1. Mengapa ia tidak dapat bangkit dan menggerakkan lengan dan tungkai kiri?
Pembidaian sendiri bisa di lakukan dengan alat alat sederhana yang ada di sekitar kita, seperti kain, selendang, jarik, bantal, kayu atau alat
bidai khusus bila berada di fasilitas kesehatan.
Prinsip prinsip pembidaian adalah sebagai berikut :
1. Buka pakaian yang menutup bagian anggota tubuh yang akan di bidai.
2. Lakukan pemeriksaan status vaskular ( denyut nadi dan pengisian kapiler) serta status motorik dan sensorik di distal trauma.
3. Tutup semua luka dengan kasa steril atau dengan kain yang bersih.
4. Jangan memindahkan/menggerakkan anggota gerak sebelum dilakukan pembidaian.
5. Pada kasus fraktur,pembidaian harus mencakup 2 sendi di bagian proksimal (atas) dan distal ( bawah) dari fraktur tersebut.
6. Pada trauma sendi,pembidaian harus mencakup tulang di sebelah proksimal dan distal sendi.
7. Semua bidai harus di beri bantalan lunak agar tidak merusak jaringan lunak (otot) sekitarnya.
8. Selama pembidaian anggota gerak harus di topang dengan tangan untuk mernghindari trauma lebih lanjut.
9. Jika terjadi deformitas ( berubah bentuk), lakukan traksi ( penarikan) untuk memulihkan kesejajaran anggota gerak
(realignement).
10. Jika terdapat tahanan saat di lakukan traksi,pembidain dilakukan pada posisi apa adanya.
11. Pembidaian trauma tulang belakang dilakukan dengan prinsip neutral in-line position.
12. Jika ragu ragu apakah terjadi patah tulang/fraktur,dislokasi tetap lakukan pembidaian.
Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/orthopedic-surgery/1990528-tujuan-dan-prinsip-pembidaian/#ixzz20T1q5XKI
3. Bagaimana patofisiologinya?
4. Bagaimana patogenesisnya?
5. Apa saja macam2 fraktur dan klasifikasi?
a. Berdasarkan komplit dan tidak komplit
1. Fraktur komplit : garis patah melalui penampang luar (korteks dan medulla)
2. Fraktur tidak komplit :garis patah tdk melalui penampang luar, hanya di pinggir saja
(misal : greenstick)
4. Fraktur kompresi
2. Fraktur segmental : membagi tulang menjadi bagian per bagian, tidak saling
berhubungan.
4. Fraktur multiple : garis patahnya lebih dari 1 dan tidak saling berhubungan dan pada
tulang yg berbeda.
d. Berdasarkan pergeserannya
2. Bergeser
f. Berdasarkan komplikasi
- Komplikasi dini :
g. Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan pada tulang (pada osteoporosis, kanker,
genetik, metabolik).
a. lokasi
diafisis, metafisis, epifisis, intraartikuler. Jika berhubungan dengan sendi disebut dengan fraktur
dislokasi.
b. Tingkatan
Komplit
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL
Inkomplit
Retak / hairline fracture
Green stick fracture (fraktur tidak sempurna)
c. Konfigurasi
Transversal
fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
Oblik
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Spiral
Fraktur yang timbul akibat torsi pada ekstrimitas.
Comminuted
Serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua
fragmen tulang.
Segmental
Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen
sentral dari suplai darahnya.
f. Komplikasi
Komplikasi
Uncomplicated
Buku saku Bedah “chirurgica” dan patofisiologi jilid 2 shylvia A price edisi 4
Menurut traumanya:
o Trauma langsung :
- Ketukan (Tapping) Bila trauma mengenai satu bidang sempit Garis fraktur Kerusakan jaringan
lunak ringan dan kulit terluka atau lecet
- Remuk (Crush) Bila trauma mengenai bidang yang lebar Kerusakan jaringan lunak hebat Fraktur
transversal atau comminuted
- Luka tembus (Tembakan peluru)
Kecepatan ↓ nekrosis jaringan lunak sedikit
Kecepatan ↑ (> 650 m/s) nekrosis jaringan lunak
hebat dan garis fraktur comminuted
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL
www.medicastore.com
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai
pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
a) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.
b) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap,
kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi
fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan
perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
\(Black, J.M, et al, 1993)
ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet,
penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor)
atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
Apley AG, Solomon L. Buku Ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley.Nugroho E.Jakarta .Widya Medika.1995
yang bersangkutan. Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara
sistematik dari kepala,muka, leher,dada,dan perut.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
- Inspeksi : terlihat pasien kesakitan,mencoba melindungi anggota badannya yang
patah, terdapat pembengkakan, berubahan bentuk berupa bengkok, terdapat
gerakan yang tidak normal.
- Palpasi
Pemeriksaan klinis
Untuk mencari akibat trauma seperti pneumotoraks atau cedera otak,serta komplikasi
vaskuler dan neurologis dari patah tulang yang bersangkutan.
Pemeriksaan status lokasi
Tanda2 klinis pada fraktur tulang panjang :
a. Look,cari apakah terdapat :
- Deformitas,terdiri dari penonjolan yang abnormal,angulasi,rotasi,dan pemendekan.
- Function laesa ( hilangnya fungsi )
- Lihat juga ukuran panjang tulang,bandingkan kiri dan kanan.
b. Feel, apakah terjadi nyeri tekan.
c. Move, untuk memcari :
- Krepitasi,terasa bila fraktur digerakkan.
- Nyeri bila digerakkan,baik pada gerakkan aktif maupun pasif.
- Seberapa jauh gangguan2 fungsi,gerakkan2 yang tidak mampu dilakukan,range of
motion ( derajat dari ruang lingkup gerakan sendi ) dan kekuatannya.
Pemeriksaan radiologis
Dengan menggunakan foto rontgen,harus memenuhi beberapa syarat yaitu letak patah
tulang harus di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus
karena foto Rontgen merupakan foto gambar bayangan.
Pemeriksaan khusus, seperti CT scan kadang diperlikan. Misalnya patah tulang vertebra
dengan gejala neurologis.
Pemasangan bidai bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang
lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
tersedia, maka anestesi dapat dilakukan secara umum, regional ataupun lokal. Kedudukan
fragmen distal dikembalikan pada alignment dengan menggunakan traksi. Traksi dapat di-
kerjakan dengan suatu penarikan tangan yang dikerjakan secara perlahan, cermat dan hatihati.
Pada beberapa fraktur tertentu tidak cukup hanya dengan menggunakan tangan, diperlukan
traksi kulit (misalnya pada anakanak dan dewasa) atau traksi skeletal (misalnya pada dewasa) .
Fiksasi atau imobilisasi.
Sendi-sendi di atas dan di bawah garis fraktur biasanya di immobilisasi. Pada fraktur yang
sudah direposisi dan stabil maka gips berbantal cukup untuk immobilisasi. Bila reposisi dan
immobilisasi tidak mencukupi, maka dilakukan traksi kulit atau traksi skeletal. T raksi dapat
dipasang secara fixed atau secara balanced.
b. Restorasi (pengembalian fungsi).
Sedapat mungkin p~mbidaian dilakukan dalam posisi fungsional sendi yang bersangkutan.
Sesudah periode immobilisasi akan terjadi kelemahan otot dan kekakuan sendi; hal ini diatasi
dengan fisioterapi atau aktivitas yang sesuai dengan fungsi sendi tersebut.
Fraktur terbuka
a. Tindakan pada saat pembidaian diikuti de
ngan menutupi daerah fraktur dengan kain steril (jangan dibalut).
b. Dalam anestesi, dilakukan pembersihan luka dengan menggunakan akuades steril atau larutan garam
fisiologis secara irigasi. Pemakaian antiseptik (tenutama konsentrasi tinggi) tidak dianjurkan karena dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan jaringan.
c. Eksisi jaringan mati (debridement).
Cabikan-cabikan mulai dari kulit lemak subkutan, fasia, otot serpihan tulang dan benda asing lainnya di
eksisi dan luka dicuci kembali sedalam-dalamnya.
d. Reposisi.
Dilakukan alignment terhadap fragmen tulang.
e. Penutupan luka.
Masa kurang dari 6 - 7 jam pertama merupakan 'the Golden Period' dimana kontaminasi tidak luas dan
dapat dilakukan penutupan luka secara primerMasa lebih dari 7 jam atau luka yang sangat kotor,
penutupan lub memerlukan jahitan situasi; beberapa hari kemudian Gangan lebih dari 10 hari) dilakukan
eksisi dan jahitan kembali (delayed primary closure).Kulit yang hilang luas diganti skin graft
f. Fiksasi.
g. Restorasi.
Pengobatan:
- Antibiotika dosis tinggi secara oral atau suntikan
- Anti tetanus serum dan toksoid.
- Anti-inflamasi.
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL
- Analgetik
Catatan Ilmu Bedah. dr.R.K. Sachdeva. Hippokrates. 1996
Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknyakulit dan
bisadisertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanyajaringandi
bawah kulit.Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecetTerjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robekLuka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat
tumbukandengan bendayang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayatDiakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya
biasanya rapi.Sering merupakan kasus kriminal
d. Luka tusukTerjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya
kedalamanluka jauhdibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsiLuka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian
yangmenempel.
a. Luka memarTerjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah
permukaantubuh, darahkeluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa
terlihat dari luarberupa warnamerah kebiruan.
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi
pembuluh darah yang rusak berada jauh dibawah permukaankulit dan biasanya besar,
sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yangkemerahan.
c. Luka remukTerjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi
luka terbuka.Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat
Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat penangananfraktur
yang disebut komplikasi iatrogenic.
1. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi
pernafasan.K e t i g a m a c a m k o m p l i k a s i t e r s e b u t d i a t a s d a p a t t e r j a d i d a l a m 2 4 j a m p
ertama pascatrauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi ganggu
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL
2.Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena
itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol
•
Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Halini terjadi
karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang.
Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkansindroma crush
atau trombus (Apley & Solomon,1993).
•
Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan
padar o b e k a n y a n g k o m p l i t u j u n g p e m b u l u h d a r a h m e n g a l a m i r e t r a k s i d a n p e r d a r
a h a n b e r h e n t i spontan.P a d a j a r i n g a n d i s t a l d a r i l e s i a k a n m e n g a l a m i i s k e m i
b a h k a n n e k r o s i s . T r a u m a a t a u manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat
menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluhdarah sehingga dapat menimbulkan
spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi
arteri yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadisindrome crush. Pembuluh vena yang
putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon,
1993).Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atasmaupun
tungkai
bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena inidisebut Iskhemi
Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehinggadapat
menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam
otot.A p a b i l a i s k h e m i d a l a m 6 j a m p e r t a m a t i d a k m e n d a p a t t i n d a k a n d a p a t m e n i m
b u l k a n kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara periahan-
lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala klinisnya adalah
5 Pyaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan Paralisis
•
Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusa
kana k s o n ) . S e t i a p t r a u m a t e r b u k a d i l a k u k a n e k s p l o r a s i d a n i d e n t i f i k a s
i n e r v u s ( A p l e y & Solomon,1993).
b. Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada
pemeriksaanterlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.
•
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL
Delayed union
6