Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

CAMPAK

Kelompok 5 :

Nabila Sabrina (P21345118054)

Natasha Syafa Laura (P21345118059)

Rofinabila Syafa (P21345118069)

Torcha Addinto Permana (P21345118081)

PROGRAM STUDI

2 DIII-B KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JL.HANG JEBAT III F3 NO.8 RT.4/RW.8 GUNUNG, KEBAYORAN BARU. KOTA


JAKARTA SELATAN, DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA 12120
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Campak” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam makalah
ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang
dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun makalah ini sehingga selanjutnya akan
lebih baik dan sempurna.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran Surveilans Epidemiologi khususnya dalam
segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan
yang lebih baik di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.

Jakarta, November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun
adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini
menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian.
Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak
yaitu pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat.
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan
imunisasi dan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya
menyerang anak umur di bawah lima tahun (balita) akan tetapi Campak bisa
menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat
perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan
penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian campak?
2. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?
3. Bagaimana etiologi,dan patofisiologi penyakit campak?
4. Bagaimana masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak?
5. Bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit campak?
6. Bagaimana penanggulangan serta pengobatan penyakit campak?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian campak.
2. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak.
3. Untuk mengetahui etiologi, dan patofisiologi penyakit campak.
4. Untuk mengetahui masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak.
5. Agar kita mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit campak.
6. Agar kita mengetahui penanggulangan serta pengobatan penyakit campak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan
measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa
Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah)
merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular, yang di tandai dengan demam,
lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata atau konjungtiva) dan
bintik merah di kulit (ruam kulit).
Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli, yaitu
:
a. Campak atau morbili adalah penyakit virus akut, menular yang di tandai
dengan 3 stadium yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan
stadium konvalensi, yang di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis
dan bercak koplik.
b. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan
gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam,
scarlet, pembesaran limpa serta nyeri nadi.
c. Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan.

2.2 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT CAMPAK


Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap prepathogenesis
b. Tahap patoghenesis
c. Tahap Akhir atau pasca pathogenesis.

A. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal atau sehat tetapi mereka
pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh
serangan agen penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini
sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi
interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar
tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap
menyerang pejamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya
tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun begitu pejamunya ‘lengah’ ataupun memang
bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan
melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap pathogenesis.

B. Tahap Pathogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu: Tahap Inkubasi; Tahap Dini; Tahap Lanjut;
dan Tahap Akhir.

 Tahap Inkubasi
Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap ini individu
masih belum merasakan bahwa dirinya sakit.
 Tahap Dini
Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah infeksi, yaitu berupa :
Panas badan Nyeri
tenggorokan
Hidung meler (coryza) Batuk
(cough)
Bercak koplik
Nyeri otot
Mata merah (conjunctivities)
 Tahap Lanjut
Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai kecil- kecil
dan jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti pulau- pulau. Ruam
umumnya muncul pertama dari daerah wajah dan
tengkuk, dan segera menjalar menuju dada, punggung, perut serta terakhir
kaki-tangan. Pada saat ruam ini muncul, panas si anak mencapai puncaknya
(bisa mencapai 40ºC), ingus semakin banyak, hidung semakin mampat,
tenggorokan semakin sakit dan batuk-batuk kering dan juga disertai mata
merah.

C. Tahap Akhir atau Pasca Pathogenesis


Berakhirnya perjalanan penyakit Campak. Dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu:
1. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih,
sehat kembali.
2. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak
ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan
yang permanen berupa cacat.
3. Carrier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap
ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4. Penyakit tetap berlangsung kronik.
5. Berakhir dengan kematian.

2.3 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT CAMPAK

1. ETIOLOGI
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan
paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini
terdapat dalam darah dan secret (cairan) nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan
hidung) pada masa gejala awal hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di
kulit dan selaput lendir.
1.1 Bentuk virus
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di
bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya
terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang
mengelilingi asam nukleat (RNA ), merupakan struktur heliks
nukleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek,
satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

1.2 Ketahanan virus


Pada temperature kamar virus campak kehilangan 60 % sifat infeksifitasnya

selama 3-5 hari pada 37oC waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56oC hanya satu jam.

Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -70oC selama 5,5 tahun, sedangkan

dalam lemari pendingin dengan suhu 4- 6oC dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak
aktif pada PH asam. Oleh karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia
termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati
dalam 20 % ether selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Dalam 1/4000
formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya.
Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.

1.3 Struktur Antigenik


Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukkan neutralizing antibody,
complement fixing antibody, dan haemagglutinine inhibition antibody.
Imunoglobulin kelas IgM dan IgG muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari
setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi sekitar 21 hari. Kemudian IgM
menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya
terukur, sehingga IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun sudah
lama. Antibodi protektif dapat terbentuk dengan penyuntikan antigen haemagglutinin
murni.

2. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan
dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya
menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran
pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa
bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya
ruam pada kulit dan netralisasi virus
dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi
virus.

2.4 MASA INKUBASI DAN DIAGNOSIS PENYAKIT CAMPAK

1. Masa inkubasi
Masa tunas atau inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan
kemudian timbul gejala-gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu:

1. Stadium Kataral atau Prodormal


Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk
dan mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s
(Koplik spot) pada mukosa pipi atau daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak
selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya
seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini
menentukan suatu diagnose pasti terhadap penyakit campak.

2. Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi,
kadang-kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah
yang spesifik), timbul setelah 3 – 7 hari demam. Rash timbul secara khusus
yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi,
menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan
muka bengkak.

3. Stadium Konvalensi atau penyembuhan


Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang
disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan
menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi.

2. Komplikasi Penyakit Campak


Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan
tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal
yang tidak diinginkan. adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan
kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi
komplikasi sekunder seperti: Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan
Enteritis

Bronchopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia.
Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh
Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada
saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi
yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein.

Otitis Media Akut


Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi
otitis media purulenta.

Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologik yang paling jarang terjadi, biasanya
terjadi pada hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1
dalam 1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 – 40%. Terjadinya
Ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung
virus Campak ke dalam otak

Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita
mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke
dalam sel mukosa usus.

3. Diagnosis penyakit campak

Diagnosis dapat di tegakkan dengan :


 Anamnese (berdasarkan riwayat timbulnya penyakit seperti adanya kontak
dengan penderita) yaitu :

1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi,mendadak) batuk pilek, harus
dicurigai atau di diagnosis banding morbili (artinya kemungkinan
penyakit lain yang mirip campak, misal : german measles, eksentema
subitum, infeksi virus lain).
2. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai gejala perdarahan (pada kasus yang berat): Epitaksis,
petekie, ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2
minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.

 Gejala klinis

Meliputi pemeriksaan fisik (physic diagnostic) yaitu :

1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam


(biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umumnya anak tampak lemah .
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral ).
4. Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas: ruam makulopapular
yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan
rambut di dahi, muka dan kemudian ke seluruh tubuh.

 Pemeriksaan laboratorium

Meliputi :

1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana


jumlah leukosit cenderung menurun disertai limfositosis relative.
2. Pemeriksaan serologik dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan puncaknya pada 2-4 minggu
kemudian.

2.5 CARA PENULARAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK

1. Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan
penderita morbili atau Campak. Artinya seseorang dapat tertular Campak bila
menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam
kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala
muncul.
Sebelum vaksinasi Campak digunakan secara meluas, wabah Campak terjadi
setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap
penyakit ini. Kekebalan terhadap Campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif
dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
 Bayi berumur lebih dari 1 tahun
 Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
 Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

2. Cara Pencegahan Penyakit Campak


a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari pencegahan
primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum
memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk
penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam
upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan
mengenai pendidikan kesehatan, konseling nutrisi dan penataan rumah yang baik.

b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena
penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-
faktor tersebut.
.
b.1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada
anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak
perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien
Campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada
timbulnya Campak dan upaya-upaya menekan Campak, pengelolaan Campak secara
umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak

b.2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit Campak dilakukan dengan
vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9
– 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang
diolah menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin
campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak
diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin
monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin
monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan
pada anak usia 15 bulan.
Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature
antara 2ºC- 8ºC atau ± 4ºC, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.
Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4
jam.
Dimana imunisasi ini terbagi atas 2 yaitu :
1. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada
bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah dibuat dua
macam vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak
hidup yang dilemahkan (tipe Edmonstone B); vaksin yang berasal dari
virus campak yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan
garam alumunium).
Namun sejak tahun1967, vaksin yang berasal dari virus campak yang
telah dimatikan tidak digunakan lagi, oleh karena efek proteksinya hanya
bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang
hebat.
Vaksin yang berasal dari virus campak yang dilemahkan berkembang
dari Edmonstone strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian
menjadi strais Moraten (1968). Dosis baku minimal pemberian vaksin
campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml, secara subkutan,namun dilaporkan
bahwa pemberian secara intramuskular mempunyai efektivitas yang sama.
Vaksin ini biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan campak
Jerman (vaksin MMR atau mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot
paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak vaksin diberikan
pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia
12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan
parotitis epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri, tetanus, polio
dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi
tersebut pada umumnya aman dan tetap efektif.
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah
efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah
dengan Immune serum globulin (gamma globulin) dengan dosis 0,25
ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15 ml dalam waktu 5 hari sesudah
terpapar, atau sesegera mungkin. Perlindungan yang sempurna diindikasikan
untuk bayi, anak-anak dengan penyakit kronis, dan para kontak di bangsal
rumah sakit serta institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa
inkubasi, maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk
mendapatkan derajat perlindungan yang diharapkan.
Kontraindikasi vaksin: reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin,
kehamilan imunodefisiensi (keganasan hematologi atau tumor padat),
imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan jangka panjang, infeksi

HIV dengan imunosupresi berat.

b .3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit
campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk
diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini Campak serta penanganan segera dan efektif.
Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi
orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit
sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Campak
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.

d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi
penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang
baik antara pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi
pasien untuk mengendalikan penyakit campak.
Begitu pun dengan pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar
disiplin terkait sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan
para ahli sesama ilmu.

2.6 PENANGGGULANGAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT CAMPAK

1. Penanggulangan Campak
Pada sidang WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit Campak dapat
dieradikasi, karena satu-satunya pejamu atau reservoir campak hanya pada manusia
serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85% dan
dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi.
World Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam
upaya eradikasi (pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang
berbeda-beda pada setiap tahap yaitu :
a. Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
1. Tahap Pengendalian Campak
Padatahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan
imunisasi campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah
dengan morbitas Campak yang tinggi. Daerah ini masih merupakan daerah
endemis Campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan
pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan puncak setiap tahun.

2 Tahap Pencegahan KLB


Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata, terjadi
penurunan tajam kasus dan kematian, insidens Campak telah bergeser kepada
umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.

b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan
imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus Campak sudah sangat jarang
dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak
terlindung) harus diselidiki dan diberikan imunisasi campak.

c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak
ditemukan. Pada sidang The World Health Assambley (WHA) tahun 1998,
menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum
(ETN) dan Reduksi Campak (RECAM). Kemudian pada Technical Consultative
Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa
reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian
Luar Biasa (KLB). Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk
mencapai reduksi Campak tersebut adalah :
a. Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa ≥ 80)
b. Imunisasi tambahan (suplemen)
b.1 Catch up compaign: memberikan imunisasi Campak sekali saja pada anak
SD kelas 1 sampai dengan 6 tanpa memandang status imunisasi.
b.2 Selanjutnya untuk tahun berikutnya secara rutin diberikan imunisasi campak
pada murid kelas 1 SD (bersama dengan pemberian DT) pelaksanaan secara
rutin dikenal dengan istilah BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) Campak.
Tujuannya adalah mencegah KLB pada anak sekolah dan memutuskan rantai
penularan dari anak sekolah kepada balita.
b.3 Crash program Campak: memberikan imunisasi Campak pada anak umur
6 bulan - bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi di daerah risiko
tinggi campak.
b.4 Ring vaksinasi: Imunisasi Campak diberikan dilokasi pemukiman di sekitar
lokasi KLB dengan umur sasaran 6 bulan (umur kasus campak termuda)
tanpa melihat status imunisasi.

c. Surveilans (surveilans rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian


luar biasa).

d. Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap kejadian luar


biasa harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang
meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika
bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan
meningkatkan cakupan imunisasi campak atau ring vaksinasi (program cepat)
pada desa-desa risiko tinggi.

e. Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap reduksi Campak dengan pencegahan kejadian luar biasa :
 Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap 10 – 15 kasus baru
pada setiap kejadian luar biasa.
 Pemantauan kegiatan reduksi Campak pada tingkat Puskesmas dilakukan
dengan cara kenaikan sebagai berikut :
1.Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi untuk
mengetahui pencapaian cakupan imunisasi.
2.Pemetaan kasus Campak untuk mengetahui penyebaran lokasi kasus
Campak.
3.Pemantauan data kasus campak untuk melihat kecenderungan kenaikan
kasus campak menurut waktu dan tempat.
4.Pemantauan kecenderungan jumlah kasus campak yang ada untuk melihat
dampak imunisasi campak.

Evaluasi kegiatan reduksi campak dilakukan dengan menggunakan beberapa


indikator yaitu :
a. Cakupan imunisasi tingkat desa atau kelurahan. Apakah cakupan
imunsasi campak sudah > 90 %.
b. Jumlah kasus Campak (laporan W2). Diharapkan kelengkapan laporan
W2> 90 %.
b. Indikator manajemen kasus campak dengan kecepatan rujukan.
Diharapkan CFR < 3%.
a. Indikator tindak lanjut hasil penyelidikan. Dimana cakupan sweeping hasil
Imunisasi di daerah potensial KLB > 90 %, dan cakupan sweeping
vitamin A dosis tinggi > 90 %.

2. Pengobatan Penyakit Campak


Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Sehingga
pengobatannya bersifat symptomatikk, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk
mengurangi gejalanya saja dalam hal ini :
a. Anak memerlukan istirahat di tempat tidur.
b. Kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan
antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8
jam.
c. Ekspektoran: gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun: 50-100 mg tiap 2-6 jam,
dosis maksimum 600 mg/hari.
d. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat atau mengganggu
e. Narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
f. Mukolitik bila perlu. Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada
stadium kataral sangat bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per oral
satu kali. Vitamin A dosis tinggi ( menurut rekomendasi WHO dan UNICEF)
Usia 6 bln-1 thn :100.000 unit dosis tunggal Umur > 1 thn : 200.000 unit
dosis tunggal. Dosis tersebut diulangi pada hari ke- 2 dan 4 minggu
kemudian bila telah didapat tanda defisiensi vitamin
A. Apabila terdapat malnutrisi maka pemberian vitamin A ditambah dengan
1500 IU tiap hari.
g. Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori)

Dan bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi


komplikasi yang timbul seperti :
Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka
perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk
mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid dosis tinggi yaitu:
2. Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.
3. Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu., perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.

Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4


dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral.
Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.
Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena
dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi
merupakan penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya
campak disebabkan oleh virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus
, yang ditularkan secara droplet. Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu
stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Campak dapat dicegah
dengan melakukan imunisasi secara aktif, pasif dan isolasi penderita. Serta pada
Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999,
menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan
pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan
kematian yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih panjang

3.2. SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih
baik. Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal
tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak
berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah
terkena penyakit ini sebaiknya secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih
akut sebaiknya perlu dirujuk ke rumah sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau
balita yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar
untuk terkena penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat
imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta Donna L.
Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius. Nelson.
1999. Ilmu Keperawatan Anak
Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC Ngastiyah.
1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC. Staf
pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Jakarta.

Internet

http://askep-akper.blogspot.com/2009/11/campak-measles-rubeola.html
http://nurse87.wordpress.com/2011/10/25/askep-morbilicampak-pada-anak/
http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/askep-morbili/

Anda mungkin juga menyukai