Anda di halaman 1dari 54

SPESIFIKASI TEKNIS

Rehabilitasi Dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah Kab. Lima Puluh Kota, Kab.

Tanah Datar, Solok Selatan, Kota Solok & Sawahlunto

LOKASI

Kabupaten Lima Puluh Kota

Kabupaten Tanah Datar


Kabupaten Solok Selatan

Kota Solok

Kota Sawahlunto

TAHUN ANGGARAN

2019 dan 2020


PASAL 1

UMUM

Nama Pekerjaan : Rehabilitasi Dan Renovasi Sarana Prasarana

Madrasah Kab. Lima Puluh Kota, Kab. Tanah Datar,

Solok Selatan, Kota Solok & Sawahlunto

Lokasi : Kab. Lima Puluh Kota


1. MTSN 4 Lima Puluh Kota

2. MTSN 1 Lima Puluh Kota

Kab. Tanah Datar

1. MTSN 15 Tanah Datar


2. MTSN 14 Koto Nan TuoBarulak

Kab. Solok Selatan

1. MTSN 5 Solok Selatan

2. MTSN 4 Solok Selatan


3. MTSN 6 Solok Selatan

4. MAN 1 Solok Selatan

5. MIN 6 Solok Selatan


6. MIN 3 Solok Selatan

7. MTSN 1 Solok Selatan

8. MTSN 3 Solok Selatan

Kota Solok
1. MTSN Kota Solok

Kota Sawahlunto

1. MTSN 1 Kota Sawahlunto

Nilai Pagu : Tahun Anggaran 2019 Sebesar Rp. 20.981.000.000

(Dua Puluh Milyar Sembilan Ratus Delapan Puluh


Satu Juta Rupiah).
Tahun Anggaran 2020 Sebesar Rp. 13.987.000.000

(Tiga Belas Milyar Sembilan Ratus Delapan Puluh


Tujuh Juta Rupiah)
Total Pagu Tahun Anggaran 2019 dan 2020 Sebesar
Rp. 34.968.000.000,00,- (Tiga Puluh Empat Milyar

Sembilan Ratus Enam Puluh Delapan Juta Rupiah)


Nilai HPS : Rp. 31.730.805.883,00,- (Tiga Puluh Satu Milyar

Tujuh Ratus Tiga Puluh Juta Delapan Ratus Lima


Ribu Delapan Ratus Delapan Puluh Tiga Rupiah)
Sumber Dana : a. APBN melalui DIPA Satker Pelaksanaan
Prasarana Permukiman Provinsi Sumatera Tahun

Anggaran 2019 dan 2020.

b. Apabila Alokasi dalam Dokumen anggaran (DIPA

TA 2019 dan 2020) yang disahkan tidak tersedia


dan /atau tidak mencukupi, maka pengadaan

barang / jasa dibatalkan dan penyedia barang/

jasa tidak dapat menuntut ganti rugi dalam

bentuk apapun. Penerbitan SPPBJ dan


penandatanganan kontrak dapat dilakukan

setelah DIPA ditetapkan.

PASAL 2

LATAR BELAKANG

1) Pada Sidang Kabinet Paripurna Tanggal 18 Juli 2018 Di Bogor, Kementerian PUPR

mendapat amanah tambahan untuk kegiatan pembangunan sarana dan prasarana


guna menunjang penguatan SDM. Salah satunya ialah untuk rehabilitasi dan

renovasi sekolah.

2) Status kepemilikan lahan Madrasah ini merupakan milik Pemerintah Daerah Kota

Solok, Kab. Lima Puluh Kota, Kab. Tanah Datar, Kota sawahlunto dan Kab. Solok
Selatan.

3) Secara gambaran umum, lokasi proyek Kota Solok, Kab. Lima Puluh Kota, Kab.

Tanah Datar, Kota sawahlunto dan Kab. Solok Selatan.


4) Adapun pekerjaan fisik Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah ini

melingkup dengan 5 (lima) tipe pekerjaan sebagai berikut :

i. Pekerjaan Sipil

ii. Pekerjaan Mekanikal


iii. Pekerjaan Elektrikal

iv. Pekerjaan Hardscape / Arsitektural


v. Pekerjaan Softcape / Arsitektural

5) Pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Madrasah juga

mempertimbangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24/2007 tentang

Standar Sarana Prasarana
untuk SD/SD/MI), SMP/SMP/MTs, DAN SMA/SMA/MA,


dan kegiatan prioritas lainnya sesuai arahan pemberi tugas yang penanganannya

harus dilaksanakan segera.

PASAL 3

MAKSUD DAN TUJUAN


a. Spesifikasi Teknis ini merupakan arahan/petunjuk bagi Penyedia Jasa sesuai

dengan persyaratan yang diharapkan Penyedia Jasa (Owner)

b. Dengan Penugasan ini diharapkan Penyedia Jasa dapat melaksanakan tanggung

jawabnya untuk memberikan barang yang memenuhi persyaratan teknis sesuai KAK
ini.

PASAL 4

NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA

Pengguna Jasa adalah Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi

Sumatera Barat.

PASAL 5

LINGKUP KEGIATAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan, pemborong melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

rincian pekerjaan meliputi

1. Pekerjaan Sipil

2. Pekerjaan Mekanikal
3. Pekerjaan Elektrikal

4. Pekerjaan Hardscape / Arsitektural

5. Pekerjaan Softcape / Arsitektural


PASAL 6

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 180 (Seratus Delapan Puluh) Hari Kalender.
PASAL 7

PERSYARATAN PENYEDIA KONSTRUKSI


Memiliki Surat Izin sebagai berikut :

a. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) KualifikasiMenengah

b. SBU

c. Klarifikasi : Bidang Jasa Pelaksana


- Sub Klarifikasi : BG007 ( Jasa Pelaksana Bangunan Pendidikan)

d. Persyaratan Kualifikasi Perusahaan lainnyaakan ditentukan dalam dokumen

Pengadaan

PASAL 8
PERSONIL YANG DIPERLUKAN DALAM PELAKSANAAN

Pendidikan Pengalaman
NO Jabatan Jumlah SKA/SKT Minimal
minimal minimal

Personil Manajerial

SKA Manajemen
1. Project S.1Teknik 4 Tahun
1 Orang Proyek (Muda)
Manager Sipil/Arsitektur

Sipil Ahli Teknik


2. Site Manager 1 Orang S.1 Teknik Sipil 3 Tahun Bangunan Gedung

(Muda)

3. Ahli K3 1 Orang S.1 Teknik Sipil 3 Tahun SKA K3

SKA Ahli Bangunan


4. Pelaksana 3 Orang S.1 Teknik Sipil 3 Tahun
Gedung

Administrasi Minimal D3
5. 2 Orang 2 Tahun Ijazah
Keuangan Ekonomi

Personil Penunjang

Minimal STM
6. Petugas K3 14 Orang 3 Tahun Ijazah
Bangunan

Asisten Minimal STM


7. 14 Orang 3 Tahun Ijazah
Pelaksana Bangunan
Drafter dan Minimal D3
8. 4 Orang 3 Tahun Ijazah
Adm Teknik Teknik Sipil

Keterangan :

A. Tenaga Ahli Melampirkan:

a. Surat Keterangan Pengalaman Kerja/Referensi Kerja;


b. Surat Pernyataan Kesediaan untuk ditugaskan

c. Ijasah yang telah dilegalisir

d. SKA (Surat Keterangan Ahli) sesuai tabel diatas yang diakreditasi oleh LPJK (No.

Registrasi, Nama dan Klarifikasi harus jelas)


e. KTP yang masih berlaku

PASAL 9

PERALATAN MINIMAL YANG DIPERLUKAN DAN DIDUKUNG PELAKSANAAN

NO Jenis Alat Kapasitas Jumlah Keterangan

1. Molen 0,5 M3 14 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

2. Stamper 2 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

3. Pick Up 2 Ton 2 Unit Milik Sendiri/Sewa/Sewa Beli

PASAL 10

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)

Penyedia menyampaikan pakta komitmen dan penjelasan manajemen risiko serta

penjelasan rencana tindakan sesuai tabel jenis pekerjaan dan identifikasi bahayanya di
bawah ini (diisi oleh Pejabat Pembuat Komitmen):

No Jenis/Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya

 Kecelakaan akibat terkena palu


1 Pekerjaan Persiapan
saatmemasang patok/mal/bekisting, akibat
tertusuk ujung kayu/besi yang runcing.
 Kecelakaan akibat alat kerja
2. Pekerjaan rangka baja  Terjatuh dari ketinggian
 Tertimpa peralatan dan material kerja
 Tersengat listrik
 Terpotong
Pekerjaan beton  Terkena Pecahan Material
 Tertimpa material yang jatuh dari ketinggian
Pekerjaan Dinding  Terjatuh saat pengecoran
3
 Tertimpah batu (material)
Pekerjaan Lantai
 Tangan dan kali kena batu (material)
Pekerjaan plesteran  Tertabrak
 Terguling (alat berat)
Pekerjaan Atap
 Gangguan pernapasan akibat pekerja terkena
Pekerjaan plafond/langit debu
4
langit  Jatuh dari ketinggian
 Tangan kena palu dan paku
Pekerjaan pintu dan jendela  Tangan terjepit kayu

 Terjatuh dari ketinggian


5 Pekerjaan Plafon  Tertimpa alat dan material

 Pekerja tejatuh dari ketinggian


 Menghirup uap cat
6 Pekerjaan pengecatan  Ganguan saluran pernapasan akibat
pengecatan

Pekerjaan perlengkapan  pekerja tergelincir


7
dalam (toilet)  terluka ketika bekerja dengan perlatan dan
bahan (besi, kayu dsb)
 Terbakar
 Tersengat listrik
Pekerjaan Mekanikal  Terpotong
8
Elektrikal  Tertimpa
 Terjatuh ketinggian
 Terpeleset tersandung
 Tersentrum aliran listrik
 Terjatuh
 Tertimpa
 bekisting/scaffolding jatuh dan menimpa
pekerja/fasilitas
9 Pekerjaan Struktur atas
 pekerja terluka ketika bekerja
 Lifitng material (dengan tower crane)material
terjatuh dari ketinggian dan menimpa pekerja
 pekerja terkena debu dan kotoran
 Terguling (alat berat)
 pekerja terluka terkana alat galian (skop,
cangkul dsb)
 pekerja terjatuh, tergelincir msuk lubang
galian.
10 Pekerjaan Pondasi
 Pekerja tertimpa batu (material)
 Tangan dan kaki terkena batu (material)
 Tertimbun
 Tergores/luka akibat terkena material/bahan
11 Pekerjaan Pipa & Sanitasi sanitair
 Tertimpa batu
 Tangan kaki terkena batu
 Tersengat listrik
 Kepala kejatuhan benda
 Terjatuh scaffolding/tangga
12 Pekerjaan Listrik  Menginjak benda tajam
 Tersandung dan jatuh
 Terpeleset
 Kepala terkena benda tumpul
 Kaki terluka karena benda
 Menginjak benda tajam
 Tersandung dan jatuh
 Terpeleset
13 Pekerjaan Arsitektur/Finishing  Tertimpa batu (material)
 Kulit mengelupas akibat spesi
 Jatuh dari ketinggian
 Kepala terkena benda tumpul
 Kaki terluka karena benda
14 Pekerjaan Penangkal Petir  Terjatuh

PASAL 11
PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan konstruksi harus memenuhi persyaratan

yang tercantum dalam Spesifikasi Teknis yang terlampir pada Dokumen Lelang dan
Ketentuan lainnya akan diatur dalam Surat Perjanjian Pekerjaan (Kontrak).

PASAL 12

SYARAT-SYARAT DAN LINGKUP PEKERJAAN, PERATURAN DAN STANDARD

12.1 Syarat-syarat Umum, Peraturan dan Standart


Dalam melaksanakan pekerjaannya, Kontraktor harus mematuhi peraturan-peraturan

yang berlaku di dalam Negara Republik Indonesia.

Pada khususnya peraturan-peraturan ini berkenaan dengan pasal di atas meliputi :

a. Peraturan Umum untuk pemeriksaan bahan bangunan


- PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia)

- PBI (Peraturan Beton Indonesia)

- NI-3-1970
- Peraturan Umum untuk bahan bangunan Indonesia (PUBI)
- Dengan segala perubahan-perubahannya yang terakhir

- Dan lain sebagainya.


b. Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang penggunaan tenaga kerja, harian,

mingguan dan bulanan/borongan, termasuk jam kerja).

c. Peraturan Daerah

Tata cara pelaksanaan atau peraturan-peraturan pembangunan dari Pemerintah


Daerah setempat dimana bangunan tersebut didirikan harus ditaati.

12.2 Ruang Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah “Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana

Madrasah Kab. Lima Puluh Kota, Kab. Tanah Datar, Solok Selatan, Kota Solok &
Sawahlunto”

PASAL 13

SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

a. Sebelum memulai pelaksanaan, Pemborong wajib mempelajari dengan seksama gambar


kerja dengan syarat pelaksanaan serta Berita Acara Penjelasan pekerjaan. Selain itu

Pemborong wajib pula membuat metoda kerja, time schedule, daftar peralatan yang

dimiliki serta personil yang terlibat dan harus mengikuti seluruh peraturan yang masih
berlaku di Indonesia.

b. Setelah pekerjaan selesai Pemborong harus menyerahkan as built drawing kepada

Direksi. Gambar as built drawing ini digambar dalam kertas ukuran A3.

c. Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Direksi setiap ada perbedaan ukuran


diantara gambar-gambar, perbedaan antra Gambar Kerja, Rencana dan Syarat-syarat

(RKS) untuk mendapatkan keputusan. Tidak dibenarkan sama sekali bagi Pemborong

memperbaiki sendiri perbedaan tersebut diatas. Akibat-akibat dari kelalaian Pemborong

dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.


d. Setiap langkah pekerjaan sebelum mulai pada pelaksanaan, Kontraktor terlebih dahulu

harus membuat shop drawing. Acuan shop drawing dari gambar rencana dan kondisi

situasi di lapangan yang sebenarnya.


e. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaanya maupun yang sedang dilaksanakan,

Pemborong diwajibkan berhubungan dengan Direksi, untuk ikut menyaksikan sejauh

tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan/persetujuan.


f. Setiap usul perubahan dari Pemborong ataupun persetujuan pengesahan dari Direksi

dianggap berlaku, sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.


g. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus

dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.

h. Kontraktor harus mengikuti ketentuan-ketentuan peraturan nasional, propinsi dan kota

yang bersangkutan disamping ketentuan-ketentuan dalam RKS.


PASAL 14

JENIS DAN MUTU BAHAN

a. Kualitas dan kuantitas dari pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak dianggap

seperti apa yang tertera dalam gambar dan syarat-syarat.


b. Kekeliruan dalam uraian, kuantitas dan kualitas atau kekurangan bagian-bagian dari

gambar kontrak dan RKS tidak boleh merusak (membatalkan) kontrak ini, tapi hendaknya

diperbaiki dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas.

c. Sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi Menteri


Perindustrian dan Penerangan No. 472/kpb/XII/80, 813/M/SK/12/1980,

64/MENPAN/1980 tanggal 23 Desember 1980, pemakaian bahan diutamakan memakai

produk dalam negeri yang memehuni persyaratan.


d. Semua bahan yang digunakan harus memenuhi SNI.

PASAL 15

GAMBAR-GAMBAR/PROTOTYPE/CONTOH BARANG

a. Gambar-gambar pelaksanaan untuk seluruh pekerjaan harus selalu ada dilapangan


dalam setiap waktu. Gambar- gambar tersebut harus dalam keadaan jelas dapat dibaca

dan menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.

b. Contoh bahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau Pengawas harus segera

disediakan atas biaya Pemborong dan contoh-contoh tersebut harus sesuai dengan
standar contoh yang tercantum dalam RKS ini atau atas petunjuk Pengawas.

c. Apabila contoh bahan kualitasnya meragukan, maka untuk meyakinkan semua pihak

harus dilakukan test laboratorium dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor.


PASAL 16

SITUASI DAN UKURAN

16.1 Situasi

a. Pemborong wajib meneliti situasi tapak, site dan luasnya pekerjaan serta hal-hal

lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.

b. Kelalaian akibat kekurang telitian, Pemborong dalam hal ini tidak dijadikan alasan
untuk mengajukan tuntutan.

16.2 Ukuran

a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam mm, cm, dan m.

b. Duga kontur (permukaan tanah) ditentukan sesuai dengan gambar perencanaan.


c. Pemborong harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara mengukur. Alat-

alat menyipat datar (theodolit, waterpass) prisma silang harus selalu berada

dilapangan.

PASAL 17

PEKERJAAN PERSIAPAN

17.1 Jalan Masuk ke Proyek

Jalan masuk ketempat pekerjaan/proyek harus dijaga dari kerusakan maupun


kebersihannya dan atas biaya oleh Pemborong sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingan proyek, juga diperhitungkan pula untuk sirkulasi keluar masuk kendaraan

proyek, orang, peralatan berat dan lain sebagainya bisa lancar dan baik, tidak sampai

terjadi longsor, amblas dan genangan air/becek pada waktu hujan, yang bisa
menghambat jalannya pekerjaan. Bila ada kerusakan pada saat tersebut maka harus

diperbaiki segera oleh Pemborong.

17.2 Pembongkaran dan Pembersihan Lahan

a. Semua penghalang dalam batas bangunan dimana bangunan akan didirikan,


seluruhnya harus dibebaskan, kecuali hal-hal yang tercantum dalam gambar-

gambar dan sesuatu yang ditentukan oleh Pemberi Tugas, dan pemborong wajib

menyediakan penampungan sementara bagi pedagang yang tempatnya masuk


dalam lokasi pembangunan.
b. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada harta benda sekitar proyek yang

diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab


pemborong.

c. Semua saluran-saluran yang masih berfungsi seperti riol, saluran air, listrik atau

benda-banda lain yang masih berfungsi harus dilindungi, kecuali kalau dinyatakan

harus dihilangkan. Bila hal tersebut ternyata terjadi kerusakan, maka harus
diganti/diperbaiki dengan biaya Pemborong yang bersangkutan.

17.3 Kantor Konsultan Pengawas dan Fasilitas, Kantor Kontraktor dan Fasilitas, Los Kerja dan

Bahan

a. Kantor konsultan Pengawas, Kantor Kontraktor dan akomodasi staf pengawas dan
sebagainya harus dijaga dan dirawat sampai proyek tersebut selesai.

b. Bangunan untuk kantor dan akomodasi harus dijaga dan dirawat sampai proyek

tersebut selesai.

c. Selama jangka waktu penuh masa kontrak, kontraktor harus menyediakan Kantor
Konsultan pengawas, dengan fasilitas pelayanan seperti listrik, telepon, dan air dan

sebagainya dengan tanpa biaya tambahan dari pemberi tugas.

d. Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadam kebakaran secukupnya disemua


kantor, los kerja, gudang dan sebagainya.

17.4 Kantor Konsultan Pengawas

a. Bangunan

Kantor Konsultan Pengawas merupakan bangunan sementara yang


dipertimbangkan pemakaianya sesuai dengan waktu pelaksanaan pekerjaan secara

bertahap.

Ruang Kantor Konsultan Pengawas dijelaskan sebagai berikut :

- Ruang Rapat
- Ruang Konsultan Pengawas

- Gudang

- Musholla
- KM dan WC

Sesuai gambar /lampiran


b. Bangunan Kantor Konsultan Pengawas dan fasilitas tersebut diatas selama jangka

waktu masa kontrak, kontraktor harus merawatnya.


17.5 Kantor Pelaksanaan Kontraktor dan Fasilitas, Penyimpanan Bahan-Bahan dan Los Kerja

Ukuran kantor, gudang bahan, bahan dan los kerja terserah kepada kontraktor sesuai

kebutuhan dengan tidak mengabaikan keamanan, kebersihan dan bahaya kebakaran.

17.6 Listrik dan Air Kerja


Untuk kegiatan pelaksanaan pekerjaan, Pemborong wajib mengadakan listrik dan air

kerja untuk digunakan sebagai penunjang kegiatan dan kebutuhan dalam pelaksanaan

pekerjaan, pengadaan listrik dan air tersebut adalah atas biaya pemborong.

17.7 Telepon dan Fax


Penyediaan telepon dan fax diadakan oleh kontraktor dan atas biaya kontraktor

dipergunakan untuk kelancaran koordinasi dan hubungan kerja antara satu dengan

lainnya.

17.8 Pagar proyek


a. Pagar proyek didirikan pada batas-batas yang mengililingi tapak proyek seperti

ditentukan dalam gambar.

b. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 22 atau sejenis di pasang pada
tiang rangka kayu 5/7 dan 4/6 dan pondasi beton tumbuk (pondasi setempat)

c. Pintu pagar dibuat dengan konstruksi serupa

d. Seng gelombang bagian luar dicat dengan warna atas persetujuan/ditentukan oleh

direksi dilapangan.
e. Pagar proyek harus dijaga/dipelihara keutuhannya selama proyek berlangsung.

17.9 Papan Nama Proyek

a. Pemborong diwajibkan memasang papan nama proyek ditempat lokasi dan

dicanangkan di tempat yang mudah dilihat umum.


b. Pemasangan papan nama proyek dicantumkan pada saat dimulainya pelaksanaan

proyek dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek.

c. Bentuk, ukuran dan isi papan nama proyek harus mengikuti ketentuan Pemerintah
Daerah setempat.

d.
PASAL 18

PEKERJAAN TANAH DAN ANTI RAYAP

18.1 Lingkup Pekerjaan

18.1.1 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan yang dilaksanakan adalah pekerjaan pembentukan tanah untuk bangunan

dan galian tanah pondasi.

18.1.2 Pekerjaan Anti Rayap

Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh rekanan meliputi bagian-bagian pekerjaan

yang dinyatakan dalam gambar pelaksanaan pekerjaan ini, termasuk di dalamnya :

a. Menyediakan tenaga kerja.


b. Mobilisasi peralatan berikut alat bantu lainnya

c. Menyediakan bahan-bahan/material bangunan

d. Mengadakan pengamanan dan pengawasan selama berlangsungnya pekerjaan ini

sampai dengan penyerahan pekerjaan pada tahap akhir sehingga seluruh


pekerjaan ini selesai dengan sempurna.

18.2 Cara Pelaksanaan

18.2.1 Pekerjaan Tanah meliputi :


a. Pematokan

- Sebelum bagian pekerjaan lainnya dimulai, Kontraktor melakukan pematokan

untuk menetapkan AS fan Peil rencana serta batas.

- Dalam pematokan ini, Kontraktor harus memperhatikan titik-titik


referensi/Bench Mark yang ada.

- Pematokan dilakukan oleh Kontraktor kemudian diperiksa kembali bersama

oleh Kontraktor dan Direksi.

- Patok-patok tersebut dari kayu bulat diameter 8 cm dan panjang 60 cm


ditancapkan sedalam 50 cm dan bagian yang muncul diatas permukaan tanah

setinggi 10 cm.
- Patok dari titik-titik yang akan terganggu oleh pekerjaan, harus dibuat patok-

patok referensi pada tempat yang aman dan mudah terlihat.

Patok referensi tersebut ditempel papan yang berisikan tulisan/penjelasan

mengenai posisi dan peil rencana dari titik yang bersangkutan.

- Bila Direksi meragukan hasil pekerjaan yang telah ada, Direksi berhak

melakukan pengukuran pemeriksaan ulang.

b. Pembersihan (Clearing dan Gubbing)

- Kecuali ditetapkan lain oleh Direksi, maka seluruh pohon-pohon , semak-

semak dan akar-akar pohon dalam daerah batas pekerjaan harus dibersihkan

dan ditebang lalu dibakar.

- Sisa-sisa pohon, tunggul-tunggul dan akar pohon besar dibuat ke lokasi yang

akan ditetapkan oleh Direksi.

- Bila Direksi memerintahkan bahwa pohon-pohon rindang dan pohon-pohon

serta tanaman ornamen tertentu dipertahankan, maka pohon-


pohon/tanaman-tanaman tersebut harus dijaga betul-betul terhadap

kerusakan atas biaya Kontraktor. Pohon-pohon yang harus disingkirkan harus

ditebang sedemikian rupa sehingga tidak merusak pohon-pohon lain serta


tanaman yang harus dipertahankan.

- Semua pohon-pohon, batang-batang pohon, akar-akar dan sebagainya harus

dibongkar pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di permukaan tanah

asli atau permukaan akhir/final grade (ditentukan oleh permukaan yang lebih
rendah) dan bersama-sama dengan seluruh sampah dalam segala bentuknya,

harus dibuang pada tempat yang tidak tampak dari tempat pekerjaan/akan

ditetapkan oleh Direksi.

- Pohon-pohon yang ditebang, tidak diperkenankan jatuh pada tanah milik


perorangan tanpa izin khusus dari pemiliknya dan Kontraktor atas

tanggungjawabnya menyingkirkan pohon-pohon tersebut atau membiarkan

di tempat semula, asal ada persetujuan tertulis dari pemiliknya.


- Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat pembersihan, harus

diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggung jawabnya sendiri.

- Dalam hal akan dilakukan pembakaran, Kontraktor harus memberitahukan

kepada pemilik-pemilik tanah yang berbatasan dengan pekerjaan, paling

kurang 48 jam tentang maksudnya akan melakukan pembakaran.

- Kontraktor harus selalu bertindak sesuai dengan peraturan-peraturan


pemerintah yang berlaku mengenai pembakaran di tempat terbuka.

- Pada pelaksanaan pembersihan, kontraktor harus berhati-hati untuk tidak

mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atas tanda-tanda

lainnya.

- Pekerjaan pematikan dianggap selesai apabila hasilnya sudah diketahui dan

disetujui oleh Direksi.

c. Pengupasan (Stripping)

- Seluruh site dilakukan pengupasan setebal 20 cm, untuk menghilangkan akar


semak-semak akar alang-alang humus dan kotoran-kotoran tanah permukaan

lainnya.

- Hasil stripping ini harus dibuang keluar site/ke tempat yang akan ditunjukkan
oleh Direksi dan tidak diperkenankan untuk mempergunakan hasil stripping

sebagai bahan timbunan.

- Pada seluruh urugan, tidak diperkenankan melakukan urugan, apabila hasil

stripping di daerah tersebut belum disetujui oleh Direksi.

- Pada daerah galian yang tebal galiannya lebih dari 20 cm, tidak dibenarkan

untuk melakukan pekerjaan stripping sekaligus dengan pekerjaan galian (cut).

Dengan perkataan lain pekerjaan stripping harus dilakukan secara tersendiri

dan terpisah dari pekerjaan galian.

- Apabila peil permukaan akhir (final grade) lebih tinggi dari permukaan tanah
setelah dilakukan stripping harus diurug kembali sehingga mencapai

permukaan akhir.
- Tidak dibenarkan untuk melakukan jenis pekerjaan berikutnya di atas seluruh

atau sebagian daerah yang strippingnya belum dianggap selesai.

- Pekerjaan stripping dianggap selesai diketahui dan disetujui oleh Direksi.

d. Galian

- Pekerjaan galian dilakukan pada daerah galian (cut) sebagai yang tercantum

dalam gambar rencana.

- Kedalaman penggalian harus sesuai dengan peil rencana yang tertera pada

gambar rencana dan dilakukan berdasarkan peil dari Bench Mark yang ada.

- Patok-patok referensi harus dijaga supaya tetap berdiri sampai pekerjaan

selesai.

- Tanah dan batuan hasil galian yang memenuhi persyaratan material untuk

urugan, dipakai untuk pekerjaan urugan.

- Tanah hasil galian yang tidak dipakai/terpakai untuk urugan dibuang ke

tempat yang akan ditetapkan oleh Direksi.

e. Urugan/Timbunan Tanah (Fill)

- Pekerjaan urugan yang dilakukan pada daerah urugan (fiil) sebagai yang
tercantum dalam gambar rencana dan daerah-daerah yang peil permukaan
akhir (peil grade) lebih tinggi dari permukaan tanah setelah stripping.

- Material untuk urugan, harus material yang sesuai untuk itu dan disetujui

Direksi. Galian tambahan hanya boleh dikerjakan bila tidak ada material yang

cukup baik untuk memenuhi kebutuhan seluruh pengurugan.

- Material yang dalam keadaan basah, dimana kalau dalam keadaan kering

dinyatakan dapat dipakai, harus dikeringkan lebih dahulu sebelum digunakan

untuk timbunan.

- Bila Direksi menghendaki, Kontraktor harus menggali tanah tufa atau material
tanah yang kurang baik mutunya sampai kedalaman yang dianggap cukup

oleh Direksi.
- Pada daerah-daerah basah/tergenang air/rawa, Kontraktor harus membuat

saluran-saluran pembuangan sementara atau memompa air untuk


mengeringkan daerah tersebut. Lapisan lumpur yang ada harus dibuang ke

tempat yang akan ditunjuk oleh Direksi sebelum pengurugan kembali.

- Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, pada daerah yang telah selesai

dibabat dan dibersihkan, Kontraktor harus mengerjakan pengisian lubang-


lubang yang disebabkan karena pencabutan akar-akar pohon, bekas-bekas

sumur, saluran dan sebagainya dengan menggunakan material yang baik

sesuai dengan petunjuk Direksi dan harus segera dilakukan perataan dan

pemadatan pada permukaan tanah tersebut.

- Penghamparan material urugan dapat dimulai setelah ada persetujuan

Direksi.

- Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapisan harus dipadatkan

sampai mancapai kepadatan yang disyaratkan.

Lapisan dari material lepas selain dari material batu-batuan, tebal tiap

lapisannya tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali kalau tersedia alat pemadat

(Compaction Equipment) yang dapat memadatkan lebih dari 20 cm sampai


mencapai kepadatan yang merata untuk seluruh tebalnya. Setelah kadar air

diatur agar dapat dicapai kepadatan yang maksimum, material lepas harus

segera dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang disyaratkan.

- Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, Kontraktor harus


melakukan percobaan pemadatan atas petunjuk Direksi, pada jalur dengan

panjang dan lebar tertentu, dengan alat-alat dan material seperti yang sama

yang akan digunakan pada pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan

dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang akan
dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dan kepadatan yang dapat

dicapai untuk rencana material urugan tertentu. Seluruh pembiayaan untuk

percobaan ini ditanggung oleh Kontraktor.


- Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan adalah sebagai berikut

:
a. Lapisan tanah lebih dari 30 cm di bawah peil permukaan sub grade, harus

dipadatkan sampai 90% dari kepadatan (kering) maksimum yang dapat


dicapai dengan test (AASHO T.99-70. Untuk mencapai kepadatan CBR 4%

lapisan berikutnya tidak boleh dihampar sebelum lapisan yang terdahulu

disetujui oleh Direksi.

b. Lapisan dibawah permukaan sub grade kurang dari 30 cm harus


dipadatkan hingga mencapai 100% dari kepadatan (kering) maksimum

menurut AASHO T.99-70 untuk mencapai kepadatan CBR 4%.

- Material urugan yang tidak mengandung kadar air yang cukup untuk dapat

mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat


penyemprot (sprinker) dan dicampur/diaduk sampai merata (homogen).

Material urugan yang mempunyai kadar air lebih tinggi dari seharusnya tidak

boleh dipadatkan sebelum cukup dikeringkan dan disetujui oleh Direksi untuk

dipakai. Pekerjaan pemadatan tanah urugan tadi harus dilakukan pada kadar
air optimum sesuai dengan sifat alat-alat pemadatan yang tersedia. Pada

pelaksanaan, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang perlu agar

pada pekerjaan tersebut air hujan dapat mengalir dengan lancar.


- Apabila Direksi meragukan hasil pemadatan, maka Kontraktor wajib

membuktikan hasil pemadatan lapis per lapis dengan test langsung di

lapangan dan dilaboratorium atas biaya Kontraktor.

- Laboratorium yang dipakai adalah laboratorium mekanika tanah yang


mempunyai izin usaha dan izin operasi resmi pada bidangnya.

- Semua hasil pekerjaan akan dicek kembali terhadap patok-patok referensi.

- Pekerjaan pengurugan dianggap selesai setelah mendapat persetujuan dari

Direksi.
18.2.2 Pembentukan Tanah

a. Muka tanah tempat bangunan harus dibentuk menurut garis-garis dan

ketinggian/kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar rencana.


b. Pada pembentukan tanah bertangga, atau bila akibat dari perataan tanah terjadi

suatu talud (tebing), maka harus diusahakan pengamanan pada tebing yang

rawan untuk mencegah terjadinya longsoran dan melimpahnya air hujan/air


tanah ke daerah yang lebih rendah. Dengan kata lain, daerah kerja harus selalu

bebas air.
c. Pada daerah yang akan ditempatkan pelat beton, pengerasan, pembentukan

permukaan akhirnya tidak boleh menyimpang lebih dari 1,5 cm dari ketinggian

yang telah ditetapkan.

d. Daerah yang akan ditanami atau dibiarkan terbuka penyimpangannya tidak boleh
lebih dari 3 cm dari ketinggian yang ditentukan.

e. Untuk pencegah longsoran dan erosi, harus dibuatkan parit sementara dengan

kemiringan 2%.

f. Perataan tanah dilakukan sampai minimal 3 m, dari dinding luar bangunan yang
dilaksanakan, kecuali bila dinyatakan lain dalam gambar.

18.2.3 Pekerjaan Untuk Pondasi

a. Galian tanah pondasi harus sesuai dengan gambar pelaksanaan, baik kedalaman,

lebar maupun tingginya.


b. Dalam hal kondisi tanah mengandung lumpur atau humus yang cukup dalam,

maka jenis tanah tersebut harus dibuang/dibongkar dan diadakan perbaikan

struktur tanah pondasi.


c. Apabila kedalaman galian pondasi sudah tercapai, kondisi tanah masih diragukan,

Pemborong wajib melaporkan kepada MK/Pemberi Tugas.

18.3 Pengeboran Tanah

a. Pengeboran tanah untuk pondasi sumuran harus dilakukan dengan


menggunakan mesin, dan tidak diperkenankan sistim manual.

b. Titik pengeboran harus sesuai dengan yang direncanakan pada gambar

pelaksanaan, baik jumlah besar maupun letaknya.

c. Kedalaman pengeboran harus sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar,


kecuali ada masalah-masalah lain yang harus dipertimbangkan.

d. Setiap kegiatan pengeboran, harus dicatat tanggal, nomor as pengeboran,

kedalaman dan tegak lurus lubang, dilaporkan kepada Konsultan Pengawas.


18.4 Penyelidikan Tanah Ulang

Untuk menjaga kegagalan pondasi yang disebabkan karena perubahan sifat tanah,

sehingga keadaan tanah pada saat perencanaan dengan keadaan tanah pada saat
pelaksanaan berbeda, maka Pemborong diharuskan melakukan penyelidikan tanah

ulang dengan biaya sepenuhnya ditanggung Pemborong.

18.5 Pekerjaan Anti Rayap

a. Pengertian

Penggunaan anti rayap adalah suatu usaha pencegahan untuk menyelamatkan

bangunan beserta isinya.


b. Pelaksanaan

Pemborong harus menyerahkan izin yang berlaku kepada Pemberi Tugas untuk

pelaksanaan pekerjaan tersebut. Bila pekerjaan tersebut akan disubkan, maka sub

Pemborong tersebut harus mempunyai persyaratan untuk melaksanakan


pekerjaan tersebut.

c. Persyaratan Pelaksanaan

Sebelum kegiatan perlakuan tanah (pra konstruksi) dilaksanakan, tapak bangunan

dibersihkan dari tunggul-tunggul kayu, akar tumbuh-tumbuhan, sisa-sisa kayu


dan bahan-bahan lainnya yang disenangi rayap.

Perlakuan tanah yang mungkin tererosi karena hujan, harus dihindarkan sehingga

risiko polusi tanah relatif kecil. Pada tanah miring, sebelum penyemprotan
dilaksanakan, pengolahan tanah dilakukan sedalam 5 – 8 cm agar larutan semprot

meresap ke dalam tanah dan termitisida dapat terikat dengan baik oleh partikel

tanah.

d. Bahan
Bahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh

Pemerintah/Depkes dan harus sudah disetujui oleh Pemberi Tugas.

e. Pelaksanaan pekerjaan anti rayap dengan metoda khemis-mekanis

- Setelah parit pondasi diurug, pada kedua sisinya di injeksikan larutan


termitisida dengan dosis rata-rata5 liter per meter panjang, dengan

kedalaman rata-rata 30-40 cm dan jarak antara lubang injeksi sebesar 50 cm.

- Dinding sloff dan dinding pondasi serta tempat-tempat rentan rayap


disemprot larutan termitisida denagn dosis rata-rata 5 liter per meter persegi

permukaan.
- Perlakuan tanah permukaan yang akan tertutup lantai, dilaksanakan denagn

penyemprotan setelah tanah dipadatkan, dengan dosis penyemprotan 6 liter


permeter persegi.

f. Laporan pekerjaan

Apabila pekerjaan anti rayap telah selesai dilakanakan, maka Pemborong harus

melaporkan kemajuan pekerjaan yang dilampiri dengan gambar denah yang telah
diberi tanda-tanda pada tempat yang telah diberi anti rayap.

g. Jaminan

Perusahaan anti rayap wajib memberi jaminan (garansi) bebas rayap kepada

pemilik bangunan untuk jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk
surat jaminan.

PASAL 19

PEKERJAAN STRUKTUR

19.1 Pekerjaan Pondasi


a. Lingkup pekerjaan

Meliputi pondasi batu kali, pondasi pelat beton, dan sloof.

b. Syarat-syarat umum
 Semua pekerjaan pondasi batu belah dilaksanakan apabila galian tanah telah

diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas baik ukuran/diameter

maupun kedalamannya.

 Semua pekerjaan pondasi harus dilaksanakan sesuai gambar dengan


menggunakan spesi yang ditentukan untuk masing-masing pondasi.

 Air tanah atau air buangan yang menggenang dalam lubang/parit pondasi

harus dipompa keluar sampai dasar lubang galian menjadi kering.

 Sebelum pondasi dipasang, harus dibuat profil-profil pondasi dari kayu setiap
sudut/ujung galian yang bentuk serta ukuranya sama dengan penampang

pondasi yang akan dipasang. Tidak diperkenankan mempergunakan profil-

profil pondasi dari bambu.


c. Bahan Pondasi dan syarat pelaksanaannya

 Pondasi Batu Kali

1. Batu kali harus dari jenis yang keras, berkualitas baik sesuai dengan

persetujuan Konsultan Pengawas. Penampang batu yang diijinkan


maksimal 30 cm dan memiliki belahan maksimum 3 muka. Tidak

diperkenankan menggunakan batu bulat.


2. Pemasangan pondasi yang terpaksa dihentikan harus diusahakan ujung

penghentiannya bergigi, sehingga penyambungan berikutnya terdapat

ikatan yang kuat dan sempurna. Dalam pondasi tidak diperbolehkan

adanya rongga atau celah kosong.

3. Untuk memudahkan pemasangan-pemasangan saluran air, pipa-pipa dan

lain-lain yang melewati pondasi hendaknya dipasang bahan yang lunak

agar mudah untuk membongkarnya kembali.

4. Bentuk pasangan batu kali harus sesuai gambar rencana dengan diberi
aduan pengikat minimum 1 pc : 4 psr, kecuali bagian atas pondasi yang

dalam gambar diberi tanda trasraam.

 Sloof Pondasi

1. Mutu beton dan baja tulangan yang dipakai untuk pekerjaan sloof, seperti
dijelaskan pada pasal mengenai pekerjaan beton.

2. Bekisting harus dipasang dengan kuat dan tepat pada posisi sesuai

dengan gambar rencana. Dibawah beton sloof harus dibuat lantai kerja
dari beton tumbuk tebal 5 cm.

3. Stek-stek kolom, harus distek setepat-tepatnya sebelum pengecoran

beton dilaksanakan.

4. Harus diperhatikan selebum memasang bekisting dan tulangan sloof,


pipa-pipa pembuangan air-kotor dan supply air bersih yang lewat

dibawah sloof harus sudah terpasang pada posisi yang tepat.

19.2 Pekerjaan Stuktur Atas


19.2.1 Pekerjaan Beton

a. Lingkup pekerjaan

Meliputi pembuatan kerangka bangunan dari beton bertulang dari dasar lantai
sampai dengan atap termasuk segala bagian strukturnya, yang terdiri dari

Kolom-kolom, balok-balok, pelat-pelat lantai dengan struktur beton, sirip-sirip


beton, dak-dak beton, tangga beton serta konstruksi beton lainnya seperti yang

tertera dalam gambar.


Termasuk dalam pekerjaan ini pada :

Penyediaan dan pemasangan bahan lapisan kedap air pada daerah basah, serta

penyediaan dan pemasangan talang-talang air dari pipa PVC berikut klem-

klemnya.
b. Bahan dan syarat pelaksanaannya

a. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur atas bangunan ini harus

mempunyai mutu karakteristik minimal K-225 menurut PBI-1971. Kecuali

kolom dan ring balok praktis menggunakan K.175


b. Bahan-bahan lainnya dan syarat-syarat pelaksanaannya sama dengan syarat-

syarat seperti dijelaskan pada Pasal-Pasal RKS ini.

19.2.2 Bahan Beton dan Syarat-syarat pelaksanaannya

1. Bahan-bahan

a. Semen Portland (PC)

1. Persyaratan

Semua semen yang dipergunakan harus dari jenis I menurut peraturan


Semen Portland Indonesia-1972 NI.8 atau C-150 type atau British

Standard BS. 12. Semen harus sampai di tempat pekerjaan dalam kondisi

baik, masih dalam kantongnya asli dari pabrik. Merk PC dianjurkan

produksi dalam negeri seperti Semen Padang, Gresik, Tiga Roda atau
lainnya sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. Pemilihan salah satu merk

adalah mengikat untuk seluruh bagain pekerjaan sampai selesai.

2. Penyimpanan

Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air dan berventilasi
baik, diatas lantai 30 cm. Kantong-kantong berisi semen tidak boleh

ditumpuk lebih dari 10 lapis, atau ditumpuk langsung diatas lantai.

Penyimpanan semen harus selalu terpisah untuk setiap pengiriman.


3. Pemeriksaan

Kantraktor harus memberitahukan kepada Konsultan Pengawas kapan dan

dimana semen itu dihasilkan. Konsultan Pengawas mengadakan


pemeriksaan di tempat penimbunan dan mengambil contoh-contoh

semen timbunan tersebut untuk keperluan pemeriksaan di Laboratorium,


jika kualitasnya diragukan.

Semen yang dinyatakan afkir oleh Konsultan Pengawas, tidak boleh

dipergunakan dan harus disingkir keluar proyek.

Apabila Kontraktor masih mempergunakan semen yang diafkir tersebut


untuk pekerjaan beton maka kepaa Kontraktor dapat diperintahkan untuk

membongkar beton tersebut dan harus menggantinya dengan semen

yang disetujui atas biaya Kontraktor.

Untuk mencegah semen dalam zak disimpan terlalu lama sesudah


penerimaan, kontraktor hendaknya memakai semen menurut urutan

kronologis yang diterima dalam gudang penyimpanan.

b. Agregat (Pasir, kerikil atau batu pecah)

1. Untuk bahan agregat (halus dan kasar) dapat dipakai agregat alami atau
buatan asal memenuhi syarat menurut PBI-1971

Bila dianggap perlu, dapat dilakukan pengujian butiran dengan

memperhatikan persyaratan PUBI-1982.


2. Agregat halus harus bersih, keras dan berbutir tajam, bebas dari lumpur,

gumpalan tanah/lumpur, bahan organik lainnya yang dapat mengurangi

atau merusakkan mutu beton.

3. Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus,
mudah pecah, keropos, tipis atau panjang-panjang, bebas dari bahan-

bahan organik atau dari substansi yang merusak.

c. Air adukan beton

Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus dari air yang bisa
diminum, tidak mengandung zat-zat yang merusak atau mengurangi kualitas

beton seperti minyak, asam, alkali, garam dan bahan organik.

d Baja Tulangan
1. Baja tulangan yang dipakai harus dari bahan mutu U-32 untuk diameter

tulangan > 16 mm yaitu baja lunak dengan kekuatan tarik 2780 kg/cm2

dan tegangan patah minimum 3200 kg/cm2. Sedangkan tulangan

diameter < 16 mm bisa dipakai mutu baja U-24 menurut PBI-1971.


2. Ukuran baja harus sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam gambar.

Penggantian dengan diameter lain, hanya diperbolehkan atas persetujuan


Konsultan Pengawas. Bila penggantian disetujui maka luas penampang

yang diperlukan dengan kekuatan mutu yang ada tidak boleh kurang dari

yang disebutkan dalam gambar, atau perhitungannya.

3. Baja tulangan harus disimpan di tempat yang bebas dari lembab,


dipisahkan sesuai diameter masing-masing serta dilindungi terhadap

segala macam kotoran yang dapat menyebabkan karatan.

e. Bahan campuran tambahan (additive)

1. Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture), kecuali yang


disebutkan tegas di dalam RKS dan gambar harus mendapat izin tertulis

dari Konsultan Pengawas. Untuk itu kontraktor diharuskan mengajukan

permohonan tertulis dengan menyertakan analisa kimiawinya dan bukti

pemakaian di Indonesia selama 5 tahun terakhir. Bahan campuran


tambahan beton yang dipakai harus sesuai dengan iklim tropis dan

memenuhi persyaratan ASTM C-494 jenis B dan D sekaligus sebagai

pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal.


2. Penggunaan additive harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik.

Pemakaian additive ini tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume

semen dalam adukan.

3. Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal sama sekali tidak


boleh dipakai, sedangkan untuk beton kedap air dibawah tanah tidak

boleh mempergunakan waterproofer yang mengandung garam.

f. Bekisting

1. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering
dengan tebal minumum 3 cm atau multiplek tebal 18 mm, diperkuat

dengan rangka-rangka penyangga, penyokong dll, sehingga mampu

mendukung beton sampai selesai proses ikatan beton. Bekisting harus


mampu pula untuk menahan getaran-getaran vibrator dan kejutan gaya-

gaya lain tanpa berubah bentuk.

2. Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama

disemua tempat untuk bentuk dan ukuran yang dikehendaki sama.


3. Steiger cetakan beton harus dari kayu dolken diameter 8 cm atau pipa-

pipa baja dan tidak diperkenankan mempergunakan bambu


g. Selimut beton

Penepatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding

atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-

bagian konstruksi, apabila tidak ditentukan didalam gambar rencana, maka


tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah

sebagai berikut :

 Kepala taing (poer) untuk sisi bawah 15 cm, untuk sisi lainnya 8 cm.

 Balok sloof 4 cm
 Balok 3 cm

 Kolom 4 cm

 Pelat beton 1,5 cm

2. Syarat-syarat Pelaksanaan

a. Shop drawing : Perhitungan Konstruksi

Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor diharuskan :

1. Membuat shop drawings untuk mendapatkan persetujuan Konsultan


Pengawas.

2. Memeriksa gambar yang dibuat oleh Konsultan Perencana, jika terdapat

kesalahan yang membahayakan, kontraktor harus melaporkan kepada

Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan meneruskan kepada


Konsultan Perencana. Sebelum ada kepastian mengenai kebenaran

gambar tersebut, Kontraktor tidak diijinkan melaksanakan bagian

pekerjaan tersebut.

b. Campuran beton
1. Dibuat dengan perbandingan volume sbb :

Macam Campuran Penggunaan

B1 1 : 1 1/2 : 2 ½ Untuk semua beton bertulang kedap air


spt. plat atap, luifel dan bak-bak air.

B2 1:2:3 Untuk semua beton bertulang spt. Sloof,


pondasi, beton per, plat lantai, kolom

balok-balok, dll.
B3 1:3:5 Untuk semua beton tak bertulang,
rabat, neut, beton angker dan batu tepi.

2. Beton harus dibentuk dari campuran semen Portland, pasir beton, kerikil

dan air seperti ditentukan sebelumnya dengan perbandingan yang serasi

dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat.

3. Penakaran semen dan agregat (halus dan kasar), harus dengan kotak-
kotak takaran yang sama volumenya. Banyaknya air untuk campuran

beton ditentukan sedemikian rupa, sehingga mudah dikerjakan sesuai

penggunaanya dan akan menghasilkan kepadatan beton yang tepat,

kekedapan serta kekuatan yang dikehendaki.


4. Semua pengadukan jenis beton harus menggunakan mesin pengaduk

(beton molen) yang berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Pengaduk

harus rata, sehingga warna dan kekentalannya sama setiap kali membuat

adukan.
5. Untuk beton macam B1 memenuhi mutu beton berkekuatan K.225

menurut PBI-1971, sedang beton macam B2 harus memenuhi mutu beton

berkekuatan K.225 menurut PBI-1971. Untuk mutu beton ini (K.225), harus
dipakai “campuran yang direncanakan” (design-mix). Campuran yang

direncanakan diketemukan dari percobaan-percobaan campuran yang

memenuhi karakteristik yang disyaratkan. Kalau rumus campuran hasil

percobaan ternyata lebih kurang dari rumus campuran pada point –1


maka rumus point 1 yang harus dipakai.

6. Untuk beton macam B3 dibuat dari campuran yang jumlah semennya

tidak kurang dari 225 Kg untuk setiap m3.

c. Penulangan
1. Baja tulangan sebelum dipasang harus dibersihkan dari kotoran, karat

lepas, serpih-serpih, minyak gemuk atau lapisan lainnya yang akan

merusak atau mengurangi daya lekat pada beton.


2. Baja tulangan harus dipotong dan dibentuk dengan teliti sesuai dengan

bentuk dan ukuran yang tertera dalam gambar. Baja tulangan tidak boleh

diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat merusak

bahannya.
3. Baja tulangan harus dipasang pada posisi yang tepat sesuai gambar

rencana. Harus diusahakan, agar posisinya tidak berubah atau bergeser


pada saat beton dipadatkan.

4. Pada umumnya pengujian untuk besi tulangan dilakukan sesuai PBI-1971

yaitu mempunyai kekuatan leleh minimum 3600 kg/cm2. Jika besi

tulangan tersebut tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan, maka


kelompok yang tidak memenuhi syarat tersebut harus disingkirkan dan

tidak boleh digunakan.

d. Pengecoran

1. Sebelum dilakukan pengecoran, kontraktor harus mempersiapkan dengan


sebaik-baiknya segala sesuatu yang berhubungan dengan pengecoran

antara lain ; Meneliti kembali tulangan yang telah dikerjakan dan

menyesuaikannya dengan gambar apabila terdapat kesalahan. Tulangan

yang bengkok, ikatan-ikatan yang lepas atau berobah posisinya harus


dibetulkan. Meneliti semua instalasi yang akan tertanam dalam beton,

apakah sudah tertanam dengan baik. Memberitahukan dahulu kepada

konsultan Pengawas tentang pengecoran yang akan dilakukan. Jika tidak


ada pemberitahuan tertulis atau persiapan pengecoran tidak disetujui,

maka kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang

akan dicorkan tersebut.

2. Beton harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan. Untuk pengecoran


suatu unit atau bagian pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti, dan

tidak boleh terputus tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas.

3. Pengecoran harus diselesaikan sebelum adukan mulai mengental yang


dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Tidak diijinkan

mengecor pada waktu hujan turun, kecuali jika Kontraktor mengambil

tindakan yang bisa mencegah kerusakan beton dan telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

4. Adukan beton harus dipadatkan secara seksama, dengan menggunakan

alat penggetar. Penggetaran harus dimulai pada saat adukan dituangkan

dan dilanjutkan sampai adukan berikutnya.


5. Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, hujan atau

angin sampai beton tersebut mengeras dengan baik dan untuk mencegah
pengeringan yang terlalu cepat, harus dilakukan perawatan beton sbb :

 Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton, dibasahi sampai

cetakan tersebut dibongkar.

 Membasahi selama 14 hari terus menerus segera sesudah permukaan


beton cukup keras.

e. Angkutan Beton

1. Cara dan alat-alat yang digunakan untuk mengangkut beton harus

sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang


diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya kehilangan

bahan yang bisa menyebabkan perobahan nilai slump.

2. Dalam hal ini, beton yang akan dicor harus diusahakan agar

pengangkutan ketempat pengecoran sependek mungkin, sehingga pada


waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan

spesinya.

3. Beton lift digunakan untuk angkutan vertikal, sedang untuk alat angkut
horizontal bisa menggunakan kereta dorong. Tidak diizinkan

menggunakan ember-ember secara beranting.

f. Pengujian Beton

1. Semua pengujian beton harus sesuai dengan PBI – 1971.

Kekuatan tekan dari beton ditetapkan konsultan pengawas dengan

silinder berukuran 15 x 30 cm atau kubus berukuran 15 x 15 cm.

2. Kontraktor harus menyediakan fasilitas guna keperluan guna pengujian

yang representative, frekwensi pengujian ditetapkan konsultan pengawas


berdasarkan tingkat pengecoran dan struktur.

3. Meskipun hasil pengujian kubus- kubus beton seperti diuraikan diatas

memuaskan, konsultan pengawas berhak menolak konstruksi beton yang


cacat seperti berikut :

- Konstruksi beton yang sangat keropos.


- Bentuk dan posisi beton tidak sesuai dengan yang tidak ditunjukkan

dalam gambar.

- Konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata, seperti yang direncanakan.

4. Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump) tidak boleh kurang dari

8 cm dan tidak melampaui 12 cm.

g. Lobang-Lobang, Klos-klos dan angker dinding


1. Kontraktor harus menentukan letak lobang-lobang, klos-klos angker

dinding dan sebagainya yang diperlukan untuk memasang rangka-rangka

pekerjaan kayu atau pipa-pipa air, listrik dan sebagainya.

2. Pada sambungan dari kolom beton dengan pasangan dinding harus diberi
angker dari baja lunak diameter 10 mm sepanjang 40 cm dan

dibengkokkan ujung yang satu dimasukkan ke dalam beton sedang

sisanya dimasukkkan ke dalam pasangan dinding tembok. Angker

tersebut dipasang setiap jarak 75 cm.

h. Pembuatan dan pembongkaran cetakan

1. Cetakan harus dibuat rapi, kuat dan kaku, sehingga setelah dibongkar

menghasilkan bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit


penghalusan. Celah-celah harus rapat sehingga air adukan tidak

merembes keluar.

2. Cetakan harus betul-betul aman pada kedudukannya sehingga dapat

dicegah adanya pengembangan, lengkungan/lenturan atau lain gerakan


pada waktu beton dituangkan. Penyangga cetakan harus bertumpu pada

dasar yang keras sehingga tidak ada kemungkinan penurunan cetakan

selama pelaksanaan.

3. Pembongkaran cetakan harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti


petunjuk konsultan pengawas. Beton yang masih muda tidak diizinkan

untuk dibebani. Segera setelah cetakan dibongkar, permukaan beton

diperiksa. Jika terdapat kemungkinan yang cacat, harus segera diperbaiki,


diplester dengan campuran sedemikian rupa hingga sesuai dengan warna,
tekstur dan rupanya dengan permukaan beton yang berdekatan. Hal ini

perlu diperhatikan, terutama untuk beton exposed.

4. Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan dibuka

untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan

disamping lainnnya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul, dan 21 hari

untuk balok-balok dan plat atap.

5. Bahan-bahan bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi harus

dikumpulkan dan disingkirkan keluar lapangan agar tidak mengganggu

pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

6. Seluruh pekerjaan pembuatan dan pembongkaran bekisting ini harus


sesuai dengan P91 – 1971.

PASAL 20

PEKERJAAN DINDING, PELESTERAN & PELAPIS DINDNG

20.1 Lingkup Pekerjaan


a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk

melaksanakan pekerjaan, sehingga dapat mencapai hasil pekerjaan yang bermutu

baik dan sempurna.


b. Pekerjaan dinding/pasangan bata, plesteran dan pelapis dinding meliputi seluruh

bangunan termasuk pekerjaan Site Development sesuai dengan yang

dinyatakan/pada tempat-tempat yang tercantum pada gambar.

c. Pekerjaan dinding

20.2 Persyaratan Bahan

20.2.1 Bahan

a. Semen Portland/P.C
Semen untuk pekerjaan batu dan plesteran sama dengan yang digunakan untuk

pekerjaan beton.

b. Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir, tajam dan keras.
Kadar lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh lebih besar dari 5% dan

pasir harus memenuhi persyaratan PUBB NI 1970 atau NI-3.

c. Air

Air yang digunakan untuk adukan dan plesteran sama dengan untuk pekerjaan

beton (lihat pasal sebelumnya)

d. Batu Bata
Batu bata yang dipakai adalah batu bata dengan standard mutu setaraf Jatiwangi.

Bata merah tersebut ukurannya harus memenuhi persyaratan NI-10 dan PUBB

1970 (NI-3)/lebih kurang 5,5 x 11 x 22 cm.

20.2.2 Bahan Pelapis Dinding


a. Keramik ukuran 40 x 40 cm atau seperti tertera dalam gambar.

Produksi setara : Roman KW I, IKAD KW I, ASIA TILE KW I

Bahan Perekat : adukan m2 1 PC : 2 Psr

Bahan Pengisis siar : ± tili grout/am grout

Warna/texture : ditentukan kemudian

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM,

peraturan keramik Indonesia (Ni-14), PUBI 1970 dan PUBI 1982.

b. Kerawang/Roster

Produksi : setara Cisangkan/CI

Ukuran/Type : sesuai rencana gambar/ditentukan kemudian

Bahan Pengisi siar : PC + Air

Bahan Perekat : adukan m2 1 PC : 3 Psr

c. Bahan-bahan tersebut diatas sebelum pengadaan untuk dipasang Pemborong

terlebih dahulu harus menyerahkan contoh-contoh untuk mendapat persetujuan

dari Perencana/Pengawas. Persetujuan dari Perencanaan /Pengawas harus secara


tertulis/ditanda tangani pada contoh-contoh bahan tersebut. Kemudian contoh
yang sudah disetujui tersebut disimpan di ruang sampel . Apabila dalam

pemasangan tidak sesuai dengan contoh yang sudah disepakati maka


Pemborong harus membongkar dan diganti sesuai dengan contoh yang telah

disepakati, semua biaya ditanggung oleh pemborong dan tidak menjadi

pekerjaan tambah.

20.2.3 Macam Pekerjaan


a. Adukan untuk pasangan dan plesteran dibuat denga macam-macam ukuran

perbandingan campuran seperti tersebut di bawah ini :

Macam Perbandingan Penggunaan

M1 1 PC : 2 PS 1. Untuk semua pekerjaan pasangan yang kedap


air

2. Untuk pekerjaan plesteran yang disebutkan

pada point no. 1

3. Untuk pekerjaan pasangan lantai keramik,


dinding keramik lainnya 1.

M2 1 PC : 3 PS 1. Untuk plesteran beton yang tidak kedap air

2. Untuk rolag pasangan bata diatas kosen

3. Untuk pasangan lantai granit dan lantai


keramik

4. Pasangan dinding tempat wudlu’

5. Pasangan rooster/dinding kerawang

6. Pasangan dinding granit

M3 1 PC : 4 PS 1. Semua pasangan dinding bata yang tidak


kedap air

2. Semua plesteran dinding bata yang tidak

kedap air

b. Semua tembok kamar mandi, WC, tempat cuci dan tempat wudlu’, setinggi 1,5 m

diatas lantai dengan adukan macam M1.

d. Pasangan dinding setinggi 20 cm di atas lantai dan 20 cm di bawah lantai dengan

adukan trasraam macam M1, kecuali bila dibawah lantai ada balok sloof beton

bertulang cukup dipasang 20 cm di atas lantai.

20.2.4 Persyaratan Bahan


a. Pasangan Batu Bata

 Batu bata yang akan dipasang harus direndam dalam air hingga jenuh dan

sebelum dipasang harus bebas dari segala jenis kotoran.

Cara pemasangan harus lurus dan batu bata yang pecah tidak boleh melebihi
10%. Pemasangan dalam satu hari tidak boleh melebihi 1 meter tingginya.

Untuk pasangan setengah bata yang luasnya melebihi 12 M2 harus diberi

kerangka penguat dari beton bertulang dengan pembesian 4 Ø 10 mm dan


beugel Ø 6 mm – 20 cm. Pasangan tidak boleh diterobos perancah. Dalam

proses pengeringannya harus selalu dibasahi air minimal 7 hari. Semua

campuran adukan harus dicampur dengan mesin pengaduk. Tempat adukan

tidak boleh langsung di atas tanah, tapi harus pakai alas (kayu dan lain-lain).
Lubang di atas kosen yang bentangnya lebih dari 1 m, harus dipasang balok

lantai beton bertulang dengan campuran beton mutu K 225. Pasangan batu

yang pecah tidak boleh dipasang, kecuali di ujung/pengakhiran pasangan.

 Semua sambungan spesi pasangan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar
penyelesaian plesteran dinding dapat melekat dengan baik

 Semua tembok kamar mandi WC, tempat cuci dan tempat wudlu, setinggi 1,5

cm diatas lantai dengan adukan macam M1.


 Pasangan dinding setinggi 20 cm diatas lantai dan 20 cm dibawah lantai

dengan adukan trasraam macam M1, kecuali bila dibawah lantai ada balok
sloof beton bertulang cukup dipasang 20 cm diatas lantai.

b. Plesteran dinding

 Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang digunakan

sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Perencana/Pengawas, dan


Persyaratan tertulis dalam Uraian dan Syarat pekerjaan ini.

 Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton

atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh Perencana/Pengawas

sesuai Uraian dan Persyaratan Pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.
 Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam

gambar Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan

mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.

 Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1). Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di

bawah permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan

lantai dan 150 cm dari permukaan lantai untuk kamar mandi, WC/toilet

dan daerah basah lainnya di pakai aduk plesteran 1 PC : pasir

2). Untuk aduk kedap air, harus ditambah dengan Daily bond, dengan

perbandingan 1 bagian PC : 1 bagian Daily Bond.

3). Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 PC : 5 Pasir.

4). Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai


mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah

plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan plesteran

finishing harus ditambah dengan addivite plamix dengan dosis 200-250


gram plamix untuk setiap 40 kg semen.

5). Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian

rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering.


Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut

dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk


adukan kedap air.

 Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan

instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.

 Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa


bekisting dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-

lubang bekas pengikar bekisting atau form tie harus tertutup aduk plesteran.

 Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan

difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan


plesterannya).

 Untuk dinding tertanam di dalam tanah harus diberapen dengan memakai

spesi kedap air.

 Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya


diberi alur-alur garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan

yang lebih baik terhadap bahan finishingnya kecuali untuk yang menerima air.

 Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M, dipasang tegak dan


menggunakan keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan

dinding.

 Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom

yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar.
Tebal plesteran minimum 2,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi

kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya

pada bagian pekerjaan yang diizinkan Perencana/Pengawas.

 Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau


cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi,

Kontaktor berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan

kontraktor.
 Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar

tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali

terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan

bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.


 Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran

harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima


oleh Perencana/ Pengawas dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.

Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai Kontraktor harus selalu

menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.

 Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang belum difinish,


Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan

dan pengotoran bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung

jawab kontraktor dan wajib diperbaiki.

 Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran


berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

 Bila dalam gambar untuk dinding luar dinyatakan ada garis naad, maka naad-

naad tersebut harus lurus, sejajar dan tegak lurus dengan naad lainnya, sesuai

dengan petunjuk gambar kerja, lebar naad 1,5 cm, kedalaman 1 cm, kecuali
ditentukan lain dalam gambar.

 Naad pertemuan kosen dengan dinding, setiap pertemuan kosen dengan

dinding harus diberi naad lebar 0,8 cm naad harus lurus dan rata.
 Naad/tali air pada listrik untuk setiap bidang/lisplank yang kena air hujan

supaya diberi naad/tali air untuk memutuskan rambatan air hujan tersebut.

c. Pekerjaan Keramik

 Pada permukaan dinding beton, termasuk dinding ground reservoir, dinding


bata/semua yang dinyatakan dalam gambar rencana, keramik dapat langsung

diletakkan dengan menggunakan perekat spesi 1 PC : 3 psr, diaduk baik

memakai larutan supercement, jumlah pemakaian adalah 10% dari berat

semen yang dipakai dengan tebal adukan tidak lebih dari 1,5 cm atau bahan
perekat khusus, dengan memperhatikan sehingga mendapatkan ketebalan

dinding seperti tertera pada gambar.

 Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu,


sesuai petunjuk pabrik.

 Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air

sampai jenuh.
 Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yang

akan terpasang didinding : exhaustfan, stop kontak, lemari gantung dan lain-
lain yang tertera di dalam gambar.

 Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan gambar.

 Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus

ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Pengawas/MK sebelum


pekerjaan pemasangan dimulai.

 Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus benar-

benar lurus. Siar arah horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil

lantainya harus merupakan satu garis lurus.


 Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 3-4 mm

setiap perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus.

Siar-siar keramik diisi dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk

setengah lingkaran seperti yang disebutkan dalam persyaratan bahan dan


warnanya akan ditentukan kemudian.

 Pembersihan permukaan ubin dari sisa-sisa adukan semen hanya boleh

dilakukan dengan menggunakan cairan pembersih untuk keramik.


 Naad-naad pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan supergrout.

PASAL 21

PEKERJAAN KAYU

21.1 Lingkup Pekerjaan


Meliputi pengadaan semua bahan, tenaga, peralatan serta pemasangan dari semua

pekerjaan yang meliputi :

1. Pemasangan Kayu

21.2 Persyaratan Kayu


21.2.1 Bahan Kayu

a. Semua kayu yang dipasang/dipakai ialah yang disetujui oleh

Perencana/Pengawas
b. Seluruh bahan kayu harus diawetkan dan diberi anti rayap

c. Kayu yang di pakai kosen dan pintu, pergola kayu, lambesering, lemari dapur, rak-

rak obat dan lain-lain minimum harus dari kayu kelas II sesuai dengan PKKI 1961
(NI.5) lampiran satu yaitu kayu kamper atau yang setaraf dengan kelas keawetan

III dan kelas kuat II, berkualitas baik, tua, kering dan tidak bercacat seperti pecah-
pecah, terdapat mata kayu yang besar atau mati, susut pinggir-pinggirnya

berlubang-lubang bekas dimakan bubuk atau karena cacat lainnya.

d. Kelembaban kayu yang diizinkan untuk pekerjaan kayu halus tidak boleh lebih

dari 15% dan untuk pekerjaan kayu lainnya lebih dari 18%. Kelembaban tersebut
ditentukan kayu yang dikirimkan kelapangan pekerjaan dan harus konstan sampai

pekerjaan selesai.

e. Selama pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan

menyimpannya ditempat kering, terlindung dari hujan dan panas, terutama untuk
kayu-kayu yang sudah distel.

21.2.2 Bahan Aluminium

a. Baja Hollow

 Baja HolloW yang letaknya dibagian luar dan lain sebagainya.


 Bahan : dari bahan aluminium framing system

Buatan setara alcan, Indal & Index

 Bentuk : sesuai shop drawing yang disetujui Perencana


 Warna profil : ditentukan kemudian (contoh warna diajukan kontraktor)

 Lebar profil : 4 cm dan 4 cm tebal 3 mm (pemakaian lebar bahan sesuai yang

ditunjukan dalam gambar)

 Nilai deformasi : diijinkan maksimal 2 mm


 Persyaratan bhan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat

dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik

yang bersangkutan.

 Konstruksi Baja Holloe aluminium yang dikerjakan seperti yang ditunjukan


dalam detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.

 Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,

minimum 100 kg/m3.


 Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m2/hr dan terhadap tekanan

air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.


 Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai

dengan bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan


pewarnaan yang dipersyaratkan.

 Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-

profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-

unit, jendela, pintu partisi dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya
sehingga dalam tiap unit didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong,

punch dan driil, dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh

hasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding & pintu mempunyai

toleransi ukuran sebagai berikut :


1). Untuk tinggi dan lebar 1 mm

2). Untuk diagonal 2 mm

 Accessories

Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus

ditutup caulking dan sealant, angkur-angkur terbuat dari steel plate tebal 2-3

mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat
bergeser.

 Bahan finishing :

Treatment untuk permukaan yang bersentuhan dengan bahan alkaline seperti

beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish dari
laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insulating varnish

seperti asphaltic varnish atau bahan insulaton lainnya.

21.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

21.3.1 Pekerjaan Kayu


a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-

gambar yang ada kondisi dilapangan (ukuran dan lubang-lubang), mempelajari

bentuk, pola penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai


gambar.

b. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan

penguat lainnya yang diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan


memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak

boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.


c. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama lain,

sisi-sisinya dan dilapangan sudah dalam keadaan siap untuk

penyetelan/pemasangan.

d. Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran jadi (sudah diketam halus
dan siap difinish).

e. Sistem sambungan yang di pakai adalah sistem lubang, purus dan pasak, tidak

diperkenankan ada paku yang yang nampak.

f. Sambungan harus benar-benar rapat, bidang horizontal dan vertikal harus siku.
g. Permukaan kayu yang terlihat bekas pemakuan harus diberi dempul atau

sejenisnya yang disetujui perencana.

h. Hindari terlalu banyak pemakuan pada permukaan kayu.

i. Permukaan kayu yang terlihat harus diketam halus sedemikian rupa, sehingga
siap menerima finish.

j. Bahan kayu yang telah dipola, diserut dengan mesin, baru kemudian dengan

serutan tangan.
k. Untuk bahan perekat yang dipakai adalah lem kuning dan lem putih.

l. Untuk bahan perekat tersebut kontraktor mengajukan terlebih dahulu contoh

baik kualitas maupun jenisnya kepada perencana, untuk mendapatkan

persetujuan.
m. Permukaan kayu yang menempel pada tembok/beton terlebih dahulu diberi

lapisan meni kayu 2 lapis.

n. Setelah dipasang, kontraktor wajib memberikan perhitungan terhadap benturan-

benturan benda lain dan kerusakan-kerusakan akibat kelalaian pekerjaan, semua


kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab kontraktor.
PASAL 22

PEKERJAAN PENUTUP ATAP

22.1 Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja peralatan, perlengakapan dan alat

bantu lainnya. Sehingga menunjang kepada pelaksanaan yang memadai dan

diperoleh hasil kerja yang baik yang memenuhi persyaratan.


b. Pelaksanaan pekerjaan atap meliputi seluruh yang tertera dalam gambar rencana

22.2 Persyaratan Bahan

22.2.1 Rangka Atap

a. baja
Persyaratan bahan, dimensi/ukuran bahan yang dipakai sesuai gambar rencana

dan sesuai pekerjaan baja dan logam lainnya.

b. Kayu

Kayu yang dipakai adalah kayu kelas II setelah diawetkan dan diberi anti rayap,
kemudian disolignum.

22.2.2 Penutup Atap

a. Atap Plat Metal

Bahan dasar metal/baja sesuai standar JLS 6.3141, lapisan bawah zincalume

coated dan epxy primer, lapisan atas zincalume coated, epoxy prime, acrylic base

coat dan stone chips dan acrylic overglass lapisan anti lumut dan debu. Untuk

seluruh komponen /accessories lainnya seperi plasing, lisplang, atap


nok/bubungan, paku dan lain sebagainya harus satu type dan satu produk sesuai

dengan yang disyaratkan dari spesifikasi genteng yang dipakai. Type atap yang

dipakai atas persetujuan Konsultan Perencana Produk yang dipakai setara tegola

atau multi sirap.

22.2.3 Talang tegak pipa PVC Ø 3”, klem, plat strip 50.5 mm sesuai dengan yang

dinyatakan dalam gambar, ramset/dyna bolt setara Hilti Ø 10 mm, roof drain dari

stainless steel, talang di cat semprot.


22.3 Syarat-syarat pelaksanaan

22.3.1 a. Rangka Atap Besi/Baja


 Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar

dan kondisi dilapangan.

 Bahan-bahan pelengkap lainnya seperti sekrup, baut, mur paku metal fittigs

yang akan berhubungan dengan udara luar dibuat dari besi yang
digalvanisasi.

 Perhatian semua ukuran, sambungan dan hubungannya dengan material lain,

dengan mengikuti semua petunjuk gambar rencana secara seksama.

 Kontraktor diminta untuk menyiapkan shop drawing/gambar kerja untuk


pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan petunjuk MK/Perencana.

 Pemotongan dengan membakar dibengkel harus dilakukan dengan mesin

potong pembakar yang standard. Pembakaran di bengkel atau dilapangan

harus disetujui MK.


 Semua pekerjaan metal yang terpotong harus disetujui MK.

 Berkas-berkas pekerjaan harus dikikir sampai halis dan rata permukaan

 Untuk unit yang dipasang harus diberi tanda-tanda agar tidak terjadi
kesalahan pemasangan.

 Pekerjaan sambungan dilakukan dengan baut dan las sesuai gambar.

 Pekerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi, tanpa menimbulkan

kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya.


 Pengelasan harus menjamin pengakhiran yang rata dari cairan elektroda

tersebut. Pemukaan dari daerah yang akan dilas harus bersih dan bebas dari

kotoran, cat minyak dan karat.

 Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dan dijamin


tidak akan berputar atau membengkok. Setelah pengelasan, sisa-sisa/kerak

las harus dibersihkan dengan baik (wire, brush, ampelas). Cacat pada

pengelasan harus dipotong dan dilas kembali atas tanggung jawab


Kontraktor.

 Tambahan dan angkur yang perlu harus digunakan walaupun tidak termasuk

dalam gambar (lengkap dengan pemakaian ramset untuk beton).

 Finishing galvanish + cat duco


 Warna cat ditentukan kemudian

 Setiap ujung lubang pipa harus ditutup plat setebal 2 mm dan finishing halus,
kecuali dinyatakan dalam gambar.

b. Rangka Penutup Atap Kayu (Kaso dan Reng)

 Rangka atap kayu dan pemasangan atap multi sirap, nok jurai/nok atas dan

kelengkapan lainnya seperti paku dan lain-lain harus mengikuti spesifikasi


atau syarat-syarat dari atap sirap metal tersebut.

22.3.2 a. Atap Plat Metal

Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar dan

kondisi dilapangan.

 Kontraktor diminta untuk membuat shop drawing /gambar kerja di dalam

shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk

keterangan bahan, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum

cukup tercakup secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak, sesuai


dengan standar spesifikasi pabrik.

 Shop drawing tersebut sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh

Pengawas/Perencana.
 Pemasangan atap harus tersusun rapi kesegala arah, rata, lurus/lengkung

mengikuti petunjuk atap dan pada setiap sambungan (overlap) satu dengn

yang lainnya harus sesuai dengan persyaratan dari pabrik.

 Daerah bukaan seperti kaca, jurai, tali air harus rapi tidak terjadi kebocoran,
rembesan air.

 Pemasangan atap harus dilaksanakan oleh pabrik yang bersangkutan-

Garansi/jaminan. Kontraktor harus memberikan surat jaminan pada

owner/pimpinan proyek, jaminan pelaksanaan dan bahan selama 10 tahun


tidak kebocoran dan warna tidak pudar.
22.3.3 Talang

 Pemasangan talang tegak harus lurus, sambungan pipa menggunakan


sambuangan PVC dengan lem berkualitas baik. Sambungan benar rapat dan kuat

tidak bocor.

 Sebelum dibungkus talang, talang tersebut harus ditest terlebih dahulu dari

kebocoran, kalau sudah dinyatakan baik secara tertulis dari Pengawas, baru bisa
dibungkus dengan tembaga ketok, sambungan tembaga diletakkan dibagian

dalam menempel pada dinding/diklem.

 Klem dipasang dari lantai ketinggian 30 cm, selanjutnya dengan jarak 120 cm

dengan penguat ramset Ø 10 mm


PASAL 23

PEKERJAAN LANTAI DAN PELAPIS LANTAI

23.1 Lingkup Pekerjaan

a. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan


dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga

dapat diperoleh pekerjaan yang baik.

b. Pekerjaan pelapis lantai ini termasuk pekerjaan sub lantai yang meliputi seluruh
detail yang disebutkan/ditujukan dalam gambar sebagai alas lantai finishing.

23.2 Persyaratan Bahan

23.2.1 Bahan-bahan sub lantai

a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus dengan persyaratan PBI 1971 (NI-2),
PVBB 1956 dan NI-8. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih

dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Perencana/Pengawas untuk

disetujui.

b. Jenis pemakaian bahan dan penempatan bahan pada bangunan sesuai dengan
gambar rencana yang ditunjukan dalam gambar

23.2.2 Bahan untuk lantai : keramik tile

Lantai keramik yang digunakan :

a. Jenis : * Glazed Ceramic Tile, Mosaic dan Asia Tile

Ukuran 20 x 20 cm, 20 x 25 cm, 30 x 30 cm, 40 x 40 cm, sesuai gambar rencana :


 Staircomer (anti slip), ceramic tile, Produksi Roman, Asia Tile.

 Bentuk sudut, jenis dan ukruan disesuaikan dengan jenis keramik pada bidang
lantai.

 Keramik untuk lantai yang digunakan adalah produk Roman KW I, Asia Tile

KW I, IKAD KW I.

 Plint ukuran 100 mm x 200 mm type COVE. Warna mustrad setara Garnito.
 Keramik tanga untuk injakan (step nosing) setara Roman ukuran 30 x 30 cm.

 Bahan perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 pasang ditambah bahan perelat/carofix

2.

 Warna : akan ditentukan kemudian


 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan

ASTM, peraturan keramik Indonesia (NI-19) PVBB 1970 dan PVBI 1982.

 Semen porland harus memenuhi NI-8, pasir dan air harus memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan dalam PVBB 1970 (NI-3) dan PBI 1971 (NI-2) dan
ASTM.

 Bahan – bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus

diserahkan contoh-contohnya kepada Perencana/MK untuk mendapatkan


persetujuan.

23.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

23.3.1 Sub Lantai/rabat Beton

 Untuk pasangan yang langsung diatas tanah, tanah yang akan dipasang sub-
lantai harus dipadatkan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan padat

sehingga diperoleh daya dukung tanah yang maksimum, pemadatan

dipergunakan alat timbris.

 Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan permukaan yang
keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan organik lainnya yang dapat

mengurangi mutu pasangan. Tebal lapisan pasir urug yang disyaratkan minimum

10 cm, atau sesuai gambar, disiram ari dan ditimbris sehingga diperoleh
kepadatan yang maksimal.

 Diatas pasir urug dilakukan pekerjaan sub-lantai setebal 5 cm atau sesuai yang

ditunjukan dalam gambar detail dengan campuran 1 PC : 3 pasir : 5 koral.


 Untuk pasangan diatas pelat beton (lantai tingkat), plat beton diberi lapisan

plester (screed) campuran 1 PC : 3 pasir setebal minimum 2 cm dengan


memperlihatkan kemiringan lantai, terutama didaerah basah dan teras.

 Sub-lantai beton tumbuk diatas lantai dasar permukaannya harus dibuat benar-

benar rata, dengan memperlihatkan kemiringan lantai didaerah basah dan teras.

23.3.2 a. Keramik Tile


 Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing

mengenai pola keramik.

 Pasangan lantai keramik tile ini dipasang pada seluruh detail yang

disebutkan/ditunjuk dalam gambar, termasuk dalam ground reservoir berikut


plint dan nosing tangga.

 Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan

bernoda.

 Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir pasang dan


ditamah bahan perekat seperti yang disyaratkan atau dapat digunakan acian

PC murni dan ditambah bahan perekat.

 Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak
mengandung asam alkali) sampai jenuh.

 Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang

benar-benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan

didaerah basah dan teras.


 Pola, arah dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail

atau sesuai petunjuk Perencana/MK. Perhatian lubang instalasi dan

drainase/bak kontrol sebelum pekerjaan dimulai.

 Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar) harus
sama lebarnya maksimum 3 mm, yang membentuk garis-garis sejajar dan

lurus yang sama dalammya, untuk siar-siar yang berpotongan harus

membentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak lurus sesamanya.


 Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik dari bahan seperti

yang telah disyaratkan diatas. Warna keramik yang dipasang .

 Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong

keramik khusus sesuai persyaratan dari pabrik.


 Hasil pemotongan harus lurus, rata dan halus.

 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih.

 Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda

pada permukaan keramik hingga betul-betul bersih.

 Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban selama 3 x


24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.

b. Keramik Plint

Terpasang siku terhadap lantai, dengan memperlihatkan siar-siarnya bertemu siku

dengan siar lantai dan dengan siar yang sama pula, kecuali dinyatakan lain dalam
gambar.

c. Step Nosing

Dipasang setiap trap tangga dan lantai yang bertrap pemasangan sama dengan

pemasangan keramik lainnya, perlu diperhatikan siar/nat-nat dengan siar/nat


lantai lainnya.

23.3.3 Floor Hardener

a. Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada lubang
dan celah-celah yang terjadi pada permukaan lantai harus ditutup dengan

adukan semen pasir (trasram) sampai rata terhadap permukaan sekelilingnya.

b. Pekerjaan lapisan floor hardener dilakukan setelah ada persetujuan dari

Perencana/ Pengawas. Pengerjaannya sesuai dengan yang dipersyaratkan dari


pabrik yang bersangkutan, sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan bermutu

baik dan memberikan kepuasan kepada Perencana/ Pengawas.

c. Sebelum pekerjaan dilakukan, kontraktor harus menyerahkan pekerjaan beberapa

contoh bahan, warna dan contoh percobaan pekerjaan dari beberapa macam
hasil produk kepada Pengawas untuk disetujui dalam pelaksanaan.

d. Contoh bahan, warna dan contoh percobaan pekerjaan yang telah disetujui

Perencana/ Pengawas, akan dipakai sebagai standar dalam pemeriksaan dan


penerimaan bahan/hasil pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor.

e. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan contoh bahan/hasil contoh

pekerjaan di Direksi Keet serta harus senantias menjaga keamanannya.


f. Pekerjaan floor hardener yang telah terpasang harus dihindarkan dari terjadinya

kerusakan akibat dari adanya pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang lain.


Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam hasil pekerjaan

yang dilakukan.

g. Kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi pada permukaan floor hardener.

Kontraktor diharuskan untuk memperbaiki, hingga mencapai mutu pekerjaan


seperti yang telah disyaratkan dalam buku ini tanpa adanya tambahan biaya.

PASAL 24

PEKERJAAN CAT DAN FINISHING LAINNYA

24.1 Lingkup Pekerjaan


a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat

b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan

c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada gambar tidak disebutkan

secara khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Perencana.
d. plat meja beton, rak-rak lainnya.

e. Railing tangga.

24.2 Syarat-syarat bahan


24.2.1 Standard Pengerjaan (Mock Up)

Sebelum pengecatan dimulai, Pemborong harus melakukan pengecatan pada satu

bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan

dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang
yang akan dipakai sebagai mockup ini akan ditentukan oleh Direksi Lapangan. Jika

masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi lapangan dan Perencana,

bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan

pengecatan.

24.2.2 Contoh dan Bahan untuk Perawatan

a. Pemborong harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada

bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. dan pada bidang-bidang tersebut


harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis

lapisan (dari cat dasar s/d lapisan akhir).


b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi lapangan dan

Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh


Perencana dan Direksi lapangan, barulah Pemborong melanjutkan dengan

pembuatan mockup seperti tercantum pada 9.2 diatas.

c. Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi lapangan, untuk kemudian akan

diteruskan kepada pemberi tugas, minimal 5 galor, tiap warna dari jenis cat yang
dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan

dengan jelas identitas cat yang ada didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai

cadangan untuk perawatan, oleh pemberi tugas.

24.3 Syarat-syarat Pelaksanaan


24.3.1 Pekerjaan Cat Dinding

a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran

bangunan dan/atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.

b. Untuk dinding-dinding luar bangunan digunakan cat khusus luar, jenis Catylac
Weathershield merk Catylac ICI warna ditentukan Perencana.

c. Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat jenis Emulsi Acrylic merk

Catylac/ICI dengan lapisan dasar acrylic Wall Filler, lapisan akhir memakai Catylac
Pearl Glo merk Catylac/ICI, warna ditentukan Perencana.

d. Plamur yang digunakan adalah plamur tembok sesuai yang

disyaratkan/spesifikasi dan produk cat yang dipakai.

e. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada
retak-retak dan pemborong meminta persetujuan kepada Konsultan/MK.

f. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan

lapisan plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.

g. Sesudah 7 hari plamur terpasang dan diampelas halus, kemudian dibersihkan


dengan bulu ayam sampai bersih betul. selanjutnya dinding dicat dengan

menggunakan Roller

h. Untuk cat bertexture pada dinding kerawang/pagar balustrade menggunakan cat


setara produk Dekorindo, Pacific dan SKK. Bentuk texture dan warna ditentukan

kemudian. Penggunaan disemprotkan dengan alat penyemprot.


i. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistence sealer

yang dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis Catylac Pearglo arcylic emulsion dengan
kekentalan cat sebagai berikut :

- Lapis I encer

- Lapis II kental

- Lapis III encer


j. Untuk warna-warna yang jenis, kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-

kaleng dengan nomor percampuran (batch number) yang sama.

k. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata,

licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran.

24.3.2 Pekerjaan Cat Minyak

a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian besi

seperti pagar beserta pintunya, pintu-pintu besi, ruang atap, dan pekerjaan besi
lain yang tertera dalam gambar.

b. Seluruh pekerjaan besi menggunakan cat duco, kecuali untuk besi tempa

digunakan cat khusus.


c. Cat yang dipakai adalah merk Catylac jenis Sepeglos.

d. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas halus

dan bebas debu, oli dan lain-lain.

e. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali. Sambungan las
dan ujung-ujung yang tajam diberi “touch up” dengan dua lapisan Catylac

Reaoxie Primer setelah itu lapisan tebal 40 micron diulaskan.

f. Setelah kering sesudah 8 jam dan diampelas kembali maka disemprot 1 lapis.

Setelah 16 jam mengering baru lapisan akhir Supergloss disemprot 3 lapis.


g. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot compressor 3 lapis.

h. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap tidak ada

gelembung-gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.


24.3.3 Pekerjaan Meni Kayu

a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh permukaan multiplek,

polywood yang akan dicat, rangka langit, rangka-ragka pintu, bagian-bagian


permukaan kayu yang menempel pada tembok dan atau bagian-bagian lain yang

ditentukan gambar.
b. Menie yang digunakan adalah menie kayu merk Pama warna merah

c. Semua kayu hanya boleh dimenie ditapak proyek dan mendapat persetujuan

Konsultan/ Pengawas.

d. Sebelum pekerjaan menie dilakukan bidang kayu kasar harus diampelas dengan
ampelas kayu kasar dan dilanjutkan dengan amplas kayu halus sampai

permukaan bidang licin dan rata.

e. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan lapis,

sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan menie.
PASAL 25

PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi dalam


bangunan, pemasukan arus yang bersumber dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) atau

Genset, penyediaan bola lampu, kabel-kabel, pipa PVC, tiang listrik, dan sebagainya

sampai listrik menyala. Jumlah titik lampu dan stop kontak yang harus dipasang
disesuaikan dengan jumlah yang tertera dalam gambar. Titik lampu dan stop kontak

mengandung maksud tempat mata lampu dan stop kontak yang telah dipasang kabel-

kabel yang diperlukan sehingga arus listrik sudah berfungsi pada titik tersebut.

2. Bahan yang digunakan


a. Kabel NYA

Isolasi PVC dengan luas penampang minimum yang boleh digunakan 2,5 mm. Kawat

BC, kawat tembaga yang telanjang.

b. Steker stop kontak dan saklar dari bahan ebonit kualitas baik
Bola lampu pijar dan TL merk setara Philips

3. Pedoman Pelaksanaan

a. Pemasangan instalasi listrik dan tata letak lampu/stop kontak serta jenis armatur
lampu yang dipakai harus dapat persetujuan dari Direksi. Sistem pemasangan pipa-

pipa listrik pada dinding maupun beton harus ditanam (inbouw) dan penarikan kabel

(jaringan kabel) diatas plafon diikat dengan Isolator khusus dengan jarak 1.00 atau
1.20 m, atau jaringan kabel diatas plafon tersebut dimasukan dalam pipa PVC. Khusus

untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde (pentanahan) sesuai dengan
peraturan yang berlaku (mencapai dan terendam air tanah).

b. Pemasangan instalasi listrik berikur penggunaan bahan komponen-komponennya

harus disesuaikan dengan sisitem tegangan lokal 220 Volt daya 3000 watt.

c. Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan Direksi.


d. Kontraktor boleh menunjuk pihak ketiga (instalatur) yang telah memiliki izin usaha

instalasi listrik yang masih berlaku dari PLN. Kontraktor tetap bertanggung jawab

penuh atas pekerjaan ini sampai lampu tersebut menyala (termasuk biaya pengujian

dengan pihak PLN).


e. Pengujian instalasi listrik harus dilakukan pada beban penuh 1 x 24 jam secara terus

menerus. Semua biaya yang timbul akibat pengujian ini menjadi tanggung jawab

Kontraktor.

Anda mungkin juga menyukai