Anda di halaman 1dari 11

ANTARA TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI

Administrator | Minggu, 11 Desember 2016 - 19:12:55 WIB | dibaca: 9259 pembaca

.ANTARA TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI

Indonesia merupakan Negara yang luas, terdiri dari beribu pulau dengan jumlah penduduk yang besar.
Semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah dan kebutuhan penduduk, semakin meningkat pula
kebutuhan tempat atau lahan untuk tempat kegiatan dan tentunya prasarana untuk menunjang dalam
memenuhi kebutuhan tersebut. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa lingkungan identik dengan
lahan. Sikap serta kebijaksanaan masyarakat terhadap lahan akan menentukan aktifitasnya. Aktifitas
itulah yang akan meninggalkan bekas di atas lahan.

Seiring dengan perkembangan waktu, transportasi dan pengunaan lahan menjadi satu bagian yang tidak
terpisahkan. Dalam konteks perencanaan, transportasi dan penggunaan lahan memiliki tujuan yang
terarah dan spesifik. Di dalam sistem transportasi, tujuan perencanaan adalah menyediakan fasilitas
untuk pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai
pemanfaatan lahan. Sedangkan di dalam penggunaan lahan, tujuan dari perencanaan adalah untuk
tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Melalui makalah ini, kami berusaha untuk
memberikan persepsi atau pandangan serta ulasan secara lebih mendalam mengenai aktifitas
penggunaan lahan dalam kaitannya dengan aktifitas transportasi. Apakah transportasi menjadi faktor
yang mempengaruhi terjadinya perubahan aktifitas penggunaan lahan, ataukah sebaliknya, penggunaan
lahan menjadi faktor yang mempengaruhi aktifitas transportasi. Pada konteks ini, kami juga akan
memberikan ulasan singkat mengenai faktor utama yang mempengaruhi perubahan tata guna lahan dan
aktifitas transportasi baik itu di perkotaan maupun di pedesaan.

Kota dikenal dengan banyaknya permasalahan yang kompleks yang terdapat didalamnya, dimana
terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan berkembangnya
masalah transportasi yang terjadi, sehingga masalah ini akan selalu membayangi perkembangan suatu
wilayah perkotaan.

Wilayah perkotaan dari tahun ke tahun telah berubah sebagai akibat terjadinya pergeseran yang
dramatis dari lahan pertanian menjadi daerah bisnis “terjadi perubahan fungsi guna lahan”. Daerah –
daerah tersebut saat ini menjadi pusat-pusat kegiatan financial dan peluang-peluang bisnis yang
ekstensif yang kompleksitas dan diversitasnya mengalami siklus perubahan akibat beragam pengaruh
social dan ekonomi. Dengan terjadinya perubahan fungsi lahan yang sering kita temui di suatu kota
dimana tata guna lahan yang ada tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah dibuat. (Sujarto,
2001:139)

Ada beberapa hal yang menjadi faktor utama dari timbulnya masalah tersebut, adalah sebagai berikut;
1. Bahwa karena dinamika masyarakat yang menyebabkan perubahan yang cepat di dalam system nilai
dan kebutuhan masyarakat sering proses penyusunan terdahului oleh perkembangan yang terjadi di
dalam masyarakat. Hal ini menyebakan tidak sesuainya rencana dan kenyataan nyata manakala suatu
rencana selesai disusun.

2. Kelanggenang suatu rencana kota dalam arti konsekuen dan konsistennya pembangunan kota dengan
rencana kota sangat ditentukan juga oleh konsekwenan dan kekonsistenan pengelola kota dan
masyarakat dalam memegang arahan pembangunan yang ditetapkan. Adanya saling ketergantungan
antara tata guna lahan dan system transportasi, sehingga pola guna lahan dan system transportasi tidak
dapat dipisahkan. Kegiatan transportasi yang terwujud

pada hakikatnya adalah kegiatan yang menghubungkan dua lokasi guna lahan .Salah satu tujuan utama
perencanaan setiap tata guna lahan atau system transportasi adalah untuk menjamin adanya
keseimbangan yang efisien antara aktivitas guna lahan dengan kemampuan transportasi (Blunden dan
Black, 1984;ASCE, 1986 dalam Khisty dan Lall, 2003: 74).

Permasalahan ini bukan saja menyangkut pada kenyamanan system transportasi yang terganggu
(kepadatan, kemacetan, keterlambatan, parkir dll), namun juga dapat meningkatkan pencemaran
lingkungan melalui gas buangan dari kendaraan bermotor serta merupakan suatu bentuk pemborosan
energy yang sia-sia.

Permasalahan transportasi ini merupakan suatu permasalahan kompleks yang melibatkan banyak aspek,
pihak dari system yang terkait sehingga pemecahan permasalahan tersebut memerlukan suatu
pemecahan yang comprehensive dan terpadu yang melibatkan semua unsur dan actor dalam
pembangunan kota.

PENGERTIAN UMUM TATA GUNA LAHAN

DENGAN TRANSPORTASI

Berdasarkan berbagai sumber referensi yang kami pergunakan, definisi Tata guna Lahan dan Transportasi
adalah sebagai berikut.

Tata guna lahan

Menurut Vink (1975), ”Lahan merupakan suatu wilayah tertentu di atas permukaan bumi, khususnya
meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah berada di
atas dan di bawah wilayah tersebut, meliputi atmosfer, tanah, batuan induk, topografi, air, tumbuhan-
tumbuhan, binatang, serta akibat-akibat kegiatan manusia pada masa lalu maupun sekarang, yang
semuanya memiliki pengaruh nyata terhadap tata guna lahan oleh manusia, pada masa sekarang
maupun masa yang akan datang”. Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia terbentuk secara komplek oleh faktor-faktor fisik maupun non fisik yang terdapat di
atasnya.

Sedangkan definisi tata guna Lahan menurut Malingreau (1978), ”Pengunaan Lahan adalah segala
macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu
kelompok sumberdaya alam dan buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk
mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun kebutuhan kedua-duanya”.

Transportasi

Mengenai definisi Transportasi adalah perpindahan atau pergerakan orang, barang, informasi, untuk
tujuan spesifik dari area atau satu tempat ketempat lain. Transporasi merupakan sebagai sesuatu hal
yang berhubungan dengan pemindahan orang atau barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan.
Menurut Morlok(1978), dalam pengertian yang lengkap, transportasi didefinisikan sebagai” suatu
tindakan, proses atau hal yang sedang dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain”. Pada prinsipnya,
fungsi transportasi adalah untuk menghubungkan orang dengan tata guna lahan, pengikat kegiatan dan
memberikan kegunaan tempat dan waktu untuk komoditi yang diperlukan.

Hubungan Antara Tata Guna Lahan Dengan Transportasi

Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya dianggap membentuk satu
landuse transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan
transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet tentunya akan
menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, tranportasi yang

tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak termanfaatkan.Penggunaan lahan
adalah hasil akhir dari aktivitas dan dinamika kegiatan manusia dipermukaan bumi yang bukan berarti
berhenti namun tetap masih berjalan (dinamis). Secara umum penggunaan lahan di Indonesia
merupakan akibat nyata dari suatu proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, keseimbangan dan
dinamis, antara aktifitasaktifitas penduduk diatas lahan, dan keterbatasan-keterbatasan di dalam
lingkungan tempat hidup mereka.

Transportasi merupakan sebuah aktivitas manusia yang berlangsung di permukaan bumi. Transportasi
dilakukan atas dasar perbedaan kondisi lingkungan antara daerah satu dengan daerah yang lain baik itu
sosial, ekonomi, budaya, maupun sumberdaya alam. Terdapat hubungan yang sangat erat antara
masyarakat terhadap ruang sebagai wadah kegiatan. Kota sebagai tempat terpusatnya kegiatan
masyarakat, akan senantiasa berkembang baik kuantitas maupun kualitasnya, sesuai perkembangan
kuantitas dan kualitas masyarakat. Hal tersebut merupakan indikator dinamika serta kondisi
pembangunan masyarakat kota tersebut berserta wilayah di sekitarnya. Keterkaitan Antara Sistem
Transportasi dan Pengembangan Lahan merupakan suatu kajian yang tidak dapat terlepas dari eksistensi
ruang dalam studi geografi. Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling
berkaitan satu sama lain. Di dalam sistem transportasi, tujuan dari perencanaan adalah menyediakan
fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai
pemanfaatan lahan. Sedangkan di sisi pengembangan lahan, tujuan dari perencanaan adalah untuk
tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Acapkali kedua tujuan tersebut menimbulkan
konflik. Hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari analisis dampak keruangan untuk menjembatani
kedua tujuan di atas, atau dengan kata lain, Proses perencanaan transportasi dan pengembangan lahan
mengikat satu sama lainnya. Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem transportasi,
sedangkan sistem transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi
atau aktivitas pembangunan. Dari asumsi mendasar tersebut, maka perlu kajian yang mendalam
mengenai analisis keduanya (transportasi dan penggunaan lahan).

Pembahasan pertama akan kami fakuskan terlebih dahulu pada analisis dampak transportasi terhadap
penggunaan lahan. Secara sistematis, pada dasarnya penggunaan lahan dikelompokkan menjadi:

Aktivitas Utama Detail Penggunaan (contoh)

Retail Makanan/Non makanan

Satu unit toko/sejumlah toko

Pusat penjualan tanaman

Pompa bensin

Usaha (employment) Perkantoran

Kawasan usaha (business park)

Kawasan Industri (industrial estate)

Pergudangan (warehousing)

Perumahan (residential) Perumahan pribadi

Apartmen

Panti/tempat penampungan

Pendidikan Sekolah (TK, SD, SMP, dan SMU)

Universitas/Perguruan Tinggi

Pusat kursus/Balai pelatihan

Hotel dan Restoran Hotel

Motel

Restoran
Kesehatan Rumah sakit

Praktek Dokter

Puskemas

Rekreasi Olahraga

Taman hiburan

Bioskop

Pusat kesenian

Efek dari pesatnya perkembangan system transportasai di Negara-negara berkembang seperti Indonesia
diantaranya adalah berkurangnya lahan pertanian subur di sepanjang jalur transportasi, terjadinya
konfersi lahan produktif menjadi lahan terbangun serta terjadinya perubahan dalam segi kualitas,
kwantitas serta pattern atau pola fisik penggunaan lahan secara keruangan. Pada dasarnya, perubahan
yang terjadi ini tidak dapat secara langsung memberikan argumen bahwa factor utama yang
mempengaruhi terjadinya perubahan pola penggunaan lahan adalah adanya sistem transportasi yang
berkembang di kawasan tersebut.

Peranan Transportasi dalam Tata Ruang Kota dan Wilayah

Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan kota dan wilayah.
Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat
dari rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu lintas di kemudian hari. Akibat lebih
lanjut adalah meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya sopan-santun berlalu-
lintas, serta meningkatnya pencemaran udara.

Transportasi di dalam Lingkungan Perkotaan

Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi
yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi akan secara langsung mencerminkan pertumbuhan
pembangunan ekonomi yang berjalan. Namun demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu sektor
yang dapat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam cakupan spasial dan temporal yang besar.

Transportasi sebagai salah satu sektor kegiatan perkotaan, merupakan kegiatan yang potensial
mengubah kualitas udara perkotaan. Perkembangan perkotaan berjalan secara dinamik, mengikuti
perkembangan sosial-ekonomi perkotaan itu sendiri. Dengan semakin berkembangnya perkotaan dalam
hal wilayah spasial (ruang) dan aktivitas ekonominya, akan semakin besar pula beban pencemaran udara
yang dikeluarkan ke atmosfer perkotaan. Dampak ini akan semakin terasa di daerah-daerah pusat
kegiatan kota. Transportasi yang berwawasan lingkungan perlu memikirkan implikasi/dampak terhadap
lingkungan yang mungkin timbul, terutama pencemaran udara dan kebisingan.
Ada tiga aspek utama yang menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan, khususnya pencemaran
udara dan kebisingan, dan penggunaan energi di daerah perkotaan (Moestikahadi 2000), yaitu:

a. Aspek perencanaan transportasi (barang dan manusia).

b. Aspek rekayasa transportasi, meliputi pola aliran moda transportasi, sarana jalan,

sistem lalu lintas, dan faktor transportasi lainnya.

c. Aspek teknik mesin dan sumber energi (bahan bakar) alat transportasi.

Sistem transportasi di perkotaan adalah faktor utama yang menentukan pola ruang

(spatial pattern), derajat kesemrawutan, dan tingkat pertumbuhan ekonomi dari suatu

daerah perkotaan. Ada tiga jenis utama transportasi yang digunakan orang di perkotaan

(Miller 1985) :

a. Angkutan pribadi (individual transit), seperti mobil pribadi, sepeda motor,

sepeda, atau berjalan kaki,

b. Angkutan masal (mass transit), seperti kereta api, bis, opelet, dan sebagainya.

c. Angkutan sewaan (para transit), seperti mobil sewaan, taksi yang menjalani rute

tetap atau yang disewa untuk sekali jalan, dan sebagainya.

Setiap jenis angkutan mempunyai keuntungan dan kerugian tersendiri. Sistem

transportasi perkotaan yang berhasil, memerlukan gabungan dari cara angkutan pribadi,

massal, dan sewaan, yang dirancang memenuhi kebutuhan daerah perkotaan tertentu.

Pola Perjalanan di Daerah Perkotaan

Kebanyakan orang memerlukan perjalanan untuk mencapai tempat-tempat tujuan bekerja, bersekolah
atau ke tempat-tempat pendidikan yang lain, berbelanja, ke tempattempat pelayanan, mengambil bagian
dalam berbagai kegiatan sosial dan bersantai di luar rumah, serta banyak tujuan yang lain. Hal yang
utama dalam masalah perjalanan adalah adanya hubungan antara tempat asal dan tujuan, yang
memperlihatkan adanya lintasan, alat angkut (kendaraan) dan kecepatan. Pola perjalanan di daerah
perkotaan dipengaruhi oleh tata letak pusat-pusat kegiatan di perkotaan (permukiman, perbelanjaan,
perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan lain lain).

Kebijakan Transportasi

Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan jalan yang
direncanakan secara tepat akan merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi ada kaitan antara
perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. Perencanaan kota mempersiapkan kota untuk
menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya berbagai persoalan agar kota menjadi suatu
tempat kehidupan yang layak. Sedangkan perencanaan transportasi mempunyai sasaran
mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan orang atau barang bergerak dengan aman,
murah, cepat, dan nyaman, dan mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas di jalan-jalan dalam kota.
Penyusunan kebijakan transportasi dilakukan oleh Departemen Perhubungan, setelah berkoordinasi
dengan beberapa departemen lain yang terkait, misal: Departemen Dalam Negeri,

Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertahanan, dan Departemen Keuangan. Selanjutnya


pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut dilakukan secara terpadu oleh unsur-unsur pelaksana di
daerah, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi
lain yang terkait, serta pihak swasta (perusahaan perangkutan).

Dampak tata guna lahan dan nilainya

Di samping dampak transportasi terhadap lingkungan alamiah, terdapat juga dampak terhadap tata guna
lahan dan nilai lahan. Barangkali yang paling nyata dari dampak ini ialah pembebasan lahan untuk
pembuatan jalan baru bagi sarana transportasi; dengan demikian tata guna lahan diubah untuk
keperluan transportasi. Juga perubahan tingkat pelayanan transportasi (dan harga) di suatu daerah
mungkin akan mempengaruhi jenis tata guna lahan tertentu yang tidak akan terjaditanpa adanya
perubahan tadi. Ini mempunyai dampak yang potensial dalam mengubah bukan saja tata guna lahan
secara parsial, tetapi juga melalui perubahan tesebut kualitas kehidupan secara keseluruhan dari suatu
daerah dan nilai lahannya akan berwujud lain.

Persebaran lahan dan dampak relokasi

Dengan terjadinya urbanisasidi banyak negara maka kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas
transportasi perkotaan akan semakin mendesak. Pengembangan tersebut biasanya akan membutuhkan
tambahan lahan. Walaupun agak mengherankan tambahan lahan tersebut hanya sedikit pengaruhnya
terhadap total area yang disediakan untuk prasarana transpor. Walau demikian, tambahan lahan
tertentu tetap menimbulkan masalah yang muncul. Lahan untuk transpor harus tersedia secara kontinu
dengan minimum lebar tertentu. Untuk prasarana berkapasitas tinggi di daerah perkotaan biasanya
dihindarkan dari gangguan lalu-lintas yang memotong, sehingga harus mempertinggi atau
memperendah elevasi jalur tadi pada lokasi-lokasi tertentu. Ini menyebabkan hambatan untuk
menyeberang di sarana transportasi baru. Hambatanhambatan ini juga akan mengganggu kehidupan
bertetangga, banyak rumah warga yang harus dipindahkan yang menimbulkan masalah ekonomi sosial
tersendiri. Dari segi estetika mungkin prasarana yang dibangun kurang enak dipandang. Sehingga areal
tersebut mungkin kurang enak dihuni. Karena alasan-alasan diatas, maka dewasa ini pembangunan
sarana transportasi baru harus memperhitungkan secara integral dengan

daerah sekitarnya. Dari seluruh dampak akibat dibangunnya suatu prasarana transportasi yang baru,
pembebasan lahan menimbulkan masalah yang paling sulit dan kontroversial. Prinsipnya pembebasan
lahan sama dengan membeli lahan untuk kegiatan ekonomi baru lainnya. Karena pembangunan sarana
transportasi akan memerlukan sebidang lahan yang menerus sepanjang rute dimana prasaran tadi akan
dibangun, maka lahan yang akan dibangun yang harus dibeli hanya laha pada lokasi tertentu saja dan
bukan lahan yang terletak pada sembarang lokasi. Pemerintah telah memberikan kebebasan kepada
penguasa atau badan– badan yang akan membangun prasarana tersebut untuk membelinya dengan
harga pasar yang wajar, tanpa tergantung kemauan pemilik lahan (hak pemerintah). Hal ini berarti
memaksa penduduk untuk pindah dan akan menimbulkan keadaan yang tidak sehat dan kontroversial.
Disamping itu disamping kesukaran dalam menentukan harga pasar wajar, tentu saja nilai lahan berbeda-
beda menurut pemilik.

Masalah lain yang berkaitan dengan pembebasan lahan untuk transportasi adalah bahwa penggunaan
lahan yang baru untuk suatu saran transportasi mempunyai sejumlah karakteristik yang sering tidak
diinginkan oleh lingkungannya. Misalnya, jalan yang baru tadi mungkin akan membuat sepi jalan-jalan
yang lain dan trotoar yang ada dan membelah lingkungan menjadi dua bagian terpisah. Sebagian sarana
transportasi tidak membayar pajak kekayaan, tidak seperti lahan lainnya. Oleh karena itu pemerintah
kota atau badan-badan lain mungkin akan mengalami pengurangan penghasilan dari pajak bumi atas
lahan. Sudah barang tentu apabila harga lahan di sekitar fasilitas tersebut cukup

Tinggi Untuk mengatasi masalah akibat pembebasan lahan dan relokasi tata guna lahan dikeluarkan
undang-undang yang menentukan cara-cara pembebasan lahan untuk transportasi umum. Dengan ini
diharapkan tidak akan ditemui permasalahan yang mungkin timbul akibat kegiatan tersebut. Namun
demikian terbukti masih banyak ditemui permasalahan di lapangan seperti di perkotaan tidak cukup
lahan pengganti untuk penduduk yang direlokasi, kegiatan bisnis mikro yang apabila direlokasi mereka
akan sangat terpukul dan harus memulai dari awal atau masalah psikologis terutama bagi mereka yang
telah cukup umur bahkan akan kehilangan relasi karena jarak semakin jauh. Dengan semua masalah ini
tidak pelaklagi terdapat berbagai tantangan keras bagi pembangunan fasilitas transportasi baru apabila
fasilitas ini memerlukan relokasi penduduk atau perekonomian. Akan tetapi ketentuan mengenai
kompensasi finansial terhadap pertimbangan masalah masing-masing penduduk serta bantuan-bantua
untuk relokasi akan dapat membantu mengatasi kesulitan tersebut.

Nilai lahan

Wajar kiranya bahwa perbaikan pelayan tarnsport di suatu daerah akan mengakibatkan naiknya nilai
lahan itu, apabila kondisi lainnya tidak berubah. Pedagang akan memandang kemudahan transpor ke
tempat lain mereka sebut aksesibilitas; denga sebidang lahan akan bertambah dengan meningkatnya
pelayanan sisitem transportasi dan karena itu harga lahan tadi akan meningkat pula. Contoh sederhana
memeperlihatkan dua karakteristik penting perbaikan transportasi. Pertama, pengurangan biaya
transportasi membuat pendapatan akan tersedia untuk pemakaian lainnya yang dapat pula mengikuti
peningkatan pengeluaran untuk rumah. Kedua, pengurangan biaya transpor pada umumnya akan
membawa lebih banyak lahan yang dapat dipakai untuk pemukiman atau kegiatan ekonomi lainnya
dengan akibat kepadatan pemakaian rata-rata akan berkurang. Ketiga, walaupun harga sebagian lahan
akan meningkat sebagai akibat dari perbaikan transportasi namun harga lahan yang lokasinya tidak
dipengaruhi perbaikan transportasi tadi mungkin akan menurun. Hal ini dapat terjadi walaupun
perbaikan dapat mengurangi biaya transportasi atau menambah aksesiilitas ke seluruh bidang lahan
karena beberapa lahan mungkin akan lebih dipengaruhi secara positif daripada yang lainnya. Walaupun
model yang lebih rinci dan realistik akan menerangkan hal ini dan hal-hal lainnya secara lebih jelas dan
lengkap namun contoh sederhana ini telah dapat menggambarkan beberapa pengaruh utama dari
perbaikan transport terhadap nilai lahan. Pertambahan nilai lahan pada lajur atau area yang berdekatan
langsung dengan jalan bebas hambatan biasanya beberapa kali lebih besar dari pertambahan nilai lahan
area yang jauh dari jalan bebas hambatan. Hal ini membuktikan bahwa perbaikan transport akan
meningkatkan nilai lahan. Oleh karena itu akan memberikan keuntungan kepada masyarakat dengan cara
tersebut, disamping keuntungan transportasi yang dapat dinikmati secara lebih langsung dan cepat.
Namun demikian ada kemungkinan peningkatan nilai lahan yang berdekatan dengan peningkatan
transportasi sebenarnya adalah pengalihan nilai lahan yang jauh dari peningkatan transportasi tersebut;
lahan yang berkurang nilainya sebagai akibat peningkatan tersebut. Juga ada kemungkinan bahwa
peningkatan nilai lahan hanyalah berupa penghematan biaya transport yang berasal dari fasilitas baru
tersebut dan dengan demikian peningkatan nilai lahan ini sebenarnya adalah cara lain untuk mengukur
pengaruh yang menguntungkan yang sama seperti pengurangan waktu perjalanan dan biaya transportasi
lainnya. Sejauh mana peningkatan nilai lahan itu merupakan pengalihan penurunan nilai lahan di tempat
lainnya dan sejauh mana peningkatan itu mencerminkan perubahan biaya transportasi orang-orang yang
tempatnya berdekatan dengan fasilitas baru itu, namun pertanyaan itu sulit untuk dijawab.

Pembahasan selanjutnya lebih kami arahkan pada analisis dampak penggunaan lahan terhadap
perkembangan transportasi tentunya dalam konteks keruangan. Pengembangan lahan yang sudah ada
(existing use) merupakan informasi yang paling penting pada perencanaan perluasan. Perencanaan
perluasan salah satunya diarahkan pada pengembangan transportasi yang lebih aksesibel sehingga
memberikan kemudahan dalam pergerakan barang, jasa, informasi, serta manusia. Perkembangan suatu
kawasan, harus ditunjang dengan peningkatan kualitas serta kuantitas dari transportasi itu sendiri.
Transportasi dalam sudut pandang ini meliputi sarana dan prasarana seperti jalan dan moda sarana
transport.

Perencanaan pembangunan kawasan sangat mempengaruhi pola pergerakan, dimana penggunaan lahan
dan rencana distribusi spasialnya merupakan penentu dalam pangadaan prasarana dan sarana
transportasi yang menyebabkan terjadinya interaksi. Hal yang penting dalam melancarkan interaksi
antara tata guna lahan dengan kebutuhan transportasi yang dapat mendukung aktifitas yang terdapat
pada masing-masing tata guna lahan tersebut. Untuk itu perencanaan tata ruang perlu mendapat
perhatian bersama oleh intansi terkait, dari berbagai aktifitas tata guna lahan tersebut orang perlu
melakukan perjalanan dengan menggunakan sarana dan jaringan transportasi yang ada sehingga
mengakibatkan terjadinya arus orang, kendaraan, barang dan jasa dari dan ke aktivitas tata guna lahan
yang ada.

Faktor utama yang berkaitan terhadap terjadinya perubahan penggunaan lahan serta kaitannya dengan
transportasi yaitu: Kedekatan dengan Pusat Kota sebagai pusat dari aktifitas masyarakat. Pusat Kota atau
yang lebih dikenal dengan CBD (Central Business Distric) merupakan pusat dari seluruh aktifitas ekonomi,
pemerintahan, pendidikan, dan social. Hal ini yang mendorong perkembangan penggunaan lahan dan
transportasi. Berkembangnya suatu kawasan baik itu di perkotaan maupun di perdesaan pada dasarnya
mengarah pada kedekatan terhadap pusat atau centralnya, dalam hal ini dikenal dengan ”Towns” untuk
perkotaan dan ”Countryside” untuk perdesaan. Kedekatan dengan pusat atau CBD, memberikan dampak
positif baik dalam memperoleh pelayanan publik maupun dampak ’tricle down effect’. Berdasar kedua
argumen tersebut, maka perlu pengkajian ulang mengenai apa yang menjadi factor yang mempengruhi
perkembangan suatu transportasi sehingga berdampak pada perubahan penggunaan lahan ataupun
sebaliknya. Pada dasarnya terdapat satu faktor yang sangat mempengaruh, yaitu:

Aksesibilitas.

Setiap upaya peningkatan fasilitas transportasi akan berdampak terhadap perubahan tataguna lahan
apabila tidak ada upaya pengendalian. Pengendalian ini sangat penting agar upaya peningkatan fasilitas
transportasi dapat bermanfaat dan berdayaguna seoptimal mungkin. Aksesibilitas memegang peran
penting bagi para pengembang lahan. Acapkali justru para pengembang lahan yang menciptakan
aksesibilitas ke lokasi yang dikembangkan agar kepentingan investasi dapat terwujud.

Studi Kasus Permasalahan Transportasi akibat perubahan tata guna lahan di

Jakarta

Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia, sebagai ibukota Negara, posisi Jakarta memegang posisi
sangat penting dalam hal; politik, ekonomi, dan perdagangan. Tidak salah, kalau akhirnya Jakarta diserbu
oleh pendatang (urban) yang berdatangan dari berbagai wilayah di Indonesia. berdasarkan catatan resmi
catatan sipil, tahun 2007, jumlah penduduk Jakarta adalah 7.706.392 jiwa, sedangkan berdasarkan
perkiraan, pada siang hari, penduduk Jakarta bisa mencapai 12 juta jiwa. Yang menjadi persoalan dimana
lahan yang tersedia tidak bertambah akan tetapi jumlah penduduknya semakin hari semakin meningkat,
dengan kata lain maka kebutuhan akan lahan pun semakin meningkat.

Pengaturan tata guna lahan di Jakarta ini memang menjadi suatu permasalahan yang sangat sulit dan
rumit mengingat pertumbuhan dan perkembangan nilai lahan yang sedemikian tinggi serta kepadatan
bangunan yang sangat tinggi pula. Pengaturan ini sudah diarahkan, baik dalam Jakarta 1965-1985 Master
Plan, maupun Jakarta 1985-2005 Structure Plan, namun implementasi-nya masih seringkali berubah dan
tidak sesuai karena adanya berbagai kebutuhan dan kendala. Sebagai contoh adalah kasus di Kuningan,
pada awalnya wilayah ini dalam Jakarta Struktur Plan 2005 diarahkan untuk pengembangan kawasan
campuran, dengan sebagian besar untuk pemukiman kelas atas yang disediakan untuk para diplomat
serta perkantoran. Tetapi sekarang kawasan ini tumbuh menjadi kawasan perkantoran kelas satu
termasuk kantor-kantor komersial. Hal ini terjadi karena lokasi tersebut yang sangat strategis
dibandingkan lokasi lain. Dari aspek accessibility kawasan ini mudah dicapai dari segala arah, tetapi
pelayanan transportasi tidak cukup baik. Jalur lalu lintas sangat padat terutama pada jamjamsibuk.

Dengan kondisi ini maka kebijaksanaan tata guna lahan di kawasan ini dirumuskan kembali dengan
konsep superblock system dan high rise building. Sebagai dampaknya kebutuhan transportasi meningkat
pesat sedangkan sarananya sangat terbatas, akibatnya kemacetan dan kepadatan lalu lintas tidak dapat
dihindarkan. Dengan luas area 325 ha dan lebih dari setengah juta pekerja, maka kawasan ini sangat
memerlukan alat dan sarana transportasi baru. Namun dalam realitanya, walau terjadi perubahan fungsi
kegiatan (tata guna lahan), kebijaksanaan transportasi masih mengacu pada Jakarta Struktur Plan 2005,
yang jelas-jelas sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi perkembangan yang ada. Hal ini menunjukkan
bahwa kebijaksanaan penggunaaN lahan belum didukung dengan kebijaksanaan pengembangan
transportasi.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kebijaksanaan tata guna lahan yang baik belum tentu dapat
mendukung pemecahan masalah transportasi, Karena masih ditentukan oleh implementasi-nya yang
banyak dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang dianggap lebih penting dan mendesak dari penataan
guna lahan itu sendiri.

sumber:http://febryaristian.blogspot.co.id

gambar:http://kabarmedan.com/

Sumber Berita: http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-918-antara-tata-guna-lahan-dan-


transportasi.html##ixzz5mtGXXKbn

Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives

Anda mungkin juga menyukai