Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolelitiasis atau batu empedu merupakan salah satu penyakit

pencernaan yang paling banyak menyebabkan pasien datang kerumah sakit.

Kolelitiasis pada awalnya sering ditemukan di Negara Barat dan jarang di

negara berkembang. Tetapi dengan membaiknya keadaan sosial ekonomi,

perubahan menu diet ala Barat serta perbaikan sarana diagnosis khususnya

ultrasonografi sehingga prevalensi penyakit Kolelitiasis di negara

berkembang termasuk indonseia cenderung meningkat (Sjamsuhidajat, 2013).

Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena

frekuensi kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun

beban sosial bagi masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang

penting di negara barat. Angka kejadian lebih dari 20% populasi dan insiden

meningkat dengan bertambahnya usia. Cholelitiasis sangat banyak ditemukan

pada populasi umum dan laporan menunjukkan bahwa dari 11.840 yang

dilakukan otopsi ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7% adalah wanita yang

menderita batu empedu. Di negara barat penderita cholelitiasis banyak

ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi rata-rata usia tersering adalah 40–50

tahun dan meningkat saat usia 60 tahun seiring bertambahnya usia, dari 20

juta orang di negara barat 20% perempuan dan 8% laki-laki menderita

cholelitiasis dengan usia lebih dari 40 tahun (Cahyono, 2014).

1
2

Di Indonesia, Menurut data pelaporan daribidang rekam medis di RSI

Yarsis Surakarta penyakit cholelitiasis masuk dalam daftar 10 besar,

berdasarkan catatan bagian rekam medis RS Surakarta pada bulan Mei 2014

sampai dengan bulan Desember 2014 merawat 129 pasien, kemudian pada

bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Mei 2015 merawat 113 pasien dan

disemua ruang rawat inap hampir setiap bulan merawat pasien dengan

cholelitiasis dan beberapa diantaranya menjalani pembedahan pengangkatan

batu empedu (Kepala Rekam Medis RSI Surakarta). Diruang bedah RSUD

Genteng didapatkan 7 kasus Cholesistitis pada Januari sampai September

2018.

Insiden batu empedu, di Indonesia belum diketahui dengan pasti

karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa

gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos

abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain. Batu empedu

umumnya ditemukan didalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat

bermigrasi melalui duktus sistikus kedalam saluran empedu menjadi batu

saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder. Pada

beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk primer didalam

saluran empedu intra atau ekstrahepatik tanpa melibatkan kandung empedu.

Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada klien di wilayah

Asia dibandingkan dengan klien di negara Barat (Sjamsuhidajat, 2013).

Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi

penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam


3

hati; keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol

yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu.

Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk

timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan

peradangan dalam kandung empedu. Penelitian di masyarakat Barat

mengungkapkan komposisi utama batu empedu adalah kolesterol, sedangkan

penelitian di Jakarta pada 51 pasien didapatkan batu pigmen pada 73% pasien

dan batu kolesterol pada 27% pasien (Sandra Amelia, 2010).

Perawat yang berhubungan langsung dengan pasien harus

melaksanakan perannya secara professional, serta mempertanggung jawabkan

asuhan keperawatan yang telah diberikan. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk mengidentifikasi lebih lanjut dalam penanganan pasien dengan masalah

keperawatan cholelitiasis. Khususnya di Ruang Bedah RSUD Genteng,

berdasarkan uraian masalah diatas penulis ingin mengetahui asuhan

keperawatan dan melakukan perencanaan dengan menganjurkan menghindari

makanan yang mengandung lemak tinggi, berolahraga secara teratur, diet

rendah lemak tinggi karbohidrat dan protein pada Ny. I dengan diagnose

medis Cholelitiasis di Ruang Bedah RSUD Genteng. Bedasarkan pada kasus

diatas penulis menyusun karya tulis ilmiah tentang Asuhan Keperawatan

Pada Ny. I Dengan Diagnosa Medis Cholelitiasis Di Ruang Bedah RSUD

Genteng.
4

1.2 Tujuan Khusus

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komperensif pada

pasien Cholelitiasis (Batu Empedu) di ruang Penyakit Bedah RSUD

Genteng Banyuwangi.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain adalah :

1). Melakukan pengkajian pada pasien Cholelitiasis (Batu Empedu) di

ruang Penyakit Bedah RSUD Genteng Banyuwangi 2018

2). Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien Cholelitiasis (Batu

Empedu) di ruang Penyakit Bedah RSUD Genteng Banyuwangi

2018

3). Membuat perencanaan keperawatan pada pasien Cholelitiasis (Batu

Empedu) di ruang Penyakit Bedah RSUD Genteng Banyuwangi

2018

4). Melakukan implementasi keperawatan pada pasien Cholelitiasis

(Batu Empedu) di ruang Penyakit Bedah RSUD Genteng

Banyuwangi 2018

5). Mengevaluasi pasien Cholelitiasis (Batu Empedu) di ruang Peyakit

Bedah RSUD Genteng Banyuwangi 2018


5

1.3 Manfaat Penulisan

Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1.3.1 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam

mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan dilakukan

tentang penanganan Cholelitiasis (Batu Empedu).

1.3.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil karya tulis ilmiah ini nantinya dapat digunakan sebagai

informasi tentang Cholelitiasis (Batu Empedu).

1.3.3 Bagi Peneliti

Mengkaji secara ilmiah suatu permasalahan dengan

mengaplikasikan teori yang pernah peneliti peroleh sepanjang

mengikuti kuliah dan menambah pengetahuan penulis tentang

Cholelitiasis (Batu Empedu).

1.3.4 Bagi Pasien

Mencegah terjadinya stadium lanjut dan mendapatkan penanganan

yang tepat. Serta memberikan asuhan keperawatan dan pendidikan

kesehatan tentang masalah-masalah Cholelitiasis (Batu Empedu) yang

dialaminya serta tindakan apa saja yang harus dilaksanakan.

1.4 Pengumpulan Data

Adapun cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data

guna penyusunan penulisan, yaitu dengan Observasi – partisipatif, Interview


6

dan Studi literature dimana penulis melakukan pengamatan dan turut serta

dalam melakukan tindakan keperawatan serta penulis melakukan

pengumpulan data dengan tanya jawab (pengkajian).

Anda mungkin juga menyukai