Anda di halaman 1dari 11

KARAKTERISTIK STRUKTUR KOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA

PERGERAKAN DI KOTA MEDAN

Daniel S Pasaribu¹, Jeluddin Daud ²

¹ Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email : danielstrat88@gmail.com
² Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan

ABSTRAK
Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar. Usaha pemerintah
dalam memecahkan masalah transportasi dapat dilakukan melalui pemecahan sektoral, dengan
meningkatkan kapasitas jaringan jalan ,pembangunan jaringan jalan baru, rekayasa manajemen lalu
lintas dan pengaturan transportasi angkutan umum, kemudian dilakukan secara komprehensif melalui
pendekatan struktur tata ruang kota terpadu. Struktur kota yang efisien akan mengakomodasikan pusat
dan sub pusat kota sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi ketergantungan kawasan kota hanya
pada satu kawasan pusat atau dapat disimpulkan struktur kota yang baik akan mampu menyebarkan
pola pergerakan secara merata di seluruh kawasan, tidak terpusat pada pusat kota. Hal ini secara
langsung dapat mengurangi persoalan transportasi, antara lain kemacetan. Tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan struktur kota Medan kemudian menjelaskan pengaruhnya terhadap pola
pergerakan. Jenis penelitian deskriptif, digunakan analisis deskriptif melalui analisis pencarian fakta
berdasarkan sumber data sekunder yang berasal dari instansi terkait yang sesuai dengan referensi yang
ada. Hasil penelitian ini menyimpulkan struktur tata ruang kota Medan yang diarahkan berpola
multiple nuclei (pola berpusat banyak) dengan jaringan jalan pola gradual/grid dengan faktor
perdagangan yang menjadi faktor utama dari struktur kota yang mempengaruhi pola pergerakan di
kota Medan.

Kata kunci : Struktur kota, grid, pola pergerakan, multiple nuclei

ABSTRACT
Transportation always be an issue which has to be faced by big cities. Government effort in
solving transportation issue can be done through sectoral solving by increasing road network capacity,
developing new road network, traffic management engineering and public transportation arrangement,
then being done comprehensively through integrated city structure approachment. An efficient city
structure will accommodate centre and subcentre city so that it has an ability decreasing a city area
dependence in only one centre area, or it can be concluded that a proper city structure will be able to
deploy the movement path evenly to whole areas, not concentrate only in one centre area. This matter
directly decrease transportation isues which is congestion. The purpose of this research is to describe
Medan city structure and then define its effect to a movement pattern. Type of this research is
descriptive research, descriptive analyze being used through facts seeking analyze based on secondary
data source which is derived from related instances according to the existing refferences. The result of
this research conclude Medan city structure which is directed multiple nuclei patterned with a
grid/gradual road network and a trade factor that become the main factor of city structure that affects
the movement pattern in Medan.

Keywords : city structure, grid, movement pattern, multiple nuclei

1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar. Usaha
pemerintah dalam memecahkan masalah transportasi banyak dilakukan melalui pemecahan
sektoral, dengan meningkatkan kapasitas jaringan jalan ,pembangunan jaringan jalan baru,
rekayasa manajemen lalu lintas dan pengaturan transportasi angkutan umum. Berapapun biaya
yang dikeluarkan, kemacetan dan tundaan tetap tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan
karena kebutuhan pergerakan berkembang dengan pesat sedangkan penyediaan fasilitas dan
prasarana transportasi berkembang sangat lamban sehingga tidak bisa mengikutinya.
Permasalahan transportasi perkotaan yang sering dihadapai adalah kemacetan lalulintas.
Beberapa faktor penyebabnya adalah karena tingkat urbanisasi yang tinggi, pesatnya tingkat
pertumbuhan kenderaan dan sistem angkutan umum yang tidak efisien (Tamin,1999:12).
Adanya proses pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi di tempat asalnya di kawasan
pinggiran menyebabkan timbulnya pergerakan, seperti halnya pergerakan penduduk di
kawasan pinggiran kota menuju ke pusat kota sebagai pusat pelayanan dan aktivitas.
Perbedaan fungsi antara pusat dan pinggiran kota menyebabkan masyarakat yang tinggal di
pinggiran kota mengadakan perjalanan ke pusat kota untuk menjalankan segala aktivitasnya
maupun untuk memenuhi hidupnya yang tidak diperoleh di pinggiran kota. Hal tersebut
menyebabkan semakin rumit pola perkembangan kota dan semakin membebani kota yang
mengakibatkan sistem kota menjadi tidak efisien karena pola guna lahan dan pergerakan tidak
terkendali, banyak kemacetan, jarak tempuh antara lokasi kegiatan sangat panjang dan lama.
Lingkungan perkotaan, sistem transportasi dan pola tata-guna lahan saling berpengaruh,
dengan berubahnya salah satu dari bagian tersebut, akan menghasilkan perubahan pada bagian
yang lain. Pemahaman yang cukup baik mengenai pengaruh tersebut akan memudahkan
perencana dalam merencanakan bentuk dan lokasi dan transportasi masa mendatang serta
kebutuhan tata-guna lahan, dengan menganalisis informasi tentang struktur bangunan, tata
ruang, tata-guna lahan dan pola perjalanan (Snyder, 1998:371). Dengan demikian, segala hal
yang menyangkut tentang permasalahan-permasalahan lalu-lintas yang mungkin terjadi akan
dapat di atasi dengan baik, sehingga akan tercipta suatu struktur kota yang efisien. Struktur
kota yang efisien, yang mampu mengurangi ketergantungan kawasan kota hanya pada satu
kawasan dan dapat mengurangi persoalan yang berkaitan dengan transportasi seperti
kemacetan lalu-lintas.

1.2. Perumusan Masalah

Dari teori yang ada, sebagai landasan penelitian adalah struktur kota dengan pola jaringan jalan
grid seperti kota Medan akan membentuk pola pergerakan menyebar (Yunus,2000:150). Melalui
temuan kenyataan di lapangan, maka akan diketahui bagaimana sebenarnya pola pergerakan dari kota
Medan dengan melihat dari struktur kotanya. Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan suatu
pembahasan dengan memahami pola pergerakan yang terjadi di kota Medan. Dari hal tersebut, maka
yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana pengaruh struktur kota terhadap pola pergerakan di
kota Medan.

2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan bentuk dan karakteristik struktur kota Medan berdasarkan faktor-faktor


pembentuk struktur kota dan mengetahui pengaruh dari struktur kota tersebut terhadap pola
pergerakan yang terjadi di kota Medan.
2. Sebagai referensi untuk dapat mengurangi tingkat kemacetan di kota Medan dengan
mengetahui karakteristik struktur kota Medan, dan pengaruhnya terhadap pola pergerakan
3. Memberikan masukan khususnya kepada Pemerintah dalam menerapkan kebijakan penataan
struktur tata ruang kotanya berkaitan dengan pengaruhnya terhadap pola pergerakan di kota
Medan.

1.4. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan pembatasan masalah.
Dalam penelitian ini, permasalahan dibatasi pada :
1. Wilayah administrasi kota Medan sebagai kajian studi.
2. Struktur kota yang dikaji yaitu faktor kependudukan, guna lahan dan jaringan jalan yang
terkait dengan pola pergerakan dan batasan pola pergerakan adalah bangkitan pergerakan
distribusi dan interaksi pergerakan.

1.5 Metodologi Penelitian

Jenis metode penelitian adalah penelitian deskriptif. Menurut tujuan dan jenis metode
penelitiannya, maka dalam tugas akhir ini metodologi yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif yang secara substansial terkandung muatan pengumpulan data kemudian di interpretasi
melalui temuan tentang suatu peristiwa dengan melihat penyebabnya.

3
2. Tinjauan Pustaka

Dalam konteks ruang, kota merupakan suatu sistem yang tidak berdiri sendiri. Secara internal kota
merupakan satu kesatuan sistem kegiatan fungsional didalamnya, sementara secara eksternal, kota
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (Pontoh, 2009:5) .Struktur kota adalah tatanan beberapa bagian
yang menyusun suatu kota yang menunjukkan keterkaitan antar bagian. Penjabaran struktur kota
membentuk pola kota yang menginformasikan antara lain kesesuaian lahan, kependudukan, guna lahan,
sistem transportasi dan sebagainya, dimana kesemuanya berkaitan satu sama lain.
Unsusr-unsur pembentuk struktur tata ruang kota menurut Doxiadis dalam Pontoh (2009) terbagi menjadi
4 unsur,antara lain :
1. Individu manusia (Antropos) dan masyarakat (Society)
Di kota besar dengan kepadatan tinggi, terdapat perbedaan komposisi umur dan jenis kelamin,
dalam struktur pekerjaan, dalam pembagian tenaga buruh dan struktur social. Hal ini memaksa
manusia untuk mengembangkan karakteristik yang berbeda sebagai individual, kelompok, unit
dan komunitas.
2. Ruang kehidupan (Shells)
Ruang kehidupan dari perumahan perkotaan memiliki banyak karakteristik meskipun ukurannya
bervariasi. Semakin besar ukuran perumahan, semakin internasional karakteristiknya; sementara
semakin kecil ukurannya semakin dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal.
3. Jaringan (Network)
Salah satu cara paling mendasar untuk menggambarkan struktur permukiman adalah berhubungan
dengan jaringan dan terutama sistem sirkulasi – jalur transportasi dan titik-titik pertemuan (nodal
point).
4. Alam (Nature)
Keadaan permukiman perkotaan berbeda dengan permukiman pedesaan. Lansekap yang ada biasanya
lebih luas dan berlokasi di daerah dataran, dekat dengan danau, sungai atau laut dan dekat dengan rute
transportasi.
Unsur pembentuk struktur tata ruang kota dapat pula dipahami secara persepsional. Menurut
Lynch dalam Pontoh (2009) melihat adanya lima unsur pembentukcitra kota, yaitu path (jalanan), edge
(perbatasan), district (kawasan), node (simpangan), dan landmark (tengeran). Herbert dalam Yunus
(2000) mengemukakan bahwa terdapat 3 model klasik berkaitan dengan struktur kota yang dibedakan
menjadi tori zona konsentris, teori sektoral dan konsep multiple-nuclei. Secara umum model-model
tersebut menjelaskan bagaimana tata guna lahan yang mungkin terbentuk di dalam perkembangan suatu
kota. Struktur tata ruang kota pada dasarnya dibentuk oleh dua elemen utama, yaitu link dan node. Kedua
elemen tersebut sekaligus merupakan elemen utama transportasi (Morlok, 1978:89). Link (jalur) adalah
suatu garis yang mewakili suatu panjang tertentu dari suatu jalan, rel atau rute kenderaan. Sedangkan
node adalah suatu titik tempat suatu jaringan jalan bertemu. Pola jaringan jalan merupakan salah satu
unsur dari morfologi kota (Yunus, 2000:114). Dari berbagai komponen morfologi kota, pola jalan
merupakan komponen yang paling nyata manifestasinya dalam pembentukan periodeisasi pembentukan
kota. Ada tiga sistem pola jalan yang dikenal, yaitu :
a. Pola jalan tidak teratur (Irregular Sysytem)
b. Pola jalan radial konsentris (Radial Concentric System)
c. Pola jalan bersiku (Grid)
Keterkaitan antar wilayah ruang sangat berperan dalam menciptakan perjalanan. Menurut Tamin
(2008) pola pergerakan di bagi dua yaitu pergerakan tidak spasial dan pergerakan spasial. Pola pergerakan
adalah bentuk/model pergerakan yang di klasifikasikan pola orientasi pergerakan. Pola orientasi
pergerakan ditinjau dari asal dan tujuan pergerakan. Hasil analisa pola pergerakan akan digambarkan
dalam bentuk garis keinginan yang menunjukkan pola pergerakan yang terjadi yang dapat
menggambarkan pola penyebaran pusat kegiatan dalam kota (Tamin, 2000). Dalam konteks perjalanan
antar kegiatan yang dilakukan oleh penduduk dalam kota dikenal fenomena bangkitan perjalanan (trip

4
generation) dan tarikan perjalanan (trip attraction). Menurut Tamin (2008), bangkitan perjalanan
sebenarnya memiliki pengertian sebagai jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh zona pemukiman, baik
sebagai asal maupun tujuan perjalanan atau jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh aktifitas pada akhir
perjalanan di zona non pemukiman (pusat perdagangan, pusat perkotaan, pusat pendidikan, industri dan
sebagainya).

3. Metode Penelitian

Tujuan dari tugas akhir ini adalah menganalisis struktur kota Medan dan mengetahui pengaruhnya
terhadap pola pergerakan yang dapat terjadi di kota Medan itu sendiri. Untuk mencapai tujuan tugas akhir
ini dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
i. Mengidentifikasi struktur kota dengan mengidentifikasi perkembangan kota dan unsur-unsur
pembentuk struktur kota
ii. Menganalisis struktur kota dengan menganalisis faktor kependudukan, pola guna lahan dan
jaringan jalan.
iii. Mengidentifikasi moda pergerakan dengan mengidentifikasi moda kenderaan pribadi dan
angkutan umum.
iv. Menganalisis pola pergerakan melalui analisis bangkitan pergerakan, distribusi pergerakan dan
interaksi pergerakan.
v. Menganalisis pengaruh struktur kota terhadap pola pergerakan dengan menganalisis pengaruh
kependudukan, pola guna lahan dan jaringan jalan terhadap bangkitan pergerakan, distribusi
pergerakan, interaksi pergerakan dan moda pergerakan kemudian menarik kesimpulan.
Menurut karakteristik masalah yang diteliti, maka tugas akhir ini termasuk dalam penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini
dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi,
keadaan, ataupun prosedur (William, 2008). Sedangkan menurut Cooper, H.M (2007) penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri baik satu variabel
atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan struktur kota dan
pola pergerakan di kota yang menjadi objek penelitian, kemudian di analisis untuk menemukan hubungan
sebab-akibatnya, yang kemudian akan memberikan gambaran hubungan pengaruh struktur kota terhadap
pola pergerakan.

5
Struktur Kota Medan

Kependudukan Guna Lahan Jaringan Jalan

Karakteristik struktur Bangkitan Pergerakan &


Kota Medan
Moda Pergerakan
(Angkutan umum) dan
Pribadi )

Pola Pergerakan Kota


Medan

Analisis Pengaruh Struktur


Kota Terhadap Pola
Pergerakan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Diagram Alur Karakteristik Struktur Kota Dan Pengaruhnya Terhadap Pola
Pergerakan Di Kota Medan

4. Hasil Penelitian

Apabila ditinjau secara bentuk fisik kotanya, Medan memiliki pola jaringan jalan yang berbentuk
grid pada daerah pusat kota dan berbentuk radial pada daerah pinggiran kota (Hairulsyah, 2006).
Kota dengan struktur pola ini terbentuk didukung oleh faktor topografis yang datar. Keuntungan yang
dimiliki oleh pola jaringan jalan sperti ini adalah mudah untuk menempatkan kegiatan kota dan
efektif dalam penggunaan lahan yang terbatas seperti halnya kota Medan. Pola grid ini akan
mempengaruhi pola penggunan lahan. Struktur ini mempengaruhi penyebaran aktivitas ke segala arah
sehingga memungkinkan pusat aktivitas tidak terkonsentrasi pada satu pusat saja. Dengan demikian

6
dapat disimpulkan bahwa kota Medan memiliki struktur kota multiple nuclei atau struktur kota yang
memiliki pusat kegiatan kota lebih dari satu titik saja.

1. Karakteristik Kota Medan

Gambar 2. Peta Karakteristik Kota Medan Ditinjau dari Struktur Kota

7
Berdasarkan data-data pembentuk struktur kota Medan yaitu data kependudukan, tata guna lahan
berupa pemikiman, pendidikan, perdagangan, jasa dan industri serta jaringan jalan, maka dapat
disimpulkan bahwa kota Medan memiliki struktur kota dengan tipe multiple nuclei atau struktur kota
dengan pusat kegiatan yang tidak berpusat pada satu kawasan saja. Hal ini dapat dilihat pada tiga daerah
kecamatan yang memiliki banyak pusat perdagangan, antara lain kecamatan Medan Kota, Medan Petisah
dan Medan Area. Kawasan industri terletak di daerah Kecamatan Medan Deli, Medan Johor dan Medan
Amplas. Daerah pemukiman terpusat pada kawasan kecamatan Medan Johor, Medan Helvetia dan Medan
Marelan yang cenderung berada di daerah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu Medan
Helvetia dan Medan Marelan. Kemudian daerah pusat pendidikan terletak pada kawasan kecamatan
Medan Helvetia, Medan Denai dan Medan Kota, dimana hal ini berbanding lurus dengan daerah yang
memiliki jumlah siswa yang paling banyak, yaitu kecamatan Medan Kota dan Medan Helvetia.
Ditinjau dari zona keruangannya berdasarkan zona keruangan pada struktur kota multiple nuclei, maka
dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Gambar 3. Model Struktur kota Multiple Nuclei

 Zona 1 (Central Bussines District)


Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Kota, yang merupakan pusat kota yang
menampung sebagian besar kegiatan kota
 Zona 2 (Wholesale Light Manufacturing)
Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Denai, dimana pada daerah ini terletak dekat
dengan zona 1 dan memiliki tenaga kerja paling banyak. (Yunus, 1999:50).
 Zona 3 (Daerah Pemukiman Kelas Rendah)
Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Marelan. Dimana pada kawasan ini pada
umumnya terdiri dari penduduk golongan rendah dan letaknya dekat dengan pabrik-pabrik. (Yunus,
1999:50)
 Zona 4 (Daerah Pemukiman Kelas Menengah)
Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Helvetia. Pada umumnya penduduk yang
tinggal di kawasan ini mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dari penduduk di zona 3.
 Zona 5 (Daerah Pemukiman Kelas Tinggi)
Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Baru, yang memiliki kondisi paling baik untuk
pemukiman dalam artian fisik maupun penyediaan fasilitas. Kawasan ini lokasinya relatif jauh dari daerah
industri berat, memiliki nilai lahan yang cukup tinggi. Oleh karena itu hanya golongan penduduk
berpenghasilan tinggi yang mampu memiliki lahan dan pemukiman di kawasan ini.
 Zona 6 (Heavy Manufacturing)
Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Deli yang merupakan daerah pusat
perindustrian yang paling banyak.

8
 Zona 7 (Pusat Business District Lainnya)
Zona ini terdapat pada kawasan kecamatan Medan Petisah, yang merupakan kawasan dengan
pusat perdagangan terbanyak selain kecamatan Medan Kota. Zona ini muncul untuk memnuhi kebutuhan
penduduk zona 4 dan zona 5.
 Zona 8 (Zona Pemukiman Daerah Pinggiran)
Zona ini terdapat pada kawasan Medan Denai. Dimana pada kawasan ini penduduknya sebagian
besar bekerja di pusat kota, dan di kawasan ini merupakan daerah yang memiliki penduduk bekerja
terbanyak.
 Zona 9 (Zona Industri Daerah Pinggiran)
Zona ini terdapat pada kawasan Medan Amplas. Kawasan ini terletak di daerah pinggiran dan
dijangkau jalur transportasi yang memadai.
Berdasarkan data matriks asal-tujuan, memperlihatkan bangkitan terbesar yang berasal dari
pergerakan internal (dalam kota Medan) terdapat di wilayah kelurahan aur, yaitu sebesar 6.218 smp/jam,
kemudian di wilayah kelurahan Pasar Merah Timur sebesar 2.146 smp/jam dan Kelurahan Teladan Timur
sebesar 1.945 smp/jam. Bangkitan terkecil yang berasal dari pergerakan internal terdapat di wilayah
kelurahan Darat sebesar 268 smp/jam, setelah itu di wilayah kelurahan Anggrung sebesar 276 smp/jam
dan wilayah kelurahan Sei Kera Hilir II sebesar 289 smp/jam. Selain pergerakan internal kota Medan,
pergerakan lalu-lintas di kota Medan juga dipengaruhi oleh bangkitan dari luar (eksternal). Bangkitan
pergerakan terbesar terdapat di kecamatan Medan Baru sebesar 5.028 smp/jam, kemudian wilayah
kecamatan Medan Tembung sebesar 5.018 smp/jam dan wilayah kecamatan Medan Timur sebesar 4.086
smp/jam. Sedangkan bangkitan terkecil yang berasal dari pergerakan eksternal terdapat di wilayah
Namorambe sebesar 138 smp/jam, kemudian wilayah Pagar Merbau sebesar 200 smp/jam dan Pantai
Labu sebesar 222 smp/jam. Besarnya pergerakan eksternal ini disebabkan karena bangkitan pergerakan
penduduk dari luar wilayah kota Medan yang melakukan aktivitas di kota Medan.

No. Kecamatan Bangkitan Tarikan


1. Medan Tuntungan 120.634 159.109
2. Medan Johor 133.559 165.107
3. Medan Amplas 182.384 112.088
4. Medan Denai 179.482 224.713
5. Medan Kota 263.056 377.822
6. Medan Maimun 145.925 134.992
7. Medan Polonia 199.421 154.132
8. Medan Baru 110.774 191.821
9. Medan Selayang 123.406 102.763
10. Medan Sunggal 201.619 141.314
11. Medan Area 319.581 307.298
12. Medan Perjuangan 132.794 272.809
13. Medan Timur 329.898 292.608
14. Medan Petisah 184.532 233.566
15. Medan Helvetia 204.806 190.819
16. Medan Barat 319.302 160.887
17. Medan Tembung 190.175 170.627
18. Medan Deli 198.252 171.752
19. Medan Marelan 102.861 100.642
20. Medan Labuhan 142.168 121.858
21. Medan Belawan 192.804 190.796
Total 3.977.433 3.977.433

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan

9
Berdasarkan data-data yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa faktor utama dari struktur
kota yang mempengaruhi pola pergerakan di kota Medan adalah sektor perdagangan. Karena daerah yang
merupakan penarik pergerakan terbesar terdapat pada kecamatan Medan Kota dan Medan Area yang
merupakan daerah dengan pusat perdagangan terbesar di kota Medan, dan daerah yang memiliki
pembangkit pergerakan terbesar terdapat pada kecamatan Medan Timur yang merupakan daerah yang
berbatasan langsung dengan ketiga daerah yang merupakan pusat perdagangan terbesar di kota Medan,
yaitu Medan Kota, Medan Area dan Medan Petisah. Dengan demikian Kota Medan memiliki pola
pergerakan menyebar yang tidak terkonsentrasi pada satu daerah saja.

5. Kesimpulan

1. Struktur ruang kota Medan memiliki struktur kota yang cenderung membentuk model multiple
nuclei.
2. Bangkitan terbesar berasal dari wilayah yang berbatasan paling dekat dengan ketiga daerah
dengan pusat perdagangan terbesar di kota Medan yaitu kecamatan Medan Timur
3. Daerah penarik pergerakan terbesar di kota Medan adalah daerah yang memiliki pusat
perdagangan terbesar yaitu kecamatan Medan Kota dan Medan Area
4. Sistem jaringan angkutan kota dan moda angkutan dipengaruhi tipe struktur kota. Kota Medan
memiliki pusat-pusat kegiatan yang menyebar dengan pola dasarnya adalah jaringan jalan grid
membentuk pelayanan lebih merata aktivitas kegiatan yang tersebar di berbagai tempat. Jarak
pencapaian yang pendek dan banyak hambatan kurang cocok digunakan kenderaan moda besar
(bus besar).
5. Faktor utama dari struktur kota yang mempengaruhi pola pergerakan di kota Medan adalah faktor
perdagangan.
6. Realisasi faktor-faktor pembentuk struktur kota di kota Medan ternyata tidak terintegrasi dengan
baik dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah yang dimiliki kota Medan

6. Saran

1. Untuk mengurangi ketergantungan di pusat kota maka adanya penyebaran komponen-komponen


kegiatan kota seperti komersial, perkantoran, dan fasilitas pelayanan dan sosial khususnya
wilayah pinggiran yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup tinggi seperti kawasan Medan
Marelan dan Medan Deli, sehingga tidak tergantung pada pusat kota supaya mengurangi
pergerakan ke daerah pusat kota sekaligus mengurangi panjang perjalanan penduduk yang harus
ditempuh dan permasalahan lalu lintas.
2. Untuk mengurangi permasalahan lalu lintas dan panjang perjalanan yang harus ditempuh, dapat
digunakan konsep rayonisasi sekolah, konsentrasi perkantoran yang terpadu pada satu kawasan,
vertical building (rumah susun/apartemen) pada kawasan pusat kota.
3. Penyediaan angkutan umum yang bersifat massal untuk melayani daerah pinggiran di wilayah
kota Medan.
4. Pembangunan bagi pengembangan pemukiman oleh pengembang harus tertuang dalam Rencana
Tata Ruang Kota dan didukung oleh kebijakan seperti menyediakan fasilitas-fasilitas pelayanan
bagi perumahan untuk mengurangi ketergantungan pada kawasan pusat.
5. Perlu adanya penambahan luas ruas jalan untuk memungkinkan diadakannya moda transportasi
yang bersifat massal yang dapat mengurangi beban lalu-lintas di kota Medan

10
7. Daftar Pustaka

Hairulsyah. 2006. “Kajian Tentang Transportasi di Kota Medan dan Permasalahannya


(Menuju Sistem Transportasi yang Berkelanjutan)”. Jurnal Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah Wahana Hijau Vol. 1 No. 3-April 2006. Medan

Medan Dalam Angka 2012. BPS Kota Medan


Morlok, E. K., (1991), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penebit Erlangga,
Jakarta.
Pontoh, Nia. K. Iwan Kustiawan. 2009. Pengantar Perencanaan Perkotaan. Penerbit ITB.
Bandung

Sangadji, Etta M, Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Penerbit Andi. Yogyakarta

Tamin, Ofyar Z. 2008. Perencanaan, Pemodelan, dan Rekayasa Transportasi. Penerbit


ITB. Bandung

Yunus, Hadi S. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai