OTONOMI DAERAH
PENDAHULUAN
Istilah otonomi daerah secara etimologis berasal dari kata yunani “autos” yang berarti
sendiri dan “nomos” yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi daerah adalah perwujudan
dari pelaksanaan urusan pemerintah berdasarkan asas desentralisasi yakni penyerahan urusan
pemerintah kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya. Menurut Ahmad Yani (2002)
salah satu yang diserahkan kepada daerah adalah mengenai urusan yag memberikan
penghasilan kepada Pemerintah Daerah dan potensial untuk dikembangkan dalam penggalian
sumber-sumber pendapatan baru bagi daerah bersangkutan karena PAD ini sangat diharapkan
dapat membiayai pengeluaran rutin daerah.
Menurut Jimly Asshiddiqie, otonomi daerah di Indonesia dilihat dari pembagian kekuasaan
antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat tidak jauh berbeda degan di negara yang
menganut bentuk federal. Hal ini dilandaskan pada teori kekuasaan residu (sisa) atau residuak
power di sutu negara. Di negara-negara federal pada umumnya, kekuasaan sisa berada di
pemerintahan federal (pusat), sementara kekuasaan yang proporsinya lebih banyak justru
berada di negara-negara bagian.
Otonomi daerah pada dasarnnya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hak tersebut diperoleh melalui penyerahan
urusan pemerintah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan keadaan dan
kemampuan daerah yang bersangkutan. Otonomi daerah sebagai wujud dari dianutnya asas
desentralisasi, diharapkan akan dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
Karena kewenangan yang diterima oleh Daerah melalui adanya Otonomi Darah akan
memberikan “kebebasan” kepada Daerah. Dalam hal melakukan berbagai tindakan yang
diharapkan akan sesuai dengan kondisi serta aspirasi masyarakat di wilayahnya. Anggapan
tersebut disebabkan karena secara logis Pemerintah Daerah lebih dekat kepada masyarakat,
sehingga akan lebih tahuj apa yang menjadi tuntutan dan keinginan masyarakat.
Dalam pengertian tersebut, wacana Otonomi Daerah berarti menyangkut ruang
kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang telah diberikan menjadi wewenang
rumah tangga Daerah, atau kita membicarakan ruang kewenangan penyelenggaraan
Pemerintah Daerah atau wewenang rumah tangga Daerah mencakup substansi Daerah
mencakup Substansi dari Otonomi Daerah.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Undang-Undang ini juga menyatakan bahwa daerah otonom
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Hal tersebut menunjukkan bahwa makna dasar dari otonomi adalah adanya suatu
kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan kebijakan-kebijakan sendiri yang
ditunjukkan bagi pelaksanaan roda pemerintahan daerahnya sesuai dengan aspirasi
masyarakatnya. Keberadaan Otonomi Daerah diharapkan terjadi penguatan masyarakat untuk
meningkatkan kapasitas demokrasi atau dengan kata lain bahwa UU Pemerintahan Daerah
bervisi demokrasi.
Keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah akan ditentukan oleh banyak hal. Riswandha
Imawan menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan Otonomi Daerah ditentukan oleh :
1. Semakin rendahnya tingkat ketergantungan (degree of dependenscy) Pemerintah
daerah kepada pemerintahan pusat, tidak saja dalam perencanaan tetapi juga dalam
penyediaan dana. Karena sesuatu rencana pembangunan hanya akan efektif kalau
dibuat dan dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah.
2. Kemampuan daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka (grow
from inside) dan faktor luar yang secara langsung mempengaruhi laju pertumbuhan
pembangunan daerah (growth from outside)
Otonomi daerah pada dasarnya berkaitan erat dengan pola pembagian kekuasaan antara
pemerintah pusat dan pemerinta daerah. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
pelaksanaanya memberikan dampak baik yang cukup positif bagi Daerah, maupun yang
mungkin akan menyulitkan daerah dan Pemerintah Pusat.
Tidak hanya pengertian tentang otonomi daerah saja yang perlu kita bahas.Namun ada
dasar-dasar yang bisa menjadi landasan.Ada beberapa peraturan dasar tentang pelaksanaan
otonomi daerah,yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 1 hingga ayat 7.
2. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 yang mengatur tentang pemerintahan
daerah.
3. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 yang mengatur tentang sumber keuangan
negara.
Selain berbagai dasar hukum yang mengatur tentang otonomi daerah,saya juga menulis apa
saja yang menjadi tujuan pelaksana otonomi daerah,yaitu otonomi daerah harus bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat yang berada di wilayah otonomi tersebut
serta meningkatkan pula sumber daya yang di miliki oleh daerah agar dapat bersain dengan
daerah otonom lainnya.
PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undangn No. 25 Tahun 1999 yang secaa
serentak diberlakukan diseluruh provinsi di Indonesia. Menurut Widjaja (2004:65) “ dengan
diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan UndangUndang No. 25 tahun 1999.
Mulai tanggal 1 Januari 2004 Menteri Dalam Negeri dan otonomi daerah memberi petunjuk
yang dapat dipedomani dalam penyusunan dan pelaksanaan APBD.
Menurut Widjaja (2004:100) “inti dari konsep pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya
memaksimalkan pelaksanaan daerah dimulai dari tahun 2001”. Misi utaman pelaksanaan
otonomi daerah adalah : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat, menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya
daerah. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab
diperlukan kewenangan dan kemampuan dalam menggali sumber keuangan sendiri yang
sisukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam hal ini kewenangan
keuangan yang melekat pada setiap pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah
daerah.Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin mantap, maka
diperlukan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri yakni dengan
upaya peningkatan PAD, baik dengan meningkatkan penerimaan sumber PAD yang sudah ada
maupun dengan penggalian sumber PAD yang baru sesuai dengan ketentuan yang ada serta
memperhatikan konsisi dan potensi ekonomi masyarakat. Dalam pelaksanaan upaya
peningkatan PAD, perlu diadakan analisis potensial PAD.
Dalam konteks pelaksanaan Otonomi Daerah adalah keliru jika hanya berorientasi pada
tuntutan penyerahan kewenangan tanpa menghiraukan makna dari Otonomi Daerah itu sendiri,
yang lahir dari suatu kebutuhan akan efisiensi dan efektivitas manajemen penyelenggaraan
pemerintahan yang bertujuan untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Disisi lain tuntutan Otonomi Daerah seharusnya dipandang sebagai upaya untuk mengatur
kewenangan pemerintahan sehingga serasi dan focus pada tuntutan kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian Otonomi Daerah bukanlah tujuan tetapi suatu instrument untuk mencapai
tujuan (james W.Fesler,1965, AF.Leemans,1970. Instrument tersebut harus digunakan secara
arif tanpa harus menimbulkan konflikantar Pusat dan Daerah atau antar Provinsi dengan
Kabupaten/Kota. Karena jika demikian makna Otonomi daerah menjadi kabur.
Penyelenggaraan Desentralisasi sebagaimana diamanahkan dalan Undang-Undnag Nomor 32
Tahun 2004 mengisyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Pemerintah daerah umunya menganggap bahwa kebijakan Otonomi Daerah
yang ada saat ini melalui UU No. 32 Tahun 2004 merupakan sebuah kebijakan yang sangat
baik terutama bag daerah dalam rangka mengembangkan potensi daerahnya. Hal ini
dikarenakan : pertama, bahwa secara politis kebijakan tersebut akan memberikan keleluasaan
pada Pemerintah daerah untuk dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.
Kedua, secara ekonomis Pemerinta Daerah akan diuntungkan karena mempunyai wewenang
yang lebih besar untuk menglola dan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang terdapat
di wilayahnya.
Kewenangan antara pusat dan daerah dalam konteks kewenangan pusat dan daerah dalam
pelaksanaan kebijakan Otonomi Daerah belum sepenuuhnya bisa terlaksana dengan baik.
Disatu sisi PemerintahDaerah marasa bahwa kewenangan-kewenangan tersebut kepada
Pemerintah Daerah. Adanya keengganan Pemerintah Pusat untuk memberikan kewenangan
yang terlalu besar kepada daerah, didasarkan pada alasan bahwa belum semua daerah siap
untuk melaksanakan Kebijakan Otonomi Daerah. Selain itu kurangnya sumber daya manusia
yang cukup memadai serta belum terbiasanya Daerah menerimaa kewenangan yang begitu
luas.
Ditambah lagi dengan alasan bahwa segala sesuatunya harus berada dalam konteks Negara
Kesatuan dalam rangka menjaga keutuhan wilayah dan mewujudkan tujuan negara. Alasan-
alasan tersebut menjadi pembenaran dari pada sikap Pemerintah Pusat. Disatu sisi, alasan-
alasan tersebut cukup memiliki dasar yang kuat dimana hampir sebagian besar Daerah di
Indonesia masih memiliki keterbatasan-keterbatasan. Akan tetapi tetap saja bahwa pihak
daerah haruslah diberikan ruang berdasarkan wewenang yang diberikan oleh konstitusi
kepdanya, untuk dapat menata wilayahnya sendiri, sesuai dengan aspirasi masyarakatnya.
Dalam kondisi tark menarik tersebut, berbagai permasalahan kemudian dapat timbul akibat
keengganan Pemerintah Pusat untuk lebih mempercayai Pemerintah Daerah dalam mengelola
daerahnya. Hal tersebut akan tampak dalam operasionalisasi kebijakan Otonomi Daerah, yang
kerapkali membingungkan Pemerintah Daerah. Dalam pelaksanaaan kebijakan Otonomi
Daerah, kebingungan yang dialami oleh Pemerintah Daerah disebabkan oleh karena masih
tumpang tindihnya wewenang yang mengatur berbagai persoalan dalam rangka pelaksanaan
kebijakan ini.
Perubahan kewenangan berimplikasi pada perubahan beban tugas dan struktur organisasi.
Misalnya kebijakan tentang perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional secara
makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara, dan pemberdayaan sumber
daya manusia dan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan
standarisasi nasional. Sesuai pasal 68 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ditetapkan
bahwa susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dengan Perda. Perangkat daerah terdiri
atas :
• Sekretaris Daerah
• Dinas Daerah
• Kecamatan
agar tidak terjadi pemusatan dalam kekuasaan pemerintahan pada tingkat pusat
sehingga jalannya pemerintahan dan pembangunan berjalan lancar
agar pemerintah tidak hanya dijalankan oleh pemerintah pusat, tetapi daerah pun dapat
diberi hak untuk mengurus sendiri kebutuhannya
agar kepentingan umum suatu daerah dapat diurus lebih baik dengan memperhatikan
sifat dan keadaan daerah yang mempunya kekhususan sendiri.
1. Memberdayakan masyarakat.
2. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas
3. Meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif dan meningkatkan peran dan
Asas kepastian hukum adalah asas yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.
Asas tertip penyelenggara adalah asas menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan
cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informas yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggara
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
Asas proporsinalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban
Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Asas efisiensi dan efektifitas adalah asas yang menjamin terselenggaranya kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab (efisiensi = ketepatgunaan, kedaygunaan, efektivitas = berhasil
guna).
Adapun penyelenggaraan otonomi daerah menggunakan tiga asas antara lain sebagai berikut
1. Asas Desentralisasi
Adalah pemberian wewenang oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mengurus urusan daerahnya sendiri
2. Asas Dekonsentrasi
Adalah pelimpahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada alat-alat kelengkapan
pemerintah pusat yang berada di daerah untuk menyelenggarakan urusan tertentu
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
H.S. Sunardi dan Purwanto, Tri Bambang. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Kelas IX SMP dan MTs. Jakarta : Global. Hal : 49-57
Kaloh,J,2002. Mencari Bentuk-Bentuk Otonomi Daerah. Jakarta :PT Rinekal Cipta
Widjaja,HAW,2002.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta :PT RajaGravindo
Persada
Kaho,Josef Riwu. 2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Rajawali Press. Jakarta
Irawan Soedjito, 2008, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Rineka
Cipta. Jakarta.
Jurnal Politik Sakinah Nadir Provetik Volume 1 Nomor 1 tahun 2013
Jurnal Universitas Sumatera Utara tentang Teori Otonomi Daerah
Jurnal Hukum M.Rifqinizamy Karsayuda No.4 Vol.17 Oktober 2010:530-551532
Jurnal Universitas Riau Demokrasi Dan Otonomi Daerah
Vol 11, No 1 (2013)
Buku Ajar Otonomi Daerah Natal Kristiono, S.Pd., MH tahun 2015