ISSN: 2303-0194
FENOMENA NOMOPHOBIA DI KALANGAN MAHASISWA
(STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF MAHASISWA UNIVERITAS RAU)
Abstrak
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Karakteristik subjek penelitian
meliputi mahasiswa yang diduga terindikasi Nomophobia. Jumlah subjek dalam
penelitian ini sebanyak 10 orang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara
mendalam sebagai metode utama, observasi dan dokumentasi sebagai metode pen-
dukung. Semua sumber data kemudian dianalasis secara kualitatif dan ditriangu-
lasikan untuk menggambarkan Fenomena Nomophobia Dikalangan Mahasiswa dan
Motif Penggunaan Gadget pada Mahasiswa Universitas Riau. Hasil penelitian menun-
jukkan bahwa Universitas Riau adalah Perguruan Tinggi Negeri dengan jumlah ma-
hasiswa terbesar serta Perguruan Tinggi Negeri dengan pengguna internet terbesar
di Provinsi Riau. Mahasiswa yang menjadi elemen penting bagi dunia kampus kini
juga merasakan efek dari kemudahan pengaksesan internet tersebut. Adapun motif
penggunaan Gadget pada mahasiswa meliputi Motif Bisnis, Sosialita, Informasi,
Edukasi dan Motif Hiburan. Motif inilah yang mendorong mahasiswa menggunakan
Handphone dan menjadikannya Nomophobia.
Abstract
This research aims to identify the phenomenon of Nomophobia in the Students and see
the Motive Use of Gadget on University of Riau Students. This research was conducted
to get a description of the background of Nomophobia phenomenon in University of
Riau students and Motive of Gadget Usage at University of Riau Students. This research
uses qualitative approach. Characteristics of research subjects include students sus-
pected of being indicted Nomophobia. The number of subjects in this study as many as
10 people. Data collection techniques with in-depth interviews as the main method,
observation and documentation as a support method. All data sources are then ana-
lyzed qualitatively and ditriangulasikan to describe Nomophobia Phenomenon among
Students and Motive of Gadget Usage at University of Riau Students. The results
showed that the University of Riau is the State University with the largest number of
students and State Universities with the largest internet users in Riau Province. Stu-
dents who become an important element for the campus world now also feel the effects
of the ease of accessing the internet. The motive use of Gadgets on students include Mo-
tives Business, Social, Information, Education and Motive Entertainment. This motive
continues to encourage students to use Mobile and ultimately make the student is
Nomophobia.
1
PENDAHULUAN ketergantungan pada Gadget atau saat
ini disebut sebagai penyakit nomopho-
Seiring berjalannya waktu dalam
bia. Nomophobia merupakan singkatan
perkembangan teknologi informasi dan
dari No Mobile Phone Phobia.
komunikasi semakin canggih, ada
banyak kemajuan dari bidang teknologi Nomophobia atau biasa dikenal
informasi. Hal ini bisa kita lihat dari dengan singkatan “No Mobile Phone
perkembangan alat komunikasi yang Phobia” atau penyakit tidak bisa jauh-
bisa diakses di belahan dunia manapun jauh dari mobile phone merupakan sua-
dengan alat atau barang elektronik yang tu penyakit ketergantungan yang diala-
mempunyai fungsi khusus. Namun di mi seorang individu terhadap mobile
tengah-tengah kemajuan ilmu phone, sehingga bisa mendatangkan
pengetahuan dan teknologi yang kekhawatiran yang berlebihan jika mo-
semakin canggih, tentu memberikan bile phone nya tidak ada di dekatnya.
pengaruh terhadap perkembangan Orang yang didiagnosis menderita
teknologi dan semua aspek kehidupan. Nomophobia akan lebih banyak
Oleh karena itu dari orang tua, keluarga, menghabiskan waktu dengan mobile
kampus dan semua elemen dalam phone nya dibandingkan berinteraksi
masyarakat diharapkan dapat ikut dengan orang-orang disekitarnya
bekerjasama berperan serta aktif dalam (Kendler dalam Davidson, dkk., 2006:
penanggulangan dampak kemajuan 185).
teknologi sekarang ini. (Winoto,H.
Mereka yang menderita Nomopho-
2013).
bia ditandai dengan perilaku kecemasan
Mengikuti perkembangan teknologi yang berlebihan seperti, tidak mampu
digital, kini Handphone tidak hanya menon-aktifkan ponselnya untuk be-
digunakan sebagai alat untuk berkomu- berapa waktu, rasa khawatir yang ber-
nikasi melalui panggilan dan sms saja, lebihan jika kehabisan daya baterai,
namun lebih dari itu, kemajuan terus-menerus memeriksa pesan,
teknologi digital ini telah melahirkan panggilan, email baru dan jejaring so-
Handphone terbaru yang memiliki multi sial. Bahkan penderita Nomophobia
fungsi yaitu smartphone. dapat membawa ponselnya hingga ke
kamar mandi karena terlalu cemas.
Kemajuan ini menjadi penyakit ba-
ru bagi manusia yang terlalu menda- Di Universitas Riau sendiri,
hulukan barang elektronik semisal penggunaan Gadget di kalangan maha-
smartphone atau yang lebih sering dise- siswa sudah menjadi sebuah budaya
but Gadget. Dengan Gadget, kita dapat teknologi yang merakyat, karena setiap
melakukan aktifitas komunikasi dan mahasiswa memiliki gadget dan aktif
transaksi dengan cepat dan mudah, di menggunakan fitur dan aplikasi yang
samping itu kita juga terbiasa bekerja terdapat di dalamnya, terutama media
menggunakan laptop, bersosialisasi sosial. Kecenderungan ini berakibat pa-
dengan Smartphone atau bermain game da terjangkitnya wabah sindrom Nomo-
dengan Gadget. Hidup sehari-hari phobia yang dapat mengakibatkan ter-
menggunakan Gadget sudah menjadi ganggunya kesehatan kepribadian,
kebiasaan kita, tetapi kita juga harus menurunnya minat belajar, penurunan
memperhatikan dampak buruknya ter- prestasi akademik serta sikap menjauh
hadap kesehatan. Karena dibalik itu dari kehidupan sosial seperti keluarga
semua, terdapat hal yang sangat besar dan masyarakat.
menyangkut psikologis manusia yang
Berdasarkan pembahasan diatas
manusia atau pemakainya sendiri tidak
maka penelitian ini membahas
menyadari akan hal tersebut serta ba-
mengenai “Fenomena Nomophobia di
haya yang ditimbulkan oleh penyakit
2
Volume 6 Nomor 1
ISSN: 2303-0194
Kalangan Mahasiswa (Studi Deskriptif makna pada tingkah lakunya sendiri
Mahasiswa Universitas Riau)”. (Kuswarno, 2009: 18).
KERANGKA TEORI Dengan kata lain, ia menyebut
manusia sebagai “aktor”. Ketika
Fenomenologi
seseorang melihat atau mendengar apa
Fenomenologi berasal dari bahasa yang dikatakan atau diperbuat aktor,
Yunani, ‘phainomenon’ yaitu “yang maka dia akan memahami makna dari
menampak”. Fenomenologi pertama tindakan tersebut. Dalam dunia sosial
kali dicetuskan oleh Edmund Husserl. ini disebut sebagai sebuah “realitas
Fenomenologi dikenal sebagai aliran interpretif” (interpretive reality).
filsafat sekaligus metode befikir yang Dimana, makna subjektif yang
mempelajari fenomena manusiawi terbentuk dalam dunia sosial para aktor
tanpa mempertanyakan penyebab dari berupa sebuah “kesamaan” dan
fenomena tersebut serta realitas objek- “kebersamaan” (Kuswarno, 2009: 110).
tif dan penampakannya. Alfred Schutz Sehingga, sebuah makna disebut
adalah ahli teori fenomenologi yang pal- sebagai intersubjektif.
ing menonjol sekaligus yang membuat
Inti pemikiran Schutz adalah
femenologi menjadi ciri khas bagi ilmu
bagaimana memahami tindakan sosial
social hingga saat ini. Bagi Schutz, tugas
melalui penafsiran. Dimana, tindakan
utama fenomenologi ialah mengkon-
sosial merupakan tindakan yang
struksi dunia kehidupan menusia
berorientasi pada perilaku orang atau
“sebenarnya” dalam bentuk yang mere-
orang lain pada masa lalu, sekarang dan
ka sendiri alami. Realitas dunia tersebut
akan datang. Proses penafsiran dapat
bersidat intersubjektiv dalam arti bah-
digunakan untuk memperjelas atau
wa anggota masyarakat berbagi per-
memeriksa makna yang sesungguhnya,
sepsi dasar mengenai yang mereka in-
sehingga dapat memberikan konsep
ternalisasikan melalui sosialisasi dan
kepekaan yang implisit. Dengan kata
memungkinkan mereka melakukan in-
lain, mendasarkan tindakan sosial pada
teraksi atau komunikasi (Kuswarno,
pengalaman, makna, dan kesadaran.
2009: 110)
Manusia mengkonstruksikan makna di
Dalam pandangan Schutz, manusia luar arus utama pengalaman, melalui
adalah makhluk sosial, sehingga proses ini, atau biasa disebut stock of
kesadaran akan dunia kehidupan knowledge. (Kuswarno, 2009: 18).
sehari-hari adalah kesadaran sosial.
Motif
Manusia dituntut untuk saling
memahami satu sama lain, dan Motif merupakan dorongan,
bertindak dalam kenyataan yang sama. keinginan, hasrat dan tenaga penggerak
Sehingga, ada penerimaan timbal balik, lainnya yang berasal dari dalam diri
pemahaman atas dasar pengalaman manusia, untuk melakukan sesuatu.
bersama, dan tipikasi atas dunia Semua tingkah laku manusia pada
bersama. Melalui tipikasi inilah manusia hakikatnya memiliki motif. Motif-motif
belajar menyesuaikan diri ke dalam ini memberi tujuan dan arah kepada
dunia yang lebih luas, dengan juga tingkah laku manusia. Motif timbul Ka-
melihat diri kita sendiri sebagai orang rena adanya kebutuhan. Kebutuhan
yang memainkan peran dalam situasi dapat dipandang sebagai kekurangan
tipikal. Jadi, dalam kehidupan totalitas akan sesuatu hal, dan ini menuntut un-
masyarakat, setiap individu tuk segera adanya pemenuhannya, agar
menggunakan simbol-simbol yang telah segera mendapatkan keseimbangan.
diwariskan padanya, untuk member Situasi kekurangan ini berfungsi sebagai
suatu kekuatan atau dorongan alasan,
3
Volume 6 Nomor 1
ISSN: 2303-0194
yang menyebabkan seseorang bertindak Pemicu fobia ini disebabkan oleh
untuk memenuhi kebutuhan. Secara kemajuan teknologi Gadget serta sarana
ringkas, motif adalah sesuatu dorongan pendukung lainnya yang belakangan
yang ada pada diri individu yang meng- semakin menjanjikan kemudahan bagi
gerakkan atau membangkitkan sehingga penggunanya. Berbagai macam kemu-
individu itu berbuat sesuatu (Ahmadi, dahan yang dimaksud seperti mobile
2002). phone chating yang memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan orang di
Motif menunjuk hubungan siste-
manapun dan kapan pun, social media,
matik antara respon atau suatu him-
game dan lain sebagainya. ( http
punan respon dengan kedaan dorongan
://rizkimulyarahman. Wordpress. co.id
tertentu. Motif-motif manusia dapat
diakses pada tanggal 12 Februari 2016).
bekerja secara sadar dan juga tidak sa-
dar bagi diri manusia. Untuk dapat Gadget
mengerti dan memahami tingkah laku
Secara estimologi, gadget adalah
manusia dengan lebih sempurna, maka
perangkat elektronik kecil yang mem-
patutlah kita memahami dan mengerti
iliki fungsi khusus. Perbedaan gadget
terlebih dahulu apa dan bagaimanakah
dengan alat elektronik lainnya adalah
motif dan tingkah lakunya. Hal itu
unsur “pembaharuan”. Jadi gadget ada-
dikarenakan motif tidak selalu seperti
lah alat elektronik yang memiliki peba-
yang tampak, bahkan kadang-kadang
haruan dari hari ke hari sehingga mem-
motif berlawanan dengan perilaku yang
buat hidup manusia lebih praktis
tampak.
(http://www.takno-pedia.com/gadget-
Alfred schutz membagi motif dan-pengertiannya/ diakses pada tang-
dengan memberikan identitas fase, yai- gal 23 mei 2017)
tu in-order-to movie (Um-zu Motiv), yai-
Mahasiswa
tu motif yang merujuk pada masa yang
akan datang; dan tindakan because mo- Defenisi mahasiswa menurut ka-
tive (Weil-Motiv) yaitu motif yang meru- mus lengkap bahasa Indonesia (Kaisa,
juk pada masa lalu (Kuswarno, 2009: 1997), bahwa mahasiswa merupakan
167). Kedua motif tersebut relevan un- individu yang belajar di perguruan ting-
tuk menggambarkan kondisi alasan ma- gi. Mahasiswa dalam perkembangannya
hasiswa mengguankan Gadget, dan da- berada pada kategori remaja akhir yang
lam penelitian ini disebut sebagai motif berada dalam rentang usia 18-21 tahun
masa lalu dan motif yang akan datang. (Monks dkk, 2001). Menurut ganda
(2004), mahasiswa adalah individu
Nomophobia
yang belajar, menekuni disiplin ilmu,
Nomophobia didefenisikan sebagai menjalani serangkaian kuliah yang san-
“ketakutan yang muncul disebabkan gat dipengaruhi oleh kemampuan ma-
tidak bisa jauh dari mobile phone”. hasiswa itu sendiri, karena pada ken-
Istilah Nomophobia adalah singkatan yataannya di antara mahasiswa ada
untuk no-mobile-phone-phobia dan per- yang suda bekerja atau disibukkan oleh
tama kali diciptakan selama penelitian kegiatan kemahasiswaan.
yang dilakukan pada tahun 2008 oleh
Kantor Pos Inggris untuk menyelidiki
kecemasan penderita pengguna mobile METODE PENELITIAN
phone. Untuk merujuk kepada orang- Penelitian ini adalah penelitian
orang dengan nomophobia, dua istilah deskriptif kualitatif, dimana penelitian
lain diperkenalkan dan digunakan ba- ini akan menghasilkan dan mengolah
hasa sehari-hari: nomophobe dan nomo- data yang sifatnya deskriptif seperti
phobic (Mahenda, 2013:6).
4
Volume 6 Nomor 1
ISSN: 2303-0194
transkripsi, wawancara, catatan lapan- Berdasarkan keterangan diatas
gan, gambar poto, rekaman video, dan maka setiap tahap dalam proses terse-
lain sebagainya. Metode penelitian but dilakukan untuk mendapatkan ke-
kualitatif sering disebut metode absahan data dengan menelaah seluruh
penelitian naturalistik, karena penili- data yang ada dari berbagai sumber
tiannya dilakukan pada kondisi yang yang telah didapat dari lapangan dan
alamiah. Menurut Bogdan dan Tylor dokumen pribadi, dokumen resmi,
(Moleong, 2012) penelitian kualitatif gambar, foro dan sebagainya melalui
merupakan prosedur penelitian yang metode wawancara yang didukung
menghasilkan data eskriptif berupa ka- dengan studi dokumentasi Bungin
ta-kata yang tertulis atau lisan dari (2009).
orang orang dan perilaku yang dapat
PEMBAHASAN
diamati. Penelitian deskriptif itujukan
untuk: (1) mengumpulkan infromas ac- Latar Belakang Adanya Fenomena
tual secara rinci yang melukiskan gejala Nomophobia pada Mahasiswa
yang ada, (2) mengidetifikasikan masa- Universitas Riau
lah atau memeriksa kondisi dan prktek- Universitas Riau adalah Perguruan
praktek yang berlaku, (3) membuat Tinggi Negeri dengan jumlah
perbandingan atau evaluasi, (4) menen- mahasiswa terbesar serta majemuk di
tukn apa yang dilakukan orang lain da- Provinsi Riau. Internet menjadi salah
lam menghadapi masalh yang sama dan satu fasilitas yang disediakan oleh pihak
belajar dari pengalaman mereka untuk Universitas. Hal ini membuat internet
menetapkan rencana dan keputusan menjadi mudah di akses, terutama oleh
pada waktu yang akan datang (Rakh- setiap civitas akademika. kemudahan
mat, 2005). dalam pengaksesan internet ini telah
Metode analisis data yang peneliti memberikan perubahan yang cukup
gunakan adalah metode analisis data signifikan bagi dunia perkuliahan. Tidak
deskriptif, karena penelitian ini secara terkecuali mahasiswa yang menjadi
khususnya untuk menjelaskan hal-hal: elemen penting bagi dunia kampus kini
mengidentifikasi latar belakang adanya juga merasakan efek dari kemudahan
fenomena Nomophobia pada Mahasiswa pengaksesan internet tersebut.
Universitas Riau, Mengidentifikasi Motif Kemudahan pengaksesan internet ini
Penggunaan Gadget pada Mahasiswa juga disambut oleh kemajuan teknologi
Universitas Riau. Bogdan dalam digital yang telah melahirkan
Sugiyono (2008) menyatakan bahwa Smartphone sebagai alat penunjang
analisis data adalah proses mencari dan komunikasi yang sangat mumpuni.
menyusun data secara sistematis dat Dengan Smartphone, kita dapat
yng diperoleh dari hasil wawancara, melakukan aktivitas komunikasi dan
catatan lapangan dan bahan-bahan lain, transaksi dengan mudah dan cepat.
sehingga dapat mudah dipahami dan Keunggulan yang dijanjikan Smartphone
temuannya dapat diinformasikan kepa- ini akhirnya menjadikan mahasiswa
da orang lain. terbiasa dan cenderung
ketergantungan. Smartphone atau yang
Adapun prosedur dalam
biasa disebut Gadget tidak lagi dijadikan
menganalisis data kualitatif, menurut
sebagai alat komunikasi semata, lebih
miles dan Huberman dalam Sugiyono
dari itu Smartphone menjadi alat yang
(2008) sebagai berikut: (1) Reduksi da-
begitu penting yang tidak bisa
ta, (2) Penyajian data dan (3) Kes-
ditinggalkan dalam setiap aktivitas
impulan atau verifikasi,
sehari-sehari. Hingga ketergantungan
ini terus meningkat yang akhirnya
5
Volume 6 Nomor 1
ISSN: 2303-0194
menimbulkan efek negatif bagi bebeda-beda. Ada yang menghabiskan 2
kesehatan, karena di balik itu semua, GB/bulan, 4 GB/bulan, 9 GB/bulan, 10
terdapat hal yang sangat besar GB/bulan, 15 GB/bulan, 20 GB/bulan,
menyangkut psikologis manusia yang 28 GB/bulan, 30 GB/bulan, satu
manusia atau penggunanya tidak akan GB/hari, bahkan salah satu informan
menyadari akan hal tersebut serta mampu menghabiskan kuota sebanyak
bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit 80 GB/bulan.
ketergantungan pada Gadget atau saat
Penulis akan menjabarkan hasil
ini disebut sebagai penyakit
penelitian terkait motif ini berdasarkan
Nomophobia. Dewasa ini, Nomophobia
teori tentang motif Alfred Schutz.
juga menjadi perbincangan hangat di
Menurut Schutz, tindakan keseluruhan
dunia informasi. Nomophobia telah
seseorang dibagi menjadi dua fase yaitu,
menjadi penyakit yang menjamur di
because motive yang merujuk pada masa
kalangan masyarakat, tidak terkecuali
lalu yang melatarbelakangi seseorang
mahasiswa. Terlebih mahasiswa
mengambil tindakan, dan in-order-to-
merupakan elemen yang selalu
motive, yang merujuk pada masa yang
bersinggungan dengan dunia informasi
akan datang yang berupa tujuan atau
dan internet.
harapan.
Motif Penggunaan Gadget pada Ma-
Motif masa lalu (Because motif)
hasiswa Universitas Riau
Pengguna Gadget dalam
Menjadi mahasiswa yang terjangkit
menggunakan Gadget memiliki motif di
penyakit Nomophobia bukanlah
masa lalunya yang sangat berpengaruh
merupakan keinginan bagi mahasiswa
dalam penggunaan Gadget di dalam
Univeritas Riau. Dari hasil wawancara
kehidupan sehari-harinya. Motif masa
yang telah penulis lakukan dengan
lalu memiliki artian bahwa tindakan
beberapa informan, hanya beberapa
yang dilakukan seseorang pasti
mahasiswa yang menyadari bahwa saat
memiliki alasan dari masa lalu yang
ini mereka telah terjangkit penyakit
mendorongnya melakukan apa yang ia
Nomophobia. Berbagai kemudahan yang
lakukan sekarang.
di tawarkan oleh Gadget telah
menjadikan mahasiswa ketergantungan Adapun motif masa lalu
oleh Gadget tersebut. Bahkan beberapa berdasarkan hasil wawancara yang
informan benar-benar tidak dapat penulis lakukan dalam penelitian ini
meninggalkan gadgetnya saat adalah :
melakukan aktifitas di kamar mandi. 1. Merasa cupu dan tidak gaul
Dari penelitian yang penulis lakukan ini,
penulis menemukan berbagai macam Kenyataan bahwa peran media
motif mahasiswa menggunakan Gadget. sosial dalam dunia kehidupan sudah
Motif adalah dorongan yang sangat berpengaruh adalah
menggerakkan seseorang bertingkah ketidakmampuan seseorang
laku dikarenakan adanya kebutuhan- meninggalkan eksistensinya di dalam
kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh dunia maya karena dianggap
manusia. Motif juga dapat dikatakan ketinggalan zaman dan tidak gaul.
gaya penggerak dari dalam diri subjek Selain sikap kecanduan yang d
untuk melakukan aktivitas-aktivitas timbulkan oleh Gadget, ternyata
tertentu demi mencapai tujuan mahasiswa juga merasa rendah diri
(Sudirman, 2003: 73). apabila tidak memiliki dagdet dan
memainkan aplikasi yang terdapat di
Selain motif, jumlah kuota data dalamnya. Seperti yang di ungkapkan
yang digunakan oleh informan juga
6
Volume 6 Nomor 1
ISSN: 2303-0194
oleh informan Ridwan Ragil Firdanisyah nformasinya, kan keren itu. Aku
berikut : jadi makin update sih. Jadi ya tanpa
Gadget aku ngerasa kayak kudet
“ya aku merasa kayak cupu gitu sih,
gitu ”.
hari ini nggak ada facebook nggak
ada instagram, ya ngerasa nggak Berdasarkan penjelasan dari
gaul aja, kan sekarang emang dunia informan tersebut, maka dapat
sih kayaknya yang maksa buat disimpulkan bahwa salah satu motif
eksis, gitu menurut aku”. penggunaan Gadget oleh mahasiswa
universitas riau adalah karena merasa
Ungkapan tersebut membuktikan
kurang update informasi. Hal ini
bahwa memang dunia maya sangat
disebabkan oleh adanya palikasi yang
berpengaruh dalam kehidupan sosial
ditawarkan oleh Gadget yang membuat
mahasiswa. Mahasiswa merasa gaul dan
pengaksesan informasi menjadi lebih
eksis apabila memainkan beberapa
mudah, cepat dan murah.
aplikasi yang di tawarkan oleh Gadget.
Padahal sikap tersebut justru membuat 3. Bosan dengan aktifitas
diri mahasiswa menjadi anti sosial dan
Dalam melakukan aktivitas
cenderung individualis.
mahasiswa cenderung melakukan hal
2. Merasa kurang update yang monoton, seperti menghadiri
perkuliahan, mengerjakan tugas, dan
Mahasiswa juga megaku merasa
lain-lain. Di tengah-tengah rasa bosan
kurang update informasi tanpa adanya
tersebut beberapa informan
Gadget, dan mengatakan bahwa dengan
memanfaatkan Gadget sebagai sarana
Gadget informasi menjadi lebih mudah
penglihang rasa bosan, berbagai aplikasi
untuk di akses, selain itu biaya
yang terdapat di Gadget dapat menjadi
pengaksesan informasi juga menjadi
solusinya. Seperti yang diungkapkan
lebih murah. Seperti ungkapan dari
oleh informan ade yulindra :
informan Siti Aminah:
“Kalau dikampus kalau lagi nunggu
“kalo nggak ada Gadget tu ya, aku
dosen kan bosan, jadi bukak hp
jadi nggak update um, soalnya kan
terus main game, bukak sosmed,
di Gadget informasi semua lengkap,
bukak notif, ya itu aja di ulang-
apa-apa ada, ya lebih mudah.
ulang”.
Lagian kalo mau liat informasi
nggak harus beli Koran dulu atau Gadget di manfaat oleh informan
mantngin tv kan. Cukup buka situs untuk mengatasi rasa bosan di saat-saat
berita udah siap, kayak detik.com tertentu, salah satunya seperti yang di
atau yang lain. Lagian sekarang ini ungkapkan Ade Yulindra, Gadget
setiap aplikasi di gadget itu ada dimanfaatkan saat bosan menunggu
untuk beritanya, kayak line kan dosen.
udah ada tu di line today nya. Dan
4. Keinginan memiliki usaha
informasinya nggak tentang artis
aja. Banyak lah. Jadi akusering Salah satu motif masa lalu lainnya
disitu. Karena udah ngerasain yang membuat mahasiswa
banget manfaat dari gadget, dan menggunakan Gadget adalah keinginan
yang paling penting setiap hari itu untuk memiliki usaha. Mahasiswa juga
bisa liat berita di line today udah memandang bahwa Gadget cukup
cukup. Dan informasinyanya itu memberikan peluang usaha yang
terbaru terus, umpamanya menjanjikan, terutama dalam bidang
kejadiannya di Jakarta tadi jam 10 bisnis online. Beberapa aplikasi di dalam
pagi, jam 12 itu aku udah bisa baca Gadget seperti Instagram, Facebook,
7
Volume 6 Nomor 1
ISSN: 2303-0194
Toko Pedia, dan masih banyak yang Ragil firdanisyah pada 27 April
lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh 2017).
informan Alika Nanda putri:
2. Penunjang Belajar
“Ya semuanya.. instagram,
Belajar merupakan nilai utama di
facebook, ya dimanfaatkan semua..
dalam dunia pendidikan. Belajar juga
kayak toko pedia juga, Terus lazada
dapat dilakukan menggunakan Gadget.
sih, kan untuk order barang kalo
Gadget tidak hanya menyediakan sarana
misalnya temen-temen minat”
informasi yang baik, lebih daripada itu
Informan Alika Nanda Putri Gadget juga mampu menjadi sarana
mengatakan bahwa ia memanfaatkan penunjang belajar bagi penggunanya.
berbagai aplikasi yang terdapat di Seperti yang diungkapkan oleh
Gadget. informan Rijalun Arridho :
Motif masa mendatang/Harapan (In “Ada, ya pasti karena banyak
Order to Motive) terutama mencari journal kan
bisa melalui gadget, karena di
Motif masa mendatang/Harapan
FK itu kan sistemnya sering
(In Order to Motive) memberikan asumsi
diskusi, diskusi itu ada masalah,
bahwa pada setiap perilaku manusia
umpamanya ada masalah nantik
memiliki harapan yyang ingin dipenuhi.
di diskusikan, dan kita mencari
Harapan tersebut yang selanjutnya akan
sumbernya pasti melalui buku,
menjadi pendorong manusia untuk
teksbook, teksbook bisa di
melakukan sesuatu. Begitu pula dengan
simpan di HP, di gadget ya dan
para pengguna Gadget, mereka memiliki
itu bisa dilihat kapanpun, bisa
harapan yang menjadi pendorong
dibaca kapanpun, dan itu saya
mereka untuk menggunakan Gadget.
rasa memudahkan kita. Kalau
Berdasarkan hasil wawancara yang Hardcopy itu, yang buku
penulis dengan 10 informan, adapun itu susah kalo di bawa kemana-
motif harapan pengguna Gadget mana nah itu salah satunya.
menggunakan Gadget ini adalah : Terus melalui gadget melalui
1. Untuk Mendapatkan Informasi internet accses nya kita bisa
mengecek journal, karena untuk
Berdasarkan hasil wawancara, para diskusi pasti banyak masalah
pengguna Gadget mengatakan bahwa dan biasa masalah itu ada di
kebutuhan informasi setiap harinya journal, di jelaskan gitu.
semakin tinggi, setiap hari mereka Makanya butuh gadget untuk
membutuhkan Gadget untuk mengakses belajar di FK”
informasi tersebut. Gadget juga
menjadikan pengaksesan informasi 3. Keinginan untuk Eksis
menjadi mudah dan cepat. Seperti apa Eksis merupakan hal yang sedang
yang diungkapkan pada saat wawancara diminati oleh banyak remaja, terutama
langsung mahasiswa. Informan dalam penelitin
“kalo saya kebutuhan akan penulis juga mengungkapkan bahwa
informasi olahraga itu lumayan motif menggunakan Gadget juga di
besar, jadi setiap harinya saya dorong oleh kinginan ingin eksis di
mngakses. Kalo saya sih lebih media sosial terutama Instagram.
percaya pada detik sport ya, detik Beberapa informan meyakini bahwa
sprot ini saya mengaksesnya kalo eksis menjadi kebutuhan yang sangat
perhari itu pokoknya minimal itu 6 penting, terlebih beberapa aplikasi yang
kali” (wawancara dengan Ridwan di tawarkan Gadget juga menawarkan
8
Volume 6 Nomor 1
ISSN: 2303-0194
keeksisan tersebut. Seperti apa yang timezone dan lain-lain apabila hendak
diungkapkan pada saat wawancara bermain game. Cukup dengan satu
langsung bersama infroman Siti Aminah genggaman maka kita sudah dapat
memainkan game baik yang online
“Ya kalau mau eksis tinggal buka
maupun offline. Seperti yang di
instagram, liat berita-berita orang
ungkapkan informan Sofi Nandasari
jualan, ya semuanya lah”.
“Kalau untuk game saya biasanya
Motivasi untuk eksis menjadi salah
habis kurang lebih 2 GB/bulan, itu
satu in order to motive pengguna gadget
masih di tambah wifi dan itu haya
dalam menggunakan gadget. Melalui
untuk game online aja, belum yang
instagram, pengguna gadget
offline”.
menganggap bahwa diri mereka akan
menjadi eksis. Tidak hanya game, semua informan
juga menggunakan aplikasi Youtube
4. Untuk Memasarkan Produk
sebagai salah satu sarana hiburan
Kemudahan yang ditawarkan oleh mereka.
gadget benar-benar dimanfaatkan oleh
KESIMPULAN
beberapa informan. Gadget di jadikan
sebagai media promosi untuk berbagai Berdasarkan hasil peneitian,
produk jualan, seperti Instagram. didapati beberapa kesimpulan yang
Informan Arief Muhammad menjadikan merangkum mengenai fenomena
Instagram sebagai salah satu media Nomophobia dikalangan Mahasiswa
pemasaran produk. Seperti yang di Universitas Riau. Beberapa kesimpulan
ungkapkan informan Arief Muhammad tersebut adalah:
berikut:
1. Nomophobia menjadi wabah
“Iya saya punya beberapa online penyakit baru di kalangan
shop di Instagram, ya untuk mahasiswa Universitas Riau.
pakaian-pakaian lelaki, untuk Didukung oleh kemudahan akses
pakaia-pakaian sepak bola. Seperti internet dan peningkatan
itu… kayak baju-baju olahraga”. pengunaan Smartphone.
Tidak jauh berbeda dengan 2. Motif masa lalu penggunaan Gadget
infroman Alika Nanda Putri, sebagai pada mahasiswa Universitas Riau
seorang mahasiswa dan pengusaha Merasa cupu dan tidak gaul, merasa
dibidang aksesoris, alike nanda putrid kurang update, bosan dengan
juga memanfaatkan Instagram sebagai aktifitas dan adanya keinginan
media promosi produknya. untuk memiliki usaha
3. Sedangkan motif harapan
mahasiswa menggunakan Gadget
adalah meliputi Motif Bisnis,
5. Sebagai sarana hiburan Sosialita, Informasi, Edukasi dan
Gadget merupakan alat multifungsi Motif Hiburan.
dimana penggunanya dapat melakukan
berbagai hal hanya dengan sekali
genggaman. Beberapa informan juga DAFTAR PUSTAKA
memanfaatkan Gadget sebagai sarana Bungin, Burhan. (2005). Analisis Data
hiburan, karena memang Gadget Penelitin Kualitatif. Jakarta: Raja
memberikan kemudahan tersebut. Grapindo Persada
Dewasa ini orang tidak harus
mengunjungi sarana hiburan di mall,
9
Volume 6 Nomor 1
ISSN: 2303-0194
Davidson, Gerald C. (2004). Psikologi Schutz, Alfred. (1967). “The
Abnormal (edisi ke 9). Jakarta: PT. Phenomenology Of The Social
Raja Grapindo Persada World”. Northwestern: University
Press.
Kriantono, Rachmat. (2009). Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana Pre- Adelia, R Mahenda. (2013). “Gangguan
nada Media Group Kesehatan Akibat Nomophobia Pada
Mahasiswa Universitas Airlangga
Moleong, Lexy .J. (2005). Metode
Surabaya”.
penelitian kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Bivin, I.B dkk. (2013). “Nomophobia-do
we really need to worry about? A
Monks, F. J. (2001). Psikologi perkem-
Cross Sectional Study On Nomopho-
bangan, pengantar dalam berbagai
bia Severy Among Male Unde Grad-
baiannya. Yogykarta: Gadjahmada
uate Student of Helt Sciences” vol,
University Press.
Mei. 2013”
10