PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah faktor - faktor yang menjadi penyebab stress pada hewan?
2) Bagaimana gejala dan dampak hewan yang terserang stress?
3) Bagaimana mekanisme stress pada hewan?
4) Parameter Pengukur Stres Ternak
1.3 Tujuan
Ada pun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Memperkenalkan faktor – faktor yang menjadi penyebab stress pada hewan
2) Memperkenalkan gejala dan dampak hewan yang terserang stress
3) Memperkenalkan mekanisme stress pada hewan
1.4 Manfaat
Ada pun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Mahasiswa mampu mengetahui faktor – faktor yang menjadi penyebab stress
(stressor) pada hewan
2) Mahasiswa mampu mengetahui gejala dan dampak hewan yang terserang stress
3) Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme stress pada hewan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Luka
Luka adalah rusak atau hilangnya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, atau
gigitanhewan lainnya. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul adalah
seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, pendarahan dan pembekuan
darah, kontaminasi bakteri, serta terjadi kematian sel pada jaringan yang rusak
tersebut. Jenis-jenis luka pada ternak ada beberapa macam yaitu cedera, luka
gigitam ular, cedera listrik, luka gigitan, luka proyektil (luka tembakan), dan luka
bakar.
2.1.2 Nyeri
Nyeri adalah perasaan tertekan yang sering disebabkan oleh rangsangan yang
kuat atau merusak. Nyeri biasanya bersifat sementara, hanya berlangsung sampai
stimulus berbahaya dihilangkan atau kerusakan atau patologi yang mendasarinya
telah sembuh, tetapi beberapa kondisi yang menyakitkan, seperti rheumatoid
arthritis , neuropati perifer , kanker dan nyeri idiopatik , dapat bertahan selama
bertahun-tahun. Nyeri yang berlangsung lama disebut kronis atau persisten, dan
nyeri yang sembuh dengan cepat disebut akut. Pada tahun 1968 Ronald Melzack
dan Kenneth Casey menggambarkan rasa sakit kronis dalam tiga dimensi: sensori-
diskriminatif (rasa intensitas, lokasi, kualitas dan durasi rasa sakit), afektif-motivasi
(ketidaknyamanan dan dorongan untuk keluar dari ketidaknyamanan), dan kognitif-
evaluatif (kognisi seperti penilaian, nilai-nilai budaya, gangguan dan sugesti
hipnosis).
3
2.1.3 Penyakit
Faktor utama penyebab ternak terjangkit suatu penyakit yaitu dari segi
lingkungan, makanan dan minuman, serta cara peternak memelihara hewan
ternaknya yang dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung yang akan
mempengaruhi kehidupa ternaknya. Penyakit pada hewan ternak dapat
dikategorikan sebagai penyakit yang menyerang hewan ternak yang disebabkan
oleh agen patogen seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur. Ada juga penyakit yang
menyerang hewan ternak yang disebabkan oleh agen infeksius seperti senyawa
beracun atau gangguan metabolisme. Penularan penyakit dapat dibedakan juga
dengan hanya menular antar hewan dan menular dari hewan ke manusia (zoonosis).
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur pada sapi/kerbau yang sering
dijumpai atau bahkan jarang terjadi di lingkungan masyarakat yaitu kegagalan
reproduksi pada sapi atau kerbau.
2.1.4 Kelaparan
Ternak yang dipelihara harus bebas dari rasa haus dan lapar (Freedom from
hunger and thirst). Hal ini dilakukan dengan menyediakan kemudahan akses air
minum dan penyediaan pakan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ternak. Apabila hal ini tidak dapat dipenuhi akan berakibat pada
timbulnya penyakit dan penderitaan ternak.
2.1.4 Dehidrasi
Dehidrasi merupakan kondisi tubuh hewan dimana kekurangan cairan baik
intrasel maupun ekstrasel. Kejadian ini dapat terjadi akhibat kurangnya asupan
cairan atau air minum yang masuk ke dalam tubuh dan penyakit. Diare salah satu
gejala penyakit yang dapat memicu kajadian dehidrasi pada ternak karena
keluarnya cairan yang berlebih dari dalam tubuh yang tidak terkendali pada hewan.
Cuaca ekstrem (kekeringan) yang berkepanjangan menyebabkan berkurangnya
sumber air di lahan sekitar peternakan sehingga hewan ternak kesulitan
mendapatkan air. Dehidrasi pada ternak juga sering terjadi pada saat bencana alam
seperti letusan gunung berapi dan gempa bumi. Disaat terjadi gempa sapi yang
dipelihara dengan ditambatkan di kandang kemudian ditinggalkan pemiliknya
4
sampai beberapa waktu untuk menyelamatkan diri dari musibah. Sapi yang masih
bertahan hidup tersebut kekurangan makan dan minum dan berujung dehidrasi serta
stress.
5
2.3 Mekanisme Stress pada Hewan
Pada mekanisme stress akan tampak perubahan pada dopamine. Dopamin
merupakan neurotransmitter yang disekresikan oleh neuron dari substansi gria mid
brain. Dopamine berperanan penting untuk kesehatan mental dan fisik. Secara
normal, dopamine akan mengaktivasi protein Gi sehingga kanal ion K+ akan
terbuka dan ion K+ akan keluar, maka terjadi hiperpolarisasi dan penghambatan
transmisi potensial aksi yang menstimulasi eksitabelitas jaringan maka hewan
tampak tenang atau rileks. Dopamin pada posisi lain mengaktivitasi protein Gi yang
berikatan dengan reseptor α2, kondisi ini akan menghambat adenil siklase sehingga
cAMP menurun. Hal ini sebagai umpan balik kanal ion K+. Hewan yang dalam
kondisi stress akan mensekresikan dopamin yang berlebihan sehingga aktivasi
protein Gi meningkat dan aktivasi kanal ion K+ pun meningkat. Hal ini
menyebabkan ion K+ dalam jumlah berlebih akan keluar dari kanal ion sehingga
terjadi hiperpolarisasi dan penghambatan transmisi potensial aksi yang berlebihan
hingga terjadi hipereksitabelitas jaringan dan mendepresikan susunan syaraf pusat.
Ada 2 macam reaksi yang dalam kondisi stress. Reaksi pertama terjadi adalah
situasi berespon lari atau lawan. Fase ini menunjukkan tubuh mempersiapkan diri
untuk menghadapi bahaya dengan salah satu atau dua cara yang ditawarkan, yakni
melawan atau melarikan diri. Perubahn fisiologis yang diperlukan untuk melawan
atau melarikan diri adalah sama. Hipotalamus di otak mengisyaratkan ACTH untuk
menstimulasi kortek adrenal untuk mensintesa dan melepaskan kortisol pada zona
fasiculata. Kortisol mengikuti sirkulasi darah sehingga denyut jantung meningkat
dan pernapasan menjadi dangkal. Denyut jantung yang meningkat secara mendadak
tersebut menyebabkan suplai darah ke otot dan otak meningkat maka tubuh
membutuhkan energy ekstra untuk merespon terhadap bahaya tersebut, pada
kondisi demikian suplai gula darah meningkat. Fisiologis tubuh, otot tampak
melakukan tindakan melawan atau melarikan diri. Akibat redistribusi ini maka
Nampak pucat, bagian ekstremitas menjadi dingin, ekspresi muka cemas dan
ketakutan.
Reaksi kedua adalah memudar dan menghilangkan reaksi khawatir, sehingga
tubuh nampak kembali normal. Rasa puas terjadi karena tubuh telah mengatasi
6
stress. Namun, jika stressor bertahan maka sebenarnya tubuh melawan secara aktif
untuk sementara waktu dan bila tubuh tetap berada dalam tekanan, maka akan
muncul gejala-gejala baru. Gejala ini sama dengan yang terlihat pada reaksi
khawatir, yang akibatnya tubuh menjadi semakin rentan terhadap penyakit dan
disfungsi organik.
3. Denyut Jantung
Denyut jantung merupakan urutan peristiwa yang terjadi secara kontinyu pada
jantung, berupa gerakan diastole (relaksasi) dan gerakan sistole (kontraksi). Denyut
jantung normal sapi adalah 60—80 kali per menit. Kisaran tersebut dapat berubah-
ubah sesuai kondisi internal sapi maupun kondisi lingkungan. Bila terjadi cekaman
panas akibat temperatur lingkungan yang cukup tinggi maka akan menyebabkan
frekuensi denyut jantung ternak akan meningkat. Hal tersebut berhubungan dengan
peningkatan frekuensi respirasi yang menyebabkan terjadinya peningkatan
aktivitas otot-otot respirasi. Hal tersebut mempercepat pemompaan darah ke
permukaan tubuh dan selanjutnya akan terjadi pelepasan panas tubuh. Intensitas
kinerja denyut jantung dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu bangsa sapi, ukuran
tubuh, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, kebuntingan, melahirkan, laktasi,
perangsangan, gerak tubuh, aktivitas mencerna makanan, ruminasi, dan suhu
lingkungan
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stress merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari makhluk
hidup yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan
eksternal. Sedangkan stressor merupakan kejadian atau situasi, yang menjadi unsur
yang dapat menimbulkan stress dan menyebabkan reaksi stress sebagai hasilnya.
Ketika di hadapkan dengan perubahan yang terjadi di lingkungan, homeostasis akan
terganggu dan organisme akan menderita stress selama masa adaptasi terhadap
perubahan tersebut. Berbagai faktor yang mempengaruhi stress pada hewan
berdasarkan fisiologisnya diantaranya adalah: luka, nyeri, penyakit, kelaparan, dan
dehidrasi.
3.2 Saran
Penulisan makalah Penyebab Stres Pada Ternak Berdasarkan Faktor Fisiologis
ini masih jauh sekali dari kesempurnaan. Kurang lebihnya kami sebagai penulis
memohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah. Makalah ini
memiliki banyak kekurangan sehingga diharapkan pemberian kritik dan saran yang
membangun. Penulis berharap meskipun jauh dari kesempuranaan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
9
DAFTAR PUSTAKA
10