan (penganggaran). Oleh karena itu, peramalan jualan sangat
penting dalam penganggaran jualan. Ketepatan dalam membuat ramalan
jualan akan menentukan penyusunan anggaran jualan, dan anggaran jualan
merupakan anggaran yang menentukan anggaran lainnya. Karena pentingnya
peramalan jualan maka pada modul ini untuk Kegiatan Belajar 1 tentang
peramalan jualan dibahas bermacam metode peramalan jualan, mulai metode
pendapat sampai analisis trend garis lurus, analisis trend bukan garis lurus,
analisis regresi sederhana, dan analisis regresi berganda.
Analisis trend terdiri atas trend garis lurus dan trend bukan garis lurus.
Analisis trend garis lurus (linear) terdiri atas: metode momen dan metode
kuadrat terkecil. Analisis trend bukan garis lurus terdiri atas: trend parabola
kuadrat, trend eksponensial, dan trend eksponensial yang diubah. Dalam
analisis trend dilengkapi juga dengan standar kesalahan peramalan (SKP)
untuk memilih metode yang cocok dalam peramalan jualan.
Analisis regresi sederhana digunakan dalam peramalan jualan bila hanya
terdapat satu variabel terikat (Y) dan satu variabel bebas (X), tetapi bila
terdapat satu variabel terikat (jualan) dan ada lebih dari satu variabel bebas
maka digunakan dalam peramalan jualan adalah analisis regresi berganda.
Dalam modul ini analisis regresi berganda hanya membahas satu variabel
terikat (Y) dan dua variabel bebas (X), hal ini disebabkan bila variabel bebas
lebih dari dua (semakin banyak) memerlukan perhitungan yang semakin rum
it, terkecuali menggunakan program komputer.
Secara khusus setelah mempelajari modul ini anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan metode ramalan jualan;
2.2 Penganggaran
Kegiatan Belajar 1
Peramalan Jualan
1. Metode Kualitatif
Ramalan jualan yang dibuat secara kualitatif dengan menggunakan
metode pendapat para tenaga penjual, metode pendapat para manajer divisi
penjualan, metode pendapat eksekutif, metode pendapat para ahli, dan
metode pendapat survei konsumen.
d. Pendapat eksekutif
Perusahaan kecil dan menengah sering menggunakan metode pendapat
juri dari eksekutif. Dalam bentuk paling sederhana, menyajikan pertimbangan
kombinasi atau pendapat dari eksekutif tingkat atas dalam perusahaan
tersebut. Perusahaan kecil sering menggunakan prosedur yang sederhana,
dimulai dengan analisis data jualan historis menurut produk. dan daerah
sebagai suatu dasar untuk perencanaan jualan. Ramalan jualan awal dibuat
sebagai fungsi staf. Hasilnya kemudian disesuaikan oleh eksekutif penjualan
tingkat atas untuk faktor seperti kondisi ekonomi, kebijakan manajemen
penjualan, dan tujuan pertumbuhan yang ingin dicapai. Selanjutnya, ramalan
jualan sementara diberikan ke masing-masing manajer kantor pemasaran
EKMA4570/MODUL 2 2.5
2. Metode Kuantitatif
Ramalan jualan yang dibuat secara kuantitatif dapat menggunakan
analisis trend, analisis regresi, metode distribusi probabilitas, dan metode
analisis jalur produk.
a. Analisis trend
Analisis trend merupakan salah satu metode statistik yang mudah
digunakan dalam meramalkan (jualan). Analisis trend terdiri atas; trend garis
lurus dan trend bukan garis lurus. Trend garis lurus (linear) terdiri atas;
metode kuadrat terkecil dan metode bukan garis lurus antara lain trend
parabola kuadrat, trend eksponensial (logaritma). Analisis trend merupakan
analisis runtut waktu atau data berkala sebagai variabel bebas (X).
b. Analisis regresi
Analisis regresi juga termasuk metode statistik dalam meramalkan
(jualan). Analisis regresi terdiri atas regresi sederhana dan analisis regresi
berganda. Analisis regresi merupakan analisis antara variabel terikat (Y)
dengan variabel bebas (X). Variabel bebas yang mempengaruhi variabel
terikat digunakan untuk meramalkan variabel terikat. Bila variabel bebas
hanya ada satu digunakan analisis regresi sederhana, tetapi bila variabel
bebas lebih dari satu maka digunakan analisis regresi berganda. Untuk
analisis regresi berganda dalam modul ini hanya dikemukakan dua variabel
bebas, karena bila variabel bebas sangat banyak, perhitungannya lebih rumit,
dan sebaiknya menggunakan program komputer.
2.6 Penganggaran
1. Metode Kualitatif
Ramalan jualan yang dibuat secara kualitatif, seperti dengan
menggunakan metode pendapat para tenaga penjual, metode pendapat para
manajer divisi penjualan, dan metode pendapat eksekutif mempunyai
kebaikan (keunggulan), tetapi juga mempunyai keburukan (kelemahan)
dalam membuat ramalan jualan.
EKMA4570/MODUL 2 2.7
2. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif seperti metode distribusi probabilitas juga
mempunyai kebaikan dan keburukan.
Tabel 2.1.
Distribusi Probabilitas
Untuk menggunakan rumus metode kuadrat terkecil dibuat Tabel 2.2 dan
dihitung sebagai berikut.
Tabel 2.2.
Trend Garis Lurus
Metode kuadrat terkecil dapat juga dihitung dengan rumus yang lain, dan
dengan menggunakan Tabel 2.3 dihitung sebagai berikut.
Y XY
a b Syarat X 0
n X2
760 100
a 152 b 10
5 10
Tabel 2.3.
Trend Garis Lurus
b. Metode momen
Ramalan jualan menggunakan metode momen dapat dihitung dengan rumus:
EKMA4570/MODUL 2 2.13
Y = a + bX
Y = na + b X
XY = a X + b X2
Berdasarkan Tabel 2.2 dengan rumus tersebut dibuat perhitungan sebagai
berikut.
Cara eliminasi
760 = 5 a. b 10 …… 3
1.620 = 10 a. b 30
2.280 =15 a. b 30
1.620 =10a. b30
660 =5a
660
a 132
5
1.520 = 10 a. b 20
1.620 =10 a. b 30
100 = b 10
100
b 10
10
Cara substitusi
1.620 = 10 a b 30
10 a b 30 = 1.620
b 30 = 1.620 – 10a
1.620 10a
b
30
b = 54 - 0,3333 a
b = 54-0,3333 132
b = 10
5a + b 10 = 760
5 a + 10 (54 - 0,3333 a) = 760
5 a + 540 - 3,333 a = 760
5 a - 3,333 a = 760 - 540
1,667 a = 220
a = 132
2.14 Penganggaran
Berdasarkan Tabel 2.2 cara substitusi dapat juga dihitung sebagai berikut.
b = { XY - ( X Y) : n }: { X2 - ( X)2 : n}
= {1.620 - (10 760) : 5} : {30 - (10)2 : 5}
= (1.620 - 1.520) : (30 - 20)
= 100: 10
= 10
a = Y bX Y = 760 : 5 = 152 = Y rata-rata
= 152 -10 2 X = 105 : 5 =21 = X rata-rata
= 152 - 20
= 132
Y = a + bX + c (X)2
Rumus trend parabola kuadrat yang akan dikemukakan dalam uraian ini
adalah untuk jualan produk-bukan permintaan turunan. Dikatakan jualan
produk bukan permintaan turunan, bila produk yang dijual tersebut tidak
dipengaruhi oleh penjualan produk lainnya yang memerlukan bahan baku
dari produk tersebut. Misalkan produk susu tidak digunakan sebagai bahan
baku dari produk roti, maka produk susu ini adalah produk bukan permintaan
turunan. Akan tetapi, bila produk berupa susu digunakan untuk bahan baku
membuat produk biskuit susu misalnya maka produk susu ini dikatakan
produk permintaan turunan.
EKMA4570/MODUL 2 2.15
Tabel 2.4.
Trend Parabola Kuadrat
b. Trend eksponensial
Trend eksponensial atau trend logaritma atau trend pertumbuhan adalah
trend yang nilai variabel bebasnya naik secara berlipat ganda (tidak garis
lurus).
Trend garis lurus (linear) dengan bentuk persamaan Y = a + bX. Di
dalam hal ini b = rata-rata kenaikan Y persatuan waktu (per bulan, per tahun,
dan lain sebagainya). Ada beberapa jenis trend yang tidak linear akan tetapi
dapat dibuat linear (garis lurus) dengan jalan melakukan transformasi
(perubahan bentuk). Misalnya:
Trend eksponensial: Y = abx diubah menjadi
Trend semi-log Y = log a + (log b) X, log Y = Yo, log a = ao dan
log b = bo, maka Yo = ao + boX.
Trend eksponensial sering digunakan untuk meramalkan jumlah
penduduk, pendapatan nasional, produksi, hasil penjualan (jualan), kejadian
lain yang perkembangannya/pertumbuhannya secara geometris (berkembang
dengan cepat sekali).
Misalkan selama 8 tahun terjadi pertumbuhan yang cepat sekali
penjualan minyak goreng, tahun I = 20, tahun 2 = 100, tahun 3 = 800, tahun 4
= 3.000, tahun 5 = 15.000, tahun 6 = 150.000, tahun 7 = 1.000.000, tahun 8 =
2.000.000
Untuk meramalkan penjualan minyak goreng tahun 9 dibuat perhitungan
dengan Tabel 2.5.
Tabel 2.5.
Trend Eksponensial
Y = 31,34: 8 = 3,917
X = 36 : 8 = 4,5
bo ΣXY ΣX.ΣY : n : ΣX 2 ΣX : n
2
172,30 3631,34 : 8
204 36 : 8
2
31,27
0,745
42
2.18 Penganggaran
a o Y bo X
3,917 0,745(4,5)
0,564
Persamaan trend yang sudah dilinearkan adalah:
Y o = a + b oX
Yo = 0,564 + 0,745 X
Tabel 2.6.
Trend Eksponensial Diubah
Tiga titik yang dipilih diganti dengan memilih jualan tahun 1 (X = 0),
tahun 3 (X = 2), tahun 5 (X = 4), berjarak dua tahun. Dengan menggunakan
rumus k, a, b2 , dan Y diperoleh:
Y Y2 46 10
b2 3 4b 4 2
Y2 Y1 10 1
Y2 Y1 10 1
a 3
b 2 1 4 1
k Y1 a 1 3 2
Y k ab x 2 32
x
Untuk tahun 7 x = 6
Jadi, ramalan jualan tahun 7 adalah
Y = -2 + 3 (2)6 = -2 +3 (64) = -2 + 192 = 190
SKP Σ X Y : n 2
2
X = jualan
Y = ramalan jualan
n = jumlah data yang dianalisis
-2 = 2 derajat kebebasan hilang karena dua parameter populasi
sedang diramalkan dengan nilai sampel data (a dan b)
Misalnya dari data yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu jualan susu
oleh PT Imma yang ramalan jualannya menggunakan metode trend garis
lurus (metode kuadrat terkecil) dan metode trend bukan garis lurus (metode
parabola kuadrat) adalah sebagai berikut.
Menurut metode kuadrat terkecil, persamaan trend garis lurusnya adalah
Y = a + bX
Y =132 + 10X
Tabel 2.7.
Ramalan Jualan Trend Garis Lurus
Ramalan Jualan
Tahun X a bx
(Y)
2011 0 132 0 132 + 0 = 132
2012 1 132 10 132 + 10 = 142
2013 2 132 20 132 + 20 = 152
2014 3 132 30 132 + 30 = 162
2015 4 132 40 132 + 40 = 172
Tabel 2.8.
SKP Trend Garis Lurus
SKP Σ X Y : n 2
2
30 : 3 3,16
Untuk menghitung SKP trend garis lengkung dibuat Tabel 2.9 dan Tabel
2.10.
Tabel 2.9.
Ramalan Jualan Trend Garis Lengkung
Tabel 2.10.
SKP Trend Garis Lengkung
SKP Σ X Y : n 2
2
SKP 22,8579 : 3 2,76
Jadi, dengan metode trend garis lurus nilai SKP 3,16 lebih besar daripada
dengan metode trend garis lengkung (parabola) yang mempunyai nilai SKP
2,76. Oleh karena itu, dengan metode trend garis lengkung lebih sesuai untuk
ramalan jualan susu PT Imma. Jualan susu PT Imma selama 5 tahun bila
dibuatkan scatter diagramnya seperti Gambar 2.1.
Bila diperhatikan Gambar 2.1 tampak garis trend membentuk garis
lengkung (parabola). Oleh karena itu, untuk meramalkan jualan susu pada PT
Imma lebih cocok menggunakan trend garis lengkung (trend parabola
kuadrat).
Gambar 2.1.
Scatter Diagram Trend Garis Lengkung (Parabola)
EKMA4570/MODUL 2 2.23
a. Analisis Korelasi
Ramalan jualan dengan metode statistik analisis trend akan lebih lengkap
apabila ditambah dengan analisis korelasi. Analisis korelasi dipakai untuk
mengetahui hubungan sebab akibat antara beberapa variabel. Perubahan
tingkat jualan yang akan terjadi tidak hanya ditentukan oleh jualan, tetapi
ditentukan juga oleh faktor lain. Faktor lain dapat satu faktor, dapat juga
lebih dari satu faktor. Bila faktor lain tersebut ada satu faktor, berarti variabel
bebas ada satu, bila faktor lain lebih dari satu, berarti variabel bebasnya
berganda, berarti menggunakan analisis regresi berganda. Misalnya jualan
susu ditentukan oleh faktor tingkat jualan biskuit susu, jualan kulit sepatu
ditentukan oleh faktor jualan sepatu. Produk kulit sepatu yang jualannya
bergantung pada jualan biskuit susu, maka produk kulit sepatu dan susu
disebut dengan produk permintaan turunan.
Formula (rumus) yang dapat dipergunakan dalam analisis korelasi
berupa metode kuadrat terkecil sebagai berikut.
Y a bX
nΣXY ΣXΣY
b
nΣX 2 ΣX
2
ΣY bΣY
a
n
n = jumlah data yang dianalisis
a = jumlah pasang observasi = nilai konstan
b = koefisien regresi
2.24 Penganggaran
Tabel 2.11.
Analisis Korelasi
Tahun X Y XY X2 Y2 (X – X) Residual (X – X) (X – (Y –
(Y – Y) (Y – Y) X)2 Y)2
2011 3 130 390 6 16.900 -2 -22 44 4 484
2012 4 145 580, 16 21.025 -1 -7 7 1 49
2013 5 150 750 25 22.500 0 -2 0 0 4
2014 6 165 990 36 27.225 1 +13 13 1 169
2015 7 170 170 49 28.900 2 +18 36 4 324
25 760 3.900 135 116.550 0 0 100 10 1.030
X = EX : n = 25 : 5 = 5 (rata-rata X)
Y = YY : n = 760: 5 = 152 (rata-rata Y)
Y = na + Xb
XY = Xa + X2b
Dengan demikian Y = a + bX
Y =102 + 10X
Tabel 2.12.
Pengaruh Korelasi
Mengenai korelasi yang positif dan negatif dapat dijelaskan melalui Gambar
2.2 dan 2.3.
Gambar 2.2
Korelasi Positif
Gambar 2.3
Korelasi Negatif
Gambar 2.4
Tidak Ada Korelasi
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
2.28 Penganggaran
nΣXY ΣXΣY
R
nΣX 2 ΣX nΣX 2 ΣXY
2 2
5.3.900 25760
R
5135 25 5116.650 760
2 2 2
Berdasarkan Tabel 2.11 juga dapat dihitung koefisien korelasi (R) sebagai
berikut.
X XY Y
R
X X Y Y
2 2
100
R 0,98533
101,030
R 0,9708752
0,98533
Tabel 2.13.
Trend Garis Lurus
n Tahun Y X XY X2
1 2011 3 0 0 0
2 2012 4 1 4 1
3 2013 5 2 10 4
4 2014 6 3 18 9
5 2015 7 4 28 16
25 10 60 30
ΣY bΣY 25 110
a 3
n 5
Ramalan jualan biskuit susu (Y) dengan metode trend garis lengkung
(parabola kuadrat) dibuat dengan menggunakan Tabel 2.14.
Tabel 2.14.
Trend Garis Lengkung
Tahun Y X XY X2 X2 Y X4
2011 3 -2 -6 4 12 16
2012 4 -1 -4 1 4 1
2013 5 0 0 0 0 0
2014 6 1 6 1 6 1
2015 7 2 4 4 28 16
25 0 10 10 50 24
Y = na + X2c
X 2c = 2a + X4c
25 = 5 a + 10c …. x3,4 25 = 5 a + 10c
50 = 10 a + 34c 25 = 5 (5) + 10c
25 = 25 + 10
85 = 17 a + 34c 25 - 25 = l0c
50 = 10 a + 34c c =0
35 = 7a
a = 35 : 7 = 5
Tabel 2.15.
Ramalan Jualan Trend Garis Lurus dan Trend Garis Lengkung
Ramalan Jualan
Jualan
Tahun Trend Garis Trend Garis
Nyata
Lurus Lengkung
2011 3 3 3
2012 4 4 4
2013 5 5 5
2014 6 6 6
2015 7 7 7
.
Dari data perbandingan jualan nyata dan ramalan jualan seperti Tabel
2.15 terlihat data jualan nyata sama dengan ramalan jualan, baik dengan
2.32 Penganggaran
metode trend garis lurus atau trend garis lengkung (parabola kuadrat).
Dengan demikian metode peramalan yang sesuai dengan kenyataan, dapat
menggunakan metode trend garis lurus atau metode trend garis lengkung
(parabola kuadrat).
Ramalan jualan dengan trend garis lurus sangat jarang terjadi sama
dengan trend garis lengkung dan apalagi sama dengan jualan nyata.
Seandainya ramalan jualan dengan trend garis lurus sama dengan jualan
nyata, sedangkan dengan trend garis lengkung berbeda dengan jualan nyata,
berarti metode trend garis lurus adalah yang paling sesuai digunakan untuk
ramalan jualan. Sebaliknya bila ramalan jualan dengan trend garis lurus tidak
sama dengan jualan nyata, berarti metode trend garis lengkung (parabola
kuadrat) adalah yang paling sesuai digunakan untuk ramalan jualan.
Akan tetapi, yang sering terjadi jualan nyata tidak sama dengan
perhitungan ramalan jualan, baik ramalan jualan dengan metode garis lurus,
maupun dengan metode garis lengkung. Apabila ramalan jualan tidak sama
dengan jualan nyata maka masing-masing metode yang dipergunakan dalam
menghitung ramalan jualan akan diperhitungkan dengan standar kesalahan
peramalan (SKP) seperti yang telah diuraikan terdahulu. Untuk menentukan
metode ramalan jualan yang mana yang paling sesuai, ditentukan oleh SKP
yang terkecil.
Dalam kasus ini karena ramalan jualan sama dengan jualan nyata, baik
ramalan jualan dengan metode trend garis lurus maupun dengan metode trend
garis lengkung (parabola kuadrat) berarti metode ramalan jualan tersebut
sesuai keduanya, sehingga terserah memilih salah satu yang akan
dipergunakan. Misalnya kita pilih metode trend garis lurus, maka ramalan
jualan biskuit susu tahun 2016 (X = 5) sebagai berikut.
Y = 3+ IX
Ramalan jualan 2016 = 3 + 1(5)
= 8 unit
Ramalan jualan biskuit susu tahun 2016 sebesar 8 unit merupakan X dari
ramalan jualan susu tahun 2016.
Persamaan trend garis lurus Y = a + bX
Y = 102 + 10X
Ramalan jualan 2016 = 102 + 10 (8) = 182 unit
EKMA4570/MODUL 2 2.33
b. Koefisien Determinan
Koefisien determinan (R2) baru saja dikemukakan pada analisis korelasi.
Koefisien determinan bila diakarkan akan menjadi koefisien korelasi,
sebaliknya koefisien korelasi (R) bila dikuadratkan menjadi koefisien
determinan (R2). Koefisien korelasi (R) sebesar 0,98533 maka koefisien
determinan (R2) sebesar (0,98533)2 = 97,0875%. Koefisien determinan (R2)
mengukur persentase variabilitas Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas
X. Dalam analisis regresi, koefisien determinan ini merupakan nilai paling
penting, karena koefisien determinan menggambarkan seberapa jauh
variabilitas Y dipengaruhi oleh variabilitas X.
Rumus koefisien determinan (R2) dapat dihitung dengan menggunakan
Tabel 2.11 dan hasil perhitungan metode kuadrat terkecil sebagai berikut.
aΣY bΣXY nY 2
R2
ΣY 2 nY 2
102760 10 3.900 5152
2
R2
116.550 5152
2
Nilai koefisien determinan (R2) sebesar 97,09% artinya: (a) 97,09% dari
variabilitas jualan susu (Y) dapat dijelaskan oleh variabilitas jualan biskuit
susu (X), dan (b) variabilitas yang tidak dapat dijelaskan jualan biskuit susu
mungkin dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan
regresi tersebut misalnya jualan susu pesaing, tingkat kelahiran, iklan, harga
jual, dan lain-lain.
r n2
to
1 r
2
R n 2 0,98533 5 2 1,70664
to 10,00082
1 R 2 1 0,97088 0,17065
n - 2 = derajat kebebasan
Oleh karena to = 10.00082 > t0,05 (3) = 2,353 maka Ho ditolak pada
tingkat nyata (signifikan) sebesar 5% yang berarti terbukti bahwa antara X
(jualan biskuit susu) dengan Y (jualan susu) ada hubungan yang positif. Jadi,
untuk meramalkan nilai Y dapat dibuat berdasarkan nilai X.
Y = ao + a1X1 + a2X2
Y = a o n + a 1 X 1 + a 2 X2 (1)
YX1 = ao X1 + a1 X12 + a2 EX1X2 (2)
YX2 = ao X2 + a1 X1X2 + a2 X22 (3)
Tabel 2.16.
Regresi Linear Berganda
Koefisien ao, a1, dan a2 dapat juga dihitung dengan persamaan regresi
berganda sebagai berikut.
ΣX1 25
2 2
Σx12 ΣX12 135 10
n 5
ΣX1ΣY 25760
Σx1y ΣX1Y 3.900 100
n 5
ΣX1ΣX 2 25 22
Σx1x 2 ΣX1X 2 109 1
n 5
ΣX2 22
2 2
Σx 22 ΣX 22 114 17,2
n 5
ΣY 760
2 2
Σy2 ΣY 2 116.550 1.030
n 5
a2
Σx 2 y2Σx12 Σx1yΣx1x 2 19101001
Σx12Σx 22 Σx1x 2 2 1017, 2 1
2
190 100
0,52632
172 1
EKMA4570/MODUL 2 2.39
a1
Σx1yΣx 22 Σx 2 yΣx1x 2 10017, 2191
Σx12Σx 22 Σx1x 2 2 1017, 2 1
2
1.720 19
9,94737
172 1
Tabel 2.17.
Trend Garis Lurus
ΣX 2 bΣX nΣX 2 X ΣX 2 ΣX
a b
nΣX 2 ΣX
2
n
22 0,10(10) 5(43) (22)(10)
a b
5 5(30) (10)2
22 1 215 220
a b
5 150 100
5
a = 4,60 b b = -0,10
50
Y = a + bX
Y = 4,60 – 0,10X
Y = 4,60 – 0,50
Y = 4,10
2.40 Penganggaran
b. Koefisien Korelasi
Seperti halnya pada analisis regresi sederhana, untuk mengetahui kuat
atau lemah hubungan variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X)
diperlukan perhitungan koefisien korelasi. Pada analisis regresi sederhana
hanya satu perhitungan koefisien korelasi, karena variabel bebasnya juga
satu. Pada analisis regresi berganda perhitungan koefisien korelasi dihitung
secara parsial dan secara berganda.
Sebuah variabel bebas yang baik adalah variabel bebas yang
berhubungan erat dengan variabel terikatnya, dan tidak berhubungan erat
dengan variabel bebas lainnya. Misalkan volume jualan susu mempunyai
hubungan (korelasi) positif yang sangat tinggi dengan biskuit. Susu
ditunjukkan oleh koefisien korelasi (R) sebesar 0,98740. Sementara dengan
variabel bebas lainnya, misalnya tingkat harga jual mempunyai korelasi
negatif, yaitu R - 0,39739. Berarti dengan tambahan variabel bebas (harga
jual) persentase simpangan yang dapat dijelaskan bertambah besar.
Berdasarkan data yang terdapat pada persamaan regresi berganda yang
baru saja dijelaskan dapat dihitung koefisien korelasi parsial dan koefisien
korelasi berganda. Sebelum menghitung koefisien korelasi berganda terlebih
dahulu dihitung koefisien korelasi parsial dengan menggunakan Tabel 2.16
dan perhitungannya, kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Σx1y 100 100
R12
2
Σx Σy 2 10 1.030 3,16228 32,09361
1
100
0,98533
101, 48898
EKMA4570/MODUL 2 2.41
Σx 2 y 100 100
R13
Σx 22 Σy 2 17, 2 1.030 4,14729 32,09361
19
0,14275
133,10151
Artinya jualan susu (Y) dipengaruhi oleh jualan biskuit susu (X1) dengan
korelasi yang positif 0,98740 (sangat kuat) bila tingkat harga jual (X2)
konstan (tetap). Dengan koefisien korelasi RX2 sebesar -0,39739 pengaruh
harga jual (X2) berkorelasi negatif lemah terhadap jualan susu (Y), bila jualan
biskuit susu (X1) konstan (tetap).
Adapun koefisien korelasi berganda (R) dapat dihitung setelah diperoleh
koefisien determinasi berganda (R) sebagai berikut.
R R2
e. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi parsial dihitung berdasarkan perhitungan koefisien
korelasi parsial yang dikuadratkan sebagai berikut.
R2x1 (0,98740)2 = 0,97496 = 97,50%, artinya bila X2 konstan (tetap),
maka hubungan X terhadap variabilitas Y sebesar 97,50%.
R2x2 = (-0,39739)2 = 0,15792 = 15,79%, artinya bila X, konstan (tetap)
maka sumbangan X2 terhadap variabilitas Y sebesar 15,79%.
Berdasarkan perhitungan terdahulu (Tabel 2.16) dibuat perhitungan
koefisien determinasi berganda (R2) sebagai berikut.
2.42 Penganggaran
Tabel 2.18.
Koefisien Determinasi Berganda
Residual Kuadrat
Residual
X1 X2 Y YR Kuadrat Y - Y Total
(Y-YR) 2
(Y-YR)2 Y - Y
1 3 7 130 130,73683 -0,73683 0,54292 -22 484
2 4 3 145 142,78948 2,21052 4,88640 -7 49
3 5 2 150 153,26317 -3,26317 10,64828 -2 4-
4 6 4 165 162,15790 2,84210 8,07753 13 169
5 7 6 170 171,05263 -1,05263 1,10803 18 324
25 22 760 760 0 25,26316 0 1.030
Y = 760: 5 = 152
YR = nilai taksiran Y = 104,57896 + 9,94737 X1 - 0,52632 X2
1 = 104,57896 + 9,94737 (3) - 0,52632 (7) = 130,73683
2. = 104,57896 + 9,94737 (4) - 0,52632 (3) = 142,78948
3 = 104,57896.+ 9,94737 (5) - 0,52632 (2) = 153,26317
4 = 104,57896 + 9,94737 (6) - 0,52632 (4) = 162,15790
5 = 104,57896 + 9,94737 (7) - 0,52632 (6) = 171,05263
Σ Y Y = Σ Y Y + Σ Y Y
2 2 2
Σ YR Y
2
1.004,73684
R 2
97,5% atau
Σ Y Y
2
1.030
Σ Y YR
2
25, 26316
R 2 1 1 0,975473 97,55%
Σ Y Y
2
1.030
Jadi, persamaan regresi menjelaskan 97,55% dari variabilitas jualan susu (Y).
LAT IH A N
dan metode momen. Trend bukan garis lurus, antara lain: trend parabola
kuadrat, trend eksponensial, dan trend eksponensial yang diubah.
3) Guna metode Standar Kesalahan Peramalan (SKP) terutama untuk
menentukan/memilih metode ramalan yang paling sesuai dengan cara
membandingkan beberapa metode ramalan dan dipilih SKP yang paling
kecil.
4) Produk permintaan turunan adalah produk yang permintaannya memiliki
ketergantungan dengan permintaan produk lain.
5) Beda utama analisis regresi sederhana dengan regresi berganda adalah
dalam hal variabel bebas. Dalam analisis regresi sederhana variabel
bebas (X) hanya satu. sedangkan dalam analisis regresi berganda
variabel bebas lebih dari satu.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Metode trend bukan garis lurus (bukan linear) antara lain metode
parabola kuadrat dengan persamaan trend garis lengkung (parabola)
sebagai berikut: Y = a + bX - cX. Pada persamaan tersebut a adalah ….
A. 76,62
B. 13,00
C. 0,40
D. 162,02
C. 0,40
D. 162,02
8) Kuantitas produk terjual (Y) dan perkembangan harga jual per unit (X)
selama sepuluh bulan sebagai berikut.
Bulan (Y) (X)
1 10 unit Rp1,30
2 6 2,00
3 5 1,70
4 12 1,50
EKMA4570/MODUL 2 2.47
Kegiatan Belajar 2
Misalnya semula harga pokok barang terjual per unit (beban) Rp6,00 dapat
ditekan menjadi Rp5,00. Dengan cara demikian laba dapat ditingkatkan
seperti perhitungan pada Tabel 2.19.
Tabel 2.19.
Usaha Meningkatkan Laba
Jadi, kegunaan anggaran jualan yang utama ada dua, yaitu (a) anggaran
jualan sebagai dasar penyusunan anggaran lainnya, dan (b) anggaran jualan
sebagai ujung tombak dalam mencapai tujuan perusahaan memperoleh laba.
1. Faktor Pemasaran
Faktor pemasaran yang perlu dipertimbangkan, seperti: (a) luas pasar,
apakah bersifat lokal, regional, nasional, (b) keadaan persaingan, apakah
bersifat monopoli, oligopoli, bebas, (c) keadaan konsumen, bagaimana selera
2.52 Penganggaran
2. Faktor Keuangan
Apakah modal kerja perusahaan mampu mendukung pencapaian target
jualan yang dianggarkan, seperti untuk membeli bahan baku, membayar
upah, biaya promosi produk, dan lain-lain.
3. Faktor Ekonomi
Apakah dengan meningkatnya jualan akan meningkatkan laba
(rentabilitas) atau sebaliknya.
Misalnya saat ini perusahaan mampu menjual 1.000 unit dengan harga
jual per unit Rp100,00, harga pokok per unit Rp80,00, dan beban usaha
sebulan Rp15.000,00, modal usaha yang diperlukan Rp20.000,00.
Setelah itu perusahaan ingin meningkatkan jualan menjadi 1.200 unit,
modal usaha menjadi meningkat Rp25.000,00 dan beban usaha meningkat
menjadi Rp18.000,00. Harga jual dan harga pokok tidak berubah.
Pertanyaannya apakah dengan meningkat jualan dapat meningkatkan
rentabilitas ekonomis?
5.000
Rentabilitas ekonomis = 25%
20.000
Perhitungan rentabilitas ekonomis setelah jualan meningkat sebagai berikut.
6.000
Rentabilitas ekonomis = 24%
25.000
4. Faktor Teknis
Apakah kapasitas terpasang, seperti mesin dan alat mampu memenuhi
target jualan yang dianggarkan. Apakah bahan baku dan tenaga kerja mudah
dan murah.
6. Faktor Penduduk
Perkembangan penduduk juga mempengaruhi anggaran, misalnya
peningkatan kelahiran dapat meningkatkan konsumsi susu, pakaian, mainan,
dan lain-lain.
7. Faktor Kondisi
Faktor kondisi politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan juga
mempengaruhi jualan. Misalnya dalam keadaan perang (tidak aman) akan
menghambat barang yang dijual karena harus melalui pemeriksaan yang
ketat, bahkan dirampas dan mengalami kecelakaan perang. Barang yang
dijual apakah tidak bertentangan dengan sosial dan budaya masyarakat,
apakah tidak mengganggu lingkungan, apakah tidak dibatasi oleh peraturan
pemerintah.
2.54 Penganggaran
8. Faktor Lainnya
Apakah pada musim tertentu anggaran jualan ditambah. Sampai berapa
lama anggaran yang disusun masih dapat dipertahankan.
Banjarmasin
Kecap sedang 50% 121 = 61 botol
Kecap manis 30% 121 = 36 botol
Kecap asin 20% 121 = 24 botol
+
Jumlah 121 botol
Martapura
Kecap sedang 50% 61 = 31 botol
Kecap manis 30% 61 = 18 boto1
Kecap asin 20% 61 = 12 botol
+
Jumlah 61 botol
Total 182 botol
Banjarmasin
Triwulan I
Kecap sedang (23,68% 61 = 14 botol) Rp500,00 = Rp7.000,00
Kecap manis (23,68% 36 = 9 botol) Rp600,00 = Rp5.400,00
Kecap asin (23,68% 24 = 6 botol) Rp500,00 = Rp3.000,00
Jumlah I 29 botol = Rp15.400,00
EKMA4570/MODUL 2 2.55
Triwulan II
Kecap sedang (24,34% 61 = 15 botol) Rp500,00 = Rp7.500,00
Kecap manis 24,34% 36 = 9 botol) Rp600,00 = Rp5.400,00
Kecap asin (24,34% 24 = 6 botol) Rp500,00 = Rp3.000,00
Jumlah II = 30 botol = Rp15.900,00
Triwulan III
Kecap sedang (25,66% 61 = 16 botol) Rp500,00 = Rp8.000,00
Kecap manis (25,66% 36 = = 9 botol) Rp600,00 = Rp5.400,00
Kecap asin (25,66% 24 = = 6 botol) Rp500,00 = Rp3.000,00
Jumlah III = 31 botol = Rp16.400,00
Triwulan IV
Kecap sedang (26,32% x 61 = 16 botol) x Rp500,00 = Rp8.000,00
Kecap manis (26,32% 36 = 9 botol) Rp600,00 = Rp5.400,00
Kecap asin (26,32% 24 = 6 botol) Rp500,00 = Rp3.000,00
Jumlah IV = 30 botol = Rp16.400,00
Martapura
Triwulan I
Kecap sedang (23,68% x 31 = = 7 botol) x Rp600,00 = Rp4.200,00
Kecap manis (23,68% 18 = 4 botol) Rp750,00 = Rp3.000,00
Kecap asin (23,68% 12 = 3 botol) Rp600,00 = Rp1.800,00
Jumlah I 14 botol = Rp9.000,00
Triwulan II
Kecap sedang (24,34% x 31 = 8 botol) x Rp600,00 = Rp4.800,00
Kecap manis (24,34% 18 = 4 botol) Rp750,00 = Rp3.000,00
Kecap asin (24,34% 24 = 3 botol) Rp600,00 = Rp1.800,00
Jumlah I 15 botol = Rp9.600,00
2.56 Penganggaran
Triwulan III
Kecap sedang (25,66% x 31 = 8 botol) x Rp600,00 = Rp4.800,00
Kecap manis (25,66% 18 = 5 botol) Rp750,00 = Rp3.750,00
Kecap asin (25,66% 12 = 3 botol) Rp600,00 = Rp1.800,00
Jumlah I 16 botol = Rp10.350,00
Triwulan IV
Kecap sedang (26,32% 31 = 8 botol) Rp600,00 = Rp4.800,00
Kecap manis (26,32% 18 = 5 botol) Rp750,00 = Rp3.750,00
Kecap asin (26,32% 12 = 3 botol) Rp600,00 = Rp1.800,00
Jumlah I 16 botol = Rp10.350,00
Table 2.20.
Anggaran Jualan
LAT IH A N
Rencana jualan
Daerah A: Produk X = 208.000 unit
Produk Y = 111.600 unit +
319.600 unit
Daerah B: Produk X = 320.000 unit
Produk Y = 168.400 unit
+
488.400 unit +
Rencana jualan tahun 2019 = 808.000 unit
Harga jual produk X per unit Rp9,90 dan harga jual produk Y per unit
Rp16,50.
Berdasarkan data tersebut susunlah anggaran jualan!
Anggaran jualan dalam rupiah = Anggaran jualan dalam unit Harga jual per
botol
Misalnya jualan kecap sedang triwulan 1 di Banjarmasin
= 2.000 botol Rp500,00 = Rp1.000.000,00
2.60 Penganggaran
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
2) Penjualan artinya ….
A. yang menjual
B. proses menjual
C. hasil proses menjual
D. tempat menjual
Tes Formatif 1
1) A. 76,62.
2) B. 13,00.
3) C. 0,40.
4) D. 162,02.
5) A. 4.641,48.
6) B. 194,86.
7) C. 6.395,22.
8) B. 149,30.
9) C. 21,56.
10) C. -0,86.
Tes Formatif 2
1) C. Hasil proses menjual.
2) B. Proses menjual.
3) A. Laba kotor.
4) D. Jualan kotor dikurang potongan jualan dan retur jualan.
5) B. Berguna sebagai dasar penyusunan anggaran lainnya.
6) C. Faktor pemasok.
7) A. 20%.
8) C. Menetapkan harga pokok.
EKMA4570/MODUL 2 2.65
Glosarium
Daftar Pustaka
Lampiran
Lampiran 1
Tabel t
d.f 0,10 0,05 0,025 - 0,01 0,005 d.f
1 3,078 6,314 12,706 12,706 63,657 1
2 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 2
3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 3
4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 4
5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5
6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 6
7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 7
8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 8
9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 9
10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 10
11 1,363 1,796 2,20i 2,718 3,106 11
12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 12
13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 13
14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 14
15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 15
16 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 16
17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 17
18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 18
19 1,328. 1,729 2,093 2,539 2,861 19
20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 20
21 1,323, 1,721 2,080 2,518 2,831 21
22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 22
23 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 23
24 1,318 1,711 1,064 2,492 2,797 24
25 1,316 1,708 2,060 2.,485 2,787 25
26 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 26
27 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 27
28 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 28
29 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 29
inf 1,282 1,645 1,960 2,326 2,576 inf
Sumber: John E. Frennd & Frank J. Williams, Modern Business Statistics, edisi kedua,
Prentice Hall, Inc, 1965
EKMA4570/MODUL 2 2.69
Lampiran 2
Logaritma Bilangan Dengan Basis 10
B 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 000 004 009 013 017 021 025 029 033 037
11 041 045 049 053 057 061 065 068 072 076
12 079 083 086 090 093 097 100 104 107 111
13 114 1i7 121 124 127 130 134 137 140 143
14 146 149 152 155 158 161 164 167 170 173
15 176 179 182 185 188 190 193 196- 199 201
16 204 207 210 212 215 218 220 223 225 228
17 230 233 236 238 241 243 246 248 250 253
18 255 258 260 263 265 267 270 272 274 277
19 279 281 283 286 288 290 292 295 297 299
20 301 303 305 308 310 312 314 316 318 320
21 322 324 326 328 330 332 335 337 339 340
22 342 344 346 348 350 352 354 356 358 360
23 362 364 366 367 369 371 373 375 377 378
24 380 382 384 386 387 389 391 393 395 396
25 398 400 401 403 405 407 408 410 412 413
26 415 417 418 420 422 423 425 427 428 430
27 431 433 435 436 438 439 441 443 444 446
28 447 449 450 452 453 455 456 458 459 461
29 462 464 465 467 468 470 471 473 474 476
30 477 479 4Rn 481 483 484 486 487 488 490
31 491 493 494 496 497 498 500 501 502 504
32 505 507 508 509 511 512 513 515 516. 517
33 519 520 521 522 524 525 526 528 529 530
34 532 533 534 535 537 538 539 540 542 543
35 544 545 547 548 549 550 551 553 554 555
36 556 558 559 560 561 562 564 565 566 567
37 568 569 571 572 573 574 575 576 578 579
38 580 581 532 583 584 586 587 588 589 570
39 591 592 593 594 596 597 598 599 600 601
40 602 603 604 605 606 608 609 610 611 612
41 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622
42 623 624 625 626 627 628 629 630 631 .633
43 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643
2.70 Penganggaran
B 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
44 644 644 645 646 647 648 649 650 651 652
45 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662
46 663 664 665 666 667 668 668 669 670 671
47 672 673 674 675 676 677 678 679 679 680
48 681 682 683 684 685 686 687 688 688 689
49 690 691 692 693 694 695 696 696 697 _698
50 699 700 701 702 702 703 704 705 706 707
51 708 708 709 710 711 712 713 714 714 715
52 716 717 718 719 719 720 721 722 723 _724
53 724 725 726 727 728 728 729 730 731 732
54 732 733 734 735 736 736 737 738 739 740
EKMA4570/MODUL 2 2.71
Lampiran 2
Logaritma Bilangan Dengan Basis 10
B 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
55 740 741 742 743 744 -744 745 746 747 747
56 748 749 750 751 751 752 753 754 754 755
57 756 757 757 758 759 760 760 761 762 763
58 763 764 765 766 766 767 768 769 769 770
59 771 772 772 773 774 775 775 776 777 777
60 778 779 780 780 781 782 783 783 784 785
61 785 786 787 788 783 789 790 790 791 792
62 792 793 794 795 795 796 797 797 798 799
63 799 800 801 801 802 803 804 804 805 806
64 806 807 808 808 809 810 810 811 812 812
65 813 814 814 815 816 816 817 818 818 819
66 820 820 821 822 822 823 824 824 825 825
67 826 827 827 828 829 829 830 831 831 832
68 833 833 834 834 835 836 836 837 838 838
69 839 840 840 841 841 842 843 843 844 845
70 845 846 846 847 848 848 849 849 850 851
71 851 852 853 853 854 854 855 856 856 857
72 857 858 859 859 -860 860 861 862 862 863
73 863 864 865 865 866 866 867 868 868 869
74 869 870 870 871 872 872 873 873 874 875
75 875 876 876 877 877 878 879 879 880 880
76 881 881 882 883 883 884 884 885 885 886
77 887 887 888 888 889 889 890 890 891 892
78 892 893 893 894 894 895 895 896 897 897
79 898 898 899 899 900 900 901 902 902 903
80 903 904 904 905 905 906 906 907 907 908
81 909 909 910 910 911 911 912 912 913; 913
82 44 914 915 915 916 917 917 918 918 919
83 919 920 920 921 921 922 922 923 923 924
84
85 925 930 930 931 932 932 933 933 934 934
86 935 935 936 936 937 937 938 938 939 939
87 940 940 941 941 942 942 943 943 944 944
88 945 945 946 946 947 947 947 948 948 949
2.72 Penganggaran
B 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
89 949 950 950 951 951 952 952 953 953 954
90 954 955 955 956 956 957 957 958 958 959
91 959 960 960 961 961 961 962 962 963 963
92 964 964 965 965 966 966 967 967 968 968
93 969 969 969 970 970 971 971 972 972 973
94 973 974 974 975 975 975 976 976 977 977
95 978 978 979 979 980 980 981 981 981 982
96 982 983 983 984 984 985 985 985 986 986
97 987 987- 988 988 989 989 989 990 990 991
98 991 992 992 993 993 993 994 994 995 995
99 996 996 997 997 997 998 998 999 999 100
EKMA4570/MODUL 2 2.73
Lampiran 2
Logaritma Bilangan Dengan Basis e
B ,0 ,1 ,20 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9
1 0,000 0,095 0,182 0,262 0,336 0,405 0,470 0,531 0,588 0,642
2 0,693 0,742 0,788 0,833 0,875 0,916 0,956 0,993 1,030 1,065
3 1.099 1,131 1,163 1,194 1,224 1,253 1,281 1,308 1,335 1,361
4 1,386 1,411 1,435 1,459 1,482 1,504 1,526 1,548 1,569 1,589
5 1,609 1,629 1,649 1,668 1,686 1,705 1,723 1,740 1,758 1,775
6 1,792 1,808 1,825 1,841 1,856 1,872 1,887 1,902 1,917 1,932
7 1,946 1,960 1,974 1,988 2,001 2,015 2,028 2,041 2,054 2,067
8 2,079 2,092 2,104 2,116 2,128 2,104 2,152 2,163 2,175 2,186
9 2,197 2,208 2,219 2,230 2,241 2,251 2,262 2,272 2,282 2,293
10 2,303 2,313 2,322 2,332 2,342 2,351 2,361 2,370 2,380 2,389
ex dan e-x
x ex e-x x ex e-x
0,0 1,00 1,00 3,1 22,2 0,045
0,1 1,11 ,905 3,2 24,5 ,041
0,2 1,22 ,819 3,3 27,1 ,037
0,3 1,35 ,741 3,4 30,0 .033
0,4 1,49 ,670 3,5 33,1 ,030
0,5 1,65 ,607 3,6 36,6 ,027
0,6 1,82 ,549 3,7 40,4 ,025
0,7 2,01 ,497 3,8 44,7 ,022
0,8 2,23 ,449 3,9 49,4 ,0?.0
0,9 2,46 ,407 4,0 54,6 ,018
1,0 2,72 ,368 4,1 60,3 ,017
1,1 3,00 ,333 4,2 66,7 ,015 .
1,2 3,32 ,801 4,3 73,7 ,014
1,3 3,67 ,273 4,4 81,5 ,012
1,4 4.06 ,247 4,5 90,0 ,011
1,5 4,48 ,223 4,6 99,5 ,010
1,6 4,95 ,202 4,7 110 ,0091
1,7 5,47 ,183 4,8 122 ,0082
1,8 6,05 ,165 4,9 134 ,0074
1,9 6,69 ,150 5,0 148 ,0067
2,0 7.39 ,135 5,1 164 ,0061
2.74 Penganggaran
x ex e-x x ex e-x
2,1 8,17 ,122 5,2 181 ,0055
2,2 9,03 '111 5,3 200 ,0050
2,3 9,97 ,100 5,4 221 ,0045 -
2,4 11,0 ,091 5,5 245 ,0041
2,5 12,2 ,082 5,6 270 ,0037
2,6 13,5 ,074 5,7 299 ,0033
2,7 14,9 ,067 5,8 330 ,0030
2,8 16,4 ,061 5,9 365 ,0027 -
2,9 18,2 ,055 6,0 403 ,0025
3,0 20,1 ,050
EKMA4570/MODUL 2 2.75
Lampiran 2
Anti Logaritma
x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
,00 100 100 100 101 101 101 101 102 102 102
,01 102 103 103 103 103 104 104 104 104 104
,02 105 105 105 105 106 106 106 106 107 107
,03 107 107 108 108 108 108 109 109 109 109
,04 110 110 110 110 111 111 111 111 112 112
,05 112 112 113 113 113 114 114 114 114 115
,06 115 115 115 116 116 116 116 117 117 117
,07 117 118 118 118 119 119 119 119 120 120
,08 120 121 121 121 121 122 122 122 122 123
,09 123 123 124 124 124 124 125 125 125 126
,10 126 126 126 127 127 127 128 128 128 129
,11 129 129 129 130 130 130 131 131 131 132
,12 132 132 132 133 133 133 134 134 134 135
,13 135 135 136 136 136 136 137 137 137 138
,14 138 138 139 139 139 140 140 140 141 141
,15 141 142 142 142 143 143 143 144 144 144
,16 145 145 145 146 146 146 147 147 147 148
,17 148 148 149 149 149 150 150 150 151 151
,18 151 152 152 152 153 153 153 154 154 11.-S
,19 155 155 156 156 156 157 157 157 158 158
,20 158 159 159 160 160 160 161 161 161 162
,21 162 163 163 163 164 164 164 165 165 166
,22 166 166 167 167 167 168 168 169 169 169
,23 170 170 171 171 171 172 172 173 173 173
,24 174 174 175 175 175 176 176 177 177 177
,25 178 178 179 179 179 180 180 181 181 182
,26 182 182 183 183 184 184 185 185 185 186
,27 186 187 187 188 188 188 189 189 190 190
,28 191 191 191 192 192 193 193 194 194 195
,29 -J95 195 196 196 197 197 198 198 199 199
,30 200 200 200 201 201 202 202 203 203 204
,31 204 205 205 206 206 207 207 207 208 208
,32 209 209 210 210 211 211 212 212 213 213
,33 214 214 215 215 216 216 217 217 218 218
2.76 Penganggaran
x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
,34 219 219 220 220 221 221 222 222 223 223
,35 224 224 225 225 226 226 227 228 228 229
,36 229 230 230 231 231 232 232 234 234 235
,37 234 235 236 236 237 237 238 238 239 239
,38 240 240 241 242 242 243 243 244 244 245
,39 245 246 247 247 248 248 249 249 250 251
,40 251 252 252 --253 254 254 255 255 256 256
,41 257 258 258 259 259 260 261 261 262 262
,42 263 264 264 265 265 266 267 267 268 269
,43 269 270 270 271 272 272 273 274 274 275
,44 275 276 277 277 278 279 279 280 281 281
,45 282 282 283 284 284 285 286 286 287 288
,46 288 289 290 290 291 292 292 293 294 294
,47 295 296 296 297 298 299 299 300 301 301
,48 302 303 303 304 305 305 306 307 308 308
,49 309 310 310 311 1 312 313 313 1 314 315 316
EKMA4570/MODUL 2 2.77
Lampiran 2
Anti-Logaritma
X 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
.50 316 317 318 318 319 320 321 321 322 323
,51 324 324 325 326 327 327 328 329 330 330
,52 331 332 333 333 334 335 336 337 337 338
,53 339 340 340 341 342 343 344 344 345 346
,54 347 348 348 349 350 351 352 352 353 354
,55 355 356 356 357 358 359 360 361 361 362
.56 363 364 365 366 366 367 368 369 370 371
,57 372 372 373 374 375 376 377 378 378 379
,58 380 381 382 383 384 385 385 386 387 388
,59 389 390 391 392 393 394 394 395 396 397
,60 398 399 400 401 402 403 404 405 406 406
,61 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416
,62 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426
,63 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436
,64 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446
,65 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456
,66 457 458 459 460 461 462 463 465 466 467
.67 468 469 470 471 472 473 474 475 476 478
,68 479 480 481 482 483 484 485 486 488 489
,69 490 491 492 493 494 495 497 498 499 500
,70 501 502 504 505 506 507 508 509 511 512
,71 513 514 515 516 518 519 520 521 522 524
,72 525 526 527 528 530 531 532 533 535 536
,73 537 538 540 541 542 543 545 546 547 548
.74 550 551 552 553 555 556 557 558 560 561
,75 562 564 565 566 568 569 570 571 573 574
,76 575 577 578 579 581 582 583 585 586 587
,77 589 590 592 593 594 596 597 598 600 601
,78 603 604 605 607 608 610 611 612 614 615
,79 617 618 619 621 622 624 625 627 628 630
,80 631 632 634 635 437 638 640 641 643 644
,81 646 647 649 650 652 653 655 656 658 659
,82 661 662 664 665 667 668 670 671 673 675
,83 676 678 679 681 682 684 685 687 689 690
2.78 Penganggaran
X 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
,84 692 693 695 697 698 700 701 703 705 706
,85 708 710 711 713 714 716 718 719 721 723
,86 724 726 728 729 731 733 735 736 738 740
,87 741 743 745 746 748 750 752 753 755 757
,88 759 760 763 764 766 767 769 771 773 774
,89 776 778 780 782 783 785 787 789 791 793
,90 794 796 798 800 802 804 805 807 809 811
,91 813 815 817 818 820 822 824 826 828 830
,92 832 834 836 838 839 840 843 845 847 849
,93 851 853 855 857 859 861 863 865 867 869
,94 871 873' 875 877 879 881 883 885 887 889
,95 891 893 895 897 899 902 904 906 908 910
,96 912 914 916 918 920 923 925 927 929 931
,97 933 935 938 940 942 944 946 948 951 953
,98 955 957 959 962 964 966 968 971 973 975
,99 977 979 982 984 986 989 991 993 995 998
Modul 3
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Jawaban
Tidak menggunakan istilah anggaran produksi karena produksi
merupakan kegiatan sehingga tidak perlu dianggarkan, tetapi kegiatan
produksi perlu dijadwalkan yang disebut dengan skedul produksi seperti
tampak pada Gambar 1.4 pada Modul 1. Skedul produksi merupakan
rencana produksi, bukan anggaran produksi, karena anggaran
dinyatakan dalam kuantitas (angka), sedangkan kegiatan produksi
dinyatakan dalam kualitas. Oleh karena itu, produksi tidak perlu
dianggarkan, tetapi produk yang perlu dianggarkan. Produk yang
dianggarkan adalah produk jadi, sedangkan produk dalam proses hanya
konsekuensi dalam produksi yang harus diterima (dianggarkan). Oleh
karena tujuan produksi adalah membuat produk jadi maka dalam
penyusunan anggaran produk tidak terdapat produk dalam proses.
Harga pokok produk berupa kedelai terdapat pada neraca sebagai aktiva
lancar dengan nama perkiraan atau akun Sediaan Bahan Baku sebesar
Rp1.000.000,00. Produk yang diperoleh dengan cara membuat (produksi)
contohnya pada Tabel 3.1. adalah harga pokok produk sebesar Rp1.995,00
untuk sediaan produk dalam proses akhir yang nantinya tampak pada neraca
PT Oke per 31 Desember 2018 dalam kelompok aktiva lancar di perkiraan
(rekening) Sediaan Produk Dalam Proses sebesar Rp1.995,00.
3.6 Penganggaran
Tabel 3.1.
Anggaran Biaya Produksi
PT Oke
Anggaran Biaya Produksi
Tahun Berakhir 31 Desember 2018
1. Data produk
Produk dalam proses awal (BBB 100%, BTKL 60%, BOP 40%) .... 65 unit
Produk masuk produksi periode ini ………………………………... 985 unit
+
Produk diproses ………………………………………………………………… 1.050 unit
Produk jadi ………………………………………………………….. 980 unit
Produk dalam proses akhir (BBB 100%, BTKL 90%, BOP 60%) ..... 70 unit
+
Produk dihasilkan ………………………………………………………………. 1.050 unit
Rp41.195,00. Biaya produksi atau harga pokok produksi adalah biaya pabrik
ditambah dengan harga pokok produk dalam proses awal atau harga pokok
produk dalam proses akhir ditambah dengan harga pokok produk jadi
.periode ini. Anggaran biaya produksi (cost of production budget) berkaitan
erat dengan anggaran rugi-laba. Pada Tabel 3.1. terdapat biaya pabrik
Rp39.180,00, sediaan produk dalam proses awal 65 unit Rp2.015,00, produk
jadi yang merupakan produk jadi diproduksi periode ini atau produk selesai
ditransfer ke gudang sebanyak 980 unit dengan harga pokok produk jadi
sebesar Rp39.200,00, dan sediaan produk dalam proses akhir 70 unit sebesar
Rp1.995,00.
Anggaran produk dibuat berdasarkan anggaran jualan dan anggaran
sediaan. Dalam pokok bahasan ini, produk adalah produk jadi diproduk
periode ini, disebut juga dengan produk selesai dibuat periode ini atau produk
selesai ditransfer ke gudang dan secara ringkas disebut produk jadi. Mestinya
yang disebut produk adalah produk dihasilkan, yaitu produk masuk produksi
periode ini ditambah sediaan produk dalam proses awal, atau produk jadi
dihasilkan ditambah sediaan produk dalam proses akhir. Sebagai contoh
produk dihasilkan terdapat pada PT Oke pada tahun 2014 Tabel 3.1.
sebanyak 1.050 unit. Dari Tabel 3.4. sampai Tabel 3.9. tidak terdapat sediaan
produk dalam proses awal dan akhir. Oleh karena itu dalam penyusunan
anggaran produk ini produk jadi diproduksi periode ini sama' dengan produk,
sama dengan produk dihasilkan. Produk yang diproduksi dapat dihitung
sebagai berikut.
Bila sediaan. produk jadi awal sama dengan akhir maka unit produk jadi
yang diproduk periode ini sama dengan jualan dalam unit.
Bila sediaan produk jadi awal sama dengan akhir dan sediaan produk
dalam proses awal sama dengan akhir maka produk masuk proses produk
sama dengan jualan -dalam unit.
Penyusunan anggaran produk dapat disusun dengan empat cara, yaitu
mengutamakan stabilitas produk, mengutamakan stabilitas sediaan, campuran
antara stabilitas produk dan stabilitas sediaan, serta disesuaikan dengan
keperluan manajemen.
Tabel 3.2.
Anggaran Produk Satu Macam
Cara Stabilitas Produk
2. Bermacam Produk
Taksiran sediaan produk jadi awal dan sediaan produk jadi akhir pada
Perusahaan Kecap Ash tahun 2016 sebagai berikut.
Jenis kecap: Sediaan awal: Sediaan akhir:
Sedang (S) 4 botol 7 botol
Manis (M) 3 botol 3 botol
Asin (A) 3 botol 5 botol
Total (T) 10 botol 15 botol
Anggaran jualan Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 dapat dibuat
secara ringkas seperti Tabel 3.3.
3.10 Penganggaran
Tabel 3.3.
Anggaran Jualan
Bila tidak terdapat sediaan produk dalam proses awal dan akhir maka
dapatlah disusun anggaran produk sebagai berikut.
Jualan tahun 2016 total......................................... 182 botol
Sediaan produk jadi akhir total............................ 15 botol
+
Produk siap dijual................................................ 197 botol
Sediaan produk jadi awal total............................. 10 botol
Jualan kecap triwulan II, III, dan IV untuk masing-masing jenis kecap
berjumlah:
Kecap sedang = 23 + 24 + 24 =71 botol
Kecap manis = 13 + 14 + 14 = 41 botol
Kecap asin = 9 + 9 + 9 = 27 botol
+
Jumlah = 139 botol
Tabel 3.4.
Anggaran Produk Bermacam
Cara Stabilitas Produk
Dari Tabel 3.4. terlihat pola produk konstan (stabil) pada triwulan II, III,
IV, yaitu masing-masing total produk 49 botol dan hanya pada triwulan I
diproduk total 40 botol. Mestinya tiap triwulan total produk jumlahnya sama,
tapi karena produk setahun setelah dibagi 4 tidak menghasilkan bilangan
bulat (genap) maka produk triwulan I berbeda dengan triwulan lainnya.
1. Macam Produk
Misalkan Perusahaan Kecap Asli hanya memproduk satu jenis produk
kecap dan jualan yang dianggarkan tahun 2016 sebagai berikut.
Triwulan I 43 botol
II 45 botol
III 47 botol
IV 47 botol
Tabel 3.5.
Anggaran Produk Satu Macam
Cara Stabilitas Sediaan
Pada Tabel 3.5. terlihat sediaan awal sama dengan sediaan akhir
(konstan), yaitu sebanyak 10 botol dan sebagai akibatnya tingkat jualan sama
dengan tingkat produk.
Bila rencana sediaan awal tahun berbeda dengan akhir tahun, sedangkan
anggaran produk disusun dengan mengutamakan stabilitas sediaan. Dengan
demikian terjadi selisih antara sediaan awal dengan akhir. Selisih tersebut
dibagi 3 apabila ingin menyusun anggaran produk setahun yang dirinci dalam
tiap triwulan. Bila selisih tersebut setelah dibagi 3 menghasilkan bilangan
bulat maka hasilnya ini dialokasikan tiap triwulan untuk menambah sediaan
akhir yang terendah.
Misalnya Perusahaan Kecap Asli yang memproduk satu jenis produk
merencanakan:
Selisih 3 botol
3.14 Penganggaran
Tabel 3.6.
Anggaran Produk
Bila anggaran produk setahun disusun secara triwulan maka selisih yang
dibagi 3 tersebut ditambahkan pada sediaan awal tiap triwulan, kecuali
EKMA4570/MODUL 3 3.15
sediaan awal triwulan I dan sediaan akhir triwulan IV. Untuk kecap sedang
sediaan awal tiap triwulan, yaitu triwulan II, III, dan IV ditambah 1 botol.
Kecap manis tidak mendapatkan tambahan sediaan, karena sediaan awal
kecap manis sama dengan sediaan akhir. Untuk kecap asin, karena selisih
sediaan 0,67 tidak merupakan bilangan bulat maka selisih 0,67 dijadikan 1.
Artinya sediaan awal tiap triwulan ditambah 1, tetapi hanya 2 triwulan yang
mendapatkan tambahan sediaan, yaitu triwulan yang tingkat jualannya
tertinggi. Bila anggaran jualan tahun 2016 yang kita pergunakan datanya
sama dengan Tabel 3.3. maka sediaan awal kecap asin yang tidak
mendapatkan tambahan sediaan adalah pada triwulan II dan yang
mendapatkan tambahan sediaan awal, yaitu pada triwulan III dan IV. Jualan
kecap asin tiap triwulan sama jumlahnya 9 botol, mestinya tiap triwulan
mendapatkan tambahan sediaan awal 1 botol, tapi karena selisih sediaan
kecap asin hanya 2 botol maka pada triwulan III dan IV yang total jualannya
tertinggi yang mendapat tambahan sediaan masing-masing 1 botol.
Setelah itu dapatlah disusun anggaran produk seperti Tabel 3.7.
Tabel 3.7.
Anggaran Produk Bermacam
Cara Stabilitas Sediaan
Triwulan
Setahun
Keterangan I II III IV
S M A T S M A T S M A T S M A T S M A T
Jualan 21 13 9 43 23 13 9 45 24 14 9 47 24 14 9 47 92 54 36 182
Sediaan akhir + 5 3 3 11 5 3 4 12 5 3 4 12 7 3 5 15 7 3 5 15
Kebutuhan 26 16 12 54 28 16 13 57 29 17 13 59 31 17 14 62 99 57 41 197
Sediaan awal 4 3 3 10 5 3 3 11 5 3 4 12 5 3 4 12 4 3 3 10
Produk 22 13 9 44 23 13 10 46 24 14 9 47 26 14 10 50 95 54 38 187
Misalnya rencana jualan sama dengan Tabel 3.3. seperti yang baru
dibahas maka anggaran produk dapat kita susun seperti Tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Anggaran Produk Bermacam
Cara Stabilitas Sediaan
Pada cara kombinasi ini bila tingkat produk stabil maka ada
kemungkinan tingkat sediaan berubah, tapi bila tingkat sediaan stabil maka
ada kemungkinan tingkat produk berubah. Jadi pada cara kombinasi ini suatu
saat produk stabil dan pada saat lain sediaan stabil atau sebaliknya pada suatu
saat tingkat produk berubah dan pada saat lain tingkat sediaan yang
mengalami perubahan. Berubahnya tingkat produk dan tingkat sediaan
biasanya diberi batasan minimal dan maksimal.
EKMA4570/MODUL 3 3.17
Contoh:
Sediaan minimal 8 botol dan maksimal 18 botol. Produk minimal tiap
triwulan 40 botol dan maksimal 60 botol.
Rencana sediaan awal tahun 2016 sebanyak 10 botol dan sediaan akhir
sebanyak 15 botol. Anggaran jualan dari Perusahaan Kecap Asli yang
memproduk satu jenis produk selama tahun 2016 sebagai berikut.
Triwulan I 43 botol
II 45 botol
III 47 botol
IV 47 botol
Dari data tersebut di atas dapat dibuat anggaran produk dengan cara
kombinasi seperti Tabel 3.9.
Tabel 3.9.
Anggaran Produk Semacam
Cara Kombinasi
Pada Tabel 3.9. terlihat triwulan III dan IV produk stabil (konstan)
dengan tingkat produk 49 botol, namun pada triwulan I dan II terlihat sediaan
akhir stabil dengan tingkat sediaan 11 botol dan pada triwulan I dan II
tersebut tingkat produk berfluktuasi.
3.18 Penganggaran
Tabel 3.10.
Anggaran Produk Semacam
Cara Disesuaikan
Dengan tingkat sediaan akhir seperti tampak pada Tabel 3.10. berarti
manajemen menghendaki perputaran sediaan triwulan I = 43 botol: 11 botol
= 3,91 kali, triwulan II = 45 botol : {(11 botol + 12 botol) : 2} = 3,91 kali,
triwulan III = 47 botol : {(12 botol + 13 botol) : 2} = 3,76 kali, triwulan IV =
47 botol: {(13 botol + 13 botol) : 2) = 3,62 kali. Tingkat perputaran sediaan
dihitung dengan rumus:
Jualan
Perputaran sediaan produk jadi =
Rata rata sediaan produk jadi
EKMA4570/MODUL 3 3.19
LAT IH A N
1) Apa beda biaya produksi (harga pokok produksi) dengan biaya produk
(harga pokok produk)?
2) Apa beda biaya pabrik dengan biaya produksi?
3) Apa beda produk dengan produksi?
4) Apa yang dimaksud dengan produk jadi dan produk dalam proses?
5) Elemen apa saja yang diperlukan dalam menyususun anggaran produk?
1) Beda biaya produksi dengan biaya produk yang utama adalah biaya
produksi tidak tampak dalam neraca, sedangkan biaya produk tampak
dalam neraca, seperti: sediaan produk jadi Rp10.000 adalah biaya produk
yang tampak dalam neraca, tetapi biaya produksi akan tampak dalam
anggaran rugi-laba.
2) Beda biaya pabrik dengan biaya produksi, terutama biaya produksi
meliputi biaya pabrik, sedangkan biaya pabrik bagian dari biaya
produksi.
3) Beda produk dengan produksi, antara lain: (a) produk adalah benda,
sedangkan produksi adalah kegiatan; (b) produk adalah hasil produksi;
sedangkan produksi adalah proses membuat produk.
4) Produk jadi adalah produk yang siap untuk dijual, sedangkan produk
dalam proses adalah produk belum selesai; masih dalam tahap
pengolahan.
5) Elemen yang diperlukan dalam menyusun anggaran produk antara lain:
anggaran jualan dan anggaran sediaan produk jadi, serta anggaran
sediaan produk dalam proses.
3.20 Penganggaran
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
4) Anggaran jualan bulan Januari 1.000 unit, Februari 2.000 unit, Maret
3.000 unit. Sediaan produk jadi awal Januari 100 unit dan sediaan
produk jadi akhir Maret 160 unit. Perusahaan menyusun anggaran
produk tiap bulan selama tiga bulan dengan mengutamakan stabilitas
produk. Dengan demikian jumlah produk jadi diproduksi tiap bulan
sebanyak ….
A. 2.000 unit
B. 2.010 unit
C. 2.020 unit
D. 2.030 unit
6) Berdasarkan tes formatif 1 soal 4 sediaan produk jadi awal bulan Maret
sebesar ….
A. 1.120 unit
B. 1.140 unit
C. 1.160 unit
D. 1.100 unit
3.22 Penganggaran
Kegiatan Belajar 2
Harga pokok bahan baku meliputi harga beli bahan baku dan ongkos
untuk memperoleh bahan baku, seperti: ongkos perjalanan dan angkut bahan
baku, ongkos dokumen bahan baku, ongkos bongkar muat bahan baku, dan
ongkos bahan baku lainnya.
Ada beberapa elemen yang terdapat dalam penyusunan anggaran bahan
baku, yaitu: biaya bahan baku, sediaan bahan baku, bahan baku siap dipakai,
dan belian bahan baku.
Adapun dasar penyusunan anggaran bahan baku bersumber dari
anggaran produksi, rencana persediaan bahan baku, dan standar bahan baku
dipakai.
Bahan baku dipakai dalam satuan uang disebut biaya bahan baku. Bahan
baku dipakai dalam satuan barang dikali harga pokok barang per satuan
disebut biaya bahan baku.
Anggaran produksi Perusahaan Kecap Asli selama tahun 2016 sebanyak
182 botol. Standar bahan baku per botol kecap asli, yaitu sebanyak 2 ons
kedelai dan 2 ons gula merah. Harga per ons kedelai Rp100,00 dan harga per
ons gula merah Rp60,00.
Dari data tersebut di atas berarti bahan baku dipakai dalam unit (satuan)
barang = 182 botol 2 ons = 364 ons. Berarti untuk memproduksi kecap asli
sebanyak 182 botol diperlukan bahan baku kedelai 364 ons dan gula merah
juga 364 ons.
Bahan baku dipakai dalam satuan uang yang disebut dengan biaya
bahan baku dihitung sebagai berikut.
Kedelai 364 ons Rp100,00 = Rp33.230,00
Gula merah 364 ons Rp 60,00 = Rp21.840,00
Apabila sediaan bahan baku awal sama dengan akhir maka belian bahan
baku sama dengan biaya bahan baku (bahan baku dipakai). Sediaan bahan
baku awal datanya dapat diperoleh dari laporan keuangan periode yang lalu,
karena sediaan bahan baku akhir periode lalu sama dengan sediaan bahan
baku awal periode akan datang.
EKMA4570/MODUL 3 3.25
Dari data tersebut dapat dihitung bahan baku yang dipakai setahun
sebanyak = 182 unit 2 ons = 364 ons. Setelah itu dapatlah disusun anggaran
bahan baku seperti Tabel 3.11.
Tabel 3.11.
Anggaran Bahan Baku
belian yang satu dengan saat belian yang lain, sehingga dalam akunting
keuangan perlu menentukan harga pokok per unit bahan baku yang dipakai.
Dalam penyusunan anggaran harga bahan baku per unit dianggap tidak
berubah pada periode anggaran, yaitu sesuai dengan harga per unit bahan
baku standar.
Anggaran bahan baku terdiri dari: anggaran bahan baku dipakai,
anggaran sediaan bahan baku, dan anggaran belian bahan baku.
Anggaran belian bahan baku disusun untuk keperluan penyusunan
anggaran kas, yaitu untuk menentukan anggaran kas keluar untuk belian
bahan baku (bila bahan baku dibeli tunai) dan untuk menentukan anggaran
utang (bila bahan baku dibeli secara kredit). Anggaran belian bahan baku
disusun berdasarkan anggaran sediaan bahan baku dan anggaran bahan baku
dipakai. Anggaran bahan baku dipakai disusun berdasarkan anggaran
produksi. Anggaran bahan baku dipakai, anggaran sediaan bahan baku, dan
anggaran belian bahan baku disusun menggunakan standar bahan baku
dipakai.
Contoh:
Untuk memproduksi kecap diperlukan bahan baku berupa kedelai dan gula
merah. Misalkan untuk memproduksi per botol kecap diperlukan bahan baku
berupa kedelai dan gula merah sebagai berikut.
Kedelai Gula Merah
Kecap sedang 2 ons 2 ons
Kecap manis 1 ons 3 ons
Kecap asin 2 ons 1 ons
Contoh:
Harga beli bahan baku kedelai 10.000 ons @ Rp90,00 = Rp900.000,00
Ongkos angkut............................................................. = Rp190.000,00
Potongan beli bahan baku ........................................... = (Rp 90.000,00)
Tabel 3.12.
Standar Bahan Baku Dipakai (Biaya Bahan Baku) Per Unit
Tabel 3.13.
Anggaran Bahan Baku Dipakai Dalam Unit
Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Bahan Baku Dipakai Dalam Unit
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
Triwulan Kecap Sedang Kecap Manis Kecap Asin Jumlah
Kedelai Gula Kedelai Gula Kedelai Gula Kedelai Gula
Merah Merah Merah Merah
I 44 44 13 39 18 9 75 92
II 46 46 13 39 20 10 79 95
III 48 48 14 42 18 9 80 99
IV 52 52 14 42 20 10 86 104
Setahun 190 190 54 162 76 38 320 390
Tabel 3.14.
Anggaran Bahan Baku Dipakai Dalam Unit
Dari data pada anggaran bahan baku dipakai Tabel 3.14. ditambah data
standar harga bahan baku pada Tabel 3.12. dapat disusun anggaran biaya
bahan baku seperti Tabel 3.15..
3.32 Penganggaran
Tabel 3.15.
Anggaran Biaya Bahan Baku
Anggaran biaya bahan baku dapat juga disusun seperti Tabel 3.16.
Tabel 3.16.
Anggaran Biaya Bahan Baku
BBB
Sbb 2 Sbba
TPSBB
Dari data tersebut dapat dibuat anggaran sediaan bahan baku akhir
seperti Tabel 3.17.
Tabel 3.17.
Anggaran Sediaan Bahan Baku Akhir
Sediaan bahan baku akhir dalam ons diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut.
Sediaan bahan baku akhir dalamRp
Harga per ons bahan baku
Belian bahan baku = Sediaan bahan baku akhir + Biaya bahan baku
Sediaan bahan baku awal
Berdasarkan anggaran biaya bahan baku pada Tabel 3.15. dan data
anggaran sediaan bahan baku akhir pada Tabel 3.17. ditambah data sediaan
bahan baku awal seperti dikemukakan terdahulu pokok bahasan Anggaran
Sediaan Bahan Baku, kemudian dapatlah disusun anggaran belian bahan baku
seperti Tabel 3.18.
Tabel 3.18.
Anggaran Belian Bahan Baku
Jumlah 1 167,00 13.020 174,00 13.600 179,00 13.940 190,00 14.840 710,00 53.14.00
Sediaan akhir
Kedelai 8,75 875 11,00 1.100 9,00 900 12,50 1.250 12,50 1.250
Gula merah 8,00 480 15,75 945 9,00 540 17,00 1.020 17,00 1.020
Jumlah 2 16,75 1.355 26,75 2.045 18,00 1.440 29,50 2.270 29,50 2.270
Bahan baku tersedia
Kedelai 83,75 8.375 90,00 9.000 89,00 8.900 98,50 9.850 332,50 33.250
Gula merah 100,00 6.000 110,75 6.645 108,00 3.23.80 121,00 7.260 407,00 24.420
Jumlah 3 183,75 14.375 200,75 13.13.23.5 197,00 13.13.80 219,50 17.110 739,50 57.670
Sediaan awal
Kedelai 10,00 1.000 8,75 875 11,00 1.100 9,00 900 10,00 1.000
Gula merah 15,00 900 8,00 480 15,75 945 9,00 540 15,00 900
Jumlah 4 25,00 1.900 16,75 1.355 26,75 2.045 18,00 1.440 25,00 1.900
Belian bahan baku
Kedelai 73,75 7.375 81,25 8.125 78,00 7.800 89,50 8.950 322,50 32.250
Gula merah 85,00 3.11.00 102,75 3.20.65 92,25 3.15.35 112,00 6.720 392,00 23.520
Jumlah 5 158,75 12.475 184,00 14.290 170,25 13.335 201,50 13.16.70 714,50 53.17.70
Tabel 3.19.
Laporan Belian Bahan Baku
Persentase realisasi dalam ons kolom (7) dan realisasi dalam Rp kolom
(9) yang terdapat pada Tabel 3.19 diperoleh dengan cara data kolom (6)
dibagi data kolom (2) menghasilkan persentase realisasi dalam ons kolom
(7), sedangkan untuk memperoleh persentase realisasi dalam Rp kolom (9)
dengan cara data kolom (8) dibagi data kolom (3). Tampak pada Tabel 3.19
kolom (7) kedelai 66% dan kolom (9) 65%, hal ini menunjukkan terdapat
penghematan harga kedelai 1%, sebaliknya, gula merah kolom (7) sebesar
62% dan kolom (9) sebesar 63%, hal ini berarti terdapat pemborosan harga
gula merah 1%. Pemborosan harga gula merah 1% tersebut tentu saja tidak
dapat dibenarkan, terkecuali tidak menganggu arus kas dan dalam keadaan
darurat.
LAT IH A N
1) Bahan baku adalah bahan utama dari suatu produk. Biaya bahan baku
yang diperlukan dalam satu unit produk relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan lainnya.
2) Elemen untuk menyusun anggaran bahan baku adalah biaya bahan baku,
sediaan bahan baku, bahan baku siap dipakai, dan belian bahan baku.
3) Tujuan utama disusunnya anggaran bahan baku adalah untuk menjaga
kelancaran produksi.
4) Bila sediaan bahan baku awal sama dengan sediaan bahan baku akhir
maka biaya bahan baku sama dengan belian bahan baku.
5) Standar bahan baku dipakai adalah taksiran sejumlah unit bahan baku
yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
Biaya bahan baku (BBB) dan biaya tenaga kerja langsung (BTKL)
disebut biaya produk langsung (direct product cost), sedangkan biaya
overhead pabrik (BOP) disebut biaya produk tak langsung (indirect product
cost). Biaya produk langsung disebut dengan biaya primer (biaya utama).
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) dan biaya overhead pabrik (BOP)
disebut biaya konversi.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang bekerja langsung
mengolah produk. Untuk perusahaan yang memproduksi kursi rotan yang
disebut tenaga kerja langsung, seperti: tukang potong rotan, tukang ukur kursi
rotan, tukang rakit kursi rotan, tukang ketam (pelicin) kursi rotan, tukang
warna kursi rotan. Adapun tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja
manusia yang ikut membantu menyelesaikan produk, seperti: mandor,
manajer produksi, penyelia, dan lain-lain.
Upah untuk tenaga kerja langsung disebut biaya tenaga kerja langsung
(BTKL), sedangkan upah untuk tenaga kerja tak langsung disebut biaya
tenaga kerja tak langsung (BTKTL). Biaya tenaga kerja tak langsung
merupakan salah satu unsur dari biaya overhead pabrik (BOP). Upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja yang memelihara alat produksi (seperti:
3.44 Penganggaran
1. Produk Dianggarkan
Sebelum menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung terlebih
dahulu disusun anggaran produk. Semakin besar produk yang dianggarkan
semakin besar anggaran biaya tenaga kerja langsung, sebaliknya semakin
kecil produk yang dianggarkan semakin kecil anggaran biaya tenaga kerja
langsung.
Misalkan saat ini produk yang dianggarkan 1.000 unit dan upah per unit
Rp10,00, berarti anggaran biaya tenaga kerja langsung 1.000 unit Rp10,00
= Rp10.000,00. Kemudian produk yang dianggarkan diturunkan menjadi 900
unit, berarti anggaran biaya tenaga kerja langsung 900 unit Rp10,00 =
Rp9.000,00. Setelah itu produk yang dianggarkan dinaikkan menjadi 1.100
unit, berarti anggaran biaya tenaga kerja langsung 1.100 unit Rp10,00 =
Rp11.000,00. Dengan demikian anggaran produk yang kecil 900 unit
menghasilkan anggaran biaya tenaga kerja langsung Rp9.000,00, lebih kecil
daripada perusahaan yang menganggarkan produk 1.100 unit dengan
anggaran biaya tenaga kerja langsungnya Rp11.000,00.
Misalkan standar jam tenaga kerja langsung untuk membuat satu botol
kecap diperlukan waktu 0,1 jam, produk dianggarkan 1.000 unit, dan upah
perjam kerja langsung Rp500,00 maka anggaran biaya tenaga kerja langsung
1.000 unit 0,1 jam Rp500,00 = Rp50.000,00. Bila standar jam tenaga
kerja langsung dinaikkan menjadi 0,2 jam maka anggaran biaya tenaga kerja
langsung naik menjadi 1.000 unit 0,2 jam Rp500,00 = Rp100.000,00.
Sebaliknya bila standar jam tenaga kerja langsung diturunkan menjadi 0,05
jam maka anggaran biaya tenaga kerja langsung turun menjadi 1.000 unit
0,05 jam Rp500,00 = Rp25.000,00.
Seperti halnya biaya bahan baku sebagai salah satu unsur harga pokok
produk dalam suatu produksi, demikian juga dengan biaya tenaga kerja
langsung merupakan unsur dari harga pokok produk.
1. Anggaran biaya tenaga kerja langsung bermanfaat untuk menentukan
harga pokok produk dan besarnya biaya pabrik.
2. Dengan diketahui anggaran biaya tenaga langsung dapat dianggarkan kas
yang disediakan untuk membayar tenaga kerja langsung pada suatu
periode tertentu, sehingga produksi lancar.
3.46 Penganggaran
Standar tarif upah tenaga kerja langsung dapat ditentukan atas dasar:
a. perjanjian dengan organisasi karyawan;
b. data upah masa lalu yang dihitung secara rata-rata;
c. perhitungan tarif upah dalam operasi normal.
tenaga kerja langsung untuk membuat satu botol kecap = 0,1 jam @
Rp500,00 = Rp50,00.
Setelah standar tenaga kerja langsung ditetapkan, kemudian disusun
anggaran jam tenaga kerja langsung terpakai.
Standar jam tenaga kerja langsung untuk membuat satu botol kecap
diperlukan waktu 0,1 jam.
JTKLT = P SJTKL
Dari data tersebut di atas dapat disusun anggaran jam tenaga kerja
langsung terpakai seperti Tabel 3.20.
3.48 Penganggaran
Tabel 3.20.
Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung Terpakai
Misalkan dari data pada Tabel 3.20. dan data standar upah tenaga kerja
langsung per jam Rp500,00 maka dapatlah disusun anggaran biaya tenaga
kerja langsung seperti Tabel 3.21.
EKMA4570/MODUL 3 3.49
Tabel 3.21.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Kecap
Triwulan Kecap Manis Kecap Asin Total
Sedang
I Rp1.100,00 Rp650,00 Rp450,00 Rp2.200,00
II Rp1.150,00 Rp650,00 Rp500,00 Rp2.300,00
III Rp1.200,00 Rp700,00 Rp450,00 Rp2.350,00
IV Rp1.300,00 Rp700,00 Rp500,00 Rp2.500,00
Setahun Rp4.750,00 Rp2.700,00 Rp1.900,00 Rp9.350,00
Total = Rp9.350,00
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung terjadi untuk
membiayai produksi, artinya bila perusahaan tidak melakukan kegiatan
produksi maka biaya tersebut tidak terjadi. Besar kecilnya biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung bergantung pada tingkat produksi. Oleh
karena itu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung termasuk unsur
biaya variabel. Biaya tenaga kerja langsung termasuk biaya variabel bila
sistem upah yang digunakan sistem upah per jam atau per unit, tetapi bila
sistem upah yang digunakan sistem upah tetap, seperti upah harian, upah
bulanan maka biaya tenaga kerja langsung termasuk biaya tetap. Dalam
buku ini biaya tenaga kerja langsung dianggap sebagai biaya variabel.
Mengenai biaya variabel akan dibahas lebih lanjut pada Modul 9.
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi
3.50 Penganggaran
di pabrik periode ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik Dalam biaya overhead pabrik terdapat biaya
variabel dan biaya tetap.
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi, sedangkan biaya overhead
pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi.
Tabel 3.22.
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Dari Tabel 3.22 terlihat yang merupakan BOP variabel penuh seperti;
biaya bahan pembantu, dan biaya pernik pabrik.
Adapun yang merupakan BOP tetap penuh hanya biaya depresiasi
pabrik. Sedangkan yang merupakan biaya semi variabel, artinya dalam biaya
tersebut terdapat biaya variabel tetapi terdapat juga biaya tetap, seperti: biaya
tenaga kerja tak langsung, biaya pemeliharaan pabrik, biaya listrik pabrik,
biaya asuransi pabrik, dan biaya lain-lain pabrik. Cara pemisahan biaya semi
variabel menjadi sebagian biaya variabel dan sebagian lagi menjadi biaya
tetap dapat dipelajari lebih lanjut pada Modul 7 dalam pokok bahasan
Metode Pemisahan Biaya Semi Variabel. Pada Tabel 3.22. terlihat jumlah
BOP variabel per unit (botol) sebesar Rp68,00, sedangkan jumlah BOP
variabel per jam sebesar Rp680,00.
3.54 Penganggaran
Pada Tabel 3.22. terlihat jumlah BOP tetap per unit sebesar Rp32,00 dan
jumlah BOP tetap per jam sebesar Rp320,00.
Dari perhitungan tersebut di atas, dapat dibuat standar biaya overhead pabrik
per botol kecap sebagai berikut.
Bila kita gabungkan standar biaya bahan baku (BBB) pada Modul 3,
Kegiatan Belajar 2 dengan standar biaya tenaga kerja langsung (BTKL) dan
standar biaya overhead pabrik (BOP) maka dapatlah disusun standar harga
pokok per botol produk jadi berupa kecap seperti Tabel 3.23.
Pada Tabel 3.23. tampak harga pokok produk per unit dalam hal ini
harga pokok kecap per botol dengan metode penentuan harga pokok penuh
(full costing) Rp470,00 dan dengan metode penentuan harga pokok variabel
(variable costing) Rp438,00. Anggaran tetap menggunakan metode
penentuan harga pokok penuh. Beda anggaran rugi-laba metode penentuan
harga pokok penuh dengan metode penentuan harga pokok variabel
dijelaskan pada Modul 7.
Dengan dibuatnya standar harga pokok produk kecap sedang per botol
maka dapat ditentukan harga jual per botol kecap sedang. Misalnya
perusahaan menetapkan kontribusi margin per botol kecap Rp262,00, berarti
harga jual per botol kecap sedang sebesar Rp262,00 + Rp438,00 = Rp700,00.
Dengan demikian kontribusi margin yang diinginkan oleh perusahaan sebesar
262 : 700 = 37%.
EKMA4570/MODUL 3 3.55
Tabel 3.23.
Standar Harga Pokok Produk
Bila harga jual per botol Rp700,00, berarti kenaikan (mark-up) 59,82%
dari harga pokok variabel produk per botol kecap.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
1) D. 200 unit
2) D. 800 unit
3) B. 830 unit
4) C. 2.020 unit
5) B. 1.140 unit
6) B. 1.140 unit
Tes formatif 2
1) A. Rp220.000
2) B. Rp222.000
3) C. Rp224.000
4) B. Rp236.000
5) B. Rp236.000
6) D. Rp239.000
7) B. Rp221.000
8) A. Rp220.000
9) D. Rp224.000
Tes formatif 3
1) B. Tukang sorter.
2) A. Tukang sol.
3) C. Biaya angkut bahan baku.
4) C. Biaya pemeliharaan pabrik.
5) A. Biaya bahan pembantu.
3.60 Penganggaran
Glosarium
Daftar Pustaka
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
1. Produk
Produk merupakan hasil produksi yang meliputi barang dan jasa,
termasuk desain, bungkus, warna, harga, merk, kualitas, gengsi, nama baik,
dan layanan yang memuaskan konsumen.
4.4 Penganggaran
Product mix (bauran produk) adalah kombinasi produk yang dijual dan
di dalamnya terdapat jalur produk atau lini produk (product line), dan bagian
produk (product item), bauran produk tersebut dapat dijelaskan dengan
Gambar 4.1.
Jalur Produk
(sepeda motor bebek)
Bagian Produk
(Sepeda motor bebek 4 langkah)
Gambar 4.1.
Bauran Produk
Pada Gambar 4.1 tampak merk Harat memproduksi dua macam produk
berupa sepeda motor dan mobil. Sepeda motor dan mobil merk Harat ini
contoh dari bauran produk Sepeda motor yang diproduksi ada beberapa
macam, antara lain sepeda motor bebek. Sepeda motor bebek merupakan
contoh dari lini produk. Sepeda motor bebek yang diproduksi ada beberapa
macam antara lain sepeda motor bebek 4 langkah.
Membuat produk bukan fungsi pemasaran; tetapi fungsi produksi.
Manajer pemasaran dalam hal ini bekerja sama dengan manajer produksi
untuk menghasilkan produk yang diinginkan konsumen. Riset pemasaran
dilakukan oleh manajer pemasaran untuk menentukan produk yang akan di
produksi, yaitu produk yang diinginkan konsumen. Produk yang diinginkan
konsumen diperoleh dari riset pemasaran sehingga dapat ditentukan kualitas,
gengsi, desain, warna, layanan, dan sebagainya yang dapat memuaskan
konsumen. Setelah produk yang diinginkan konsumen ditentukan dalam
fungsi pemasaran, kemudian diproduksi dalam fungsi produksi.
2. Harga
Harga dalam hal ini meliputi harga pokok dan harga jual. Harga pokok
adalah harga untuk memperoleh produk. Harga pokok meliputi harga beli dan
EKMA4570/MODUL 4 4.5
Penetapan harga jual atas dasar jumlah biaya ditambah (cost plus
pricing). Misalkan untuk memperoleh produk 300.000 unit diperlukan biaya
keseluruhannya berjumlah Rp112.000.000,00 dan manajemen menginginkan
laba Rp2.399.000,00. Harga jual ditetapkan sebagai berikut.
Jumlah biaya Rp112.000.000,00
Laba yang diinginkan Rp 2.399.000,00
Jumlah dapatan jualan Rp114.399.000,00
4.6 Penganggaran
Rp114.399.000, 00
Harga jual per unit = Rp381,33
300.000 unit
Bukti bahwa target (sasaran) imbalan dari investasi 20% tercapai dengan
harga jual per unit Rp381,33 dihitung sebagai berikut.
Jualan 300.000 unit Rp381,33 = Rp114.399.000,00
Harga pokok barang terjual 300.000 unit Rp350,00 = Rp105.000.000,00
Laba kotor . = Rp 9.399.000,00
Biaya usaha- = Rp 7.000.000,00
Laba bersih = Rp 2.399.000,00
Laba bersih
Imbalan dari investasi
Investasi
Rp2.399.000, 00
20%
Rp12.000.000, 00
Dengan demikian harga jual target per unit Rp381,33 sesuai dengan
target imbalan dari investasi yang dikehendaki 20%.
EKMA4570/MODUL 4 4.7
3. Promosi
Promosi merupakan kegiatan komunikasi pemasaran untuk mengarahkan
calon pembeli melakukan pertukaran. Bauran promosi (promotional mix)
adalah terdiri dari periklanan, penjualan perseorangan (pribadi), promosi
penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas.
Periklanan adalah proses kegiatan membujuk, menciptakan kesan,
memuaskan produk untuk memuaskan keinginan pembeli dan penjual.
Penjualan perseorangan adalah proses kegiatan perseorangan yang secara
langsung berkomunikasi untuk menciptakan, memperbaiki, mempertahankan
hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.
Promosi penjualan adalah proses kegiatan untuk mendorong moral
karyawan perusahaan, mendorong konsumen agar berminat membeli, dan
mendorong perantara membeli dalam jumlah besar dan untuk memperoleh
dukungan yang lebih luas dengan menggunakan alat seperti: peragaan,
pameran, demontrasi, pemberian sampel gratis, pemberian kupon hadiah, dan
sebagainya.
Hubungan masyarakat bertujuan untuk mendapatkan pengertian dan
pengakuan masyarakat luas terhadap perusahaan.
Publisitas merupakan kegiatan informasi yang disebarluaskan kepada
masyarakat melalui media baik media cetak, maupun media elektronik.
Beban yang timbul sebagai akibat kegiatan promosi disebut beban
promosi. Beban promosi merupakan salah satu unsur dari beban penjualan.
EKMA4570/MODUL 4 4.9
4. Distribusi
Distribusi adalah proses kegiatan yang menyangkut penyaluran produk
dari produsen sampai kepada konsumen (pemakai industri).
Saluran distribusi produk konsumsi dan industri dapat dijelaskan dengan
Gambar 4.2.
Gambar 4.2.
Saluran Distribusi Produk Konsumsi dan Industri
Pada Gambar 4.2 tampak saluran distribusi produk terdiri atas saluran
distribusi produk pasar konsumen dan saluran distribusi produk pasar
industri. Saluran distribusi produk pasar konsumen terdiri atas lima pilihan
saluran distribusi, yaitu:
a. dari produsen ke konsumen;
b. dari produsen ke agen, dari agen ke pengecer, dari pengecer ke
konsumen;
c. dari produsen ke pedagang besar, dari pedagang besar ke pengecer, dari
pengecer ke konsumen;
d. dari produsen ke agen, dari agen ke pedagang besar, dari pedagang besar
ke pengecer, dari pengecer ke konsumen;
e. dari produsen ke pengecer, dari pengecer ke konsumen.
Jawaban
Beban penghapusan piutang usaha merupakan taksiran (menggunakan
metode taksiran), sedangkan kerugian penghapusan piutang usaha
merupakan aktual (menggunakan metode aktual). Beban penghapusan
piutang usaha terjadinya sudah diduga karena sudah ditaksir terjadi
makanya disebut beban. Beban penghapusan piutang usaha termasuk
beban penjualan, karena beban penghapusan piutang usaha terjadi
sebagai akibat penjualan produk utama secara kredit. Kerugian
penghapusan piutang usaha terjadinya tidak terduga, tidak diinginkan,
insidental, luar biasa, oleh karena itu disebut kerugian, bukan disebut
beban, dan termasuk pos luar biasa.
Jadi, posisi sediaan produk jadi dalam neraca sebesar Rp90.000,00 sama
posisinya antara metode taksiran dengan metode aktual. Tetapi dalam
anggaran rugi-laba yang menggunakan metode taksiran tidak terdapat beban
turun harga, sedangkan dalam anggaran rugi-laba yang menggunakan metode
aktual terdapat kerugian turun harga Rp10.000,00 yang termasuk pos luar
biasa.
Kegunaan anggaran beban turun harga pada dasarnya sama dengan
beban penghapusan piutang, yaitu untuk memperkecil risiko tertanam dana
dalam sediaan, karena dengan beban turun harga berarti sudah diduga
(ditaksir) terjadi kerugian turun harga sebagai akibat sediaan barang dalam
keadaan di bawah normal, seperti: usang, turun kualitas. Dengan demikian
dari awal turun harga sudah diperhitungkan dalam anggaran rugi-laba
sehingga turun harga bukan hal yang tak terduga, tetapi turun harga sudah
diduga terjadinya seperti beban gaji, beban telepon, beban depresiasi, dan
beban lainnya. Jadi, anggaran beban turun harga dimaksudkan untuk
memperkecil risiko barang yang belum terjual.
EKMA4570/MODUL 4 4.17
5. Beban Distribusi
Anggaran beban distribusi sangat bermanfaat dalam rangka
memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen. Lancarnya arus
barang dari produsen ke konsumen merupakan salah satu pelayanan untuk
memuaskan konsumen.
Oleh karena beban penjualan terdiri atas bermacam beban maka yang
mempengaruhinya juga bermacam faktor. Tetapi pada umumnya anggaran
beban dipengaruhi oleh kegiatan penjualan. Artinya bila kegiatan penjualan
meningkat maka beban penjualan juga meningkat, sebaliknya kegiatan
penjualan menurun beban penjualan juga menurun.
Faktor yang mempengaruhi unsur beban penjualan secara satu per satu
dapat dijelaskan sebagai berikut.
4. Beban Distribusi
Beban distribusi besar kecilnya dipengaruhi volume kegiatan penjualan.
Semakin banyak barang yang dijual, semakin besar beban distribusi,
sebaliknya semakin sedikit barang yang dijual semakin kecil beban distribusi.
Tabel 4.1.
Anggaran Beban Penjualan
PT Ungah
Anggaran Beban Penjualan
Bulan Berakhir 31 Januari 2017
Beban distribusi Rp 30.000,00
Beban komisi penjualan Rp 50.000,00
Beban pernik penjualan Rp 2.500,00
Beban penghapusan piutang Rp 4.000,00
Beban turun harga Rp 1.800,00
Beban gaji pegawai penjualan Rp 50.000,00
Beban promosi Rp 20.000,00
Beban penjualan lainnya Rp 40.000,00
Beban penjualan dianggarkan Rp198.300,00
Pada Tabel 4.1 terdapat beban penjualan variabel atau biaya penjualan
variabel berjumlah Rp82.500,00, terdiri atas beban distributor Rp30.000,00,
beban komisi penjualan Rp50.000,00, beban pernik penjualan Rp2.500,00.
Jadi, beban variabel atau biaya variabel yang terdapat pada beban penjualan
sebesar Rp82.500,00. Beban penjualan tetap sebesar Rp60.000,00 terdiri atas
beban gaji pegawai penjualan Rp50.000,00, beban sewa bangunan dan alit
yang terdapat pada beban penjualan lainnya sebesar Rp10.000,00. Dengan
demikian beban penjualan lainnya sebesar Rp30.000,00 adalah beban (biaya)
semi variabel. Beban penghapusan piutang, beban turun harga, dan beban
promosi merupakan beban (biaya) semi variabel. Mengenai beban (biaya)
variabel, beban (biaya) tetap, beban (biaya) semi variabel dibahas lebih lanjut
pada Modul 7. Bila dibuat ringkasan beban variabel dari beban penjualan
tampak sebagai berikut.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Produk jadi dihasilkan bulan ini 2200 kg dengan harga pokok produk per
kg Rp80,00 dan harga jual per kg Rp100,00. komisi penjualan 5% dan
turun harga 2% ditaksir ....
A. beban komisi penjualan Rp4.400,00 dan beban turun harga
Rp8.800,00
B. beban komisi penjualan Rp8.800,00 dan beban turun harga
Rp4.400,00
C. beban komisi penjualan Rp3.520,00 dan beban turun harga
Rp11.000,00
D. beban komisi penjualan Rp11.000,00 dan beban turun harga
Rp3.520,00
Kegiatan Belajar 2
Jawaban
Seperti telah dijelaskan pada Modul 1 terdahulu, bahwa biaya
dalam arti luas meliputi pengertian beban (expenses) dan harga pokok
(cost).
Beban adalah harga pokok yang bermanfaat habis dipakai, dengan
kata lain, beban adalah sesuatu yang bernilai uang dikorbankan (habis
dipakai) untuk memperoleh hasil (laba).
Harga pokok adalah sesuatu yang bernilai uang dikorbankan untuk
memperoleh harta.
Sediaan bahan baku dengan harga pokok Rp10.000,00 dipakai
(dikorbankan) untuk memperoleh produk, jadi disebut biaya bahan baku
Rp10.000,00, karena sediaan bahan baku sebesar Rp10.000,00
dikorbankan untuk memperoleh harta berupa sediaan produk jadi atau
sediaan produk dalam proses, bukan untuk memperoleh hasil (laba).
Beda halnya dengan sediaan produk jadi dengan harga pokok
Rp25.000,00 dijual (dikorbankan) dengan harga jual Rp30.000,00.
Sediaan produk jadi yang dijual dengan harga pokok Rp25.000,00
tersebut berubah menjadi beban (expenses) yang disebut dengan harga
pokok produk terjual sebesar Rp25.000,00. Jadi, harga pokok produk
terjual merupakan beban (expenses), karena tujuannya memperoleh
hasil (laba), yaitu:
Jualan produk jadi Rp30.000,00
Harga pokok produk terjual Rp25.000,00
Laba kotor (hasil) Rp 5.000,00
Begitu juga dengan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik, tidak dapat disebut beban tenaga kerja langsung dan beban
overhead pabrik, karena uang kas yang dibayarkan (dikorbankan) untuk
upah tenaga kerja langsung dan overhead pabrik tujuannya bukan untuk
memperoleh hasil, tetapi untuk memperoleh harta berupa sediaan
produk jadi dan sediaan produk dalam proses. Oleh karena itu, biaya
bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja langsung (BTKL), dan biaya
overhead pabrik (BOP) merupakan unsur biaya pabrik maka biaya pabrik
(factory cost) tidak dapat disebut beban pabrik (factory expenses).
menjadi produk jadi akan menjadi harga pokok produk terjual, bila produk
jadi tersebut sudah terjual.
Beban administrasi dan umum terjadinya pada bagian personalia, bagian
tata usaha (kesekretariatan), bagian kerumahtanggaan kantor, manajemen
puncak, bagian administrasi keuangan (akuntansi), dan bagian umum lainnya.
Beban yang termasuk beban administrasi dan umum adalah:
1. Beban gaji manajemen puncak, seperti: beban gaji komisaris utama dan
komisaris, beban gaji direktur utama dan direktur.
2. Beban gaji pegawai kantor, seperti: beban gaji pegawai personalia, beban
gaji pegawai sekretariat dan tata usaha, beban gaji pegawai administrasi
keuangan (kasir dan akuntan), beban gaji keamanan kantor.
3. Beban pemeliharaan kantor, seperti: beban gaji petugas kebersihan
kantor dan taman sekitar kantor, beban bahan dan alat kecil (pernik)
untuk pemeliharaan/kebersihan kantor, beban pemeliharaan kantor
lainnya (perbaikan kecil pendingin ruangan kantor, perbaikan kecil
komputer kantor).
4. Beban sewa kantor, seperti: sewa bangunan kantor, sewa alat kantor.
5. Beban telepon, listrik, air keperluan kantor.
6. Beban pernik kantor, seperti: penjepit kertas, tinta komputer, pensil,
penggaris, pemutih (obat salah tulis), kertas, pengharum ruangan yang
dipakai di kantor.
7. Beban depresiasi bangunan dan alat kantor, serta kendaraan kantor.
8. Beban penarikan dan seleksi pegawai kantor, seperti: beban honor
panitia seleksi dan penarikan pegawai, beban surat menyurat dan
dokumentasi, beban konsumsi panitia, dan lain-lain.
9. Beban pendidikan dan pengembangan pegawai kantor seperti: beban
pendidikan formal ke perguruan tinggi, beban pendidikan non formal
(khusus), beban penyelenggaraan penataran, beban penyelenggaraan
pelatihan, dan lain-lain.
10. Beban administrasi dan umum lainnya, seperti: beban perjalanan dan
bahan bakar keperluan kantor (umum), beban kirim surat keperluan
kantor, beban pengobatan pegawai kantor, dan lain-lain.
EKMA4570/MODUL 4 4.29
Masa manfaat adalah taksiran umur kegunaan aktiva tetap. Aktiva tetap
bila habis masa manfaatnya karena tidak dapat dioperasikan lagi dan masih
mempunyai nilai jual disebut nilai sisa atau nilai rongsokan atau nilai residu.
Rp10.000,00 Rp1.000,00
Depresiasi bangunan setahun = Rp2.250,00
4
Atau Rp2.250,00 : Rp9.000,00 = 25% setahun
Depresiasi selama masa manfaat menggunakan metode garis lurus seperti
Tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Depresiasi Metode Garis Lurus
Beban Cadangan
Tahun Nilai Buku
Depresiasi Depresiasi
0 - - Rp10.000,00
1 Rp2.250,00 Rp2.250,00 Rp 7.750,00
2 Rp2.250,00 Rp4.500,00 Rp 5.500,00
3 Rp2.250,00 Rp6.750,00 Rp 3.250,00
4 Rp2.250,00 Rp9.000,00 Rp 1.000,00
Total Rp9.000,00 Nilai Residu Rp 1.000,00
Jumlah Jam
Depresiasi setahun = Depresiasi Per Jam
Jumlah Masa Manfaat
Rp10.000,00 - Rp1.000,00
Depresiasi per Jam = Rp0,9
10.000 jam
10.000 jam
Depresiasi per jam Rp0,9 Rp2.250, 00
4 tahun
Atau Rp2.250,00: 10.000 jam = Rp0,9/jam
Tabel 4.3.
Depresiasi Metode Jam Kerja/Jam Jasa
Baik dengan metode garis lurus, maupun dengan metode jam kerja,
beban depresiasi tiap tahun tetap Rp2.250,00. Oleh karena itu, disebut
metode beban tetap. Jumlah beban tetap atau biaya tetap besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh volume kegiatan perusahaan, baik volume kegiatan
produksi maupun kegiatan penjualan. Jadi, beban depresiasi yang
menggunakan metode garis lurus dan metode jam kerja/metode jam jasa
menghasilkan beban tetap atau biaya tetap yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh harga pokok dan masa manfaat aktiva tetap tersebut. Semakin besar
harga pokok aktiva tetap semakin besar biaya depresiasinya, sebaliknya
semakin kecil harga pokok aktiva tetap semakin kecil biaya depresiasinya.
Semakin panjang masa manfaat semakin kecil biaya depresiasinya, semakin
pendek masa manfaat semakin besar biaya depresiasinya. Mengenai biaya
tetap dan biaya variabel dijelaskan lebih lanjut pada Modul 7.
EKMA4570/MODUL 4 4.33
Tabel 4.4.
Depresiasi Metode Saldo Menurun
Tabel 4.5.
Depresiasi Metode Saldo Menurun Berganda
Tabel 4.6.
Depresiasi Metode Jumlah Angka Tahun
Rp10.000,00 - Rp1.000,00
Depresiasi per unit produk = Rp0, 6
15.000 unit
Tabel 4.7.
Depresiasi Metode Satuan Hasil Produksi
Cadangan
Tahun Beban Depresiasi Nilai Buku
Depresiasi
0 0 0 Rp10.000,00
1 5.000 unit Rp0,6 = Rp3.000,00 Rp3.000,00 Rp 7.000,00
2 4.000 unit Rp0,6 = Rp 2.400,00 Rp5.400,00 Rp 4.600,00
3 3.500 unit Rp0,6 = Rp2.100,00 Rp7.500,00 Rp 2.500,00
4 2.500 unit Rp0,6 = Rp1.500,00 Rp9.000,00 Rp 1.000,00
15.000 unit Rp0,6 = Rp 10.000
Rp10.000,00 - Rp1.000,00
Depresiasi per km = Rp0,1125
80.000 km
Tabel 4.8.
Depresiasi Metode Satuan Jasa
Cadangan
Tahun Beban Depresiasi Nilai Buku
Depresiasi
0 0 0 Rp10.000,00
1 30.000 km 0,1125 = Rp3.375,00 Rp3.375,00 Rp 6.625,00
2 25.000 km 0,1125 = Rp2.812,00 Rp6.187,00 Rp 3.813,00
3 15.000 km 0,1125 = Rp 1.688,00 Rp7.875,00 Rp 2.125,00
4 10.000 km 0,1125 = Rp 1.125,00 Rp9.000,00 R.p 1.000,00
80.000 km Rp 9.000,00
0,30
= Rp10.000,00 - Rp1.000,00 4
1+ 0,30 i
0,30
Rp9.000, 00 4
1,30 1
Cara menggunakan kalkulator
1,30 x x = 3 kali
0,30
Rp9.000, 00
2,8561 1
0,30
Rp9.000, 00
1,8561
Rp1.455, 00
Tabel 4.9.
Depresiasi Metode Bunga Majemuk
Cadangan
Tahun Beban Depresiasi Nilai Buku
Depresiasi
0 Rp Rp Rp10.000,00
1 1.455 = 1.455 1.455 8.545
2 1.455 + (30% 1.455) = 1.891 3.346 6.654
3 1.455 + (30% 3.346) = 2.45,9 5.805 4.195
4 1.455 + (3% 5.805) = 3.195 9.000 1.000
Beban telepon, listrik, air, dan pernik besar kecilnya dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya tarif harga persatuan masing-masing, dan dipengaruhi oleh
besar kecilnya pemakaian. Semakin tinggi tarif, semakin besar bebannya,
sebaliknya semakin rendah tarif, semakin kecil bebannya. Semakin banyak
pemakaian semakin besar bebannya, sebaliknya semakin sedikit pemakaian,
semakin kecil bebannya.
Beban penarikan dan seleksi pegawai, beban pendidikan dan
pengembangan pegawai merupakan beban untuk meningkatkan kualitas
pegawai.
Dari segi akunting sumber daya manusia beban semacam ini tidak
langsung dijadikan sebagai beban, tetapi harus melalui penyusutan, karena
beban penarikan dan seleksi, beban pendidikan dan pelatihan pegawai
merupakan beban ditangguhkan (harta lain-lain) yang dianggap sebagai harta
(aset). Bila kualitas dan kuantitas pegawai tersebut berkurang maka
berkurangnya kualitas dan kuantitas tersebut yang dapat diakui sebagai beban
(beban penyusutan harta lain-lain). Berkurangnya kualitas dan kuantitas
pegawai dapat disebabkan pegawai berhenti, meninggal, lanjut usia, cacat
(sakit), dan lain-lain. Dengan demikian beban semacam ini, besar kecilnya
dipengaruhi oleh berkurangnya kualitas dan kuantitas pegawai. Di samping
itu juga beban semacam ini dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan seleksi, penarikan, pendidikan, dan
pengembangan pegawai.
Tabel 4.10.
Anggaran Beban Administrasi dan Umum
PT Ungah
Anggaran Beban Administrasi & Umum
Tahun Berakhir 31 Desember 2017
Triwulan
Keterangan Setahun
I II III IV
Rp Rp Rp Rp
Beban gaji komisaris & 24.000,00 24.000,00 24.000,00 24.000,00 96.000,00
direksi
Beban gaji pegawai kantor 63.000,00 63.000,00 63.000,00 63.000,00 252.000,00
Beban telepon, air, dan listrik 26.000,00 30.000,00 28.000,00 27.000,00 111.000,00
Beban depresiasi 17.625,00 16.500,00 15.375,00 14.250,00 63.750,00
Beban pemeliharaan 30.000,00 30.000,00 34.000,00 34.000,00 128.000,00
Beban administrasi lainnya 21.000,00 21.000,00 21.000,00 21.000,00 84.000,00
Beban administrasi & umum 181.625,00 184.500,00 185.375,00 183.250,00 734.750,00
EKMA4570/MODUL 4 4.43
Tabel 4.11.
Anggaran Rugi-Laba
PT Ungah
Anggaran Rugi-laba
Bulan Berakhir 31 Januari 2017
Jualan 10.000 ton Rp50,00 = Rp500.000,00
Harga pokok barang terjual 10.000 ton Rp10,00 = Rp100.000,00
Laba kotor = Rp400.000,00
Beban penjualan Rp198.300,00
Beban administrasi umum Rp181.625,00
Beban usaha = Rp379.925,00
Laba usaha = Rp 20.075,00
Pajak 10% Rp20.075,00 Rp 2.007,00
Laba bersih Rp 18.068,00
2. Martapura
a. Sedang 600.000,00 600.000,00 900.000,00 300.000,00 2.400.000,00
b. Manis 1.500.000,00 2.250.000,00 1.500.000,00 750.000,00 6.000.000,00
c. Asin 900.000,00 900.000,00 600.000,00 1.200.000,00 3.600.000,00
Jumlah 2 3.000.000,00 3.750.000,00 3.000.000,00 2.250.000,00 12.000.000,00
Jumlah 1 dan 2 7.900.000,00 9.850.000,00 7.900.000,00 5.950.000,00 31.600.000,00
Tabel 4.13.
Anggaran Biaya Bahan Baku
Tabel 4.14.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tabel 4.15.
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Tabel 4.16.
Anggaran Beban Usaha
Tabel 4.17.
Anggaran Rugi-laba
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) C. Penjualan.
2) A. Iklan.
3) C. Beban bunga.
4) D. Beban ditangguhkan.
5) B. Rp2.100,00.
6) D. Beban komisi penjualan Rp11.000,00 dan beban turun harga
Rp3.520,00.
7) C. Beban sewa toko.
8) D. Beban distribusi.
9) B. Kerugian penghapusan piutang usaha.
10) D. Beban komisi penjualan.
Tes Formatif 2
1) C. Bidang produksi.
2) A. Beban bunga.
3) D. Metode cadangan.
4) A. Anggaran kas.
5) D. Metode garis lurus.
6) C. Metode satuan produksi.
7) C. Rp600,00.
8) D. Manajer umum.
EKMA4570/MODUL 4 4.53
Glosarium
Daftar Pustaka
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Kas merupakan harta yang paling likuid, semakin besar kas yang
dimiliki perusahaan semakin tinggi tingkat likuiditas, semakin tinggi tingkat
kemampuan membayar kewajiban jangka pendek (utang lancar). Tetapi
perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas
dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan
mencerminkan adanya kelebihan investasi dalam kas dan berarti pula bahwa
perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas relatif kecil akan
mempertinggi perputaran kas dan meningkatkan rentabilitas (meningkatkan
kemampuan memperoleh laba), tetapi dengan kas yang kurang (terlalu kecil)
dapat mengganggu kemampuan membayar (tidak likuid) sewaktu ada
tagihan, yang pada akhirnya juga akan menganggu rentabilitas. Dengan
demikian kas mempunyai peranan penting dalam menentukan kelancaran
kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi
dengan baik, baik arus kas masuk maupun arus kas keluar.
Kas adalah uang yang siap dan bebas digunakan. Kas meliputi uang
kartal, uang giral, dan simpanan giro di bank. Uang kartal adalah uang yang
berlaku resmi di wilayah suatu negara, misalnya mata uang rupiah yang
diedarkan oleh Bank Indonesia berlaku resmi di wilayah negara Indonesia.
Uang giral adalah uang yang berasal dari simpanan giro, seperti cek yang
siap diuangkan dan bilyet giro yang siap dipindahbukukan.
Anggaran kas bukan hanya menunjukkan jumlah keseluruhan
pembelanjaan yang diperlukan, tetapi juga kapan kas tersebut diperlukan.
Anggaran kas ini menunjukkan jumlah kas yang diperlukan setiap bulan,
setiap minggu, bahkan setiap hari, merupakan alat manajer keuangan yang
paling penting. Anggaran kas adalah anggaran yang menunjukkan perubahan
kas dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan
5.4 Penganggaran
menunjukkan arus kas masuk sebagai sumber kas dan arus kas keluar sebagai
arus kas dibelanjakan (digunakan) sehingga tampak kelebihan atau
kekurangan kas, dan saldo kas selama periode tertentu dari suatu organisasi.
Penyusunan anggaran kas merupakan cara yang efektif untuk
merencanakan dan mengendalikan arus kas, memperkirakan keperluan kas,
dan secara efektif menggunakan kas yang berlebih (surplus) maupun kas
yang kurang (defisit). Pada saat surplus kas dapat digunakan membayar utang
dan dapat diinvestasikan pada surat berharga jangka pendek untuk
mendapatkan laba. Pada saat defisit kas dapat segera diupayakan untuk
menutupinya, misalnya dengan cara meminjam, menambah modal pemilik,
menjual harta yang menganggur.
4. Menggunakannya sebagai dasar otorisasi kas. Kas masuk dan kas keluar
diotorisasi berdasarkan mekanisme anggaran agar tidak mengganggu
likuiditas.
5. Menggunakannya dalam menentukan kemampuan perusahaan membayar
deviden kepada pemegang saham.
6. Menggunakannya dalam meningkatkan kemampuan membayar
kewajiban jangka pendek.
7. Menggunakannya dalam memperkuat posisi dalam penawaran.
Anggaran kas masuk dan anggaran kas keluar besar kecilnya dipengaruhi
oleh faktor kegiatan perusahaan, yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi,
dan kegiatan pendanaan.
1. Kegiatan Operasi
Kegiatan operasi adalah kegiatan perusahaan yang bersifat rutin dan
terus-menerus dilakukan. Kegiatan operasi utama dari perusahaan adalah
membeli dan menjual barang/jasa. Semakin banyak kegiatan membeli
barang/jasa semakin besar jumlah kas keluar yang diperlukan, sebaliknya
semakin sedikit kegiatan membeli barang/jasa semakin kecil jumlah kas
keluar yang diperlukan. Pada sisi lain, semakin banyak menjual barang/jasa
semakin besar kas masuk yang diterima, sebaliknya semakin sedikit kegiatan
menjual barang/jasa semakin kecil kas masuk yang diterima.
2. Kegiatan Investasi
Kegiatan investasi adalah kegiatan yang dapat meningkatkan dan
menurunkan harta tak lancar yang digunakan perusahaan. Kegiatan investasi
seperti menjual dan membeli surat berharga jangka panjang. Menjual dan
membeli harta tetap (tanah, bangunan, hak cipta).
Semakin banyak membeli surat berharga dan harta tetap semakin besar
kas keluar yang diperlukan, sebaliknya semakin sedikit membeli surat
berharga dan harta tetap semakin kecil kas keluar yang diperlukan. Pada sisi
lain, semakin banyak menjual surat berharga dan harta tetap semakin besar
kas masuk yang diterima, sebaliknya semakin sedikit menjual surat berharga
dan harta tetap semakin kecil kas masuk yang diterima.
EKMA4570/MODUL 5 5.7
3. Kegiatan Pendanaan
Kegiatan pendanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan utang dan
modal sendiri. Kegiatan pendanaan seperti menerima uang dalam bentuk
utang yang berasal dari kreditor dan membayar pokok utang kepada kreditor
menerima uang dari pemodal atas saham yang dijual (setoran modal), dan
membayar kepada pemodal atas saham bendahara yang dibeli (prive untuk
badan usaha yang bukan perseroan terbatas).
Semakin banyak modal yang disetor (saham dijual) dan semakin banyak
utang yang diterima semakin besar kas masuk, sebaliknya semakin sedikit
modal disetor (saham dijual) dan- semakin sedikit utang yang diterima
semakin kecil kas masuk. Pada sisi lain, semakin banyak saham bendahara
yang dibeli (prive dibayar) dan semakin banyak pokok utang dibayar semakin
besar kas keluar, sebaliknya semakin sedikit saham bendahara dibeli (prive
dibayar) dan semakin sedikit pokok utang dibayar semakin kecil kas keluar.
KAS
Gambar 5.1.
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar
Kas masuk dari kegiatan investasi, seperti kas diterima dari hasil
menjual harta tak lancar, seperti harta tetap berwujud dan harta tetap tak
berwujud, surat berharga jangka panjang, pendanaan kas yang diterima dari
angsuran pokok pinjaman yang diberikan juga termasuk arus kas masuk dari
kegiatan investasi, dan hasil menjual segmen (pangsa) perusahaan.
Kas masuk dari kegiatan pendanaan meliputi kegiatan untuk
memperoleh kas dari pemodal (investor) dan kreditor, seperti saham disetor
(modal disetor), jual saham bendahara, pinjam uang dengan mengeluarkan
surat wesel/promes, obligasi, dan hipotik (utang jangka panjang).
Setelah menyusun anggaran kas masuk, kemudian langkah kedua adalah
menyusun anggaran kas keluar.
EKMA4570/MODUL 5 5.11
kelebihan kas atau saldo kas awal dikurangi dengan kekurangan kas,
ditambah dengan tambahan pinjaman, dikurang dengan angsuran (bayar)
pinjaman dan bunga.
Perubahan harta
Harta
lancar di luar kas
+
Perubahan harta
Neraca Utang
lancar di luar kas
+
Modal
Dapatan
disesuaikan
Dapatan menjadi kas
(Revenues) masuk
Arus kas
Ikhtisar Laba dari
Rugi-Laba bersih kegiatan
operasi
Beban
Beban
disesuaikan
(Expenses)
menjadi kas
keluar
Gambar 5.2.
Mengubah Dasar Akrual Menjadi Dasar Kas untuk Menyusun Anggaran Kas
EKMA4570/MODUL 5 5.13
Pada Gambar 5.2 tampak laba bersih yang diperoleh perusahaan karena
dapatan lebih besar daripada beban. Laba bersih yang diperoleh dari ikhtisar
rugi-laba yang dihasilkan akunting keuangan yang biasanya menggunakan
dasar akrual diubah menjadi dasar kas.
Kas masuk dimulai dari laba bersih ditambah beban dipresiasi, ditambah
beban amortisasi ditambah beban depresi, ditambah beban penghapusan
piutang, ditambah rugi menjual harta tak lancar, ditambah piutang dan
sediaan (harta lancar di luar kas) yang turun, ditambah utang jangka pendek
yang naik.
Kas keluar dimulai rugi bersih ditambah laba dari jual harta tak lancar,
ditambah harta lancar di luar kas (piutang dan sediaan) yang naik, ditambah
utang jangka pendek yang turun.
Pada dasarnya dalam metode ini arus kas dimulai dari laba bersih,
penyesuaian terhadap laba bersih dibuat untuk transaksi yang tidak
mempengaruhi kas. Laba bersih dari dasar akrual diubah menjadi dasar kas
sehingga diperoleh arus kas dari kegiatan operasi. Arus kas dari kegiatan
investasi dan kegiatan pendanaan seperti hasil menjual harta tetap,
menambah harta tak lancar, melunasi utang, membayar dividen, dihitung
sama seperti pendekatan kas masuk dan kas keluar (metode langsung).
Sebagai contoh laba bersih dari dasar akrual diubah menjadi dasar kas,
terlihat seperti Tabel 5.1.
Pada Tabel 5.1 tampak arus kas masuk bersih dari kegiatan operasional
adalah laba bersih Rp225.000,00 ditambah penyusutan Rp100.000,00, yaitu
berjumlah Rp325.000,00, atau laba usaha sebelum penyusutan Rp350.000,00
dikurang pajak Rp25.000,00 sehingga arus kas masuk bersih berjumlah
Rp325.000,00.
5.14 Penganggaran
Tabel 5.1.
Dasar Akrual Diubah Menjadi Dasar Kas
Keterangan Dasar Akrual Dasar Kas
Jualan Rp1.100.000,00 -
Ilarga pokok barang terjual Rp 600.000,00 -
Laba kotor Rp 500.000,00 -
Beban usaha tidak termasuk penyusutan Rp 150.000,00
Laba usaha sebelum penyusutan Rp 350.000,00
Penyusutan Rp 100.000,00 -
Laba scbelum pajak Rp 250.000,00 -
Pajak 10% Rp 25.000,00 -
Laba bersih Rp 225.000,00 Rp 225.00,00
Penyusutan Rp100.000,00
Arus kas masuk bersih Rp325.000,00
Atau
Kegiatan operasi:
1. Terima tagihan dari pelanggan Rp27.000,00
2. Terima dari bunga piutang Rp1.000,00
3. Terima-dividen dari investasi saham Rp900,00
4. Bayar utang kepada pemasok Rp13.000,00
5. Bayar gaji dan upah Rp5.600,00
6. Bayar bunga utang Rp1.600,00
7. Bayar pajak Rp1.500,00
EKMA4570/MODUL 5 5.15
Kegiatan investasi:
8. Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
9. Bayar pinjaman diberikan untuk perusahaan lain Rp1.100,00
10. Terima dari hasil jual harta tetap Rp6.200,00
Kegiatan pendanaan:
11. Terima dari hasil jual saham biasa Rp15.000,00
12. Terima dari hasil jual obligasi (utang jangka panjang) Rp9.500,00
13. Bayar dividen Rp1.700,00
14. Bayar utang jangka panjang Rp9.000,00
Adapun data dari anggaran rugi-laba tahun 2007 berupa pendapatan dan
beban sebagai berikut.
Pendapatan berjumlah Rp31.200,00, terdiri atas, dapatan jualan
Rp28.500,00, dapatan bunga Rp1.100,00, dapatan dividen Rp900,00, laba
jual harta tetap Rp700,00.
Beban berjumlah Rp27.100,00, terdiri atas; harga pokok barang terjual
Rp15.100,00, beban gaji dari upah Rp5.400,00, beban penyusutan
Rp1.800,00, beban usaha lainnya Rp1.700,00, beban pajak Rp1.500,00, dan
beban bunga Rp1.600,00. Laba bersih Rp4.100,00, yaitu dapatan
Rp31.200,00, beban Rp27.100,00.
Adapun data anggaran neraca komparatif dari PT Tamara tahun 2006
dan 2007 tampak seperti Tabel 5.2
Berdasarkan data kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan
pendanaan, anggaran rugi-laba tahun 2007, dan Tabel 5.2 dapat disusun
anggaran kas dalam dua pendekatan, (1) pendekatan kas masuk dan kas
keluar, (2) pendekatan akunting keuangan. Tiap pendekatan dapat dibuat dua
macam anggaran kas, yaitu (1) bentuk tunggal dan (2) bentuk campuran.
5.16 Penganggaran
Tabel 5.2.
Anggaran Neraca Komparatif
PT Tamara
Anggaran Neraca Komparatif
31 Desember 2006 dan 2007 (Dalam Rp)
Naik
Keterangan 2006 2007
(Turun)
Kas 12.700 8.200 (4.500)
Piutang usaha 8.000 9.500 1.500
Piutang bunga 150 250 100
Sediaan 13.600 13.500 (100)
Beban bayar di muka 600 650 50
Aktiva lancar 35.050 32100 (2.950)
Pinjaman diberikan 0 1.100 1.100
Harta tetap bersih 21.900 45.200 23.300
Harta tak lancar 21.900 46.300 24.400
HARTA 56.950 78.400 21.450
Tabel 5.3.
Anggaran Kas Bentuk Tunggal
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar (Metode Langsung)
PT Tamara
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2007
1. Kas Masuk
Kas masuk dari kegiatan operasi
Terima tagihan dari pelanggan Rp27.000,00
Terima dari bunga piutang 1.000,00
Terima dividen dari investasi saham 900,00
Rp28.900,00
Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil jual harta tetap Rp 6.200,00
Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari hasil jual saham biasa Rp15.000,00,00
Terima dari utang jangka panjang 9.500,00
Jumlah Kas masuk Rp24.500,00
Rp59.600,00
+
2. Kas Keluar
Kas keluar untuk kegiatan operasi
Bayar utang usaha kepada pemasok Rp13.000,00
Bayar gaji dan upah 5.600,00
Bayar bunga uang 1.600,00
Bayar pajak 1.500,00
Rp21.700,00
Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
Bayar pinjaman diberikan 1.100,00
Rp31.700,00,00
Kas keluar untuk kegiatan pendanaan
Bayar. dividen Rp 1.700,00
Bayar utang jangka panjang 9.000,00
Rp10.700,00
Jumlah kas keluar Rp64.100,00
3. Defisit (kekurangan) kas 1-2 (Rp 4.500,00)
4. Saldo kas awal l Januari 2007 Rp12.700,00
5. Saldo kas akhir 31 Desember 2007 Rp 8.200,00
Anggaran kas pada Tabel 5.3 dapat dibuat ringkasnya sebagai berikut.
5.18 Penganggaran
Tabel 5.4.
Anggaran Kas Bentuk Campuran
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar (Metode Langsung)
PT Tamara
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2007
1. Kas Masuk
Kas masuk dari kegiatan operasi
Terima tagihan dari pelanggan Rp27.000,00
Terima dari bunga piutang 1.000,00
Terima dividen dari investasi saham 900,00
Rp28.900,00
Kas keluar untuk kegiatan operasi
Bayar utang usaha kepada pemasok Rp 13.000,00
Bayar gaji dan upah 5.600,00
Bayar bunga utang 1.600,00
Bayar pajak 1.500,00 Rp21.700,00
-
Kas masuk untuk kegiatan operasi Rp 7.200,00
2. Kegiatan Investasi
Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil jual harta tetap 6.200,00
Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
Bayar pinjaman diberikan 1.100,00
Rp31.700,00
Kas keluar bersih untuk kegiatan investasi (Rp25.500,00)
3. Kegiatan Pendanaan
Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari hasil jual saham biasa Rp15.000,00
Terima dari utang jangka panjang 9.500,00
Rp24.500,00
EKMA4570/MODUL 5 5.19
Anggaran kas pada Tabel 5.4 dapat dibuat ringkasnya sebagai berikut.
Kas masuk bersih dari kegiatan operasi Rp 7.200,00
Kas keluar bersih untuk kegiatan investasi Rp(25.500,00)
Kas masuk bersih dari kegiatan pendanaan Rp13.800,00
Kekurangan kas (Rp 4.500,00)
Saldo kas awal Rp12.700,00
Saldo kas-akhir Rp8.200,00
Bayar bunga utang sebesar Rp1.600,00 seperti tampak pada Tabel 5.3
dan Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut.
Beban bunga (anggaran rugi-laba) Rp1.600,00
Utang bunga naik Rp 0,00
-
Bayar beban bunga Rp1.600,00
Bayar pajak sebesar Rp1.500,00 seperti tampak pada Tabel 5.3 dan
Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut.
Beban pajak (anggaran rugi-laba) Rp1.500,00
Utang pajak turun Rp 0,00 +
Bayar beban pajak Rp1.500,00
Bayar beli harta tetap sebesar Rp30.600,00 seperti tampak pada Tabel
5.3 dan Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut.
Harta tetap bersih akhir (Tabel 5.2) Rp45.200,00
Beban penyusutan (anggaran rugi-laba) Rp 1.800,00
Nilai buku harta tetap yang dijual Rp 5.500,00
+
Rp52.500,00
Harta tetap bersih awal (Tabel 5.2) Rp21.900,00
-
Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
Bayar gaji dan upah sebesar Rp5.600,00 seperti tampak pada Tabel 5.3
dan Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut,
Beban gaji & upah (anggaran rugi-laba) Rp5.400,00
Utang gaji & upah awal (Tabel 5.2) Rp 700,00 +
Rp6.100,00
Utang gaji & upah akhir (Tabel 5.2) Rp 500,00 -
Bayar gaji dan upah Rp5.600,00
Bayar gaji dan upah Rp5.600,00 dapat juga dihitung sebagai berikut.
Beban gaji dan upah Rp5.400,00
Utang gaji dan upah turun (Tabel 5.1) turun Rp 200,00
+
Bayar gaji dan upah Rp5.600,00
Terima hasil dari jual saham biasa sebesar Rp15.000,00 seperti tampak
pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 dapitt dihitung sebagai berikut.
Modal saham biasa akhir (Tabel 5.2) Rp56.700,00
Modal saham biasa awal (Tabel 5.2) Rp41.700,00
Terima hasil jual saham biasa Rp15.000,00
Bayar dividen sebesar Rp1.700,00 seperti tampak pada Tabel 5.3 dan
Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut.
EKMA4570/MODUL 5 5.23
Tabel 5.5.
Anggaran Kas Bentuk Tunggal
Pendekatan Akunting Keuangan (Metode Tak Langsung)
PT. Tamara
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2007
1. Kas Masuk
Kas masuk dari kegiatan operasi
Laba bersih Rp4.100,00
Penyusutan Rp1.800,00
Sediaan turun Rp 100,00
Utang usaha naik Rp3.800,00
Jumlah kas masuk dari kegiatan operasi Rp9.800,00
Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil jual harta tetap Rp6.200,00
Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari jual saham biasa Rp15.000,00
Terima dari utang jangka panjang Rp 9.500,00
Rp 4.500,00
Jumlah kas masuk Rp40.500,00
2. Kas Keluar
Kas keluar untuk kegiatan operasi
Laba menjual harta tetap Rp 700,00
Piutang usaha naik Rp 1.500,00
Piutang bunga naik Rp 100,00
Beban bayar di muka naik Rp 50,00
Beban terutang turun Rp 50,00
Gaji dan upah terutang tunai Rp 200,00
+
Jumlah kas keluar untuk kegiatan operasi Rp2.600,00
Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
Bayar pinjaman diberikan 1.100,00
Jumlah kas keluar untuk kegiatan investasi
+ Rp31.700,00
Kas keluar untuk kegiatan pendanaan
Bayar dividen Rp 1.700,00
Bayar utang jangka panjang Rp 9.000,00
-
Rp10.700,00
Jumlah kas keluar Rp45.000,00
3. Defisit (kekurangan) kas 1 - 2 (Rp 4.500,00)
4. Saldo kas awal 1 Januari 2007 Rp12.700,00
5. Saldo kas akhir 3-1 Desember 2007 Rp 8.200,00
EKMA4570/MODUL 5 5.25
Tabel 5.6.
Anggaran Kas Bentuk Campuran
Pendekatan Akunting Keuangan (Metode Tak Langsung)
PT. Tamara
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2007
1. Kegiatan Operasi
Kas masuk dari kegiatan operasi
Laba bersih Rp4.100,00
Penyusutan Rp1.800,00
Sediaan turun Rp 100,00
Utang usaha naik Rp3.800,00
Jumlah kas masuk dari kegiatan operasi Rp9.800,00
+
Kas keluar untuk kegiatan operasi
Laba menjual harta tetap Rp 700,00
Piutang usaha naik Rp1.500,00
Piutang bunga naik Rp 100,00
Beban bayar di muka naik Rp 50,00
Beban terutang turun Rp 50,00
Gaji dan upah terutang turun Rp 200,00
+
Jumlah kas keluar untuk kegiatan operasi Rp2.600,00
+
Kas masuk bersih dari kegiatan operasi Rp7.200,00
2. Kegiatan Investasi
Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil jual harta tetap Rp6.200
Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli harta tetap Rp30.600
Bayar pinjaman diberikan Rp 1.100
+
Rp31.700,00
Kas keluar bersih untuk kegiatan investasi (Rp25.500,00)
3. Kegiatan Pendanaan
Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari hasil jual saham biasa Rp15.000
Terima dari utang jangka panjang Rp 9.500
Rp24.500,00
Kas keluar untuk kegiatan pendanaan
Bayar dividen Rp 1.700
Bayar utang jangka panjang Rp 9.000
Rp10.700,00
Kas masuk bersih dari kegiatan pendanaan Rp13.800,00
4. Defisit (kekurangan) kas 1 + 2 + 3 (Rp 4.500,00)
5. Saldo kas awal 1 Januari 2007 Rp12.700,00
6. Saldo kas akhir 31 Desember 2007 Rp 8.200,00
5.26 Penganggaran
Anggaran kas pada Tabel 5.5 dapat dibuat ringkasannya sebagai berikut.
Kas masuk Rp40.500,00
Kas keluar Rp45.000,00
Kekurangan kas (Rp4.500,00)
Saldo kas awal Rp12.700,00
Saldo kas akhir Rp 8.200,00
Anggaran kas pada Tabel 5.6 dapat dibuat ringkasannya sebagai berikut.
Kas masuk bersih dari kegiatan operasi Rp7.200,00
Kas keluar bersih untuk kegiatan investasi (Rp25.500,00)
Kas masuk bersih dari kegiatan pendanaan Rp13.800,00
Kekurangan kas (Rp4.500,00)
Saldo kas awal Rp12.700,00
Saldo kas akhir Rp 8,00
Kas masuk dari kegiatan operasi sebesar Rp9.800,00 dan kas keluar dari
kegiatan operasi sebesar Rp2.600,00 dalam anggaran kas metode tak
langsung seperti pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 bukan menggambarkan jumlah
kas masuk dan jumlah kas keluar semestinya. Oleh karena itu, jumlah kas
masuk kegiatan operasi sebesar Rp28.900,00, dan jumlah kas keluar kegiatan
operasi sebesar Rp21.700,00 pada anggaran kas metode langsung (Tabel 5.3
dan Tabel 5.4) jumlahnya tidak sama dengan metode tak langsung Tabel 5.5
dan Tabel 5.6. Jumlah kas masuk dari jumlah kas keluar dari kegiatan operasi
semestinya adalah seperti pada anggaran kas yang menggunakan metode
langsung. Kas masuk dari kegiatan operasi pada metode tak langsung lebih
menggambarkan laba tunai daripada kas masuk. Anggaran kas metode tak
langsung disusun berdasarkan data yang terdapat pada anggaran rugi-laba
dan neraca komparatif Tabel 5.2.
BERHENTI DAN BERPIKIR. Coba Anda amati anggaran kas dari PT Tamara
yang terdapat pada Tabel 5.6.
1. Apakah PT Tamara terlihat semakin berkembang atau justru
semakin mengecil?
2. Darimana kas yang diperoleh PT Tamara untuk ekspansi?
3. Misalkan piutang usaha meningkat bukan Rp1.500,00, tetapi
Rp4.000,00 selama tahun berjalan. Hal ini menandakan apa?
EKMA4570/MODUL 5 5.27
Jawaban
1. PT Tamara terlihat semakin berkembang, karena hartanya semakin
bertambah, hal ini disebabkan beli harta tetap dari kegiatan
investasi sebesar Rp30.600,00.
2. Kas yang diperoleh PT Tamara untuk ekspansi beli harta tetap
sebesar Rp30.600,00. antara lain hasil menjual saham biasa
Rp15.000,00, tambahan utang jangka panjang Rp9.500,00 yang
berasal dari kegiatan pendanaan.
3. Bila piutang usaha meningkat Rp4.000,00, bukan Rp1.500,00,
berarti PT Tamara memiliki kas semakin sedikit, yaitu Rp2.500,00
atau Rp4.000,00 – Rp1.500,00. Kenaikan piutang usaha yang
semakin besar dapat berarti pertanda tidak baik, bila disebabkan
kesulitan menagih piutang, tetapi pertanda balk bila hal ini
disebabkan barang yang dijual naik sangat besar dibandingkan
tahun lalu.
Tabel 5.7.
Anggaran Neraca
Tabel 5.8.
Anggaran Kas Jangka Panjang
Anggaran Kas
Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009
(Dalam Rp)
Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009
Laba bersih 1.081.283,00 2.835.872,00 2.285.064,00 1.454.850,00 19.800,00
Penyusutan 2.238.000,00 2.238.000,00 2.238.000,00 2.238.000,00 2.238.000,00
penghapusan piutang 0,00 596.300,00 480.000,00 320.000,00 160.000,00
Pinjaman tenaga kerja 169.062,00 169.062,00 0,00 0,00 0,00
Piutang usaha 0,00 (6.535.000,00) 603.867,00 864.440,00 1.757.832,00
Sediaan barang jadi (127.221,00) (19.319,00) (3.060,00) 14.600,00 27.000,00
Sediaan bahan baku (200.000,00) 0,00 0,00 0,00 0,00
Utang usaha 0,00 1.588.400,00 (103.002,00) (234.848,00) (418.831,00)
Kegiatan operasi kas 2.823.000,00 873.315,00 5.500.869,00 4.657.042,00 3.759.501,00
masuk bersih
Kegiatan investasi kas (33.000.000,00) 0,00 0,00 0,00 0,00
keluar bersih
Beli aktiva tetap
Kegiatan pendanaan 11.000.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Terirna utang jangka
panjang
Bayer utang jangka
panjang 0,00 (2.301.579,00) (2.577.768,00) (2.887.101,00) (3.233.552,00)
Surplus (defisit) (19.177.000,00) (1.428.264,00) 2.923.101,00 1.769.941,00 525.949,00
Saldo kas awal 20.677.000,00 1.500.000,00 71.736,00 2.994.837,00 4.764.778,00
Saldo kas akhir 1.500.000,00 71.736,00 2.994.837,00 4.764.778,00 5.290.727,00
Anggaran kas jangka panjang seperti tampak pada Tabel 5.8 tahun 2005
pinjaman tenaga kerja naik Rp169.062,00, sediaan barang jadi naik
Rp127.221,00, sediaan bahan baku naik Rp200.000,00, sediaan barang jadi
naik Rp127.221,00. sediaan bahan baku naik Rp200.000,00, hal ini
disebabkan tahun 2004 pos tersebut bersaldo nol. Data pinjaman tenaga kerja,
piutang usaha, sediaan barang jadi, sediaan bahan baku, utang usaha terdapat
pada Tabel 7.23 dengan cara memperbandingkan data pos periode lalu
dengan periode berjalan (periode saat ini) sehingga dapat diketahui
perubahannya (naik atau turun). Misalnya tahun 2006 pinjaman tenaga kerja
EKMA4570/MODUL 5 5.31
Setelah menyusun anggaran kas masuk (cash inflow) dan kas keluar
(cash outflow) kemudian disusun anggaran kas (cash budget) seperti Tabel
5.9.
Anggaran kas pada Tabel 5.9 selama tahun 2006 seluruh kas masuk
berasal dari kegiatan operasi dan seluruh kas keluar untuk kegiatan operasi,-
kecuali kas keluar untuk angsuran pinjam pada Triwulan IV sebesar
Rp2.301.579,00 merupakan kas keluar untuk kegiatan pendanaan.
Pada Tabel 5.9 bunga baru tiap triwulan Rp60.000,00 dihitung sebagai
berikut.
12% Rp2.000.000,00
Bunga baru setriwulan = Rp60.000,00
4
Tabel 5.9.
Anggaran Kas Jangka Pendek
Jawaban
Untuk menentukan persetujuan rencana penambahan modal dan
pemilihan jenis modal yang ditambah, diperlukan perhitungan tingkat
imbalan (rate of return) dan rentabilitas.
Perhitungan tingkat imbalan dan rentabilitas ekonomis adalah sebagai
berikut.
EKMA4570/MODUL 5 5.35
Tabel 5.10.
Perhitungan Jenis Modal
12% Rp2.000.000,00
Perhitungan bunga baru 3 bulan = Rp60.000,00.
4
5.36 Penganggaran
Tabel 5.11.
Perhitungan Jenis Modal
Dari perhitungan rentabilitas modal sendiri pada Tabel 5.10 dan Tabel
5.11 berarti tambahan modal Rp2.000.000,00 lebih baik dibelanjai dengan
utang (pinjam di bank) daripada menambah modal sendiri 12,29% lebih besar
daripada tambahan dengan modal sendiri, dan tingkat rentabilitas modal
sendiri l 1,95% (di bawah biaya modal).
Arus kas pada Tabel 5.9 huruf C terlihat defisit pada triwulan I
Rp1.917.991,00 dan pada Triwulan II defisit Rp1.076.279,00.
Pada triwulan III dan IV mengalami surplus. Arus kas (cash flow) yang
surplus tidak memerlukan tambahan modal, dan yang defisit memerlukan
tambahan modal. Dengan demikian pada triwulan I dan II memerlukan
tambahan modal.
Jika: A = tingkat bunga kredit jangka pendek 12% setahun
B = tingkat bunga kredit jangka panjang 10% setahun
C = tingkat bunga menyimpan di bank 5% setahun
EKMA4570/MODUL 5 5.37
BC 10 5
Waktu kritis = 4 1 triwulan = 4 1 triwulan = 2,86
AC 12 5
triwulan.
Tabel 5.12.
Perhitungan Jenis Modal Diperlukan
Triwulan
Keterangan
I II III IV
Keperluan modal Rp1.917.991,00 Rp1.076.279,00 0 0
Golongan I Rp1.076.279,00 Rp1.076.279,00 0 0
Rp 841.712,00 0 0 0
Golongan II Rp 841.712,00 0 0 0
0 0 0 0
LAT IH A N
2. Anggaran rugi-laba
Jualan barang dagangan Rp15.000,00
Belian barang dagangan Rp10.000,00
Sediaan barang dagangan akhir 2.000,00
-
Harga pokok barang terjual Rp 8.000,00
Laba kotor Rp 7.000,00
Beban sewa Rp 500,00
Beban gaji Rp 400,00
+
Rp 9.00,00
Laba bersih Rp 6.100,00
3. Anggaran neraca
Kas Rp 4.100,00
Piutang 40% Rp15.000,00 Rp 6.000,00
Sediaan Rp 2.000,00
Harta Rp12.100,00
Utang 60% Rp 10.000 Rp 6.000,00
Modal Rp 6.100,00
Utang dan modal Rp12.100,00
5.40 Penganggaran
5. Pada anggaran kas metode tak langsung seperti jawaban pelatihan soal 4
piutang dan sediaan naik mengurangi laba bersih, sedangkan utang naik
menambah laba bersih. Hal ini disebabkan piutang dan sediaan naik
berarti menambah kas keluar untuk piutang yang diberikan dan sediaan
barang yang dibeli, sehingga sediaan dan piutang naik mengurangi laba
bersih, karena laba bersih merupakan sumber kas masuk bersih. Di sisi
lain utang naik menambah laba bersih, karena utang naik berarti
menerima kas dari tambahan utang.
6. Dalam penyusunan anggaran kas metode tak langsung, antara lain ada 4
komponen yang dapat menambah laba bersih, yaitu (1) sediaan turun, (2)
piutang turun, (3) utang usaha naik, (4) penyusutan. Adapun komponen
yang dapat mengurangi laba bersih adalah (1) sediaan naik, (2) piutang
naik, (3) utang usaha turun.
7. Ada tiga transaksi yang tidak mempengaruhi kas, yaitu (1) adanya
pengakuan penyusutan, (2) adanya deviden dalam bentuk saham atau
bonus dalam bentuk saham. (3) adanya penilaian kembali harta.
8. Dapatan bunga dan beban bunga diklasifikasikan sebagai kegiatan
operasi, karena dapatan bunga meningkatkan laba bersih, sedangkan
beban bunga menurunkan dapatan.
9. Kas adalah uang yang siap dan bebas digunakan.
10. Kas berada dalam keadaan defisit bila kas masuk lebih kecil daripada kas
keluar, sebaliknya kas berada dalam keadaan surplus bila kas masuk
lebih besar daripada kas keluar.
EKMA4570/MODUL 5 5.41
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
4) Jumlah kas. masuk Rp5.000,00, jumlah kas keluar Rp4.000,00 saldo kas
awal Rp1.000,00, saldo kas akhir ….
A. Rp2.000,00
B. Rp1.000,00
C. Rp3.000,00
D. Rp4.000,00
5) Laba bersih dari dasar akrual yang diubah menjadi dasar kas merupakan
arus kas dari ….
A. kegiatan investasi
B. kegiatan produksi
C. kegiatan operasi
D. kegiatan pendanaan
6) Data anggaran neraca tahun 2006 terdiri atas: kas Rp50.000,00, piutang
dagang Rp59.800,00, sediaan barang dagangan Rp110.000,00, aktiva
tetap bersih Rp150.000,00, utang dagang Rp79.750,00, modal saham
Rp2004000,00, laba ditahan Rp90.050,00. Data anggaran neraca tahun
2007 terdiri atas piutang dagang Rp67.800,00, sediaan barang dagangan
Rp121.875,00, aktiva tetap bersih Rp144.000,00, utang bank
Rp10.000,00, utang dagang Rp89.875,00, utang bunga Rp100,00, modal
saham Rp200.000,00, laba ditahan Rp93.700,00. Laba bersih tahun 2007
sebesar Rp3.700,00, penyusutan aktiva tetap setahun Rp6.000,00.
Berdasarkan data tersebut arus kas masuk bersih
A. Rp11.150,00
B. Rp10.050,00
C. Rp12.100,00
D. Rp13.200,00
EKMA4570/MODUL 5 5.43
7) Berdasarkan data tes formatif soal 6 di atas saldo kas akhir tahun 2007
adalah ….
A. Rp71.100,00
B. Rp61.200,00
C. Rp60.050,00
D. Rp50.150,00
8) Perusahaan ini baru berdiri dan tidak punya modal awal dan selama
sebulan mempunyai transaksi dianggarkan sebagai berikut: beli barang
dagangan Rp10.000,00 secara tunai 10%, sisanya 60% kredit sebulan,
30% kredit dan dua bulan. Dijual barang dagangan Rp15.000,00, secara
tunai 20%, 80% sisanya kredit sebulan. Bayar sewa toko dan gaji bulan
ini Rp1.500,00.
Dari transaksi tersebut kas keluar sebulan
A. Rp4.500,00
B. Rp4.000,00
C. Rp3.500,00
D. Rp2.500,00
Kegiatan Belajar 2
Piutang usaha sebagai investasi yang biasanya terdapat pada harta lancar
mempunyai beberapa kegunaan antara lain: agar dapat memperlancar dan
memperbesar omzet barang yang dijual, agar mampu bersaing, memperluas
pelanggan dan meningkatkan kemampulabaan perusahaan.
2. Mampu Bersaing
Kebijakan pemberian piutang usaha agar perusahaan mampu bersaing
dalam menjual produknya. Dalam kebijakan pemberian piutang perlu
diperhatikan:
a. Mengenai batas maksimal (plafon) piutang yang diberikan untuk
berbagai tingkatan debitor. Tingkatan debitor digolongkan berdasarkan
risiko tidak memenuhi kewajibannya sesuai janji. Misalnya, debitor yang
tingkat risikonya 20% tidak diberikan piutang, debitor yang tingkat
risikonya 15% diberikan piutang maksimal Rp 1 juta, debitor dengan
tingkat risiko 10% diberikan piutang maksimal Rp 2 juta, debitor dengan
tingkat risiko 5% diberikan piutang maksimal Rp 5 juta, dan seterusnya.
b. Penentuan jangka waktu kredit, yaitu berapa lama debitor harus melunasi
utangnya, misalnya 2/10/net 30. Artinya pembayaran dilakukan dalam
waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang, debitor akan mendapat
potongan harga sebesar 2% dari harga jual, dan pembayaran selambat-
lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah penyerahan barang.
3. Memperluas Pelanggan
Pemberian piutang usaha dapat memperluas pelanggan dan dapat
menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan, bila pelanggan tersebut
lancar dalam pembayaran.
5.48 Penganggaran
4. Meningkatkan Kemampulabaan
Bila piutang yang diberikan tersebut lancar pembayarannya dan dapat
memperbesar tingkat barang yang dijual, maka piutang yang diberikan dapat
meningkatkan kemampulabaan (profitabilitas) perusahaan.
Berdasarkan kegunaan pemberian piutang tersebut maka perlu piutang
dianggarkan agar piutang yang diberikan terencana dan terarah sehingga
mempermudah pengembalian piutang.
2. Standar Kredit
Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan semakin besar
piutang yang tertanam dan semakin besar risiko kerugian piutang. Sebaliknya
semakin ketat standar kredit yang diberikan semakin kecil piutang yang
dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian piutang.
EKMA4570/MODUL 5 5.49
Standar kredit yang longgar dan ekstrem misalnya tidak perlu jaminan
kredit termasuk jaminan kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh
diberikan kredit, tanpa batas umur, dan tanpa mempertimbangkan apakah
calon debitor berpengalaman atau tidak dalam bekerja, dengan kata lain
analisis 5C dan 3S diabaikan. Standar kredit yang ketat dan ekstrem adalah
kebalikan standar kredit yang longgar dan ekstrem, artinya calon debitor
dilakukan seleksi dengan sangat ketat.
Dari contoh jangka waktu yang panjang masih terdapat piutang pada bulan
kedua Rp70.000,00 sampai bulan kelima Rp15.000,00, sementara dengan
5.50 Penganggaran
jangka waktu yang pendek pada bulan kedua sampai bulan kelima tidak
terdapat piutang.
Pengaruh kebijakan jangka waktu kredit juga mempengaruhi terhadap
kemampulabaan perusahaan, berupa laba investasi, yaitu kemampuan
perusahaan memperoleh laba dengan modal sendiri seperti contoh pada Tabel
5.13.
Tabel 5.13.
Akibat Jangka Waktu Kredit terhadap Laba Investasi
Tampak pada Tabel 5.7 dengan cara menjual tunai laba investasi 29,41%
dengan cara menjual kredit 3 bulan laba investasi turun menjadi 19,74%,
dengan cara menjual kredit 6 bulan laba investasi turun lagi 14,85% dan
dengan menjual kredit 12 bulan laba investasi semakin turun menjadi 9,93%.
Jadi, menjual tunai laba investasi lebih tinggi daripada menjual kredit,
menjual kredit dengan jangka waktu yang pendek laba investasi lebih tinggi
daripada jangka waktu yang panjang, bila tingkat laba dan jualan tidak
berubah naik. Kas, sediaan, utang juga tidak berubah.
4. Pemberian Potongan
Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya investasi
dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan memperkecil piutang
EKMA4570/MODUL 5 5.51
5. Pembatasan Kredit
Pembatasan kredit juga dapat mempengaruhi besar kecilnya piutang
usaha. Semakin tinggi batasan (plafon) kredit semakin besar piutang usaha
yang tertanam, semakin rendah batasan kredit semakin kecil piutang yang
tertanam. Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan
kredit dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan jumlah kredit maksimal
yang akan diberikan.
Jawaban
Bidang Kredit bekerja sama dengan Bidang Penjualan dalam
menyusun anggaran piutang usaha karena, anggaran piutang usaha
disusun berdasarkan anggaran jualan yang merupakan tanggung jawab
Bidang Penjualan.
Tabel 5.14.
Anggaran Piutang Usaha
Anggaran piutang usaha seperti tampak pada Tabel 5.8. diperoleh dari
piutang usaha bersih ditambah cadangan penghapusan piutang usaha.
Cadangan penghapusan piutang usaha dihitung dari penghapusan piutang
usaha periode (bulan) lalu ditambah penghapusan piutang usaha periode
(bulan) ini. Cadangan penghapusan piutang usaha perhitungannya sebagai
berikut.
Januari = Rp800,00 + Rp850,00 = Rp1.650,00
Februari = Rp850,00 + Rp900,00 = Rp1.750,00
Maret = Rp900,00 + Rp950,00 = Rp1.850,00
Anggaran piutang usaha seperti tampak pada Tabel 5.8 juga dapat
dihitung sebagai berikut.
Januari = 10% Rp80.000,00 + 50% Rp85.000,00 = Rp50.500,00
Februari = 10% Rp85.000,00 + 50% Rp90.000,00 = Rp53.500,00
Maret = 10% Rp90.000,00 + 50% Rp95.000,00 = Rp56.500,00
Keterangan: 9% + 1% = 10%
49% + 1% = 50%
Contoh 5.1.
Jualan dianggarkan dari PT Kawa selama tiga bulan sebagai berikut.
Januari Rp20.000,00
Februari Rp30.000,00
Maret Rp40.000,00
Jumlah Rp90.000,00 +
Contoh 5.2.
PT Sampuraka menyusun realisasi dan anggaran jualan sebagai berikut.
Realisasi Juli Rp100,00
Agustus Rp 80,00
Anggaran September Rp100,00
Oktober Rp100,00
November Rp180,00
Desember Rp120,00
Syarat pembayaran 30% tunai, 50% kredit sebulan, 20% kredit dua bulan.
Contoh 5.3
PT Kanca menyusun anggaran jualan dan realisasi tahun 2012 sebagai
berikut.
EKMA4570/MODUL 5 5.57
Syarat pembayaran 20% tunai, 80% kredit. Dari 80% kredit akan
diterima 70% sebulan setelah jualan, dan 30% dua bulan setelah jualan.
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung anggaran kas masuk dari pelanggan
sebagai berikut.
Oktober 20% Rp160.000,00 (Oktober ) = Rp32.000,00
70% (80% Rp80.000,00 (September) = Rp44.800,00
30% (80% Rp100.000,00 (Agustus) = Rp24.000,00
+
Rp100.800,00
November 20% Rp200.000,00 (November) = Rp40.000,00
70% (80% Rp160.000,00 (Oktober) = Rp89.600,00
30% (80% Rp80.000,00 (September) = Rp19.200,00
+
Rp148.800,00
Desember 20% Rp100.000,00 (Desember) = Rp 20.000,00
70% (80% Rp200.000,00 (November) = Rp112.600,00
30% (80% Rp160.000,00 (Oktober) = Rp 38.000,00
+Rp170.000,00
LAT IH A N
1) Mengapa bilyet giro kosong, bilyet giro belum jatuh tempo, cek kosong,
dan cek mundur, tidak termasuk unsur kas, tetapi termasuk piutang surat
berharga? Apa yang dimaksud dengan piutang usaha dan apa bedanya
dengan piutang dagang? Seorang calon debitor yang suka bohong, suka
berjudi, suka mabuk-mabukan, suka mencuri, suka korupsi, suka
berkhianat, seorang calon debitor yang demikian dalam analisis 5C,
termasuk C yang mana dan apakah memenuhi syarat dalam C tersebut?
Apakah calon debitor dapat diartikan piutang? Jelaskan!
2) Selama tiga bulan terdapat anggaran jualan sebagai berikut.
Januari Rp50.000,00
Februari Rp60.000,00
Maret Rp65.000,00
Syarat pembayaran 30% tunai, 70% kredit.
3) Dari 70% kredit, 40% dibayar dengan jangka waktu sebulan, 35%
dibayar dengan jangka waktu dua bulan, 25% dibayar dengan jangka
waktu tiga bulan. Buatlah anggaran piutang bulan Januari, Februari, dan
Maret. Selama tiga bulan terdapat anggaran jualan sebagai berikut.
April Rp70.000,00
Mei Rp75.000,00
Juni Rp80.000,00
4) Syarat pembayaran 20% tunai, 30% kredit sebulan, 25% kredit dua
bulan, 25% kredit tiga bulan.
5) Buatlah anggaran piutang bulan April, Mei, dan Juni.
1) Bilyet giro kosong, bilyet giro belum jatuh tempo, cek kosong, cek
mundur adalah uang giral yang belum dapat dijadikan uang kartal
sebesar nominalnya, dan tidak dapat disetorkan ke bank pada saat itu
untuk menambah simpanan. Oleh karena itu, tidak termasuk unsur kas,
EKMA4570/MODUL 5 5.59
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) B. Menyempurnakan rencana yang telah disusun.
2) D. Sebagai dasar penyusunan anggaran rugi-laba.
3) B. Kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan pendanaan.
4) A. Rp2.000,00.
5) C. Kegiatan operasi
6) B. Rp10.000,00.
7) C. Rp60.500,00.
8) D. Rp2.500,00.
9) A. Rp3.000,00.
10) D. Rp500,00.
Tes Formatif 2
1) A. Commando.
2) B. Rp266,00.
3) C. Rp435,00.
4) D. Rp336,00.
5) A. Rp495,00.
6) B. Rp360,00.
7) C. Rp324,00.
5.64 Penganggaran
Daftar Istilah
Daftar Pustaka
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Sediaan adalah barang yang diperoleh dan tersedia dengan maksud untuk
dijual atau dipakai dalam produksi atau dipakai untuk keperluan nonproduksi
dalam siklus kegiatan yang normal. Sediaan produk adalah sediaan hasil
produksi. Sediaan produk terdiri dari sediaan produk jadi dan sediaan produk
dalam proses. Sediaan produk jadi adalah sediaan hasil produksi yang siap
untuk dijual. Sediaan produk jadi yang terdapat pada perusahaan manufaktur
sama tujuannya dengan sediaan barang dagangan pada perusahaan dagang,
yaitu dengan tujuan untuk dijual. Sediaan produk dalam proses adalah
sediaan produk yang belum selesai diproduksi sehingga memerlukan proses
lebih lanjut. Sediaan produk jadi ada yang termasuk kelompok aktiva lancar
dan ada juga yang termasuk kelompok aktiva tak lancar.
Semua perusahaan menghendaki barang (produk) dijual secara tunai
pada kapasitas tersedia. Artinya, setiap barang yang ada selalu habis dijual
tunai sehingga tidak terdapat sediaan dan piutang. Tetapi kebanyakan
perusahaan tidak mampu menjual seluruh barang yang tersedia, dan tidak
mampu menjual seluruh barang secara tunai sehingga sediaan dan piutang
sulit dihindari. Hal ini disebabkan oleh persaingan usaha yang tajam yang
menuntut barang dijual secara kredit dan barang selalu siap tersedia untuk
dijual agar penjualan lancar.
Sediaan barang jadi atau sediaan produk jadi yang termasuk kelompok
aktiva lancar adalah sediaan produk jadi yang dapat dipergunakan/dijual
setiap saat. Sediaan produk jadi yang termasuk kelompok aktiva tak lancar
adalah sediaan minimal yang bersifat Permanen. Sediaan produk jadi
minimal adalah sediaan produk jadi yang jumlahnya harus dipertahankan
untuk menjamin kontinuitas usaha. Sediaan produk jadi minimal tidak boleh
dijual/digunakan, kecuali dalam keadaan darurat, seperti terdapat pesanan
EKMA4570/MODUL 6 6.3
ekstra di atas volume pesanan normal, terjadi kerusakan berat alat produksi,
terjadi pemogokan buruh, terjadi bencana alam, dan sebagainya.
Anggaran sediaan adalah anggaran yang dibuat untuk sediaan. Pada
perusahaan manufaktur terdapat sediaan produk jadi, sediaan produk dalam
proses, sediaan bahan baku, sediaan bahan pembantu, sediaan pernik
(supplies). Dalam pokok bahasan ini hanya membahas sediaan produk jadi,
sediaan produk dalam proses, dan sediaan bahan baku. Pada perusahaan
dagang terdapat sediaan barang dagangan dan sediaan pernik. Dalam pokok
bahasan ini hanya membahas sediaan barang dagangan, sediaan bahan
pembantu dan sediaan pernik tidak dibahas dalam pokok bahasan ini, karena
sediaan bahan pembantu, sediaan pernik, dan sediaan suku cadang
merupakan sediaan yang nilainya kecil (tidak berarti).
barang di gudang lebih besar daripada biaya kehabisan sediaan maka tidak
diperlukan sediaan yang besar.
Anggaran sediaan yang disusun berikut ini berupa anggaran sediaan pada
perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang.
HPJ
TPSPJ
RSBJ
HPJ = harga pokok jualan atau harga pokok produk terjual
RSPJ = rata-rata sediaan produk jadi
sediaan produk jadi awal sediaan produk jadi akhir
RSPJ =
2
6.6 Penganggaran
Adapun besarnya TPS produk dalam proses (TPSPDP) dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut.
HPPJ
TPSPDP =
RSPDP
HPPJ = harga pokok produk jadi
RSPDP = rata-rata sediaan produk dalam proses
SPDP awal SPDP akhir
RSPDP =
2
SPDP = sediaan produk dalam proses
Contoh:
PT Oke selama tahun 2018 mempunyai data sebagai berikut.
Sediaan produk dalam proses awal terdiri atas:
BBB = 65 unit 100% Rp20,00 = Rp1.300,00
BTKL = 65 unit 60% Rp15,00 = Rp 585,00
BOP = 65 unit 40% Rp 5,00 = Rp 130,00
+
Rp2.015,00
EKMA4570/MODUL 6 6.7
Tabel 6.1.
Anggaran Rugi Laba
PT Oke
Anggaran Rugi-Laba
Tahun Berakhir 31 Desember 2018
Jualan 1.000 unit @ Rp60,00 Rp60.000,00
Biaya bahan baku (BBB) Rp...
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) Rp...
Biaya overhead pabrik (BOP) Rp... +
Biaya pabrik Rp...
Sediaan produk dalam proses awal 65 unit Rp2.015,00 +
Biaya produksi Rp...
Sediaan produk dalam proses akhir Rp...
Harga pokok produk jadi 980 unit @ Rp40,00 Rp...
Sediaan produk jadi awal 60 unit @ Rp40,00 Rp2.400,00 +
Produk siap jual 1.040 unit @ Rp40,00 Rp...
Sediaan produk jadi akhir 40 unit @ Rp40,00 Rp...
Harga pokok jualan 1.000 unit @ Rp40,00 Rp40.000,00
Laba kotor Rp20.000,00
rupiah sediaan produk jadi akhir yang dianggarkan. Formula yang dapat
dipergunakan sebagai berikut.
PJ
SPJX = 2 SPJA
TPSBJ
SPJX = sediaan produk jadi akhir
PJ = produk jadi yang dijual
SPJA = sediaan produk jadi awal
TPSPJ = tingkat perputaran sediaan produk jadi
1.000 unit
SPJX = 2 60 unit
20
= (50 2) – 60 unit
= 40 unit
Berarti sediaan produk jadi akhir dianggarkan adalah 40 unit @ Rp40,00 =
Rp1.600,00.
Dari perhitungan anggaran sediaan produk jadi akhir tersebut maka
anggaran rugi laba dapat dilengkapi seperti Tabel 6.2.
EKMA4570/MODUL 6 6.9
Tabel 6.2.
Anggaran Rugi-Laba
PT Oke
Anggaran Rugi-Laba
Tahun Berakhir 31 Desember 2018
Jualan 1.000 unit @ Rp60,00 Rp60.000,00
Biaya bahan baku (BBB) Rp...
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) Rp...
Biaya overhead pabrik (BOP) Rp... +
Biaya pabrik Rp...
Sediaan produk dalam proses awal 65 unit Rp2.015,00 +
Biaya produksi Rp...
Sediaan produk dalam proses akhir Rp...
Harga pokok produk jadi 980 unit @ Rp40,00 Rp...
Sediaan produk jadi awal 60 unit @ Rp40,00 Rp2.400,00 +
Produk siap jual 1.040 unit @ Rp40,00 Rp...
Sediaan produk jadi akhir 40 unit @ Rp40,00 Rp...
Harga pokok jualan 1.000 unit @ Rp40,00 Rp40.000,00
Laba kotor Rp20.000,00
Dari Tabel 6.2. terlihat belum terjawab/terisi antara lain adalah berapa
rencana sediaan produk dalam proses akhir tahun 2018.
Formula yang dipergunakan untuk menentukan sediaan produk dalam
proses akhir sebagai berikut.
HPPJ
SPDPX = 2 SPDPA
TPSDP
SPDPX = sediaan produk dalam proses akhir
HPPJ = harga pokok produk jadi
TPSPDP = tingkat perputaran sediaan produk dalam proses
SPDPA = sediaan produk dalam proses awal
Rp39.200, 00
SPDPX = 2 Rp2.015, 00 Rp1.995, 00
19,55
6.10 Penganggaran
Berarti sediaan produk dalam proses akhir yang direncanakan tahun 2018
sebesar Rp1.995. Sediaan produk dalam proses akhir sebesar Rp1.995
misalkan direncanakan 70 unit dengan tingkat penyelesaian BBB 90%,
BTKL 50%, BOP 60%. Dengan metode masuk pertama keluar pertama
(MPKP) dapat dihitung unit ekuivalen sebagai berikut.
BBB = 980 unit + (70 unit 90%) - (65 unit 100%) = 978 unit
BTKL = 980 unit + (70 unit 50%) - (65 unit 60%) = 976 unit
BOP = 980 unit + (70 unit 90%) - (65 unit 40%) = 996 unit
Dengan demikian biaya pabrik pada Tabel 6.3 berjumlah Rp39.180 dapat
dirincikan dengan perhitungan sebagai berikut.
Biaya bahan baku (BBB) 978 unit Rp20,00 = Rp19.560,00
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) 976 unit Rp15,00 = Rp14.640,00
Biaya overhead pabrik (BOP) 996 unit Rp5,00 = Rp 4.980,00
Biaya pabrik = Rp39.180,00
Tabel 6.3.
Anggaran Rugi-Laba
PT Oke
Anggaran Rugi-Laba
Tahun Berakhir 31 Desember 2018
Jualan 1.000 unit @ Rp60 Rp60.000,00
Biaya bahan baku (BBB) Rp19.560,00
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) Rp14.640,00
Biaya overhead pabrik (BOP) Rp 4.980,00 +
Biaya pabrik Rp39.180,00
Sediaan produk dalam proses awal 65 unit Rp 2.015,00 +
Biaya produksi Rp41.195,00
Sediaan produk dalam proses akhir Rp 1.995
Harga pokok produk jadi 980 unit @ Rp40,00 Rp39.200
Sediaan produk jadi awal 60 unit @ Rp40,00 Rp 2.400 +
Produk siap jual 1.040 unit @ Rp40,00 Rp41.600
Sediaan produk jadi akhir 40 unit @ Rp40,00 Rp1.600
Harga pokok jualan 1.000 unit @ Rp40,00 Rp40.000,00
Laba kotor Rp20.000,00
Tabel 6.4.
Anggaran Biaya Produksi
PT Oke
Anggaran Biaya Produksi
Tahun Berakhir 31 Desember 2018
1. Data produk
Produk dalam proses awal (BBB 100%, BTKL 60%, BOP 40%) .... 65 unit
Produk masuk produksi periode ini ………………………………... 985 unit
+
Produk diproses ………………………………………………………………… 1.050 unit
Produk jadi ………………………………………………………….. 980 unit
Produk dalam proses akhir (BBB 100%, BTKL 90%, BOP 60%) ..... 70 unit
+
Produk dihasilkan ………………………………………………………………. 1.050 unit
Harga pokok barang berupa kedelai terdapat pada neraca sebagai aktiva
lancar dengan nama perkiraan atau akun sediaan bahan baku sebesar
Rp1.000.000. Barang yang diperoleh dengan cara membuat (produksi)
6.14 Penganggaran
contohnya pada Tabel 6.4 adalah harga pokok produk sebesar Rp1.995 untuk
sediaan produk dalam proses akhir yang nantinya tampak pada neraca PT
Oke per 31 Desember 2018 dalam kelompok aktiva lancar di perkiraan
(rekening) Sediaan Produk Dalam Proses sebesar Rp1.995.
Biaya produksi (cost of production) berbeda dengan biaya pabrik
(factory cost). Contohnya pada Tabel 6.4 biaya pabrik berjumlah Rp39.180
sedangkan biaya produksi (production cost) sebesar Rp41.195. Biaya
produksi atau harga pokok produksi adalah biaya pabrik ditambah dengan
harga pokok produk dalam proses awal atau harga pokok produk dalam
proses akhir ditambah dengan harga pokok produk jadi periode ini. Anggaran
biaya produksi (cost of production budget) berkaitan erat dengan anggaran
rugi-laba. Pada Tabel 6.4 terdapat biaya pabrik Rp39.180, sediaan produk
dalam proses awal 65 unit Rp2.015, produk jadi yang merupakan produk jadi
diproduksi periode ini atau produk selesai ditransfer ke gudang sebanyak 980
unit dengan harga pokok produk jadi sebesar Rp39.200, dan sediaan produk
dalam proses akhir 70 unit sebesar Rp1.995. Hal yang sama tampak juga
pada anggaran rugi-laba Tabel 6.3.
Baru saja dijelaskan cara menyusun/menghitung anggaran sediaan
produk jadi dan sediaan produk dalam proses dengan cara menetapkan
tingkat perputaran sediaan.
Berikut ini dijelaskan cara menyusun/menghitung anggaran sediaan
bahan baku dengan cara menetapkan tingkat perputaran sediaan.
Sediaan bahan baku awal periode akan datang merupakan sediaan bahan
baku akhir periode sekarang. Jadi, untuk mengetahui sediaan bahan baku
awal periode akan datang dapat diketahui dengan melihat laporan keuangan
berupa neraca atau laporan rugi-laba pada periode telah lalu. Dengan
demikian yang menjadi masalah adalah menentukan sediaan bahan baku
akhir. Anggaran (rencana) sediaan bahan baku akhir (SBB) dapat dihitung
dengan rumus:
KPE = kuantitas pesanan ekonomis
SBBA = sediaan bahan baku awal
R = kuantitas bahan yang diperlukan selama periode tertentu
S = biaya pesanan setiap kali pesan
P I = besarnya biaya penyimpanan per unit
P = harga bahan baku per unit
I = biaya penyimpanan dalam persentase
EKMA4570/MODUL 6 6.15
BBD 364
TPSBB = 8 kali
RSBB 45,5ons
BBB
SBBX 2 SBBA
TPSBB
UESPDP = KSPDP TP
Unit ekuivalen sediaan produk dalam proses awal (UESPDPA) untuk biaya
bahan baku dihitung sebagai berikut.
Triwulan I = 15 unit 80% = 12,00 unit
II = 20 unit 90% = 18,00 unit
III = 25 unit 90% = 22,50 unit
IV = 30 unit 100% = 30,00 unit
Unit ekuivalen produk (UEP) untuk biaya bahan baku dapat dihitung sebagai
berikut.
Triwulan I = 39,00 unit + 18,00 unit -- 12,00 unit = 45,00 unit
II = 42,50 unit + 22,50 unit -- 18,00 unit = 47,00 unit
III = 40,80 unit + 30,00 unit -- 22,50 unit = 48,30 unit
IV = 46,20 unit + 35,00 unit -- 30,00 unit = 51,20 unit
Kuantitas bahan baku dipakai (KBBD) untuk gula merah dihitung sebagai
berikut.
Triwulan I = 45,00 unit 2,04 ons = 92 ons
II = 47,00 unit 2,04 ons = 95 ons
III = 48,30 unit 2,04 ons = 99 ons
IV = 51,20 unit 2,04 ons = 104 ons
Setelah diketahui kuantitas bahan baku dipakai (KBBD) untuk kedelai dan
gula merah, kemudian dibuat anggaran biaya bahan baku (BBB) seperti
Tabel 6.5.
Tabel 6.5.
Anggaran Biaya Bahan Baku
Berdasarkan anggaran biaya bahan baku pada Tabel 6.5, dan data
perputaran sediaan bahan baku, serta data sediaan bahan baku awal dapat
disusun anggaran sediaan bahan baku akhir seperti Tabel 6.6.
EKMA4570/MODUL 6 6.19
Tabel 6.6.
Anggaran Sediaan Bahan Baku Akhir
Sediaan bahan baku akhir dalam ons diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut.
Sediaan produk jadi awal Januari 2015 sebanyak 100 unit. Perusahaan
mengutamakan stabilitas produk dalam menyusun anggaran produk dengan
anggaran produk jadi dihasilkan selama 3 bulan sebanyak 6060 unit.
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung sediaan produk jadi dianggarkan
akhir Maret 2015 sebagai berikut.
Produk jadi dihasilkan 6.000 unit
Sediaan produk jadi awal 160 unit
+
Produk siap dijual 6.160 unit
Jualan 3 bulan 6.000 unit
-
Sediaan produk jadi akhir 160 unit
Tabel 6.7.
Anggaran Produk
PT Tibung
Anggaran Produk
Triwulan I Tahun 2015
(Dalam Unit)
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
Jualan 1.000 2.000 3.000 6.000
Sediaan akhir 1.120 1.140 160 160
Produk siap jual + 2.120 3.140 3.160 6.160
Sediaan awal - 100 1.120 1.140 100
Produk 2.020 2.020 2.020 3.060
Pada Tabel 6.5 tampak anggaran sediaan produk jadi akhir: Januari
sebanyak 1.120 unit, Februari sebanyak 1.140 unit, dan Maret sebanyak 160
unit.
Anggaran sediaan produk jadi dalam rupiah dapat dibuat bila diketahui
anggaran harga pokok produk per unit produk jadi. Misalkan harga pokok
produk jadi variabel dianggarkan (standar) Rp10,00 per unit, harga jual
EKMA4570/MODUL 6 6.21
produk jadi Rp12,00 per unit, beban usaha variabel Rpl per unit, dan beban
tetap per bulan Rp2.000,00.
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat anggaran rugi-laba metode
penentuan harga pokok variabel bentuk panjang yang di dalamnya terdapat
anggaran sediaan produk jadi akhir seperti pada Tabel 6.8.
Tabel 6.8.
Anggaran Rugi-Laba Bentuk Panjang
Metode Penentuan Harga Pokok Variabel
PT Tibung
Anggaran Rugi-Laba
Triwulan I Tahun 2015 (dalam Rp)
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
1. Jualan 12.000 24.000 36.000 72.000
2. Harga pokok produk jadi 20.200 20.200 20.200 .60.600
3. Sediaan produk jadi awal 1.000 11.200 11.400 1.000
4. Produk siap jual 21.200 31.400 31.600 61.600
5. Sediaan produk jadi akhir 11.200 11.400 1.600 1.600
6. Harga pokok jualan 10.000 20.000 30.000 60.000
7. Margin kontribusi kotor 2.000 4.000 6.000 12.000
8. Beban usaha variabel 1.000 2.000 3.000 6.000
9. Margin kontribusi bersih 1.000 2.000 3.000 - 6.000
10. Beban tetap 2.000 2.000 2.000 6.000
11. Laba (rugi) (1.000) 0 1.000 0
Berdasarkan data pada Tabel 6.7 dan data per unit dapat dihitung:
Anggaran jualan triwulan 1 2015 sebagai berikut
Januari 1.000 unit Rp12,00 = Rp12.000,00
Februari 2.000 unit Rp12,00 = Rp24.000,00
Maret 3.000 unit Rp12,00 = Rp36.000,00
Triwulan I 6.000 unit Rp12,00 = Rp72.000,00
Sediaan produk jadi awal Januari 2015 = 100 unit Rp10,00 = Rp1.000,00
Anggaran sediaan produk jadi akhir:
Januari = 1.120 unit Rp10 = Rp11.200,00
Februari = 1.140 unit Rp10 = Rp11.400,00
Maret = 160 unit Rp10 = Rp 1.600,00
6.22 Penganggaran
Tabel 6.8 merupakan anggaran rugi-laba bentuk panjang, dan bila ingin
membuat anggaran rugi-laba bentuk pendek dapat dibuat seperti Tabel 6.9.
Sebelum membuat anggaran rugi-laba bentuk pendek terlebih dahulu dibuat
perhitungan biaya variabel per unit sebagai berikut.
Harga pokok produk jadi variabel per unit Rp10,00
Beban usaha variabel per unit Rp 1,00
Biaya variabel per unit Rp1l,00
Tabel 6.9.
Anggaran Rugi-Laba Bentuk Singkat
Metode Penentuan Harga Pokok Variabel
PT Tibung
Anggaran Rugi-Laba
Triwulan I Tahun 2015
Januari Februari Maret Triwulan I
Keterangan
Rp Rp Rp Rp
Jualan 12.000 24.000 36.000 72.000
Biaya variabel 11.000 22.000 33.000 66.000
Margin kontribusi 1.000 2.000 3.000 6.000
Biaya tetap 2.000 2.000 2.000 6.000
Laba (rugi) (1.000) 0 1.000 0
impas impas
Anggaran sediaan bahan baku akhir seperti Tabel 6.6 yang dibuat dengan
menggunakan tingkat perputaran sediaan bahan baku, cocok bila metode
pencatatan sediaan bahan baku menggunakan metode perpetual, tetapi bila
bahan baku menggunakan pencatatan metode fisik dalam akunting keuangan
maka anggaran sediaan bahan baku akhir dihitung dengan cara membuat
anggaran belian bahan baku dengan rumus sebagai berikut.
EKMA4570/MODUL 6 6.23
Tabel 6.10.
Anggaran Sediaan Bahan Baku Akhir
Bentuk Formulir
Pada Tabel 6.10 tampak sediaan bahan baku akhir belum diketahui
dalam bentuk tanda tanya, yaitu berapa sediaan bahan baku-akhir yang
dianggarkan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dibuat anggaran sediaan bahan
baku seperti Tabel 6.11.
Tabel 6.11.
Anggaran Sediaan Bahan Baku Akhir
Bentuk Terisi
Triwulan
Setahun
Keterangan I II III IV
Rp
Rp Rp Rp Rp
Biaya bahan baku 13.020 13.600 13.940 14.840 55.400
Sediaan bahan baku 1.900 1.355 1 2.045 1.440 1.900
Bahan baku siap dipakai 14.920 14.955 15.985 16.280 57.300
Belian bahan baku 13.565 12.910 14.545 14.010 55.030
Sediaan bahan baku akhir 1.355 2.045 1.440 2.270 2.270
2 R S
KPE
P 1
EKMA4570/MODUL 6 6.25
2 364 728
KPE 91ons
160 0, 40
SBDX = 91 ons – 26 ons = 65 ons
HPBT
TPSBD
RSBD
HPBT
SBDX 2 SBDA
TPSBD
120.000
Februari = = 8 kali
17.500 12.500 : 2
130.000
Maret = = 8 kali
12.500 20.000 : 2
Tabel 6.12.
Anggaran Sediaan Barang Dagangan Akhir
Bentuk Formulir
Tabel 6.13
Anggaran Sediaan Barang Dagangan Akhir
Bentuk Terisi
Berdasarkan data pada Toko Dagang Daging terdahulu juga dapat dibuat
anggaran rugi-laba seperti Tabel 6.14.
EKMA4570/MODUL 6 6.29
Tabel 6.14.
Anggaran Rugi-Laba Bentuk Panjang
Metode Penentuan Harga Pokok Variabel
Jualan barang dagangan dan beban usaha variabel seperti yang terdapat
pada Tabel 6.14 dihitung sebagai berikut.
Jualan barang dagangan bulan
Januari 1.100 kg Rp120,00 = Rp132.000,00
Februari 1.200 kg Rp120,00 = Rp144.000,00
Maret 1.300 kg Rp120,00 = Rp156.000,00
+
Rp432.000,00
LAT IH A N
Sediaan produk dalam proses akhir seperti data yang terdapat pada soal
2. Hitunglah besarnya biaya pabrik bila unit ekuivalen menggunakan
metode MPKP.
4) Berdasarkan data pada soal 3 hitunglah berapa besarnya harga pokok
produk jadi dihasilkan periode ini sebanyak 750 kg?
5) Kuantitas bahan baku yang diperlukan sebulan 1.200 ton, biaya pesanan
tiap kali pesan Rp15, harga bahan baku per ton Rp1, biaya penyimpanan
40%, dan sediaan bahan baku awal 50 ton. Hitunglah berapa sediaan
bahan baku akhir?
6) Berdasarkan Tabel 6.14 buatlah anggaran rugi-laba bentuk singkat!
2 1.200 15
5) KPE 300 ton
1 0, 40
Sediaan bahan baku akhir = 300 ton - 50 ton
= 250 ton
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
4) Berikut yang bukan sinonim dari produk jadi dihasilkan periode ini ….
A. produk selesai ditransfer ke gudang
B. produk jadi dipindahkan ke gudang
C. produk jadi diproduksi periode ini
D. produk jadi masuk produksi periode ini
5) Produk jadi dihasilkan periode ini 400 ton, sediaan produk dalam proses
awal 100 ton dengan tingkat penyelesaian BBB (biaya bahan baku) 75%,
biaya konversi 25%, dan sediaan produk dalam proses akhir 50 ton
dengan tingkat penyelesaian BBB 80%, dan biaya konversi 40%. Unit
ekuivalen menggunakan metode MPKP (masuk pertama keluar
pertama), unit ekuivalen produk untuk BBB adalah ....
A. 395 ton
B. 385 ton
C. 375 ton
D. 365 ton
6.34 Penganggaran
10) Biaya bahan baku Rp5.520,00, tingkat perputaran sediaan bahan baku 8
kali, sediaan bahan baku awal Rp900,00, sediaan bahan baku akhir
adalah ....
A. Rp840,00
B. Rp845,00
C. Rp480,00
D. Rp548,00
EKMA4570/MODUL 6 6.35
Kegiatan Belajar 2
dengan kredit (simpanan giro murni), saldo rekening korannya yang dibuat
bank bersaldo kredit, artinya bank sebagai debitor dan giran sebagai kreditor.
Sebaliknya kredit dalam bentuk rekening koran bersaldo debit, artinya bank
sebagai kreditor dan giran sebagai debitor.
Beban terutang merupakan pos akrual, yaitu utang sebagai akibat
pengakuan beban (expenses) pada saat terjadinya walaupun belum dibayar.
Beban terutang seperti: utang gaji dan upah, utang bunga, utang pajak. utang
sewa, dan lain-lain.
Wesel bayar adalah utang wesel yang merupakan kebalikan piutang
wesel. Utang wesel terjadi karena suatu perusahaan mengeluarkan surat'
pengakuan utang yang berisikan kesanggupan membayar sejumlah uang
tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu, biasanya berjangka
waktu kurang dari satu tahun. Perusahaan dapat mendiskontokan wesel bayar
kepada bank, artinya perusahaan yang mendiskontokan wesel ke bank
mendapat uang dari bank atas wesel tersebut sebesar nilai nominal wesel
dikurang bunga sampai hari jatuh tempo wesel. Jadi, bunga bayar di muka.
Oleh karena wesel berdiskonto ini bunga bayar di muka maka harga jual
wesel bila diperjualbelikan selalu di bawah nilai nominal. Bagi bank yang
membeli wesel tersebut merupakan wesel tagih atau piutang wesel,
sedangkan bagi perusahaan yang menjual wesel tersebut ke bank merupakan
utang wesel atau wesel bayar.
Utang obligasi adalah utang uang untuk jangka waktu lebih dari satu
tahun yang dikeluarkan debitor (peminjam) dalam bentuk surat pengakuan
utang yang mempunyai nilai nominal tertentu. Utang obligasi biasanya
digunakan untuk membeli harta tetap (bangunan, mesin, dan alat). Untuk
memperoleh jaminan yang lebih besar atas pembayaran kembali utang
obligasi, biasanya pemegang obligasi (kreditor) mengenakan hipotik terhadap
harta tetap yang dibeli dari utang obligasi. Artinya pemegang obligasi
(kreditor) bila dirasa perlu dapat menarik/menjual/melelang harta tetap
tersebut untuk pelunasan utang obligasi.
Ada bermacam obligasi, antara lain: (a) obligasi biasa ialah obligasi yang
bunganya tetap dibayar oleh debitor dalam waktu tertentu, tanpa memandang
debitor memperoleh laba atau menderita rugi, (b) obligasi hasil ialah obligasi
yang bunganya dibayar debitor bila debitor memperoleh laba, tetapi kreditor
mempunyai hak kumulatif atas bunga, (c) obligasi yang dapat ditukarkan
adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang obligasi
6.38 Penganggaran
20%. Dengan demikian bila utang dikelola dengan baik dapat meningkatkan
laba dan yang terpenting dapat meningkatkan rentabilitas, baik rentabilitas
ekonomis, maupun rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri
sebelum ada utang 90 : 1000 = 9% dan setelah ada utang 270: 1000 = 27%.
Sebaliknya bila utang tidak dikelola dengan baik, bukannya untung yang
diperoleh, tetapi justru buntung yang diderita, bukannya laba yang besar yang
diterima, tetapi justru rugi yang besar yang diderita.
Tabel 6.15.
Perbandingan Laba Sebelum Ada Utang dengan
Setelah Ada Utang
Jawaban
Dijalankannya ekspansi oleh suatu perusahaan dapat memperbesar
kemungkinan untuk dapat memperoleh keuntungan sebagai berikut.
Oleh karena itu, anggaran utang sangat penting dalam rangka usaha
meningkatkan laba dan rentabilitas. Dengan anggaran utang dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, dapat dijadikan alat pengawasan
dalam hal pembayaran utang.
Faktor yang mempengaruhi anggaran utang antara lain ada dua faktor,
yaitu ekspansi dan struktur modal.
1. Ekspansi
Tidak ada sesuatu yang konstan selain daripada perubahan itu sendiri.
Tidak ada kehidupan politik, kehidupan sosial, dan kehidupan ekonomi yang
tidak berubah. Demikian pula halnya dalam kehidupan perusahaan selalu ada
perubahan. Setiap perusahaan yang ingin tetap hidup terus dan sukses,
haruslah berusaha agar dapat selalu berkembang. Berkembangnya atau makin
besarnya perusahaan selalu menyangkut masalah pembelanjaan. Perusahaan
yang mengadakan ekspansi selalu membutuhkan tambahan modal.
Kebutuhan modal untuk keperluan ekspansi adalah berangsur-angsur
semakin besar, karena sifat ekspansi perusahaan yang dilakukan secara
lambat dan berangsur-angsur.
Pada tingkat ekspansi ini hanya dibutuhkan tambahan modal kerja,
karena perusahaan bekerja dengan kapasitas produksi yang tersedia. Tetapi
kemudian apabila perusahaan harus menambah alat produksi tahan lama, atau
membangun pabrik baru maka kebutuhan modalnya akan bertambah dengan
melonjak. Pada tingkat ekspansi ini selain dibutuhkan tambahan modal kerja
adalah juga tambahan modal tetap. Dengan demikian maka pengertian
ekspansi itu dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal
kerja saja, atau modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap dan
terus-menerus di dalam perusahaan. Perluasan modal ini dapat memperbesar
utang.
Apabila ekspansi perusahaan didasarkan pada pertimbangan untuk
memperbesar atau menstabilisir laba yang diperoleh maka ekspansi itu adalah
EKMA4570/MODUL 6 6.43
didasarkan pada motif ekonomi. Hal ini terjadi misalnya karena semakin
besarnya permintaan terhadap produk atau jasa oleh suatu perusahaan. Makin
luas pasar bagi produknya mendorong perusahaan tersebut untuk
memperbesar produksinya untuk mengimbangi tambahan permintaan atau
tambahan luas pasar bagi produknya. Makin besar jumlah produksi yang
dapat dijual, berarti makin besar kemungkinan untuk mendapatkan laba yang
lebih besar sehingga dengan demikian setiap pemimpin perusahaan
mempunyai harapan dan keinginan untuk dapat selalu mengembangkan dan
meluaskan perusahaannya.
Di samping motif ekonomi atau motif rasional sebagaimana diuraikan di
atas, di dalam ekspansi pun terdapat motif lainnya, yaitu apa yang disebut
“motif psikologis”, yaitu ekspansi yang didasarkan pada “ambisi personal”
dari pemilik atau pemimpin perusahaan untuk memperoleh “prestise” dan
“kekuasaan” yang lebih besar.
Masalah yang penting dalam ekspansi ialah masalah penentuan
“besarnya perusahaan yang paling baik” atau besarnya optimum perusahaan.
Besarnya optimum perusahaan berbeda bagi setiap perusahaan, dan dalam
satu perusahaan pun efisiensi maksimum dari tenaga kerja, modal dan
manajemen adalah berubah pada tingkat pertumbuhan yang berbeda.
Besarnya optimum perusahaan mungkin tercapai sebelum tercapainya
efisiensi maksimum dari tenaga kerja, tetapi sesudah tenaga kerja itu
mencapai imbangan yang optimum dengan modal. Imbangan yang paling
baik antara pekerja ahli dengan pekerja kasar mungkin terdapat pada luas
produksi yang berbeda-beda. Besarnya optimum perusahaan selalu berubah,
dan hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya besarnya dan watak dari
persaingan, berubahnya kesukaan konsumen, kemajuan teknologi atau
konjungtur.
2. Struktur Modal
Dalam hubungannya dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan,
dikenal adanya pedoman atau aturan. struktur keuangan yang konservatif,
baik vertikal maupun yang horizontal. Aturan struktur finansial (struktur
keuangan) konservatif yang vertikal memberikan batas imbangan yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing (utang)
dengan modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang
sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal
yang tahan risiko maka aturan finansial tersebut menetapkan bahwa besarnya
6.44 Penganggaran
modal asing (utang) juga dapat besar, tetapi tidak melebihi besarnya modal
sendiri.
Sebagai ilustrasi perusahaan X mempunyai modal sendiri Rp100.000,00,
harta lancar Rp20.000,00, dan harta tak lancar Rp80.000,00, sementara
perusahaan Y mempunyai modal sendiri Rp60.000,00, harta lancar
Rp10.000,00, harta tak lancar Rp50.000,00. Perusahaan X dapat menambah
utang maksimal Rp100.000,00, sementara perusahaan Y dapat menambah
utang maksimal Rp60.000,00.
Contoh 6.1.
Belian dianggarkan dari PT Bulehai selama tiga bulan sebagai berikut.
6.46 Penganggaran
Januari Rp20.000,00
Februari Rp30.000,00
Maret Rp40.000,00 +
Jumlah Rp90.000,00
Dari data tersebut dapat dihitung utang usaha yang dibayar sebagai
berikut.
Februari 50% Rp20.000,00 = Rp10.000
Potongan 5% Rp10.000,00= Rp 500 -
Rp 9.500
30% Rp20.000 = Rp 6.000 +
Rp15.500
Contoh 6.2
PT Tangaran menyusun realisasi dan anggaran belian sebagai berikut.
Realisasi : Juli Rp100,00
Agustus Rp 80,00
Anggaran : September Rp100,00
Oktober Rp100,00
November Rp180,00
Desember Rp120,00
Syarat pembayaran 30% tunai, 50% kredit sebulan, 20% kredit dua bulan
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung anggaran kas keluar untuk
pemasok sebagai berikut.
6.48 Penganggaran
Contoh 6.3
PT Tapuji-menyusun anggaran dan realisasi belian sebagai berikut.
Realisasi : Agustus Rp100.000,00
September Rp80.000,00
Anggaran : Oktober Rp160.000,00
November Rp200.000,00
Desember Rp100.000,00
Syarat pembayaran 20% tunai, 80% kredit. Dari 80% kredit akan dibayar
70% sebulan setelah belian, dan 30% dua bulan setelah belian.
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung anggaran kas keluar untuk
pemasok sebagai berikut.
Tabel 6.16.
Anggaran Utang Jangka Panjang
Bayar
Tahun Angsuran Sisa Utang
Pokok Utang Bunga Utang
1 Rp1.320.000,00 - Rp1.320.000,00 Rp11.000.000,00
2 Rp3.621.579,00 Rp2.301.579,00 Rp1.320.000,00 Rp 8.098.421,00
3 Rp3.621.579,00 Rp2.577.768,00 Rp1.043.811,00 Rp 6.120.653,00
4 Rp3.621.579,00 Rp2.887.101,00 Rp 734.478,00 Rp 3.233.552,00
5 Rp3.621.579,00 Rp3.233.552,00 Rp 388.027,00 Rp 0,00
Sisa utang pada Tabel 6.16 merupakan anggaran utang jangka panjang di
bank, sedangkan angsuran merupakan jumlah kas keluar tiap akhir tahun.
Kas masuk dari pinjaman sebesar Rp11.000.000,00 diterima awal tahun,
tetapi dibayarkan kembali untuk beli mesin dan alat pabrik seluruhnya pada
awal tahun.
Tabel 6.17.
Anggaran Perubahan Modal Sendiri
Tabel 6.18.
Anggaran Perubahan Modal Sendiri
Tabel 6.19.
Anggaran Perubahan Modal Sendiri
CV Bubuhan
Anggaran Perubahan Modal Sendiri
Tahun Berakhir 31 Desember 2017
Modal sekutu aktif
Modal Ganal awal Januari 2017 Rp100.000,00
Setoran periode ini Rp 20.000,00
+
Rp120.000,00
Prive Ganal Rp 15.000,00 -
Rp105.000,00
105.000
Bagian laba Ganal × Rp30.000,00 =
195.000 Rp 16.154,00
+
Modal Ganal akhir Desember 2017 Rp121.154,00
Modal sekutu pasif
Modal Ganal awal Januari 2017 Rp 80.000,00
Setoran periode ini Rp 10.000,00
+
Rp 90.000,00
90.000
Bagian laba Dinda × Rp30.000,00 =
195.000 Rp 13.846,00
+
Modal Dinda akhir Desember 2017 Rp103.846,00
+
Modal Firma Pabrik Bata Keluarga 31 Desember 2017 Rp225.000,00
Tabel 6.20.
Anggaran Laba Ditahan
PT Amanah
Anggaran Laba Ditahan
Tahun Berakhir 31 Desember 2017
Laba ditahan awal Januari 2017 Rp200.000,00
Laba bersih tahun 2017 Rp 10.000,00
+
Rp210.000,00
Dividen yang dibagikan Rp 5.000,00
-
Laba ditahan akhir Desember 2017 Rp205.000,00
Tabel 6.21
Anggaran Laba Ditahan
Tabel 6.22.
Anggaran Perubahan Modal Sendiri
Koperasi Pegawai
Anggaran Perubahan Modal Sendiri
Tahun Berakhir Desember 2017
Simpanan pokok Rp500.000,00
Simpanan wajib awal Januari 2017 Rp200.000,00
Setoran periode ini Rp 20.000,00
+
Simpananan wajib akhir Desember 2017 Rp220.000,00
Modal cadangan Rp 30.000,00
Modal sumbangan Rp 50.000,00
Sisa hasil usaha awal Januari 2017 Rp 40.000,00
Laba bersih periode ini Rp 10.000,00
+
Rp 50.000,00
Sisa hasil usaha dibagikan Rp 15.000,00
-
Sisa hasil usaha akhir Desember 2017 Rp 35.000,00
Modal sendiri.koperasi pegawai Rp835.000,00
Tabel 6.23.
Anggaran Neraca
LAT IH A N
Januari Rp400.000,00
Februari Rp500.000,00
Maret Rp600.000,00
Pembayaran 20% tunai, 30% kredit sebulan, 35% kredit dua bulan, 15%
kredit tiga bulan.
Buatlah anggaran utang dagang tiap bulan dari bulan Januari sampai
Maret. Buatkan juga anggaran kas keluar untuk beli barang dagangan
tiap bulan.
5) CV Jempul mempunyai data anggaran selama bulan Desember 2017
sebagai berikut. Modal Jagau sebagai sekutu pemimpin sebesar
Rp800.000,00 pada awal Desember 2017, sedangkan modal Harat
sebagai sekutu komanditer sebesar Rp600.000,00 pada awal Desember
2017. Pada pertengahan Desember Tuan Harat berencana menambah
modalnya Rp100.000,00, sedangkan Tuan Jagau berencana menarik
prive pada akhir bulan Desember Rp50.000,00. Laba bersih dianggarkan
bulan ini sebesar Rp30.000,00 dan dibagi secara proporsional. Buatlah
anggaran perubahan modal sendiri CV Jempul.
1) Jika utang jangka pendek digunakan untuk membeli aktiva tetap maka
dapat mengakibatkan kesulitan likuiditas (illikuid), menggangu
kelancaran pembayaran, karena utang jangka pendek segera harus
dibayar, sedangkan waktu aktiva tetap untuk kembali menjadi kas
memerlukan waktu yang lebih dari satu tahun.
2) Struktur modal mempengaruhi besarnya utang, karena struktur modal
yang baik modal sendiri tidak boleh lebih kecil daripada utang. Dengan
demikian bila modal sendiri besar maka utang juga boleh besar,
sebaliknya bila modal sendiri kecil maka utang juga kecil.
1 3
i1 i 0,12 1 0,12
3) A P t
Rp10.000,00 3
1 i 1 1 0,12 1
= Rp4.163,00
Rencana pengambilan kredit
6.62 Penganggaran
Bayar
Tahun Angsuran Sisa Utang
Pokok Bunga 12%
1 Rp1.200,00 - Rp1.200,00 Rp10.000,00
2 Rp1.200,00 - Rp1.200,00 Rp10.000,00
3 Rp4.163,00 Rp2.963,00 Rp1.200,00 Rp 7.037,00
4 Rp4.163,00 Rp3.319,00 Rp 844,00 Rp 3.718,00
5 Rp4.163,00 Rp3.718,00 Rp 445,00 0
5)
CV Jempul
Anggaran Perubahan Modal Sendiri
Bulan Berakhir 31 Desember 2017
Modal sekutu pemimpin Rp 800.000,00
Modal Jagau awal Desember 2017 Rp 50.000,00
Prive Jagau Rp 750.000,00
750.000
Bagian laba Jagau × Rp30.000,00 = Rp 15.517,00
1.450.000
Modal Jagau akhir Desember 2017 Rp 765.517,00
+
Modal sekutu komanditer
Modal Harat awal Desember 2017 Rp600.000,00
Tambahan modal Rp100.000,00
+
Rp700.000,00
700.000
Bagian laba Harat × Rp30.000,00 = Rp 14.483,00
1.450.000
Modal Harat akhir Desember 2017
+ Rp 714.483,00
Modal CV Jempul 31 Desember 2017 Rp1.480.000,00 +
EKMA4570/MODUL 6 6.63
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
5) Berdasarkan tes formatif soal 4 utang usaha dianggarkan bulan Maret ....
A. Rp120.000,00
B. Rp230.000,00
C. Rp300.000,00
D. Rp320.000,00
Tes Formatif 1
1) A. Sediaan barang dagangan.
2) A. Sediaan.
3) B. Persediaan.
4) D. Produk jadi masuk produksi periode ini.
5) D. 365 ton.
6) A. 395 ton.
7) D. 700 unit.
8) B. Rp166.000,00.
9) A. Rp1.355,00.
10) C. Rp480,00.
Tes Formatif 2
1) B. Utang obligasi.
2) C. Memperoleh harta lancar.
3) A. Utang Rp100.000,00, modal sendiri Rp200.000,00.
4) B. Rp230.000,00.
5) C. Rp300.000,00.
6) B. Rp463.981,44.
7) A. Rp201.731,06.
EKMA4570/MODUL 6 6.67
Glosarium
Daftar Pustaka
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Harga jual produk X per unit Rp9,90 dan harga jual produk Y per unit
Rp16,50
Biaya konversi terdiri dari biaya overhead pabrik (BOP) dan biaya
tenaga kerja langsung (BTKL).
Perhitungan unit ekuivalen menggunakan metode FLFO (first in first
out) atau masuk pertama keluar pertama (MPKP).
8. Seluruh produk yang dijual dan dibeli dilakukan secara tunai, serta
transaksi lainnya dilakukan secara tunai pada periode bersangkutan.
Seandainya pajak hasilan 10% berapakah laba bersih setelah pajak yang
dianggarkan pada tahun 2019. Berdasarkan data tersebut dapat disusun
anggaran tetap tahunan berupa: anggaran jualan, anggaran produk, anggaran
biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya bahan baku dan belian bahan
baku, anggaran harga pokok jualan, anggaran laba-rugi, anggaran kas, dan
anggaran neraca.
1. Anggaran Operasional
Anggaran operasional yang pertama kali disusun adalah anggaran jualan
seperti Tabel 7.1.
Tabel 7.1.
Anggaran Jualan
PT Imma
Anggaran Jualan
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Jenis Produk dan Kuantitas Harga Jual
Jualan
Daerah Jualan (Unit) Per Unit
Produk X
Daerah A 208.000 Rp9,90 Rp2.059.200,00
Daerah B 320.000 Rp9,90 Rp3.168.000,00
Jumlah Prod. X 528.000 Rp9,90 Rp5.227.200,00
Produk Y
Daerah A 111.600 Rp16,50 Rp1.841.400,00
Daerah B 168.400 Rp16.50 Rp2.778.600,00
Jumlah produk 280.000 Rp16,50 Rp4,620.000,00
Produk X & Y 808.000 Rp9.847.200,00
Tabel 7.2.
Anggaran Produk
PT Imma
Anggaran Produk
Tahun Berakhir 31 Desember 2019 (Dalam Unit)
Keterangan Produk X Produk Y
1. Jualan 528.000 280.000
2. Sediaan produk jadi akhir + 80.000 60.000 +
3. Produk slap dijual 608.000 340.000
4. Sediaan produk jadi awal - 70.000 50.000 -
5. Harga pokok produk jadi 538.000 290.000
6. Sediaan produk dalam proses akhir + 10.000 5.000 +
7. Produk dihasilkan 548.000 295.000
8. Sediaan produk dalam proses awal - 9.000 4.000 -
9. Produk masuk proses produksi 539.000 291.000
Tabel 7.3.
Anggaran Biaya Bahan Baku & Belian Bahan Baku
PT Imma
Anggaran Biaya Bahan Baku & Belian Bahan Baku
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Tabel 7.4.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
PT Imma
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Keterangan Departemen I Departemen II Jumlah
1. Produk x untuk Departemen
I 539.400 0,10 jam 53.940 jam - 53.940 jam
II 539.400 0,20 jam - 107.880 jam 107.880 jam
2. Produk Y untuk Departemen
I 290.900 0,15 jam 43.635 jam - 43.635 jam
II 290.900 0,40 jam - 116.360 jam 116.360 jam
3. Jam kerja terpakai (1 + 2) 97.575 jam 224.240 jam 321.815 jam
4. Upah per jam Rp10,00 Rp8,00
5. Biaya tenaga kerja langsung Rp975.750,00 Rp1.793.920,00 Rp2.769.670,00
(3 4)
Untuk menghitung sediaan produk jadi dan sediaan produk dalam proses
diperlukan perhitungan harga pokok produk per unit sebagai berikut.
7.10 Penganggaran
Biaya bahan baku per unit produk X = Rp937.860,00 : 539.000 unit = Rp1,74
Biaya bahan baku per unit produk Y = Rp774.060,00 : 291.000 unit = Rp2,66
Jumlah Rp73.250,00
Tabel 7.5.
Anggaran Harga Pokok Jualan
PT Imma
Anggaran Harga Pokok Jualan
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Tabel Keterangan Jumlah
3 Belian bahan baku Rp1.697.120,00
Sediaan bahan baku awal + Rp 250.800,00
Bahan baku siap dipakai Rp1.947.920,00
Sediaan bahan baku akhir - Rp 236.000,00
Biaya bahan baku (BBB) Rp1.711.920,00
4 Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) Rp2.769.670,00
Biaya overhead pabrik (BOP) + Rp1.988.952,00
Biaya pabrik Rp6.470.542,00
Sediaan produk dalam proses awal Rp 55.294,00
+
Produk masuk dalam proses Rp6.525.836,00
Sediaan produk dalam proses akhir - Rp 73.250,00
Harga pokok produk jadi Rp6.452.586,00
Sediaan produk jadi awal + Rp 968.700,00
Produk siap dijual Rp7.421.286,00
Sediaan produk jadi akhir - Rp1.138.400,00
Harga pokok jualan Rp6.282.886,00
Tabel 7.6.
Anggaran Laba-rugi
PT Imma
Anggaran Laba-rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Tabel Keterangan Jumlah
1 Jualan Rp9.847.200,00
5 Harga pokok jualan Rp6.282.886,00 -
Laba kotor Rp3.564.314,00
Beban usaha
Beban penjualan Rp1.190.000,00
Beban administrasi & umum Rp 695.000,00 +
Jumlah beban usaha Rp1.885.000,00 -
Laba usaha Rp1.679.314,00
Dapatan bunga Rp 98.000,00
Beban bunga Rp 90.000,00 -
Laba bukan usaha Rp 8.000,00
Laba bersih sebelum pajak Rp1.687.314,00
Pajak hasilan 10% Rp 168.731,00 -
Laba bersih setelah pajak Rp1.518.583,00
2. Anggaran Keuangan
Berdasarkan anggaran laba-rugi pada Tabel 7.6 laba bersih setelah pajak
sebesar Rp1.518.583,00 yang akan menambah laba ditahan sebagai berikut.
Perhitungan laba ditahan:
Laba ditahan awal Rp 674.794,00
Laba tahun 2019 Rp1.518.583,00
Laba ditahan akhir Rp2.193.377,00
Tabel 7.7.
Anggaran Kas
PT Imma
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Keterangan Jumlah
1. Kas masuk
Jualan Rp9.847.200,00
Dapatan bunga Rp 98.000,00
Jumlah kas masuk Rp9.945.200,00
2. Kas keluar
Beli bahan baku Rp1.697.120,00
Upah tenaga kerja langsung Rp2.769.670,00
Overhead pabrik Rp1.988.952,00
Beban usaha Rp1.885.000,00
Beban bunga Rp 90.000,00
Pajak hasilan Rp 168.731,00
Jumlah kas keluar Rp8.599.473,00
3. Surplus kas (1-2) Rp1.345.727,00
4. Saldo kas awal Rp 600.000,00
5. Saldo kas akhir ( 3+4) Rp1.945.727,00
Tabel 7.8.
Anggaran Neraca
PT Imma
Anggaran Neraca
Per 31 Desember 2019
Keterangan Jumlah
Kas Rp1.945.727,00
Sediaan produk jadi Rp1.138.400,00
Sediaan produk dalam proses Rp 73.250,00
Sediaan bahan baku Rp 236.000,00
AKTIVA Rp3.393.377,00
Modal saham Rp1.200.000,00
Laba ditahan Rp2.193.377,00
PASIVA Rp3.393.377,00
Gambar 7.1.
Beda Metode Penentuan Harga Pokok Penuh dengan Metode Penentuan
Harga Pokok Variabel
berubah selama periode yang dianalisis, (c) penentuan harga pokok variabel
(anggaran variabel) tidak dapat digunakan untuk laporan pihak ekstern.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu, tetapi biaya per unit berubah bila volume kegiatan berubah.
Contoh:
Saat ini perusahaan mempunyai satu buah mesin seharga
Rp10.000.000,00. Mesin ini ditaksir berumur 5 tahun tanpa nilai residu.
Mesin ini disusut dengan metode garis lurus sebagai berikut.
Biaya depresiasi mesin setahun = Rp10.000.000,00 : 5 tahun
= Rp2.000.000,00
3. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, tetapi biaya per unit tidak berubah walaupun
volume kegiatan berubah.
Contoh:
Biaya bahan baku (BBB) per unit produk Rp1.000,00
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) per unit produk Rp1.100,00
Biaya overhead pabrik (BOP) variabel per unit produk Rp1.380,00
+
Harga pokok variabel per unit produk Rp3.480,00
EKMA4570/MODUL 7 7.19
Gambar 7.2.
Grafik Biaya Variabel dan Biaya Tetap
c. Metode korelasi
Metode korelasi menitikberatkan pada data masa lampau dengan
menggunakan salah satu alat analisis statistik. Metode korelasi dapat
disajikan secara grafik dan secara matematik.
1) Secara grafik
Biaya pemeliharaan mesin tiap bulan selama 6 bulan seperti Tabel 7.9.
Tabel 7.9.
Data Biaya Pemeliharaan Mesin
Biaya
Jam
No. Bulan Pemeliharaan
Mesin
(Rp)
1. Januari 30 600
2. Februari 40 700
3. Maret 50 800
4. April 60 900
5 Mei 80 1.100
6. Juni 100 1.300
Jumlah 360 5.400
7.22 Penganggaran
Dari data biaya pemeliharaan mesin pada Tabel 7.9 dibuatkan grafik
seperti Gambar 7.3.
Gambar 7.3.
Grafik Biaya Pemeliharaan Mesin
2) Secara matematis
Dengan cara matematis, pemisahan biaya semi variabel dapat
menggunakan garis lurus yang terdiri atas metode kuadrat terkecil dan
metode momen.
Rumus = Y = a + bX
Y = Jumlah biaya semi variabel
a = Jumlah biaya tetap tiap periode
b = Jumlah biaya variabel per unit
X = Jumlah unit
n = Jumlah dari observer yang digunakan
Tabel 7.10.
Metode Garis Lurus
Biaya
Jam Mesin Pemeliharaan
Bulan XY X2
(X) (Y)
(Rp)
1 30 600 18.000 900
2 40 700 28.000 1.600
3 50 800 40.000 2.500
4 60 900 54.000 3.600
5. 80 1.100 88.000 6.400
6. 100 1.300 130.000 10.000
360 5.400 358.000 25.000
nΣXY ΣXΣY
b
nΣX 2 ΣX
2
6358.000 3605.400
b
6 25.000 360
2
b Rp10,00
ΣY ΣX
a b
n n
6a + 360b = 5.400 60
360a + 25.000b = 358.000
6a + 360 b = 5.400
6a + 3.600 = 5.400
6a = 5.400 - 3.600
6a = 1.800
a = 1.800: 6 = Rp300,00
a = biaya tetap sebulan Rp300,00
Y = a + bX
Y = biaya semi variabel = Rp300,00 + Rp10,00
Bila jam mesin (X) sebulan = 100 jam, berarti biaya semi variabel
= Rp300,00 + Rp10,00 100 jam
= Rp1.300,00
Tabel 7.11.
Metode Titik Tertinggi dan Terendah
Tabel 7.12.
Perhitungan Laba-rugi Sebelum dan Setelah Ada Pesanan Khusus
1. Jualan
17.500 unit Rp200 Rp3.500.000,00
(17.500 unit Rp200) + Rp4.400.000,00
(5.000 unit Rp180)
2. Biaya variabel
17.500 unit Rp124 Rp2.170.000,00
(17.500 unit + 5.000 unit) Rp124,00 Rp2.790.000,00
3. Konstribusi margin Rp1.330.000,00 Rp1.610.000,00
4. Biaya tetap Rp 600.000,00 Rp 600.000,00
5. Laba Rp 730.000,00 Rp1.010.000,00
EKMA4570/MODUL 7 7.27
Dari Tabel 7.12 terlihat laba setelah ada pesanan khusus sebesar
Rp1.010,00, sedangkan laba sebelum ada pesanan khusus sebesar
Rp730.000,00. Dengan demikian pesanan khusus dapat dilayani, sebab laba
yang diperoleh besar. Dalam hubungannya dengan proses pengambilan
keputusan, apakah pesanan khusus dilayani atau tidak, terdapat beberapa
istilah. antara lain: dapatan biaya inkremental (incremental cost), biaya
diskremental (discremental cost), dapatan inkremental (incremental revenue),
dapatan diskremental (discremental revenue), biaya diferensial, pendapatan
diferensial, biaya relevan, dan biaya tidak relevan.
Incremental cost (biaya inkremental) adalah tambahan biaya yang
dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu. Sebaliknya,
discremental cost (biaya diskremental) adalah pengurangan biaya sebagai
akibat dipilihnya alternatif tertentu. Biaya inkremental contohnya seperti
Tabel 7.12 tampak:
Dari data tersebut mana yang lebih baik ditempuh perusahaan, apakah
meningkatkan 20% barang X tanpa menaikkan barang Y atau meningkatkan
20% barang Y tanpa menaikkan barang X.
Langkah pertama, berdasarkan data tersebut dapat dihitung titik impas
atau break even point (BEP) masing-masing produk sebagai berikut.
Rumus:
Biaya Tetap
BEP =
Biaya Variabel
1-
Harga Jual
Rp1.000.000,00 Rp1.000.000,00
Total titik impas =
Rp600.000,00 Rp800.000,00
1
Rp2.000.000,00 Rp2.000.000,00
Rp2.000.000,00
Rp3.076.923,08
1 0,35
7.30 Penganggaran
Rp1.000.000,00 Rp1.000.000,00
Titik impas barang X
1
Rp600.000,00 1 0,30
Rp2.000.000,00
Rp1.428.571,43
Rp1.000.000,00
Titik impas barang Y = Rp1.666.666,67
Rp800.000,00
1
Rp2.000.000,00
Total titik impas barang X dan Y = Rp3.095.238,10
Jumlah jualan impas sebanyak 3.461,53847 unit dapat juga dihitung sebagai
berikut.
EKMA4570/MODUL 7 7.31
Rumus:
Biaya Tetap
Impas =
MK X PX MK Y PY
P = Proporsi komposisi produk X dan Y
MK = Margin kontribusi = jualan - biaya variabel
2.000.000
Impas =
1.000 3002.000 : 4.500 800 3202.500 : 4.500
= 3.461,53847 unit
Pembuktian:
Jualan:
barang X = 1.538,46154 unit @ Rp1.000,00 = Rp1.538.461,54
barang Y = 1.923,07693 unit @ Rp800,00 = Rp1.538.461,54
+
Jumlah jualan barang X dan Y = Rp3.076.923,08
Biaya variabel:
barang X = 1.538,46154 Rp300,00 = Rp461.538,46
barang Y = 1.923,07693 Rp320,00 = Rp615.384,62
+
Jumlah biaya variabel barang X dan Y = Rp1.076.923,08
-
Margin kontribusi barang X dan Y = Rp2.000.000,00
Biaya tetap barang X dan Y = Rp1.000.000,00
+ Rp1.000.000,00 = Rp2.000.000,00
-
Laba = Rp0,00
7.32 Penganggaran
Laba = Rp 880.000,00
Rp2.000.000,00
Titik impas total = Rp3.055.555,55
Rp1.520.000,00
1
Rp4.000.000,00
Rp2.000.000,00
Titik impas total = Rp3.098.591,55
Rp1.560.000,00
1
Rp4.400.000,00
Misalkan kita ingin mengetahui pada saat jualan berapa unit perusahaan
tidak mempunyai laba dan juga tidak menderita rugi, artinya laba = nol, yang
disebut dengan break even point (BEP) atau titik impas.
Rumus perencanaan laba dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Tabel 7.13.
Anggaran Variabel Laba-rugi
PT Iqra
Anggaran Variabel Laba-rugi
Kapasitas 350 Unit Sampai 2.000 Unit Selisih Kapasitas 825 Unit
Berbagai Tingkat Jualan
Keterangan Per unit
350 Unit 1.175 Unit 2.000 Unit
Jualan Rp5.530,00 Rp1.935.500,00 Rp6.497.750,00 Rp11.060.000,00
Biaya variabel Rp3.530,00 Rp1.235.500,00 Rp4.147.750,00 Rp 7.060.000,00
Margin kontribusi Rp2.000,00 Rp 700.000,00 Rp2.350.000,00 Rp 4.000.000,00
Biaya tetap Rp Rp2.350.000,00 Rp2.350.000,00 Rp 2.350.000,00
Laba (rugi) Rp (Rp1.650.000,00) Rp 0,00 Rp 1.650.000,00
Dari Tabel 7.12 dapat dibuat gambar grafik titik impas (break even
point) seperti Gambar 7.4.
Gambar 7.4.
Grafik Titik Impas
LAT IH A N
PT Rifqi memproduksi dan menjual satu jenis produk, dan pada triwulan
satu tahun 2015 akan menyusun anggaran dalam tiap bulan. Adapun data
yang dapat dihimpun sebagai berikut.
Data neraca per 31 Desember 2014 terdiri dari: kas Rp10.000,00, mesin dan
alat bersih Rp100.000,00, modal saham Rp110.000,00.
Anggaran jualan bulan Januari 1.000 unit, Februari 1.110 unit, dan Maret
1.120 unit. Harga jual per unit Rp60,00.
Sediaan produk jadi akhir direncanakan: Januari 200 unit, Februari 210 unit,
dan Maret 220 unit. Jualan 100% tunai.
Harga pokok standar per unit produk jadi:
7.38 Penganggaran
1. Anggaran Jualan
PT Rifqi
Anggaran Jualan
Triwulan I Tahun 2015
Bulan Perhitungan Jumlah
Januari 1.000 unit x Rp60,00 = Rp 60.000,00
Februari 1.110 unit x Rp60,00 = Rp 66.600,00
Maret 1.120 unit x Rp60,00 = Rp 67.200,00
Triwulan I 3.230 unit x Rp60,00 = Rp193.800,00
8. Anggaran Produk
PT Rifqi
Anggaran Produk
Triwulan I Tahun 2015
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
Jualan 1.000 unit 1.110 unit 1.120 unit 3.230 unit
Sediaan produk jadi akhir (+) 200 unit 210 unit 220 unit 220 unit
Produk siap dijual 1.200 unit 1.320 unit 1.340 unit 3.450 unit
Sediaan produk jadi awal (–) 0 200 unit 210 unit 0
Produksi 1.200 unit 1.120 unit 1.130 unit 3.450 unit
7.40 Penganggaran
Biaya overhead pabrik tetap 1.200 unit (kapasitas normal) dikali Rp2,00
= Rp2.400,00 (termasuk depresiasi). Biaya overhead pabrik tetap tunai
Rp2.400,00 – Rp200,00 = Rp2.200,00 Perhitungan komisi penjualan:
Januari Rp45.000,00 10% = Rp4.500,00
Februari Rp50.110,00 10% = Rp5.011,00
Maret Rp50.540,00 10% = Rp5.054,00
PT Rifqi
Anggaran Laba-rugi
Triwulan I tahun 2015
No Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
1 Jualan Rp60.000,00 Rp66.600,00 Rp67.200,00 Rp193.800,00
2 Biaya bahan baku Rp36.000,00 Rp33.600,00 Rp33.900,00 Rp103.500,00
3 Biaya tenaga kerja langsung Rp12.000,00 Rp11.200,00 Rp11.300,00 Rp 34.500,00
4 Biaya overhead pabrik variabel Rp 3.600,00 Rp 3.360,00 Rp 3.390,00 Rp 10.350,00
5 Biaya pabrik 2 + 3 + 4 Rp51.600,00 Rp48.160,00 Rp48590,00 Rp148.350,00
6 Sediaan produk jadi awal 0 Rp 8.600,00 Rp 9.030,00 0
7 Produk siap dijual 5 + 6 Rp51.600,00 Rp56.760,00 Rp57.620,00 Rp148.350,00
8 Sediaan produk jadi akhir Rp 8.600,00 Rp 9.030,00 Rp 9.460,00 Rp 9.460,00
9 Harga pokok produk terjual 7 - 8 Rp43.000,00 Rp47.730,00 Rp48.160,00 Rp138.890,00
10 Margin kontribusi kotor 1 – 9 Rp17.000,00 Rp18.870,00 Rp19.040,00 Rp 54.910,00
11 Komisi penjualan Rp 4.500,00 Rp 5.011,00 Rp 5.054,00 Rp 14.565,00
12 Margin kontribusi bersih 10 - 11 Rp12.500,00 Rp13.859,00 Rp13.986,00 Rp 40.345,00
13 Biaya overhead pabrik tetap Rp 2.400,00 Rp 2.400,00 Rp 2.400,00 Rp 7.200,00
14 Gaji dan lainnya Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 6.000,00
15 Laba 12 – (13 + 14) Rp 8.100,00 Rp 9.459,00 Rp 9.586,00 Rp 27.145,00
12. Selisih laba metode penentuan harga pokok (PHPP) dengan metode
penentuan harga pokok variable (PHPV) sebagai berikut.
PT Rifqi
Anggaran Kas
Triwulan I tahun 2015
Keterangan Januari Februari Maret
1. Kas masuk dari jualan tunai Rp60.000,00 Rp 66.600,00 Rp 67.200,00
2. Kas keluar untuk
Bahan baku - Rp39.000,00 Rp 33.900,00
Tenaga kerja langsung Rp12.000,00 Rp 11.200,00 Rp 11.300,00
Overhead pabrik variabel Rp 3.600,00 Rp 3.360,00 Rp 3.390,00
Overhead pabrik tetap Rp 2.200,00 Rp 2.200,00 Rp2.200,00,00
Komisi penjualan Rp 4.500,00 Rp5.011,00,00 Rp5.054,00,00
Gaji dan lainnya Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00
Rp24.300,00 Rp 62.771,00 Rp 57.844,00
3. Saldo kas awal Rp10.000,00 Rp 45.700,00 Rp 49.529,00
4. Saldo kas akhir 1 + 3 - 2 Rp45.700,00 Rp 49.529,00 Rp 58.885,00
7.44 Penganggaran
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
b. Kapasitas normal tiap triwulan 2.500 unit atau 625 jam kerja.
c. Beban usaha variabel per unit Rp50,00.
d. Beban usaha tetap tiap triwulan Rp800.000,00 termasuk penyusutan.
e. Harga jual per unit produk jadi Rp5.530,00.
f. Penjualan triwulan:
g. Produksi dianggarkan tahun 2011 triwulan: I 2.200 unit, II 2.100 unit, III
2.400 unit, dan IV 2.400 unit.
h. Diperkirakan sediaan produk dalam proses akhir triwulan: I 10 unit, II 20
unit, III 25 unit, dan IV 15 unit. Tingkat penyelesaian sediaan produk
dalam proses akhir tiap triwulan masing-masing biaya bahan baku
(BBB) 100% dan biaya konversi (BK) 50%.
i. Perhitungan unit ekuivalen menggunakan metode MPKP.
j. Dari data neraca per 31 Desember 2010 terdapat kas Rp5.000.000,
piutang usaha Rp4.192.800,00, sediaan bahan baku 1.000 kg @
Rp500,00 = Rp500.000,00, alat pabrik bersih Rp30.000.000,00, alat
kantor bersih Rp10.000.000,00, utang usaha Rp2.500.000,00, modal
saham Rp47.000.000,00, laba ditahan Rp192.800,00.
k. Sediaan bahan baku akhir dianggarkan untuk triwulan:
I 400 kg @ Rp500,00 = Rp200.000,00
II 500 kg @ Rp500,00 = Rp250.000,00
III 600 kg @ Rp500,00 = Rp300.000,00
IV 700 kg @ Rp500,00 = Rp350.000,00
Bahan baku dibayar triwulan berikutnya setelah beli.
l. Biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, beban usaha
seluruhnya dibayar tunai pada triwulan bersangkutan.
j. Penyusutan tiap triwulan dengan menggunakan metode garis lurus untuk
alat pabrik Rp500.000,00, dan alat kantor Rp100.000,00
Berdasarkan data tersebut pilih satu jawaban yang paling tepat dari
beberapa alternatif jawaban yang disediakan dari soal berikut ini!
Kegiatan Belajar 2
Tabel 7.14.
Neraca
Toko Banjar
Neraca
Per 31 Desember 2016
Kas Rp 50.000,00 Utang dagang Rp 79.750,00
Piutang dagang Rp 59.800,00 Modal saham Rp100.000,00
Sediaan barang Rp110.000,00 Laba ditahan Rp190.050,00
Aktiva tetap bersih Rp150.0