Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGARUH PENGHAYATAN ETIKA PROFESI TERAHDAP KINERJA


GURU DALAM MEWUJUDKAN EFEKTIVITAS PROGRAM
PEMBELAJARAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA

Disusun oleh :
Yenni Aryani (1709617085)

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia serta taufik dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Pengaruh Penghayatan Etika Profesi terhadap Kinerja Guru dalam
Mewujudkan Efektivitas Program Pembelajaran”. Saya sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca
mengenai mata kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak
sekali kekurangan dan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu, saya berharap adanya
kritik, saran, dan usul untuk memperbaiki makalah ini dimasa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat. Sebelumnya saya mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Demikian saya
ucapkan terimakasih.

Jakarta, 18 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kode Etik Profesi........................................................................6
2.2 Tujuan Kode Etik Profesi..............................................................................7
2.3 Indikator Kinerja Guru Profesional...............................................................8
2.4 Pengaruh Etika Profesi terhadap Kinerja Guru dalam Mewujudkan
Efektivitas Program Pembelajaran..............................................................11

BAB III ANALISIS KASUS


3.1 Contoh Kasus.............................................................................................16
3.2 Analisis Kasus...........................................................................................16

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................18
4.2 Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang


Kode etik profesi menjadi sesuatu yang sangat penting dalam suatu
organisasi profesi. Bukan hanya suatu formalitas semata. Adanya kode etik
profesi tidak lain adalah untuk menjaga keprofesionalan seseorang dalam
bidang profesi dan tentunya untuk kemajuan organisasi itu sendiri.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan atau menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik, serta
dedikasi yang tinggi. Ciri-ciri atau kriteria suatu profesi ialah adanya kode etik
yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota berserta sanksi yang
jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut.Guru memiliki kode etik
karena guru merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia berdasarkan
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen (Pasal 1).
Dengan Kode Etik Guru Indonesia dapat menempatkan guru sebagai
profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang.
Maka dari itu perlu sikap profesional dalam setiap sasaran. Masyarakat akan
melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang
ada yang patut ditaladani atau tidak. Di samping itu, bagaimana sikap guru
terhadap peraturan perundang-undangan juga menjadi perhatian masyarakat
luas. Apalagi saat ini pemerintah banyak mengeluarkan kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Kebijaksanaan
tersebut menjadi peraturan perundang-undangan yang wajib ditaati oleh guru,
sebab guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi Negara mutlak perlu
mematuhi kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Hal ini juga dipertegas dalam kode etik guru butir Sembilan bahwa Guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
(PGRI, 1973)
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, aspek utama yang
ditentukan adalah kualitas guru. Hal ini disebabkan guru merupakan titik

4
sentral dalam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, dengan kata
lain salah satu persyaratan penting bagi peningkatan mutu pendidikan adalah
apabila pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan oleh pendidik-pendidik
yang dapat diandalkan keprofesionalannya. Maka tugas guru akan efektif jika
memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi,
kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau
norma etik tertentu. Sehubungan dengan itu, peneliti tertarik untuk melanjutkan
penelitian dengan judul “Pengaruh penghayatan etika profesi terhadap
kinerja guru dalam mewujudkan efektivitas program pembelajaran”.

2.2. Rumusan Masalah


2.2.1. Apa pengertian kode etik profesi?
2.2.2. Apa tujuan kode etik profesi?
2.2.3. Bagaimana indikator kinerja guru yang profesional?
2.2.4.Bagaimana pengaruh etika profesi terhadap kinerja guru dalam
mewujudkan efektivitas program pembelajaran?

2.3. Tujuan
2.3.1. Mengetahui pengertian kode etik profesi
2.3.2. Mengetahui tujuan kode etik profesi
2.3.3. Memahami indikator kinerja guru yang profesional
2.3.4.Memahami pengaruh etika profesi terhadap kinerja guru dalam
mewujudkan efektivitas program pembelajaran

2.4. Manfaat
2.4.1. Menjadi pedoman bagi mahasiswa-mahasiswi calon pendidik
2.4.2. Menjadi referensi bagi para pembaca
2.4.3. Menguatkan materi-materi sebelumnya
2.4.4. Menambah wawasan tentang Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kode Etik Profesi


Interpretasi tentang kode etik belum memiliki pengertian yang sama.
Berikut ini disajikan beberapa pengertian kode etik.
a. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Pasal 28 menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik
sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan". Dalam Penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan dengan
adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, Abdi
Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-
hari. Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula
prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
pegawai negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbua tan di dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.
b. Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan
bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiaan
bekerja sebagai guru. Dari pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni: (1)
sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman tingkah laku.
c. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan
sebagai berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi
guru membentuk kode etik; (2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan
tugas keprofesionalan.

6
Dari beberapa pengertian tentang kode etik di atas, menunjukkan bahwa
kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang harus diindahkan dan
diamalkan oleh setiap anggotanya dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan
hidup sehari-hari di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi
petunjukpetunjuk bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-
larangan, tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesi, tetapi dalam pergaulan hidup sehari-hari di
dalam masyarakat.

2.2. Tujuan Kode Etik Profesi


Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.profesi itu sendiri.
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
1. Menjunjung tinggi martabat profesi
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat,
agar mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan.
Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai
bentuk tindak-tanduk atau kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan
nama baik profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin (spiritual,
emosional, dan mental). Kode etik umumnya memuat larangan-larangan
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi
honorarium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa
saja yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan
merugikan rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin, kode etik
umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada anggotanya untuk
melaksanakan profesinya.
3. Pedoman berperilaku

7
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak
pantas dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi dengan
sesama rekan anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas
dan tanggungjawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh
karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
5. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik memuat norma norma dan anjuran agar para anggota profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Kode etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga
dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian
anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

2.3. Indikator Kinerja Guru Profesional


Guru merupakan profesi profesional dimana ia untuk berupaya
semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai
seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih
hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini guru hendaknya
dapat meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan modal bagi keberhasilan
pendidikan.
Sementara itu pula menurut Simamora (2011) mengemukakan bahwa
kinerja dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1) keputusan terhadap segala aturan yang telah ditetapkan organisasi

8
2) dapat melaksanakan pekerjaan atau tugasnya yanpa kesalahan (atau dengan
tingkat kesalahan yang paling rendah)
3) ketetapan dalam menjalankan tugas
Ukuran kinerja secara umum yang kemudian diterjemahkan ke dalam
penilaian perilaku secara mendasar meliputi: (1) mutu kerja; (2) kualitas kerja;
(3) pengetahuan tentang pekerjaan;(4) pendapat atau pertanyaan yang
disampaikan; (5) keputusan yang diambil; (6) perencanaan kerja; (7) daerah
organisasi kerja. Mangkunegara & Prabu (2011) mengungkapkan bahwa faktor
yang mempengaruhi pencapaian kinerja terdiri dari dua, yakni; faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivasion). Motif merupakan aspek
yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan/ atau tindakan
(Nurfajrinah, 2017)
Adapun dimensi kinerja sebagaimana dinyatakan Mitchell dalam
(Sedarmayanti, 2010), terdiri dari lima dimensi kinerja (yang dapat dijadikan
parameter), yaitu:
a. Dimensi Quality of Work ( kualitas kerja)
Yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan
kesiapannya. Hal ini merupakan evaluasi dari ketepatan, kelengkapan dan
kerapihan pekerjaan yang diselesaikannya.
b. Dimensi promptness (ketepatan kerja)
Ketepatan kerjamerupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal
waktu kerja yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil
output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas
yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output.
c. Dimensi initiative (inisiatif)
Yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung-jawabnya, hal ini merupakan evaluasi kemampuan
mengenali masalah dan mengambil tindakan korelatif derta memberikan
saran-saran untuk peningkatan kerja.
d. Dimensi capability (kemampuan)

9
Kemampuan kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh
karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau
ditetapkan oleh perusahan.
e. Dimensi Communication (komunikasi)
Hasibuan (2012) menyatakan tidak kurang dari sebelas dimensi kinerja yang
bisa dinilai, yaitu: kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran, kedisiplinan,
kreativitas, kerja sama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan
dan tanggung-jawab. Dalam proses pemenuhan tugas profesinya, dimensi
kinerja guru berkaitan dengan aktivitas yang berhubungan denga
perencanaan, implementasi dan penilaian. Sebagai perencana guru
hendaknya dapat mendiagnosa kebutuhan para siswa sebagai objek belajar,
merumuskan tujuan kegiatan proses pembelajaran, dan menetapkan strategi
pengajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan. Sebagai implementator rencana guru hendaknya
mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berusaha merekayasa
setiap situasi yang muncul menjadi situasi yang menungkinkan
berlangsungnya pemenuhan tugasnya profesi guru, dan sebagai evaluator,
maka guru dipersyaratkan untuk meninjau kembali keberhasilan dari
rencananya serta melakukan perencanaan ulang untuk melakukan
perbaikan.
Kinerja guru juga dapat di tujukan dari seberapa besar kompetensi-
kompetensi yang di persyaratkan di penuhi. “ kompetensi tersebut meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
kompetensi profesional” (undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman
peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara
substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

10
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum
matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi
kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.

2.4. Pengaruh Etika Profesi Terhadap terhadap Kinerja Guru dalam Mewujudkan
Efektivitas Program Pembelajaran
Dalam proses pemenuhan tugas profesinya, dimensi kinerja guru
berkaitan dengan aktivitas yang berhubungan denga perencanaan,
implementasi dan penilaian. Sebagai perencana guru hendaknya dapat
mendiagnosa kebutuhan para siswa sebagai objek belajar, merumuskan tujuan
kegiatan proses pembelajaran, dan menetapkan strategi pengajaran yang
ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai
implementator rencana guru hendaknya mempertimbangkan situasi dan
kondisi yang ada dan berusaha merekayasa setiap situasi yang muncul menjadi
situasi yang menungkinkan berlangsungnya pemenuhan tugasnya profesi guru,
dan sebagai evaluator, maka guru dipersyaratkan untuk meninjau kembali
keberhasilan dari rencananya serta melakukan perencanaan ulang untuk
melakukan perbaikan.
Efektivitas adalah adanya kesesuaian anatara orang yang melaksanakan
tugas dengan sasaran yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil
mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan
tujuan operasional. Efektivitas dapat didefinisikan dengan empat hal yang
menggambarkan tentang efektivitas, yaitu:

11
a. Mengerjakan hal-hal yang benar, dimana sesuai dengan yang seharusnya
diselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya.
b. Mencapai tingkat diatas pesaing, dimana mampu menjadi yang terbaik
dengan lawan yang lain sebagai yang terbaik.
c. Membawa hasil, dimana apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasil
yang bermanfaat.
d. Menangani tantangan masa depan Efektivitas pada dasarnya mengacu pada
sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dikatakan
efektif apabila pekerjaan itu memberikan hasil yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan semula. Efektif merupakan landasan untuk mencapai
sukses. Jadi efektivitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan,baik
secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh tujuan tersebut tercapai.
Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Sujud (1990) tentang
pengantar efektivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu programdapat
dilihat sebagai berikut:
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program perencanaan
yang disusun sebaga pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap
kegiatan proses pembelajaran. (Sanjaya, 2009), Komponen-komponen
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran minimal ada lima komponen
pokok yaitu:
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus
dicapai atau dikuasai oleh siswa. Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, yang harus dlakukan oleh guru adalah menjabarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK/KD) menjadi indikator
hasil belajar. Indikator hasil belajar adalah pernyataan prilaku yang
memiliki dua syarat utama, yakni bersifat obervable dan berorientasi
pada hasil belajar.
2) Materi Isi

12
Materi/ isi pelajaran berkenaan dengan bahan pelajaran yang harus
dikuasai siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3) Strategi dan Metode Pembelajaran
Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu; sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi. Strategi dan metode pembelajaran harus
dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Satu hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran
adalah strategi dan metode itu harus dapat mendorong siswa untuk
beraktifitas sesuai dengan gaya belajarnya. Sejumlah prinsip seperti yang
dijelaskan dalam PP No 19 tahun 2005 adalah proses pembelajaran harus
diselenggarakan secara interaktif, insfiratif, menyenangkan, memberikan
ruang yang cukup untuk bagi pengembangan prakarsa, kretaivitas sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
4) Media dan Sumber belajar
Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan
sumber belajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang
harus dipelajari sesuai dengan materi pelajaran. Penentuan media dan
sumber belajar harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
karakteristik daerah (Ramdhani & Wulan, 2012; Ramdhani &
Muhammadiyah, 2015).
5) Evaluasi
Evaluasi diarahkan bukan hanya sekedar untuk mengukur keberhasilan
setiap siswa dalam pencapaian hasil belajar, tetapi juga untuk
mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan
oleh setiap siswa. Untuk alat evaluasi selain tes ada juga non tes dalam
bentuk tugas, wawancara, dan lain sebagainya.
B. Pelaksanaan Pembelajaran

13
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa
menurut langkahlangkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang
diharapkan (Sudjana, 2010). Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang
terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan beberapa tahap
pelaksanaan pembelajaran antara lain:
1) Membuka pelajaran
Tujuan membuka pelajaran adalah:
a. Menimbulkan perhatian dan memotifasi siswa
b. Menginformasikan cakupan materi yang akan dipelajari dan batasan-
batasan tugas yang akan dikerjakan siswa
c. Memberikan gambaran mengenai metode atau pendekatan -
pendekatan yang akan digunakan maupun kegiatan pembelajaran
yang akn dilakukan siswa.
d. Melakukan apersepsi, yakni mengaitkan materi yangtelah dipelajari
dengan materi yang akan dipelajari.
e. Mengaitkan peristiwa aktual dengan materi baru.
2) Penyampaikan Materi Pembelajaran
Tujuan penyampaian materi pembelajaran adalah:
a. Membantu siswa memahami dengan jelas semua permasalahan dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Membantu siswa untuk memahami suatu konsep atau dalil.
c. Melibatkan siswa untuk berpikir
d. Memahami tingkat pemahaman siswa dalam menerima pembelajaran.
3) Menutup Pembelajaran
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengahiri kegiatan inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini guru

14
melakukan evaluasi terhadap materi yang telah disampaikan. Tujuan
kegiatan menutup pelajaran adalah:
a. Mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pembelajaran.
b. Mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
c. Membuat rantai kompetensi antara materi sekarang dengan materi
yang akan datang.
C. Evaluasi Pembelajaran
Menurut (Djaali dan Muljono, 2014), evaluasi adalah proses menilai sesuatu
berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya
diikuti dengan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.
Kesimpulan dari evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan
nilai,kriteria atau tindakan dalam pembelajaran agar dapat memberi
keputusan berdasarkan tujuan yang sudah ditentukan. Secara umum, tujuan
dan fungsi evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Indikator efektivitas dapat
dilihat dari tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. Perubahan tingkah
laku itu dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan
sesuai kompetensi,tujuan dan isi program pembelajaran. Adapun secara
khusus, tujuan evaluasi adalah untuk:
a. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang
telah ditetapkan.
b. Mengetahui kesulitan-kesullitan yang telah dialami peserta didik dalam
proses belajar, sehingga dapat dilakukan diagnosa dan kemungkinan
memberikan remidial teaching.
Keseluruhan tersebut merupakan profesionalisme seorang guru yang
tentunya akan mewujudkan efektivitas program pembelajaran. Dengan
langkah-langkah tersebut sedikit banyaknya akan berpengaruh positif bagi
kegiatan belajar mengajar dan memberikan perubahan terhadap siswa sebagai
bagian dari hasil belajar.

15
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1. Contoh Kasus


Saat ini banyak sekali orang yang ingin menjadi seorang guru, jumlah
guru di Indonesia pun sudah cukup memadai tetapi permasalahannya ialah
banyak guru yang tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang guru
profesional, dan guru di Indonesia kurang memerankan fungsinya sebagai guru
profesional.
Banyak guru di sekolah-sekolah yang bukan berasal dari universitas
yang bukan diperuntukan untuk menjadi seorang guru, bahkan ada guru yang
bukan dari lulusan sarjana, maka dari faktor tersebut banyak guru yang tidak
dapat mengajar dengan baik, karena guru tersebut tidak mengetahui bagaimana
cara mengajar, serta membimbing peserta didik dengan baik. Faktor lainnya
yaitu kesejahteraan guru juga kurang diperhatikan, banyak guru yang masih
mendapatkan pendapatan yang sangat minim, oleh karena itu banyak guru yang
bekerja sampingan atau banyak guru yang mengambil pekerjaan di dua tempat,
dan menyebabkan guru tersebut kurang fokus dalam mengajar seperti sekedar
hanya memberikan materi kepada peserta didik, tanpa memberikan bimbingan
kepada peserta didiknya.
Faktor lainnya yang berkaitan dengan kualitas guru di Indonesia yaitu
banyaknya guru yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
jaman, banyak guru yang tidak dapat menggunakan alat-alat canggih seperti
komputer serta alat bantu lainnya dalam pembelajaran dan guru juga tidak
menguasai materi yang digunakan untuk mengajarkannya kepada peserta didik.

3.2. Analisis Kasus


Kasus diatas merupakan contoh guru yang tidak menghayati etika
profesinya. Itulah mengapa etika profesi sangat penting untuk diterapkan dan
dihayati. Adanya etika profesi tak lain fungsinya adalah untuk mengatur guru
dalam profesinya supaya sesuai dengan standar.

16
Untuk itu ketika seseorang akan menjadi guru ketika ia tahu etika
profesinya maka ia akan berusaha memenuhi standar yang diharapkan untuk
menjadi guru yang profesional sehingga penyimpangan seperti kasus diatas
akan bisa dihindari.
Dari faktor diatas sekolah juga harus dapat lebih menyeleksi calon guru
tersebut, pemerintah juga harus lebih bisa untuk memperhatikan pendapatan
guru seperti guru-guru yang masih berstatus sebagai guru honorer agar guru
merasa termotivasi dan guru tersebut akan mengajar siswanya dengan baik, dan
pemerintah dapat memberikan pelatihan terhadap guru agar dapat menjadikan
guru tersebut menjadi guru profesional yang dapat mengajar serta menjadi
pembimbing para peserta didik yang akan menjadi penerus bangsa.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Untuk keberhasilan program pembelajaran tentunya dibutuhkan kinerja
seorang guru yang profesional. Disinilah peran kode etik profesi untuk
mengatur profesionalisme. Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma
yang harus diindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya dalam
pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
Pengahayatan guru terhadap kode etik profesi berpengaruh positif dalam
kegiatan belajar mengajar. Penerapan kode etik profesi akan membuat program
pembelajaran berjalan efektif
4.2. Saran
Sebagai seorang guru sudah seharusnya menerapkan dan manghayati
kode etik profesi guru. Guru merupakan agen pencetak generasi bangsa maka
tentu sangat diharapkan keprofesionalan kinerjanya dalam mendidik siswanya.
Menjadi guru bukanlah profesi yang hanya sekedar mengajar ada etika yang
harus dipatuhi. Sudah seharusnya para pendidik paham akan etika profesi guru
yang mengaturnya dalam menjalankan profesinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, T. A. (2015). Pengaruh Profesionalisme Guru dan Motivasi Kerja Terhadap


Kinerja Guru Ekonomi SMA Se-Kota Malang. Malang: Universitas
Muhammadiyah Metro
Mariyana, R. (2012). Etika Profesi Guru. Bandung: File Direktori UPI
Kartowagiran, B. (2011). Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Alim, A. N. (2017). Pengaruh Penghayatan Etika Profesi terhadap Kinerja Guru
dalam Mewujudkan Efektivitas Program Pembelajaran. Garut: Khazanah
Akademia
http://ridhopendidikan.blogspot.com/2016/06/kinerja-guru-dan-kompetensi-
guru_22.html diakses pada tanggal 16 Mei 2019

19

Anda mungkin juga menyukai