Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan antara pusat dan daerah selalu menjadi sasaran menarik untuk
ditelaah. Setelah bedirinya Negara Indonesia urusan pemerintah pusat dan daerah
selalu berubah-ubah. Ini dapat dilihat dari perubahan Undang-undang Tentang
Pemerintahan Daerah. Untuk mencapai tujuan Negara di Bidang Kesejahteraan
Rakyat perlu dilakukan pengaturan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
sehingga terjalin kinerja yang baik. Oleh karena itu penyelenggaraan pemerintah
daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyaraka, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, dan kekhasan/kekhususan suatu daerah dalam Sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek
hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah, potensi dan keanekaragaman
daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara. Permasalahan yang dihadapi oleh
Pemerintah Daerah sekarang adalah Pemerintahan daerah harus meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah mereka untuk memenuhi target APBD (Anggaran
Penerimaan dan Belanja Daerah) Sistem Pemerintahan Otonomi Pemerintahan
Daerah adalah mandiri dalam menjalankan urusan rumah tanganya. Pemerintahan
Daerah memerlukan alat-alat perlengkapannya sendiri sebagai pegawai/pejabat–
pejabat daerah dan bukan pegawai/pejabat pusat. Memberikan wewenang untuk
menyelenggarakan rumah tangga sendiri berarti pula membiarkan bagi daerah
untuk berinisiatif sendiri dan untuk merealisir itu, daerah memerlukan sumber
keuangan sendiri dan pendapatan-pendapatan yang diperoleh dari sumber keuangan
sendiri memerlukan pengaturan yang tegas agar di kemudian hari tidak terjadi
perselisihan antara pusat dan daerah mengenai hal –hal tersebut diatas.
2

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1) Bagaimana hubungan antara pemerintah pusat dan daerah?
2) Bagaimana pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah yang dilakukan
oleh Gubernur di era otonomi daerah?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1) Memberikan penjelasan tentang kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah serta
dampaknya yang lansung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat.
2) Memberikan masukan dan informasi kepada pembaca tentang bagaimana
kewenangan dan dampak dari kewenangan yang dijalankan oleh Pemerintahan
Daerah.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH


Pasal 1 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.
Oleh karena itu sebagai Negara kesatuan ini dibentuklah Pemerintahan Negara
Indonesia sebagai Pemerintah Nasional. Dan Pemerintah Nasional membentuk
daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan dan diberikan otonomi
yang seluas-luasnya. Manfaat Pemerintah Nasional membentuk daerah dengan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dengan pemberian otonomi seluas-luasnya untuk daerah adalah: a.
Untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta msyarakat; b. Mampu meningkatkan
daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan
keistimewaan/ kekhususan, serta potensi dan keanekaragaman daerah. c. Bisa
mengatur dan mengurus daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya.
Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah selalu menjadi sorotan menarik
untuk ditelaah. Setelah berdirinya Republik Indonesia dan dibentuknya
pemerintahan pusat dan daerah, tak selalu hubungan yang terjalin penuh
keharmonisan. Ada kalanya terjadi beberapa “perselisihan”. Baik sejak zaman orde
lama, orde baru, bahkan pada era reformasi ini. Pada dasarnya, guna mencapai
tujuan Negara yaitu kemakmuran rakyat, perlu adanya hubungan harmonis dari
berbagai pihak. Termasuk pemerintah pusat dan daerah. Dengan adanya hubungan
yang harmonis, diharapkan terjalin kinerja yang sinergis sehingga pelayanan negara
terhadap rakyat dapat diwujudkan. Perbincangan tentang hubungan pemerintahan
antara pusat dan daerah senantiasa selalu menjadi perdebatan panjang dinegara
manapun di dunia ini, baik pada negara-negara yang telah maju seperti Amerika
Serikat dan Inggris apalagi bagi negara yang baru berkembang dan sedang berusaha
mencari bentuk dan bereksprimen tentang bentuk hubungan yang serasi antara
4

pemerintah daerah dan pemerintah pusat seperti Republik Indonesia ini. Hubungan
Pusat-Daerah dapat diartikan sebagai hubungan kekuasaan pemerintah pusat dan
daerah sebagai konsekuensi dianutnya asas desentralisasi dalam pemerintahan
negara. Dengan adanya kekuasaan yang terdesentralisasi, diharapkan semua
stakeholder yang terlibat dapat bersinergi dan mendapatkan hak dan kewajiban
sebagaimana seharusnya. Secara umum hubungan antara pusat dan daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah Pusat yang
mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang dituangkan dalam peraturan
perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun dalam pengaturan
hubungan tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah sehingga tercipta sinerji
antara kepentingan pusat dan daerah. 2. Tanggung jawab akhir dari
penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah
adalah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat karena dampak akhir dari
penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara 3. Peran
pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan
makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan
sehingga daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran
daerah akan lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam
melaksanakan otonominya, daerah berwenang membuat kebijakan daerah.
Kebijakan yang diambil daerah adalah dalam batas-batas otonomi yang diserahkan
kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih
tinggi Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan dengan pemerintah pusat, hubungan tersebut diantaranya meliputi; -
Hubungan Wewenang; - Keuangan; - Pelayanan Umum; - Pemanfaatan Sumber
Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya.

2.2 Urusan Kewenangan


Urusan pemerintahan sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintahan pusat
dikenal sebagai istilah urusan pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan
KONKUREN. 2.1.1.1. Urusan Pemerintahan Kerukunan terdiri : A. Urusan
pemerintahan wajib meliputi : A.1 Urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan
5

dasar : a. Pendidikan; b. Kesehatan; c. PK dan tata ruang; d. Perumahan dan


kawasan pemukiman; e. Tramtibum dan Linmas; f. Sosial. B.1 Urusan
pemerintahan wajib yang tidak terkait pelayanan dasar atau macam-macam
pelayanan dasar : a. Tenaga kerja; b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak; c. Pangan; d. Pertanahan; e. Lingkungan hidup; f. Admini Dukcapil; g. PMD;
h. Pengendalian PDDK dan KB; i. Perhubungan; j. Kominfo; k. Koperasi atau usaha
kecil menengah; l. Penanaman modal; m. Kepemudaan dan olahraga; n. Static; o.
Persandian; p. Kebudayaan; q. Perpustakaan; r. Arsip. Selanjutnya pembagian
urusan pemerintahan kerukunan antara Daerah Provinsi dengan Daerah
Kabupaten/Kota walaupun urusan pemerintahan sama, tetapi ada perbedaan yaitu
nampak dari skala atau ruang lingkup urusan pemerintahan tersebut. Begitu juga
walaupun Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota mempunyai urusan
pemerintahan masing-masing sifatnya tidak hierarki, tetapi tetap terdapat hubungan
antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota dalam
pelaksanaannya karena mengacu pada NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan
Kriteria) yang dibuat oleh Pemerintah Pusat. B. Urusan pemerintahan pilihan
meliputi : 1. Kelautan dan perikanan; 2. Pariwisata; 3. Pertanian; 4. Kehutanan; 5.
Energi dan sumber daya mineral; 6. Perdagangan; 7. Perindustrian; dan 8.
Transmigrasi. Pelaksanaan pembagian urusan pemerintahan kerukunan antara
Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi serta Daerah Kabupaten/ Kota didasarkan pada
prinsip akuntabilitas, efisiensi dan eksternalitas, serta kepentingan strategis
nasional. 2.1.1.2. Urusan Pemerintahan Absolut, meliputi; a. Politik dan Negeri; b.
Pertahanan; c. Keamanan; d. Yustisi; e. Moneker dan Fiskal Nasional; f. Agama.
Disamping urusan pemerintahan absolute dan urusan pemerintahan kerukunan,
dikenal hanya urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan umum menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala Pemerintahan, yang meliputi; a. Terkait
pemeliharaan ideolosi pancasila; b. Undang Undang Dasar Negeri RI Tahun 1945;
c. Bhinneka Tunggal Ika; d. Menjalin hubungan yang serasi berdasarkan Suku,
Agama Ras dan antar golongan sebagai pihak kehidupan berbangsa dan bernegara;
e. Memfasilitasi kehidupan demokrasi.
6

2.3 Keuangan Daerah


Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal,
apabila penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-
sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Pemberian sumber keuangan
kepada daerah harus seimbang dengan beban atau urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah (UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah).
Keseimbangan sumber keuangan ini merupakan jaminan terselenggaranya urusan
pemerintahan daerah. Ketika daerah mempunyai kemampuan keuangan yang
kurang mencukupi khususnya urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan
dasar, maka pemerintahan pusat dapat menggunakan instrumen DAK untuk
membantu daerah sesuai dengan prioritas nasional yang ingin dicapai Penerimaan
daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Penerimaan daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan dan pembiayaan. Pendapatan
daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pembiayaan adalah semua penerimaan
yang perlu dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran tersebut maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya.
Pendapatan daerah sesuai Pasal 5 Ayat 2 Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014
bersumber dari: a. Pendapatan asli daerah; b. Dana perimbangan; c. Lain-lain
pendapatan. Pembiayaan menurut Pasal 5 Ayat 3 Undang Undang Nomor 33 Tahun
2014 bersumber dari: a. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah; b. Penerimaan
pinjaman daerah; c. Dana cadangan daerah; d. Hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Pada dasarnya APBD disusun dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah. Apabila belanja diperkirakan lebih besar dari pada
pendapatan, maka sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit diperoleh
dari penggunaan SILPA, PINJAMAN DAERAH, DANA CADANGAN, dan
HASIL PENJUALAN KEKAYAAN DAERAH yang DIPISAHKAN. Sumber
dana dari pendapatan asli daerah yang dikelola oleh pemerinyah bersumber dari: a.
Pajak daerah; b. Retribusi daerah; c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; d. Lain-lain PAD yang sah. Pajak Daerah, adalah urusan wajib yang
7

dilakukan oleh orang pribadi atau Badan Kepala Daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang yang dapat dipaksanakan berdasarkan peraturan Perundang-
undangan yang berlaku. Retribusi daerah adalah pengaturan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, adalah pendapatan asli daerah yang
tidak termasuk pada kelompok diatas pajak daerah, retribusi daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil Pengelolaan Keuangan
Daerah Yang Dipisahkan, adalah hasil penyertaan pemerintah daerah kepada Badan
Usaha Milik Negara/ Daerah/ Swasta dan Kelompok Usaha Masyarakat.

2.4 Pelayanan Umum


Pelaksanaan dari pelayanan umum/ publik yang disediakan oleh peerintah
daerah kepada masyarakat. Oleh karena itu untuk mendorong terciptanya daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam mensejahterakan
masyarakat, maka peningkatan pelayanan publik perlu dioptimalkan. Untuk itu
setiap pemerintah daerah wajib membuat maklumat pelayanan publik sehingga
masyarakat didaerah akan mengetahui jenis pelayanan publik yang disediakan.
Begitu juga cara mendapatkan aksesnya serta kejelasan dalam prosedur, dan biaya
untuk memperoleh pelayanan publik tersebut, serta adanya keluhan manakala
pelayanan publik yang didapat tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

2.5 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya


Pembagian tugas dan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah, dapat dijelaskan bahwa pembagian pengelolaan hutan, laut,
energi sumber daya mineral sebagai berikut a. Penyelenggaraan urusan
pemerintahan (pilihan) bidang kehutanan, kelautan serta energi dan sumber daya
mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi; b. Bidang kehutanan
yang pengelolaan taman hutan raya Kabupaten/ Kota menjadi kewenangan Daerah
Kabupaten/ Kota; c. Bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan dengan
8

pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah Pusat,


sedangkan pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah Kabupaten / Kota
menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/ Kota; d. Kewenangan Daerah Provinsi
untuk mengelola Sumber daya alam dilaut meliputi:  Eksplorasi, eksploitasi,
konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut diluar minyak dan gas bumi; 
Pengaturan administrative;  Pengaturan tata ruang;  Ikut serta dalam memelihara
keamanan dilaut;  Ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan Negara. e.
Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola Sumber daya alam dilaut paling
jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan / atau kearah perairan
kepulauan; f. Apabila wilayah laut antar dua Daerah Provinsi kurang dari 24 mil,
maka kewenangan untuk mengelola Sumber daya alam dilaut dibagi sama jarak
atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah antar dua Daerah
Provinsi tersebut. Ketentuan pembagian pengelolaan laut berdasarkan jarak tersebut
tidak berlaku terhadap penangkapan ikan oleh nelayan kecil; g. Daerah Provinsi
berciri kepulauan mendapat penegasan dari Pemerintah Pusat untuk melaksanakan
kewenangan Pemerintah Pusat dibidang kelautan berdasarkan asas tugas
pembantuan dimana Pemerintah Pusat menyusun perencanaan pembangunan dan
menetapkan kebijakan DAU dan DAK. Dalam rangka mendukung percepatan
pembangunan di Daerah Provinsi yang berciri Kepulauan Pemerintah Pusat dapat
mengalokasikan dana percepatan diluar DAU dan DAK.

2.6 Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Daerah


Dalam penyelenggaraan pemerintahan, kita / Negara RI menganut rasa
DEKONSENTRASI, DESENTRALISASI dan TUGAS PEMBANTUAN.
Pelaksanaan asas desentralisasi dijalankan secara utuh oleh Daerah Kabupaten/
Kota. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberkan kesempatan keleluasaan kepada
daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
secara bertanggungjawab menurut Prakarsa sendiri serta berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemberian otonomi
daerah ditekankan pada prinsip demokrasi keadilan, pemerataan, keistimewaan,
kekhususan, memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, serta partisipasi
9

masyarakat prinsip tersebut telah membuka peluang dan kesempatan yang sangat
luas kepada daerah otonom untuk melaksanakan kewenangannya secara mandiri,
nyata dan tanggungjawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan serta pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan daya
saing masyarakat. Pemerintah daerah merupakan Sub sistem dari Pemerintahan
Nasional dan secara Implisit, maka pembinaan dan pengawasan terhadap
pemerintahan daerah merupakan bagian Internal dari sistem penyelenggaraan
pemerintahan. Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya
yang dilakukan Pemerintahan dan / atau Gubernur wakil pemerintah didaerah untuk
mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Daalm rangka
pembinaan oleh Pemerintah Pusat, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah
NON Kementerian melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan
masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk pembinaan
dan pengawasan Provinsi, serta Gubernur untuk pembinaan dan pengawasan
Kabupaten/ Kota. Pengawasan atas penyelenggaraanPemerintahan Daerah adalah
proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan
sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan, utamanya terhadap Peraturan Daerah (Perda), dan
Peraturan Kepada Daerah (PERKADA). Pengawasan terhadap rancangan peraturan
daerah dan peraturan kepada daerah, pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara
yaitu: a. Pengawasan terhadap Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA), yaitu
terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah,
APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh kepala daerah terlebih dahulu di Evaluasi
oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda Provinsi, dan oleh Gubernur terhadap
Raperda Kabupaten/ Kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang halhal
tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal. b. Pengawasan
terhadap semua peraturan daerah diluar yang dimaksud angka 1 (satu), yaitu setiap
peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk Provinsi
dan Gubernur untuk Kabupaten/ Kota untuk memperoleh klarifikasi. Selanjutnya
terhadap peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan
10

peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku. Untuk
memaksimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dapat menerapkan
sanksi kepada Penyelenggara Pemerintahan Daerah, apabila ditemukan adanya
penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggara pemerintah daerah tersebut.
Sanksi dimaksud dapat berupa: - Penataan kembali suatu daerah otonom; -
Pembatalan pengangkatan pejabat; - Penanggukan dan pembatalan berlakunya
suatu kebijakan daerah, baik berupa Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah,
dan Ketentuan lain yang ditetapkan daerah; - Dapat memberikan sanksi pidana yang
diproses sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pembinaan dan Pengawasan
Gubernur karena jabatannya berkedudukan juga sebagai Wakil Pemerintah
diwilayah Provinsi yang bersangkutan bertanggung jawab kepada Presiden
memiliki tugas dan wewenang ; a. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota; b. Koordinasi penyelenggara urusan
pemerintah didaerah Provinsi dan Kabupaten / Kota; c. Koordinasi pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan didaerah Provinsi dan Kabupaten
/ Kota.
11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terciptanya hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian berkewajiban membuat
Norma Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi
Daerah dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah
dan menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
Efektifitas dan efisiensi pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan
urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/Kota, maka
Presiden sebagai penanggungjawab akhir Pemerintahan secara keseluruhan
melimpahkan kewenangannya kepada Gubernur untuk bertindak atas nama
Pemerintah Pusat untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Daerah
Kabupaten/Kota agar melakukan otonominya dalam koridor NSPK yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat.

3.2 Saran
Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca buku
yang berkaitan dengan Hubungan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah
Daerah agar lebih memahami kedua hal tersebut. Agar masyarakat mengetahui
tentang Hubungan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah di negara
kita dan juga diharapkan informasi ini dapat tersebar luas ke masyarakat agar
terbentuk jiwa nasionalisme sebagai tonggak kemajuan Negara.
12

DAFTAR PUSTAKA

Ashiddiqie, Jimly. Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi Dan


Pelaksanaannya Di Indonesia, PT. Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta 1994.

Budiarto, Miriam, Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Media,


1987.

Diponolo, GS., Ilmu Negara, Jilid 1, Jakarta :Balai Pustaka, 1975.

Kaelan, M.S., Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, Membahas Proses


Reformasi Paradigm Reformasi Masyarakat Madani, paradigm,
Yogyakarta, 1999.

Lubis, M. Solly, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung, Alumni, 1982.

Ubaidillah, A., Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM & Masyarakat


Madani, Jakarta: IAIN Press, 2000 h. 33-37, 48-55, 82-83, 85-87.
13

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai