Anda di halaman 1dari 12

SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

LENGAN DAN TUNGKAI KIRI DIBIDAI

1. Mengapa ia tidak dapat bangkit dan menggerakkan lengan dan tungkai kiri?

2. Apa tujuan dan prinsip pembidaian ?


Pembidaian ( Splinting) adalah Tindakan untuk mempertahankan sebagian/seluruh bagian anggota gerak dalam posisi tertentu dengan alat.
Pembidaian lazim di lakukan untuk imobilisasi patah tulang,dislokasi ( sendi yang bergeser) dan juga cedera jaringan lunak di sekitar sendi
Tujuan dari pembidaian itu sendiri adalah :
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang
rusak.
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula spinalis,syaraf perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen
tulang.
3.Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup jadi terbuka).
4.Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada pembuluh darah.
5.Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.

Pembidaian sendiri bisa di lakukan dengan alat alat sederhana yang ada di sekitar kita, seperti kain, selendang, jarik, bantal, kayu atau alat
bidai khusus bila berada di fasilitas kesehatan.
Prinsip prinsip pembidaian adalah sebagai berikut :
1. Buka pakaian yang menutup bagian anggota tubuh yang akan di bidai.
2. Lakukan pemeriksaan status vaskular ( denyut nadi dan pengisian kapiler) serta status motorik dan sensorik di distal trauma.

3. Tutup semua luka dengan kasa steril atau dengan kain yang bersih.
4. Jangan memindahkan/menggerakkan anggota gerak sebelum dilakukan pembidaian.
5. Pada kasus fraktur,pembidaian harus mencakup 2 sendi di bagian proksimal (atas) dan distal ( bawah) dari fraktur tersebut.
6. Pada trauma sendi,pembidaian harus mencakup tulang di sebelah proksimal dan distal sendi.
7. Semua bidai harus di beri bantalan lunak agar tidak merusak jaringan lunak (otot) sekitarnya.
8. Selama pembidaian anggota gerak harus di topang dengan tangan untuk mernghindari trauma lebih lanjut.
9. Jika terjadi deformitas ( berubah bentuk), lakukan traksi ( penarikan) untuk memulihkan kesejajaran anggota gerak
(realignement).
10. Jika terdapat tahanan saat di lakukan traksi,pembidain dilakukan pada posisi apa adanya.
11. Pembidaian trauma tulang belakang dilakukan dengan prinsip neutral in-line position.
12. Jika ragu ragu apakah terjadi patah tulang/fraktur,dislokasi tetap lakukan pembidaian.

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/orthopedic-surgery/1990528-tujuan-dan-prinsip-pembidaian/#ixzz20T1q5XKI

3. Bagaimana patofisiologinya?
4. Bagaimana patogenesisnya?
5. Apa saja macam2 fraktur dan klasifikasi?
a. Berdasarkan komplit dan tidak komplit

1. Fraktur komplit : garis patah melalui penampang luar (korteks dan medulla)

2. Fraktur tidak komplit :garis patah tdk melalui penampang luar, hanya di pinggir saja
(misal : greenstick)

b. Berdasarkan garis patah

1. Fraktur transversal :fraktur yg membaginya secara melintang.

2. Fraktur spiral :fraktur yg terjadi melebihi 1 bidang terbentuk melingkar.


SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

3. Fraktur obliq : fraktur yg membentuk sudut.

4. Fraktur kompresi

5. Fraktur avulsi : fraktur yg tjd karena tarikan otot pada tulang

c. Berdasarkan jumlah garis patah

1. Fraktur kominutif : fraktur yg garis patahnya 1dan saling berhubungan.

2. Fraktur segmental : membagi tulang menjadi bagian per bagian, tidak saling
berhubungan.

3. Fraktur bivokal : garis patahnya hanya 2, tapi tidak saling berhubungan.

4. Fraktur multiple : garis patahnya lebih dari 1 dan tidak saling berhubungan dan pada
tulang yg berbeda.

d. Berdasarkan pergeserannya

1. Tidak bergeser : frakturnya komplit tapi tdk bergeser.

2. Bergeser

i. Dislokasi longitudinal um contractionum : pergeserannya pada sumbu

ii. Dislokasi ad axim : pergeserannya membentuk sudut.

iii. Dislokasi ad latus : pergeserannya saling menjauhi.

e. Berdasarkan terbuka dan tertutup

1. Fraktur terbuka : bila terdapat luka yg menghubungkan tulang dg udara luar.

2. Fraktur tertutup : tidak terdapat luka yg menghubungkan tulang dg udara luar.

f. Berdasarkan komplikasi

1. Fraktur dengan komplikasi :

- Komplikasi dini :

komplikasi lokal : lesi pada medula spinalis


komplikasi sistemik : emboli lemak
- Komplikasi lanjut : kekakuan sendi, mal union, osteoporosis post trauma

2. Fraktur tanpa komplikasi

g. Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan pada tulang (pada osteoporosis, kanker,
genetik, metabolik).

a. lokasi
diafisis, metafisis, epifisis, intraartikuler. Jika berhubungan dengan sendi disebut dengan fraktur
dislokasi.

b. Tingkatan
Komplit
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

Inkomplit
Retak / hairline fracture
Green stick fracture (fraktur tidak sempurna)
c. Konfigurasi
Transversal
fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.

Oblik
Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

Spiral
Fraktur yang timbul akibat torsi pada ekstrimitas.

Comminuted
Serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua
fragmen tulang.

Segmental
Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen
sentral dari suplai darahnya.

d. hubungan antar fragmen


undisplaced ( tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser,
periosteumnya masih utuh
displaced ( bergeser), terjadi pergeseran fragmen2 fraktur yang juga lokasi fragmen,
tebagi :
dislokasi ad longitudinam cum contractionum ( pergeseran searah sumbu dan
overlapping)
dislokasi ad axim ( pergeseran yang membentuk sudut)
dislokasi ad latus ( pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)
e. hubungan dengan lingkungan eksternal
fraktur tertutup
fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang.
fraktur terbuka
fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah tertembus.

f. Komplikasi
Komplikasi
Uncomplicated

Buku saku Bedah “chirurgica” dan patofisiologi jilid 2 shylvia A price edisi 4

Menurut traumanya:
o Trauma langsung :
- Ketukan (Tapping)  Bila trauma mengenai satu bidang sempit  Garis fraktur Kerusakan jaringan
lunak ringan dan kulit terluka atau lecet
- Remuk (Crush)  Bila trauma mengenai bidang yang lebar  Kerusakan jaringan lunak hebat  Fraktur
transversal atau comminuted
- Luka tembus (Tembakan peluru)
 Kecepatan ↓ nekrosis jaringan lunak sedikit
 Kecepatan ↑ (> 650 m/s) nekrosis jaringan lunak
hebat dan garis fraktur comminuted
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

o Trauma tak langsung :


- Tarikan atau regangan  Garis fraktur transversal
- Gaya anguler  Garis fraktur transversal
- Gaya yang membentuk sudut  Garis fraktur spiral
- Tekanan  Garis lurus 45° atau longitudinal
- Gaya yang membentuk sudut dan tekanan pada sumbu  Garis fraktur oblique atau membentuk pola
butterfly
- Gaya yang membentuk sudut, rotasi dan tekanan pada sumbu  Garis patah oblique.
 Menurut garis frakturnya
 Fisura
 Patah tulang kominutif
 Patah tulang segmental
 Patah tulang transversal
 Patah tulang oblik / oblique
 Patah tulang spiral
 Patah tulang dahan hijau / greenstick fr
 Patah tulang kompresi, impresi
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

www.medicastore.com

6. Apa saja etiologi kasus tsb?


1) Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian
distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang,
saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai
pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2) Komplikasi Dalam Waktu Lama

a) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.
b) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap,
kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi
fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan
perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
\(Black, J.M, et al, 1993)

a. fraktur traumatik :terjadi karena tiba-tiba


b. fraktur patologis :terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di
dalam tulang
c. fraktur stress/tekanan :tejadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu.
ILMU BEDAH ORTOPEDI TAHUN 2003,CHAIRUDDIN RASJAD

 Fraktur akibat peristiwa trauma


Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan.
Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak
juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut
rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak
yang luas.
 Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet,
penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
 Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor)
atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

Apley AG, Solomon L. Buku Ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley.Nugroho E.Jakarta .Widya Medika.1995

7. Apa diagnosis dari skenario tsb?


8. Apa komplikasi dari kejadian diatas?
 komplikasi segera ; terjadi sesaat setelah fraktur cthnya : pembuluh darahnya robek, saraf robek akan
terjadi penurunan sensasi, kulit abrasi (pengikisan) dan laserasi (terkelupas)
 komplikasi dini : beberapa hari setelah fraktur, cthnya nekrosis vaskuler, infeksi sendi, osteomielitis,
emboli paru dan tetanus
 komplikasi lama : pada sendi terjadi ankilosis fibrosa, pada tulangnya bisa terjadi gagal taut dan salah taut
(karena perdarahan lokal), pada otot terjadi penulangan otot.
Mansjoer,A., dkk, kapita selekta kedokteran FK UI jilid 2 edisi 3.jakarta :2000.

9. Mengapa harus diperiksa adanya pulsasi arteri dorsalis pedisnya?


10.Mengapa tungkai kiri lebih pendek dibanding tungkai kanan?
11.Tanda-tanda fraktur
i. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema
ii. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
iii. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas
dan dibawah tempat fraktur
iv. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
v. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

12.Apa saja pemeriksaan (anamnesis,fisik, lokalis, dan radiologi) kasus tsb?


 Anamnesa : adanya trauma tertentu seperti jatuh,terputar dan berapa kuatnya trauma
tersebut.
Bila tidak ada riwayat trauma,berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan
terjadinya,jenisnya,berat ringan trauma,arah trauma,dan posisi pasien atau ekstremitas
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

yang bersangkutan. Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara
sistematik dari kepala,muka, leher,dada,dan perut.
 Pemeriksaan fisik, meliputi :
- Inspeksi : terlihat pasien kesakitan,mencoba melindungi anggota badannya yang
patah, terdapat pembengkakan, berubahan bentuk berupa bengkok, terdapat
gerakan yang tidak normal.
- Palpasi
 Pemeriksaan klinis
Untuk mencari akibat trauma seperti pneumotoraks atau cedera otak,serta komplikasi
vaskuler dan neurologis dari patah tulang yang bersangkutan.
 Pemeriksaan status lokasi
Tanda2 klinis pada fraktur tulang panjang :
a. Look,cari apakah terdapat :
- Deformitas,terdiri dari penonjolan yang abnormal,angulasi,rotasi,dan pemendekan.
- Function laesa ( hilangnya fungsi )
- Lihat juga ukuran panjang tulang,bandingkan kiri dan kanan.
b. Feel, apakah terjadi nyeri tekan.
c. Move, untuk memcari :
- Krepitasi,terasa bila fraktur digerakkan.
- Nyeri bila digerakkan,baik pada gerakkan aktif maupun pasif.
- Seberapa jauh gangguan2 fungsi,gerakkan2 yang tidak mampu dilakukan,range of
motion ( derajat dari ruang lingkup gerakan sendi ) dan kekuatannya.
 Pemeriksaan radiologis
Dengan menggunakan foto rontgen,harus memenuhi beberapa syarat yaitu letak patah
tulang harus di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus
karena foto Rontgen merupakan foto gambar bayangan.
 Pemeriksaan khusus, seperti CT scan kadang diperlikan. Misalnya patah tulang vertebra
dengan gejala neurologis.
Pemasangan bidai bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang
lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

Mansjoer,A., dkk, kapita selekta kedokteran FK UI jilid 2 edisi 3.jakarta :2000.

13.Bagaimana penatalaksaan kasus tsb?


Fraktur tertutup.
a. Reposisi.
Pada reposisi diperlukan anestesi. Tergantung pada persiapan penderita dan fasilitas yang
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

tersedia, maka anestesi dapat dilakukan secara umum, regional ataupun lokal. Kedudukan
fragmen distal dikembalikan pada alignment dengan menggunakan traksi. Traksi dapat di-
kerjakan dengan suatu penarikan tangan yang dikerjakan secara perlahan, cermat dan hatihati.
Pada beberapa fraktur tertentu tidak cukup hanya dengan menggunakan tangan, diperlukan
traksi kulit (misalnya pada anakanak dan dewasa) atau traksi skeletal (misalnya pada dewasa) .
Fiksasi atau imobilisasi.
Sendi-sendi di atas dan di bawah garis fraktur biasanya di immobilisasi. Pada fraktur yang
sudah direposisi dan stabil maka gips berbantal cukup untuk immobilisasi. Bila reposisi dan
immobilisasi tidak mencukupi, maka dilakukan traksi kulit atau traksi skeletal. T raksi dapat
dipasang secara fixed atau secara balanced.
b. Restorasi (pengembalian fungsi).
Sedapat mungkin p~mbidaian dilakukan dalam posisi fungsional sendi yang bersangkutan.
Sesudah periode immobilisasi akan terjadi kelemahan otot dan kekakuan sendi; hal ini diatasi
dengan fisioterapi atau aktivitas yang sesuai dengan fungsi sendi tersebut.

Fraktur terbuka
a. Tindakan pada saat pembidaian diikuti de
ngan menutupi daerah fraktur dengan kain steril (jangan dibalut).
b. Dalam anestesi, dilakukan pembersihan luka dengan menggunakan akuades steril atau larutan garam
fisiologis secara irigasi. Pemakaian antiseptik (tenutama konsentrasi tinggi) tidak dianjurkan karena dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan jaringan.
c. Eksisi jaringan mati (debridement).
Cabikan-cabikan mulai dari kulit lemak subkutan, fasia, otot serpihan tulang dan benda asing lainnya di
eksisi dan luka dicuci kembali sedalam-dalamnya.
d. Reposisi.
Dilakukan alignment terhadap fragmen tulang.
e. Penutupan luka.
Masa kurang dari 6 - 7 jam pertama merupakan 'the Golden Period' dimana kontaminasi tidak luas dan
dapat dilakukan penutupan luka secara primerMasa lebih dari 7 jam atau luka yang sangat kotor,
penutupan lub memerlukan jahitan situasi; beberapa hari kemudian Gangan lebih dari 10 hari) dilakukan
eksisi dan jahitan kembali (delayed primary closure).Kulit yang hilang luas diganti skin graft
f. Fiksasi.
g. Restorasi.

Pengobatan:
- Antibiotika dosis tinggi secara oral atau suntikan
- Anti tetanus serum dan toksoid.
- Anti-inflamasi.
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

- Analgetik
Catatan Ilmu Bedah. dr.R.K. Sachdeva. Hippokrates. 1996

Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknyakulit dan
bisadisertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanyajaringandi
bawah kulit.Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :

a. Luka lecetTerjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata

b. Luka robekLuka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat
tumbukandengan bendayang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.

c. Luka sayatDiakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya
biasanya rapi.Sering merupakan kasus kriminal

d. Luka tusukTerjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya
kedalamanluka jauhdibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.

e. Luka avulsiLuka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian
yangmenempel.

f. Luka amputasiBagian tubuh tertentu putus.

Luka TertutupLuka tertutup yang sering ditemukan adalah :

a. Luka memarTerjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah
permukaantubuh, darahkeluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa
terlihat dari luarberupa warnamerah kebiruan.

b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi
pembuluh darah yang rusak berada jauh dibawah permukaankulit dan biasanya besar,
sehingga yang terlihat adalah bengkak, biasanya besar yangkemerahan.

c. Luka remukTerjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi
luka terbuka.Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat

Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat penangananfraktur
yang disebut komplikasi iatrogenic.
1. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi
pernafasan.K e t i g a m a c a m k o m p l i k a s i t e r s e b u t d i a t a s d a p a t t e r j a d i d a l a m 2 4 j a m p
ertama pascatrauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi ganggu
SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

a n m e t a b o l i s m e , b e r u p a peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa


emboli lemak, trombosis venadalam (DVT), tetanus atau gas gangren
2. Komplikasi Lokala. Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma,
sedangkanapabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.

Pada Tulang
1 . I n f e k s i , t e r u t a m a p a d a f r a k t u r t e r b u k a . 2.Osteomielitis dapat diakibatkan oleh
fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan
delayed union atau bahkan non unionKomplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis
supuratif yang sering terjadi padafraktur terbuka atau pasca op erasi yang melibatkan sendi
sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi

Pada Jaringan lunak
1.Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena
edema.Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik 5

2.Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena
itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol

Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Halini terjadi
karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang.
Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkansindroma crush
atau trombus (Apley & Solomon,1993).

Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan
padar o b e k a n y a n g k o m p l i t u j u n g p e m b u l u h d a r a h m e n g a l a m i r e t r a k s i d a n p e r d a r
a h a n b e r h e n t i spontan.P a d a j a r i n g a n d i s t a l d a r i l e s i a k a n m e n g a l a m i i s k e m i
b a h k a n n e k r o s i s . T r a u m a a t a u manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat
menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluhdarah sehingga dapat menimbulkan
spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi
arteri yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadisindrome crush. Pembuluh vena yang
putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon,
1993).Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atasmaupun
tungkai
bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena inidisebut Iskhemi
Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehinggadapat
menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam
otot.A p a b i l a i s k h e m i d a l a m 6 j a m p e r t a m a t i d a k m e n d a p a t t i n d a k a n d a p a t m e n i m
b u l k a n kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara periahan-
lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala klinisnya adalah
5 Pyaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan Paralisis

Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusa
kana k s o n ) . S e t i a p t r a u m a t e r b u k a d i l a k u k a n e k s p l o r a s i d a n i d e n t i f i k a s
i n e r v u s ( A p l e y & Solomon,1993).
b. Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada
pemeriksaanterlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.

SGD 3 LBM 4 MODUL 9 MUSKULOSKELETAL

Delayed union
6

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal


. P a d a pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung
fraktur,Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan OsteotomiLebih 20 minggu dilakukan
cancellus grafting (12-16 minggu)

Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.Tipe I (hypertrophic non union)
tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantarafragmen fraktur tumbuh
jaringan fibrus yang masih mempunyai po tensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi
dan bone grafting.Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan
sinovialsebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak akan
dicapaiwalaupun dilakukan imobilisasi lama.Beberapa faktor yang menimbulkan non union
seperti disrupsi periosteum yang luas, h i l a n g n y a v a s k u l a r i s a s i f r a g m e n -
f r a g m e n f r a k t u r , w a k t u i m o b i l i s a s i y a n g t i d a k m e m a d a i , implant atau gips yang tidak
memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)

Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindaka
n refraktur atau osteotomi koreksi .

Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup
sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non
union).Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi
tulang berupa osteoporosis dan atropi otot

Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lam
a , sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara ototdan
tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan
latihanaktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan
hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993)

Anda mungkin juga menyukai