Anda di halaman 1dari 24

PERUBAHAN JALINAN KOMUNIKASI LANGSUNG

ANTAR ASRAMA DI PP.MAMBA’UL MA’ARIF DENANYAR JOMBANG

LAPORAN HASIL OBSERVASI

Disusun untuk memenuhi tugas

Matakuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Nurul Sofia, M.Pd.

Oleh :

Alfina Ainurrahmah

17410023

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari pihak satu
ke pihak yang lain. Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dimanapun manusia berada, disitulah berlangsungnya sebuah komunikasi.
Baik itu komunikasi langsung maupun tidak langsung.
Komunikasi penting dalam kehidupan bersosial. Karena dalam
bersosial tidak akan lepas dengan suatu proses komunikasi yang melibatkan
individu satu dengan individu yang lain, atau kelompok satu dengan kelompok
yang lain.
Tidak terhindar dari sebuah komunikasi pula, kehidupan di pondok
pesantren sangat bergantung pada cara komunikasi, termasuk di PP.Mamba’ul
Ma’arif. Dengan kehidupan yang serba cukup, para santri akan lebih
cenderung bergerombol dengan teman sebayanya, yang mana mereka akan
saling membantu jika jalinan komunikasi mereka terjalin positif. Namun,
ketika cara komunikasi tidak dipahami, jalinan komunikasi antara mereka pun
akan kacau dan menimbulkan dampak negatif berupa renggangnya
persaudaraan mereka.
Bukan hal yang aneh ketika di sebuah pondok pesantren diadakan
acara perlombaan antar santri, terlebih di pondok Denanyar yang memiliki
banyak asrama. Hal ini penting juga dilakukan guna menambah wawasan
untuk mengembangkan kreativitas para santri. Tidak hanya itu, perlombaan
berbasis islami tersebut, dapat menjadikan interaksi sosial antar santri lebih
terjalin dengan erat. Mulai dari mengetahui satu sama lain hingga berteman
layaknya sesama santri yang pada umumnya seperti keluarga sendiri.
Pada dasarnya, cara berkomunikasi disesuaikan pada karakter lawan
bicara. Maka dari itu, dalam jalinan komunikasi antar asrama PP.Mamba’ul
Ma’arif yang tidak jarang mengalami perubahan, perlu untuk diidentifikasi
sebab terjadinya perubahan jalinan komunikasi tersebut. Yang mana
perubahan itu berdampak negatif pada kegiatan sehari-hari antar para santri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belkang diatas, maka rumusan masalah dari observasi ini
dijelaskan sebagai berikut.

1) Bagaimana munculnya perubahan jalinan komunikasi di PP.Mamba’ul


Ma’arif Denanyar Jombang?
2) Bagaimana bentuk perubahan komunikasi yang terjadi di PP.
Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang?
3) Bagaimana cara mengatasi masalah perubahan jalinan komunikasi
yang terjadi di PP. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang?

1.3 Tujuan Observasi


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari dilaksanakannya
observasi ini dijelaskan sebagai berikut.

1) Menjelaskan latar belakang sebuah masalah perubahan jalinan komunikasi


yang terjadi di PP. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.
2) Menjelaskan solusi dalam pemecahan masalah perubahan jalinan
komunikasi yang terjadi di PP. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang.
3) Mengidentifikasi dan memaparkan faktor-faktor penyebab munculnya
masalah perubahan jalinan komunikasi yang terjadi di PP. Mamba’ul
Ma’arif Denanyar Jombang.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi berasal dari kata latin“communicatio” yang


bersumber dari kata “communis” yang berarti sama. sama disini diartikan
sama makna atau sama arti1. Jadi, komunikasi dapat terjadi ketika terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan. Dalam arti
lain, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh penyampai pesan
(komunikator) kepada penerima pesan (komunikan), baik itu secara
langsung atau tidak langsung.

Komunikasi merupakan bentu interaksi sosial. Interaksi sosial


sendiri terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan
kegiatan manusia yang lain. Interaksi ini dibagi 2, yaitu.

a. Interaksi non simbolis yang mencakup stimulus atau respon


yang sederhana.
b. Interaksi simbolis, interaksi yang mencakup penafsiran
tindakan. Bila dalam pembicaraan, seseorang berpura-pura
batuk ketika tidak setuju dengan apa yang diputuskan
dalam pembahasan, maka batuk itulah yang menjadi simbol
bahwa seseorang tersebut tidak setuju dengan keputusan
yang dihasilkan. Simbol berarti yang paling umum adalah
bahasa.2

Dalam proses komunikasi memiliki 4 unsur, yaitu :

1
Prof. Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Cet. III; Bandung: PT.Citra
Aditya Bakti, 2007), h. 30.
2
Prof. Dr. Wardi Bachtiar, M.S., Sosiologi Klasik dari comte hingga persons (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 249.
a. komunikator atau penyampai pesan. Dalam hal ini, yang
merupakan komunikator bisa orang yang berbicara, orang yang
menulis, dan orang yang menggambar.
b. pesan (message) yang disampaikan komunikator pada komunikan,
bisa berupa nasehat, pendapat atau yang lainnya.
c. media atau perantara seorang komunikator dalam menyampaikan
pesan yang tidak langsung, seperti media elektronik, media cetak
dan yang lainnya. Dikatakan pula bahwa komunikasi menggunakan
bahasa untuk lebih mudah dimengerti. Bahasa adalah sistem
simbol yang memungkinkan komunikasi antar anggota budaya.3
d. komunikan atau orang yang menrima pesan.

2.2 PROSES KOMUNIKASI

Diri manusia tumbuh melalui perkembangan serta melalui aktivitas


dan relasi sosial. Maka tokoh Mead berpendapat bahwa mustahil untuk
membayangkansuatu diri bisa lahir di tempat yang tidak tersedia pengalaman
sosial.4

Adapun proses terjadinya komunikasi secara umum di bedakan


menjadi 3 tahap.

a. Komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan.


Ini terjadi ketika seorang komunikator berbicara atau
menulis pesan yang ingin disampaikan.
b. Komunikan menerima pesan dari komunikator.
Tahap ini terjadi saat komunikan mendengarkan ucapan
atau membaca tulisan dari komunikator.
c. Terjadilah komunikasi

3
Kathy S. Stolley, The Bassics of Sociology ( London: Greenwood Press, 2005), h. 48.
4
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi dari teori sosiologi klasik sampai
perkembangan mutakhir teori sosial postmodern ( Bantul: Kreasi Wacana, 2008), h. 385.
Jika tahap satu dan tahap dua telah terpenuhi, dan memiliki
makna tujuan yang sama antar komunikator dang komunikan,
maka disitulah terjadi komunikasi.

Sedangkan dalam sosiologi, proses komunikasi atau proses sosial


dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Process of association (asosiasi)


Proses asosiasi adalah proses interaksi yang cenderung
menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas. Ada 3 macam
proses asosiasi, yaitu.
1) Kerja sama (cooperation), adalah suatu usaha
bersama antar orang perorangan atau kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Charles
H. Codey :
“kerja sama timbul apabila orang menyadari
bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama
dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri
sendiri untuk memenuhi kepentingan yang sama
dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang
penting dalam kerja sama yang berguna.”
2) Akomodasi, adalah suatu pengertian yang
digunakan oleh para ahli sosiologi
untukmenggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya
dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh
ahli biologi untuk menunjukkan pada suatu proses
dimana makhluk-makhluk menyesuaikan dirinya
dengan alam sekitarnya.
3) Asimilasi, adalah usaha untuk mengurang
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang
perorangan.
b. Process of disassosiation (disasosiasi)
Proses diasasosiai adalah proses interaksi yang cenderung
menimbulkan sebuah pertentangan. Hal ini terlihat jelas
bertentangan antara pengertian proses asosiasi dan proses
disasosiasi. Ada 3 macam proses disasosiasi :
1) Persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial
dimana seseorang sama-sama ingin menjadi yang
terunggul melalui bidang-binang yang pada saat itu
menjadi pusat perhatian masyarakat.
2) Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial
yang berada diantara persaingan dan pertentangan.
Kontravesi merupakan sikap mental yang
tersembunyi terhadap unsur-unsur kebudayaan
tertentu.
3) Konflik
Konflik adalah proses sosial dimana
interaksi ini menimbulkan sebuah permasalahan
antar pihak yang bersangkutan.

2.3 TIPE-TIPE KOMUNIKASI

Proses sosial atau komunikasi pasti terjadi berulang-ulang, bentuk pola


yang kontiniu dalam sistem sosial yang terjadi sebagai individu, kelompok,
masyarakat, atau negara saling berinteraksi satu sama lain.5Dalam sosiologi,
tipe atau jenis komunikasi ada 4, yaitu.

a. Komunikasi Antar Pribadi


komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antar
individu atau orang satu dengan orang kedua. Contoh ibu pada
anaknya.
b. Komunikasi Organisasi
Komunikasi ini merupakan komunikasi antar organisasi
satu dengan organisasi lain. Contoh organisasi A berkomunikasi
atau mengundang organisasi B dengan media tulis atau surat
menyurat.
c. Komunikasi Massa
Komunikasi ini terjadi di media sosial teknologi yang
sekarang telah menyebar di masyarakat.

d. Komunikasi Kelompok

Komunikasi ini terjadi di antar kelompok. Contoh guru


pada murid-muridnya, dan kepala sekolah dengan guru-guru.

Dalam tatanan komunikasi sendiri, jenis komunikasi ada 3, yaitu :

a. Komunikasi pribadi
Dalam komunikasi ini, terdapat 2 macam komunikasi
pribadi, yaitu :
1) komunikasi intrapribadi

komunikasi ini dilakukan oleh diri sendiri pada


diri sendiri pula. Jadi, seseorang akan menanyakan
sesuatu pada dirinya sendiri, dan diri seseorang itu
sendiri juga yang akan menjawab.

5
Zeruhin Doda, M.A, Introduction to Sociology (Ethiopia: Debub University, 2005), h. 163.
2) komunikasi antar pribadi

komunikasi ini terjadi antara satu individu


dengan individu lain. Jadi ada suatu pesan yang
disampaikan oleh seseorang kepada seseorang yang
lain. Jenis – jenis komunikasi antar pribadi antara lain :

a) komunikasi diadik

yaitu, komunikasi antar pribadi


yang berlangsung antara dua orang,
yakni seorang sebagai komunikator dang
seorang yang lain sebagai komunikan.
Maka dialog ini berlangsung secara
intens.

b) komunikasi triadik
yaitu, komunikasi antar pribadi
yang pelakunya terdiri dari tiga orang,
yakni satu orang menjadi komunikator
dang dua orang yang lain menjadi
komunikan.

Diantara dua jenis komunikasi antar pribadi


tersebut, komunikasi yang lebih efektif ada pada
jenis komunikasi diadik.6

b. Komunikasi kelompok

Dalam komunikasi kelompok disini sama halnya dengan


komunikasi kelompok dalam sosiologi. Yang mana terjadi antar
kelompok yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikasi

6
Prof. Onong Uchjana Effendy, M.A, op.cit., h. 63.
kelompok berdasarkan karakteristik kelompok dibagi menjadi 2,
yaitu :

1) Komunikasi kelompok kecil, yaitu komunikasi yang


ditujukan kepada kognisi komunikan dan berlangsung
secara dialogis.
2) Komunikasi kelompok besar, yaitu komunikasi yang
ditujukan kepada efeksi komunikan dan berlangsung
secara linear.7

c. Komunikasi massa

Sama halnya dengan komunikasi massa secara umum.


Komunikasi massa disini, diartikan sebagai komunikasi melalui
media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio dan
lain-lain. Everett M. Rogers menyatakan bahwa selain media
massa modern terdapat media massa tradisional.8 Maka dari itu,
pertunjukan tradisional yang juga komunikatif, termasuk dalam
komunikasi massa dengan media teater atau pertunjukan.

7
Ibid., h.75-77.
8
Ibid., h. 79
BAB III

LAPORAN OBSERVASI

3.1 Setting Lingkungan Sosial


Observasi ini dilakukan di sebuah pondok pesantren yang terletak
di daerah denanyar-jombang. Pondok pesantren tersebut bernama
pp.mamba’ul ma’arif atau yang lebih akrab dikenal dengan pondok
denanyar. Pondok tersebut memiliki banyak asrama, yang mana pada
setiap asrama terdapat pengasuh yang berbeda. Sesuai dengan judul
observasi,observasi ini fokus dengan permasalahan jalinan komunikasi
santri yang terjadi antar asrama.
Dengan banyaknya asrama dalam pondok tersebut, maka setiap
tahunnya pasti diadakan lomba antar asrama sebagai acara pra haul kyai
h.hasyim asy’ari (tokoh pendiri pondok denanyar) yang bertujuan untuk
meningkatkan kekreativitasan para santri. Acara ini merupakan salah satu
acara yang difavoritkan oleh banyak santri di pondok denanyar.
3.2 Gambaran Latar Belakang Kehidupan Sosial
Pada umumnya, lingkungan disetiap asrama sama, karena masih
dalam satu naungan yayasan dan dalam satu wilayah. Kegiatan belajar
formal dan agama pun terkemas dalam satu binaan. Oleh karena itu,
disetiap harinya pasti akan terjadi interaksi sosial antar santri asrama satu
dengan santri asrama lain, terlebih dalam hal komunikasi.
Bersosial sangat perlu dalam lingkungan pondok tersebut. Tiada
hari tanpa bersosial antar santri asrama satu dengan santri asrama lain.
Karena memang setiap hari mereka (yang berbeda asrama) akan sering
bertemu, baik itu dalam acara formal maupun non formal.
Para santri asrama A dengan para santri asrama yang lain,
cenderung memiliki perbedaan dalam cara menyikapi keadaan sekitar atau
bergaul dengan lingkungan sekitar. Ada kalanya para santri salah satu
asrama A terkenal paling alim, sopan dan tawadhu’. Berbeda dengan
asrama B, yang terkenal dengan mayoritas santrinya memiliki kecerdasan
dan kekreativitasan yang tinggi, walaupun bisa dikatakan asrama B ini
mempunyai peraturan yang lebih ketat dari pada asrama yang lain. Dan
yang paling menonjol, ada asrama C yang mana dikenal dengan para
santrinya yang kurang bersosial dengan baik di masyarakat.
Dari perbedaan-perbedaan karakter santri antar asrama tersebut,
menandakan adanya faktor dari dalam yang menyebabkan adanya
perbedaan tingkat sosialisasi ini.
3.3 Gambaran Tentang Realitas Sosial
Kegiatan yang setiap harinya membutuhkan interaksi dengan yang
lain, menjadikan suasana di lingkungan pondok tersebut seperti kehidupan
dalam masyarakat desa pada umumnya, yang menetap dalam satu wilayah
dan saling membutuhkan. Tidak akan bisa dihindari jalinan komunikasi
yang terjadi antar santri di pondok tersebut, walaupun mereka berbeda
asrama.
Dilihat dalam keseharian para santri, komunikasi yang terjalin
cukup bagus antar santri beda asrama. Namun faktanya, pada waktu
tertentu para santri akan terlihat lebih sinis kepada santri asrama lain. Hal
ini terjadi setiap tahunnya.
Acara perlombaan yang diadakan oleh pusat PP.Mamba’ul Ma’arif
yang diadakan setiap tahunnya, menjadi ajang paa santri untuk unjuk
kebolehannya didepan semua santri. Namun, dari sini ada perubahan
interaksi yang negatif antar arama. Hal ini pula yang menjadikan keraguan
dalam pandangan masyarakat akan besarnya rasa sosial antar santri yang
menjadi seperti kerabat sendiri, walaupun berbeda daerah asal dan asrama.
3.4 Bentuk-Bentuk Permasalahan Sosial
Permasalahan sosial yang terjadi antar asrama sangat beragam
bentuknya. Seperti :
a. para santri cenderung bergerombol dengan teman satu
asramanya.
b. saling mencibir dengan kata-kata yang tidak pantas kepada
santri asrama lain, hal ini lebih terlihat seperti bentuk
merendahkan kualitas santri asrama lain.
c. Hilangnya keharmonisan jalinan kekeluargaan sesama santri.
d. Kerusuhan yang terjadi sejak acara perlombaan diadakan
hingga beberapa bulan seterusnya.
Dari pernyataan diatas, memang bentuk perubahan jalinan
komunikasi ini tidak berhenti dalam forum acara perlombaan saja, ada
pula santri yang membawa keadaan atau permasalahan ini hingga pada
aktifitas di hari-hari berikutnya, terlebih oleh santri yang masih duduk
dibangku mts (madrasah tsanawiyah).
3.5 Penyebab Munculnya Masalah
Masalah sosial yang terjadi pasti memiliki faktor yang
menyebabkannya. Perubahan jalinan komunikasi ini sering terjadi saat
acara perlombaan antar asrama berlangsung. Hal ini dipicu karena rasa iri
dengan hasil kekreatifitasan santri asrama lain, juga karena adanya
kecurangan di beberpa perlombaan dalam tata suara, yang mana fasilitas
yang digunakan tersebut merupakan fasilitas dari salah satu asrama,
sehingga berkemungkinan untuk berbuat ketidak adilan demi
memenangkan suatu perlombaan tersebut. Namun jika dikoreksi lebih
dalam, pokok penyebabnya adalah dari
a. Kurang sadarnya akan tujuan diadakannya lomba antar
asrama ini, atau
b. Presepsi yang salah yang menganggap persaingan tersebut
adalah persaingan antar lawan yang harus di kalahkan.
Padahal, acara perlombaan tersebut semata-mata untuk
saling memotivasi untuk lebih kreatif dalam hal-hal
tertentu yang positif pastinya.
3.6 Dampak Riil Masalah
Permasalahan yang terjadi pasti memiliki dampak bagi kehidupan
para santri. Dampak yang muncul bisa berupa
a. Ketidak nyamanan dalam beraktifitas bagi para santri.
b. Menurunnya nama baik asrama dan pengasuh yang
bersangkutan dalam pandangan masyarakat.
c. Kurang efektif dalam pembelajaran yang juga
membutuhkan untuk saling berkomunikasi dengan sering.
Sehingga para guru pun mengalami kesusahan dalam
mengatur jalannya proses pembelajaran.
d. Renggangnya kekerabatan antar santri.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Munculnya Perubahan Jalinan Komunikasi di PP. Mamba’ul Ma’arif


Denanyar Jombang

Manusia sebagai makhluk sosial menuntut pada manusia untuk saling


berinteraksi dan berkomunikasi. Jalinan komunikasi yang terbentuk akan
mempengaruhi proses jalannya kehidupan bersosial dan munculnya
pengalaman sosial.

Dalam kehidupan berpesantren juga merupakan lingkungan sosial


sama halnya disebut sebagai masyarakat yang bersosial. Dalam kehidupan
berpesantren pula akan ada bahkan banyak interaksi sosial dan jalinan
komunikasi yang menjadi sumber pengalaman sosial. Namun perlu diketahui
bahwa jalinan komunikasi yang terjadi di masyarakat umum ataupun
lingkungan pesantren, pasti pernah mengalami yang namanya perubahan
jalinan komunikasi.

Dari data yang diperoleh dari observasi, jalinan komunikasi antar


asrama di PP. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang pada umumnya
terjalin dengan baik. Kehidupan para santri yang sehari-harinya tidak lepas
dari jalinan komunikasi, baik antar santri sesama asrama maupun beda
asrama menjadikan suasana kehidupan di tempat tersebut seperti halnya
kehidupan di masyarakat desa. Namun interaksi yang terjalin tidak
selamanya mulus dan nyaman. Terutama ketika diadakannya acara rutin
seperti perlombaan antar asrama yang sering menjadi pemicu ketidak
nyamanan dalam berinteraksi.

Dari data yang diperoleh dari proses pengamatan secara langsung


pada lingkungan tersebut, telah ditemukan keganjalan yang selama ini
menjadi penyebab ketidak nyamanan para santri dalam berinteraksi, antara
lain.
a. Perbedaan cara pengasuhan oleh pengasuh disetiap asrama
b. Berbedanya karakter para santri dari hasil asuhan para pengasuh
antar asrama.
c. Rasa kekerabatan yang hanya terbentuk antar santri dalam satu
asrama, tidak dengan antar asrama.
d. Keunggulan salah satu asrama yang menonjol dalam setiap
perlombaan, sehingga menjadi bahan pergunjingan dilain asrama.
e. Fasilitas perlombaan berupa pengeras suara yang masih milik salah
satu asrama.
f. Kurang adanya campur tangan pengasuh beberapa asrama dalam
pengendalian kerusuhan dalam acara-acara tertentu.

Dari faktor-faktor diatas, terbentuklah suasana yang tidak nyaman


dalam bergaul para santri antar asrama, yang seharusnya mereka menjadi satu
kesatuan dalam satu yayasan, namun mereka terlihat terpisah naungan antar
asrama satu dengan yang lain. Komunikasi yang harusnya terjalin dengan
hangat antar santri, menjadi terasa kurang bersosial. Mereka akan
bergerombol hanya dengan teman satu asramanya, terlebih ketika hari-hari
pelaksanaan perlombaan rutin yang hanya beberapa minggu dilaksanakan,
namun dampak kurangnya menyatu antar asrama ini berlanjut hingga
beberapa bulan setelah pelaksanaan perlombaan.

4.2 Bentuk Perubahan Komunikasi yang Terjadi di PP. Mamba’ul Ma’arif


Denanyar Jombang
Dalam observasi ini, menemukan Perubahan jalinan komunikas antar
santri beda asrama ini menjadikan kehidupan bersosial terganggu. Dari faktor-
faktor yang mengakibatkan perubahan jalinan komunikasi ini sudah
merupakan suatu hal yang biasa terjadi di lingkungan Pondok Denanyar
tersebut. Oleh karena itu, perubahan jalinan komunikasi ini akan terus terjadi
seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Permasalahan ini tidak hanya
berdampak negatif pada komunikasi antar pribadi, namun juga berdampak
negatif pada komunikasi kelompok.
Seperti yang dikatakan oleh santri yang duduk di bangku tsanawiyah,
mereka mengatakan bahwa perubahan jalinan komunikasi ini telah bertahun-
tahun terjadi, lebih tepatnya saat diadakannya perlombaan yang telah ruti
terlaksana. Menurut pengurus santri di salah satu asrama, terjadinya aksi
saling merendahkan dengan simbol-simbol interaksi tertentu adalah kurangnya
perhatian pengasuh asrama lain. Dalam artian, pengasuh di salah satu asrama
ini sangatlah dekat dengan para santri, sehingga apapun yang terjadi pengasuh
tersebut mengetahui dan membina para santrinya untuk menyikapi semua
masalah-masalah dengan lebih dewasa. Namun pada faktanya, hanya satu
asrama dari banyak asrama di pondok ini yang menerapkannya. Maka dari itu,
para santri lain asrama terlihat tidak terkontrol dengan egonya masing-masing.

4.3 Upaya Mengatasi Masalah Perubahan Jalinan Komunikasi yang Terjadi


di PP/ Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang

Dari permasalahan-permasalahan yang telah terjadi dari tahun ke tahun


seperti halnya masalah perubahan jalinan komunikasi antar santri antar asrama
ini, penting bagi para pengasuh untuk lebih memperhatikan perkembangan
para santri. Permasalahan tersebut bisa diatasi melalui pendekatan para
pengasuh kepada para santrinya, sehingga mereka akan lebih berfikir dewasa
dalam hal bersosial pada sesama santri yang berada dalam satu naungan.
Sehingga dalam keadaan apapun para santri akan tetap menganggap semua
santri yang ada adalah sama, tidak lagi membedakan asrama satu dengan
asrama lain.

Bermula dari pendekatan seorang pengasuh kepada para santrinya,


karakter yang terbentuk akan lebih dewasa. Sehingga kesadaran akan kesatuan
dan kekeuargaan antar santri di pondok akan tertanam di setiap individu, baik
itu santri asrama A maupun santri asrama lainnya.
Maka dalam hal ini, sangat penting adanya komunikasi antara
pengasuh dengan para santri yang berada didalam asrama masing-masing.
Karena dengan pengasuhan yang lebih dekat, akan dapat merubah karakter
santri untuk bersikap lebih dewasa.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Komunikasi merupakan interaksi sosial yang pasti terjadi antar


individu, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan lepas
dengan interaksi sosial dan pengalaman sosial.

Dari pernyataan-pernayataan yang telah dipaparkan diatas, kita


dapat menyimpulkan bahwa jalinan komunikasi itu sangat penting bagi
kehidupan bersosial. Dari kalangan manapun dan dimanapun kita berada,
tidak akan dihindari akan adanya komunikasi, baik itu komunikasi antar
pribadi, ataupun komunikasi antar kelompok.

Seperti halnya di PP.Mamba’ul Ma’arif yang terletak di denanyar-


jombang ini, berapapun asrama yang berdiri, dari asal asrama manapun para
santri, mereka akan terlibat dalam terjadinya jalinan komunikasi. Sering kali
berkomunikasi akan menjadikan segala urusan lebih mudah. Maka dari itu,
perubahan jalinan komunikasi yang kurang baik akan menyebabkan
kehidupan sehari-hari pun tidak akan terasa nyaman. Terutama saat acara
perlombaan yang rutin di adakan menjadi awal terjadinya masalah.Dari
masalah sosial berupa perubahan jalinan komunikasi yang terjadi di PP.
Mamba’ul Ma’arif ini, kita temukan beberapa faktor penyebab masalah
sosial, antara lain.

a. Kurang sadarnya akan tujuan diadakannya lomba antar


asrama ini.
b. Presepsi yang salah yang menganggap persaingan tersebut
adalah persaingan antar lawan yang harus di kalahkan.
Padahal, acara perlombaan tersebut semata-mata untuk
saling memotivasi untuk lebih kreatif dalam hal-hal
tertentu yang positif pastinya.
Dari semua itu, dapat kita pahami pula bahwa kesadaran adalah
dasar awal dalam menghargai seseorang demi menjaga jalinan komunikasi
atau interaksi sosial antar sesama.
Daftar Pustaka

Bachtiar, Wardi, M.A. (2006), Sosioogi Klasik, PT. Remaja


Rosdakarya: Bandung.

Doda, Zerihun, M.A (2005), Introduction to Sociology, EPHIT,


Ethiopia.

Effendy, O. U. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:


PT. Citra Aditya Bakti.

Effendy. O. U. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Gabler, Jay (2010). Sociology For Dummies, Wiley Publishing, Inc.,


Indianapolis, Indiana.

Openstax, College. 2013. Introduction to Sociology. Texas: Rice


University.

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (2008), Teori Sosiologi Dari


Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori
Sosiologi Postmodern, Kreasi Wacana: Bantul.

Stoley, Katty (2005), The Basics of Sociology, Greenwood Press,


London.
LAPMPIRAN

Teks wawancara.

1. “Adanya acara rutin yaitu perlombaan antar asrama ini seharusnya


membuat semua santri lebih akrab, namun dari hasil pengamatan
saya disetiap acara perlombaan lebih cenderung muncul interaksi
saling merendahkan dan kerusuhan, apa itu benar? Dan bukankah
semua asrama merupakan satu naungan pondok pesantren? Lalu
jika memang benar adanya kerusuhan tersebut, mengapa
kerusuhan itu terjadi?”
Narasumber pengurus asrama : “iya, memang setiap tahun,
setiap adanya perlombaan antar asrama, para santri cenderung
saling mengejek antar asrama. Memang benar bahwa kami
merupakan satu naungan di PP.Mamba’ul Ma’arif yang terdiri dari
beberapa asrama. Faktor terjadinya kerusuhan tersebut bisa karena
rasa iri para santri asrama yang satu pada santri asrama lain. Rasa
iri ini muncul ketika melihat kekreativitasan dan keunggulan
dalam setiap perlombaan, yang mana dari tahun ketahun
pemenangnya hanya asrama itu-itu saja.”
Narasumber santri Madrasah Aliyah : “ya karena adanya
masalah antar individu yang berbeda asrama kemudian dibawa
dalam forum, sehingga semua santri asrama satu dengan santri
asrama lain salin tidak suka hanya karena masalah individu yang
biasanya tidak penting.”
Narasumber Madrasah Tsanawiyah : “ bermula dari
kecurangan yang biasa terjadi saat perlombaan, hingga para santri
dari asrama yang dicurangi mencoba menyuarakan
kejengkelannya. Kecurangannya berupa penata suara yang
difasilitasi oleh salah satu asrama, dengan begitu asrama tersebut
dapat mengatur tata suara semaunya demi kemenangannya.”
2. “Apakah kondisi seperti itu terbawa hingga diluar forum dan
berkelanjutan?.”

Narasumber pengurus asrama : “ mungkin hanya berlanjut


selama hari-hari dimana perlombaan tersebut diadakan setiap
malamnya.”

Narasumber santri Madrasah Aliyah : “tidak berlanjut,


mungkin hanya saat dalam forum.”

Narasumber santri Madrasah Tsanawiyah : “ saling


mengejek seperti itu berlanjut hingga saat sekolah dan kehidupan
sehari-hari.hingga beberapa minggu setelah acara perlombaan
selesai.”

3. “Apa tanggapan dari pengurus dan pengasuh dalam hal ini?”


Narasumber pengurus asrama satu : “ dari pengurus, kami
mengikuti arahan dari pengasuh. Pengasuh kami mengarahkan
agar hal seperti ini dihindari, hingga jika ada santri asrama lain
berbuat rusuh, biarkan saja mereka, kita diam saja, namun setahu
saya kalau asrama lain pengasuh nya gk ada yang tau tentang hal
ini.”
Narasumber santri Madrasah Aliyah : “ pengasuh dan
pengurus membiarkan saja.”
Narasumber santri Madrasah Tsanawiyah : “ pengurus
terkadang menganggap serius, tapi pengasuh tetap membiarkan.”

4. “Bagaimana solusi atas masalah ini?”


Narasumber pengurus asrama : “solusinya ya dikondisikan
dari dalam dulu. Bisa dari pengasuh untuk memberikan arahan
yang membuat para santri akan tujuan sebenarnya diadakannya
perlombaan ini.”
Narasumber santri Madrasah Aliyah : “ mungkin intropeksi
diri dulu aja, soalnya susah menangani seperti ini yang sudah
menjadi kebiasaan setiap tahunnya.”
Narasumber santri Madrasah Tsanawiyah : “solusinya,
ketika perlombaan semua fasilitas harunya dari pihak luar, agar tak
ada kecurangan atau kecurigaan dalam forum.”
5. “Apa dampak dari semua ini bagi masyarakat dan asrama
sendiri?”
Narasumber pengurus asrama : “menimbulkan ketidak
tenangan bagi para santri, dan pandangan jelek oleh masyarakat
pada karakter seorang santri.”
Narasumber santri Madrasah Aliyah : “ tercemarnya nama
pondok dan pengasuh dalam mata masyarakat.”
Narasumber santri Madrasah Tsanawiyah : “ kurang rukun
dalam setiap kegiatan, masyarakat juga akan terganggu dengan
sikap para santri yang terlihat jelek, membuat sakit hati orang dan
turunnya harga diri pengasuh dan seorang santri serta nama
pondok pesantrennya dalam pandangan masyarakat.”

Anda mungkin juga menyukai