Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

A DENGAN HIPERTENSI
DESA NYALINDUNG DI RT/RW 01/06 KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN
SUMEDANG JAWA BARAT PADA TANGGAL 14-19 OKTOBER 2019
(Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Lansia)
Pembimbing: Acep Iman Super, S. Kep., Ners

Disusun Oleh:

Aditria Suryaningrat
1708167

Kelompok 3

PRODI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG

2019
Laporan Pendahuluan

HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah penekanan darah sistolik dan diastolic yang tidak normal,
batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda
sesuai dengan usia dan jenis kelamin,namun pada umumnya sistolik yang berkisar
antara 140 – 190 mmHg dan diastolic yang berkisar antara 90 – 95 mmHg dianggap
merupakan garis batas dari hipertensi menurut (Sylvia a, pierce, 1999) dalam buku
(Riyadi, 2011). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitsa) (kushariyadi, 2008) (Yuli,
2014)

Derajat Keparahan menurut (Doenges, Moorhouse, & Murr, 2018):

1. Stadium I (ringan) : 140/90 hingga 159/99 mmHg


2. Stadium II (sedang) : 160/100 atau lebih tinggi
3. Stadium III (berat) : tekanan sistolik lebih dari 180 dan tekanan diastolic lebih dari
110
4. Stadium IV (sangat berat) : tekanan sitolik lebih dari 210 atau lebih dengan
tekanan diastolic lebih dari 120

B. Etiologi
(Riyadi, 2011) Berdasarkan factor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
1. Hipertensi esensial/hipertensi primer. Penyebab dari hipertensi ini belum
diketahui, namun factor resiko yang diduga kuat adalah karena beberapa faktor
berikut ini:
 Keluarga dengan riwayat hipertensi
 Pemasukan sodium berlebihan
 Konsumsi kalori berlebih
 Kurangnya aktifitas fisik
 Pemasukan potassium
2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Renal. Penyebab dari hipertensi jenis ini secara
spesifik seperti: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,
hipertensi yang berhubungan dengan kelamin
(Yuli, 2014) Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi akibat respons penignkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi:

1. Genetik: Respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport
Na.
2. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arteroklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.

Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan


pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah menghilang karena terjadi kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

C. Tanda dan Gejala


(Riyadi, 2011) Biasanya tanpa ada gejala atau tanda – tanda yang spesifik. Pada
kasus hipertensi berat, gejala yang mungkin dialami klien antara lain adalah:
 Sakit kepala
 Perdarahan hidung
 Vertigo
 Mual muntah
 Perubahan penglihatan
 Kesemutan pada kaki dan tangan
 Sesak nafas
 Kejang atau koma
 Nyeri dada

D. Patofisiologi
(Riyadi, 2011)Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung
dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal.
Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer
ini disebabkan oleh karena vasokonstraksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada
pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka yang akan
dijumpai adalah adanya perubahan – perubahan structural pada pembuluh darah
arteriol berupa penebalan pada tunika interna dan adanya hippertropi dan hiperplasi,
maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadia anoksia
relative. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sclerosis coroner.
(Ardiansyah, 2012) Tekanana arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac
output dengan total tahanan perifer. Cardiac outpu (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung)
dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh
system saraf otonom dan sirkulasi hormone. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah, antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan
volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi sering dijumpai juga
dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.
Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui memkanisme
perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi
dengan penurunan tonus simpatis.
Oleh karena itu, reflex kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila
tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptor meningkat. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti mengapa kontrol
ini gagal pada hipertensi. Hal ini ditunjukan untuk menaikan re-setting sensitivitas
baroreseptor, sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun tidak ada
penurunan tekanan.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah dapat meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
sekalipun tidak ada penurunan tekanan.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah dapat meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan
darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air ini akan meningkatkan tekanan darah arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam mengatur tekanan darah.
Ginjal memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein
plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh enzim pengubah
(converting enzyme) dalam paru menjadi bentuk angiotensin II, dan kemudian
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokontriktor
yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap
pelepasan aldosterone.
Aldosterone sendiri memiliki peran vital dalam hipertensi terutama pada
aldosterone primer. Selain membantu meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis,
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghamabat pada ekskresi
garam (natrium) yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan
perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin
arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, seabagian besar
orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah secara terus – menerus pada pasien hipertensi
esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ – organ vital.
Hipertensi esensial juga mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan arteriola –
arteriola). Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan
mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hali ini menyebabkan infark miokard, stroke,
gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi.
Autoregulasi vascular yang terlibat dalam hipertensi. Autoregulasi vascular ini adalah
suatu proses untuk mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh yang relative
konstan. Jika aliran berubah, proses- proses autoregulasi akann menurunkan tahanan
vascular dan mengakibatkan pengurangan aliran. Jika terjadi yang sebaliknya, maka
tahanan vascular akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan aliran. Jika terjadi
yang sebaliknya, maka tahanan vascular akan meningkat sebagai akibat dari
peningkatan aliran. Autoregulasi vascular tampaknya menjadi mekanisme penting
dalam menimbulkan gejala hipertensi berkaitan dengan kelebihan asupan garam dan
air.
E. Pemeriksaan Diagnostik(Ardiansyah, 2012)
1. Hemoglobin/hemotokrit: bukan pemeriksaan diagnostik tetapi mengkaji hubungan
sel – sel terhadap volume cairan (viskositas) dan mengindikasi faktor – faktor risiko,
seperti hyperkoagubilitas dan anemia.
2. BUN/kreanin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa: hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: hypokalemia dapat mengindikasi adanya aldosterone utama
(penyebab) atau mejadi efek samping terapi diuretic.
5. Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum: penigkatan kadar dapat mengindikasikan
adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid: hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
8. Kadar aldosterom serum: tes ini digunakan untuk mengkaaji aldosteronisme
premier (penyebab).
9. Urinalisa: darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
10. VMA urine (metabolit katekolamin); kanaikan dapat mengindikasikan adanyaya
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
risiko.
12. Steroid urine: kenaikan steroid dalam urine dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi piutitari, sindrom cushing. Kadar
pada renin juga dapat meningkat.
13. IVP: dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal
dan batu ginjal/batu ureter.
14. Foto dada: dapat menunjukan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada
dan/atau takik aorta, serta pembesaran jantung.
15. CT-scan: mengkaji tumor serebral, CSV,ensefralopati, atau feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukan pembesaran jantung pola regangan, dan gangguan
konduksi. Catatan: luas dan peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
F. Penatalaksanaan Medis
(Williams & WIlkins, 2007)Meskipun hipertensi esensial belum ada obatnya, obat
– obatan dan modifilkasi diet serta gaya hidup dapat mengontrol tipe hipertensi ini.
Umumnya, terapi non-obat dicoba terlebih dahulu, khususnya pada kasus dini dan
ringan. Jika terapi ini tidak efektif, penanganan dilanjutkan ke tahap untuk memasukan
berbagai tipe antihipertensi. Banyak lansia yang menderita hipertensi dapat diobati
dengan diuretik saja. Sebagian besar orang kulit hitam berespons buruk terhadap
agens penyekat adrenergik; namun, untuk alasan yang belum jelas, mereka memberi
respons baik terhadap kombinasi diuretik dan inhibitor enzim pengubah angiotensin.
Terapi hipertensi sekunder mencakup mengoreksi penyebab yang mendasari dan
mengontrol efek – efek hipertensi.
Menurut (Lavenia & Nurdin, 2015), dari hasil penelitian: mentimun terbukti dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah
dengan jus campuran tomat dan mentimun dipengaruhi oleh kandungan kalium sebagai
antidiuretik sehingga dapat mengurangi kadar natrium ke dalam urine oleh ginjal.
Pengurangan cairan dalam sirkulasi akan menurunkan tahanan perifer, sehingga
dengan sendirinya tekanan darah akan menurun. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pemberian jus campuran tomat dan mentimun dapat secara efektif
menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Perbedaan penurunan tekanan darah
sudah mulai terlihat pada hari ke-3 dan hari ke-5. Dengan adanya terobosan baru ini
sehingga penderita hipertensi tidak membutuhkan biaya yang cukup besar untuk
mengontrol tekanan darahnya agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang sangat
berbahaya bagi penderita hipertensi.

G. Pengkajian Keperawatan

1. Aktivitas dan Istirahat


 Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.
Mengeluh sulit tidur (keringat malam hari).
 Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu,
dispneu.
2. Sirkulasi
 Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital:
kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi,
serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat
shock hipovolema.
 Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang
keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.
3. Integritas Ego
 Tanda: Menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut
akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna,
kepribadian neurotik.
4. Makanan / Cairan
 Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.
 Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan
bising terdengar krakela dan mengi.
5. Neurosensoris
 Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing
 Tanda: Kelemahan
6. Pernafasan
 Gejala:Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
 Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak
darah, gelisah.
7. Keamanan
 Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi
 Tanda: Kelemahan tubuh
8. Penyuluhan / pembelajaran
 Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
 Tanda: Menunjukan kurang informasi

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges et al.,
2018)adalah sebagai berikut:

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi


pembuluh darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik. (Herdman, 2010)
6. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.

I. RENCANA TINDAKAN(Doenges et al., 2018)

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi


pembuluh darah.
Intervensi:
a. Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional: Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena
adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan
hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah
jantung.
e. Catat adanya demam umum/tertentu.
Rasional: dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskuler.
f. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan
darah.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
hipertensi, diuretik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak


seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter:
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan
TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan,
berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap
stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan
kerja/jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian
pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual.
c. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada.
Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba
pada kerja jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah kelemahan.
3. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral
dengan menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler
serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang
berlebihan yang memperberat kondisi klien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan.
Rasional: menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja
pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan
saraf simpatis.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Intervensi:
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi,
kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan
curah jantung berkaitan dengan massa tumbuh.
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi
untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke,
penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam
memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat
merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.

c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.


Rasional: motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal.
Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan,
bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit
terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu
untuk menyesuaikan/penyuluhan.
e. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar
saat makanan dimakan.
Rasional: memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan.
f. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)
dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).
Rasional: Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol
penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
g. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi
kebutuhan diet individual.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Intervensi:
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional: Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi
yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
Rasional: Manifestasi mekanisme koping maladaptife mungkin
merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah
menjadi penentu utama TD diastolik.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap
stressor)
d. Libatkan klien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional: keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang
berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat
menigkatkan kerjasama dalam regiment terapiutik.
e. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti: apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda
inginkan?.
Rasional: Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika
kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan fokus keluar dapat
mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan
personal.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan
tujuan diri/keluarga.
Rasional: Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistis untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak
berdaya
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Intervensi:
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang
dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol,
pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari
dengan teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta
ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal
klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan
dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan.
c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit
hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan
akibat lanjut) melalui pendkes.
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang
proses penyakit hipertensi (Doenges et al., 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa (Dion, ed.). Yogyakarta: DIVA
Press.
Doenges, marilynn E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2018). Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Asuhan Klien Anak - Dewasa (9th ed.; A. Waluyo, M.
Sumarwati, & S. Romadoni, eds.). Jakarta: EGC.
Herdman, H. (2010). Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2009 - 2011.
Jakarta: EGC.
Lavenia, C., & Nurdin, N. (2015). Pemberian Juice Campuran Tomat dan Mentimun
terhadap Penurunan Tekanan Darah kepada Penderita Hipertensi. Jurnal Ipteks
Terapan. https://doi.org/10.22216/jit.2015.v9i1.42
Riyadi, S. (2011). Keperawatan Medikal Bedah (Sumitro, ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Williams, L., & WIlkins. (2007). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik (2nd ed.; J. L.
Stockslager & L. Schaeffer, eds.). Jakarta: EGC.
Yuli, A. R. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardio Vaskuler :
Aplikasi NIC & NOC (W. Praptiani, ed.). Jakarta: EGC.
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA DENGAN HIPERTENSI

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 62 Tahuna
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Janda
Alamat : Dsn.Sukatani Ds.Nyalindung 01/06 Cimalaka
Orang terdekat yang dihubungi : anaknya

B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan : Sudah meninggal
Tahun meninggal : 2010
Penyebab kemayian : Stroke

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Ibu Rumah Tangga
3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : ditanggung oleh anak

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


1. Tipe tempat tinggal : Permanen
2. Jumlah kamar : 3 kamar
3. Jumlah tingkat : 1 tingkat
4. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 4 orang
5. Derajat privasi : Cukup terbuka
6. Tetangga terdekat :

E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Menonton TV
2. Keanggotaan kelompok : Tidak
3. Liburan/perjalanan : Minimal 1 bulan sekali
F. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
1. Dokter :
2. Rumah sakit : RSUD Sumedang
3. Klinik :
4. Pelayanan kesehatan di rumah :

G. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Penyakit
a. Penyakit yang diderita 1 tahun terakhir (dapat lebih dari satu):
tidak ada penyakit lain selain hipertensi. Klien mengatakan mempunyai
penyakit hipertensi dari sejak usia 55 tahun
b. Penyakit yang diderita saat ini (dapat lebih dari satu):
Hipertensi
2. Keluhan
a. Keluhan yang dialami 1 tahun terakhir :
Klien mengatakan bahwasanya 1 tahun terakhir sering mengalami sakit
kepala yang cukup sering
b. Keluhan saat ini:
1. Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi
2. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK
sampai 3 kali.
3. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada
saat siang hari.
4. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan.
5. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa sakit pada
bagian tengkuknya.
6. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu
aktivitasnya.
7. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas
(P)
8. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
9. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
10. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
11. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
12. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.
H. POLA KEBIASAAN SETIAP HARI

1. Nutrisi ( ingat kembali diet 24 jam, termasuk intake cairan )

a. Frekuensi makan : 3x/Hari


b. Nafsu makan : Baik
c. Jenis makanan : Nasi dan Lauk Pauk
d. Kebiasaan sebelum makan : Berdoa
e. Makanan yang tidak disukai : Jengkol dan Pete
f. Alergi terhadap makanan : Udang
g. Pantangan makanan : Tidak tahu
h. Keluhan yang berhubungan dengan makan : Tidak ada

2. Eliminasi

a. BAK

Frekuensi dan waktu : 3-5x/hari siang malam

Kebiasaan BAK pada malam hari : Iya, 1-2x

Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada

b. BAB

Frekuensi dan waktu : 1x/hari, Pagi

Konsistensi : Lembek

Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada

Pengalaman memakai Laxantif/pencahar : Tidak pernah

3. Personal hygiene

a. Mandi

Frekuesi dan waktu mandi : 2x/hari. Pagi dan Sore

Pemakaian sabun ( ya/tidak ) : Ya

b. Oral hygiene

Frekuensi dan gosok gigi : 2x/hari


Menggunakan pasta gigi : Ya

c. Cuci rambut

Frekuensi : 2 hari sekali

Penggunaan shampoo ( ya/tidak ) : Ya

d. Kuku dan tangan

Frekuensi gunting kuku : 1x/minggu

Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun :Tidak

4. Istirahat dan Tidur

 Lama tidur malam :6-7 jam


 Tidur Siang : kurang lebih 1
jam
 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Tidak ada

5. Kebiasaan mengisi waktu luang

a. Olahraga : Tidak

b. Nonton TV : Ya

c. Berkebun/memasak : Ya,memasak

6. Kebiasaan mempengaruhi kesehatan

a. Merokok (ya/tidak) : Tidak

b. Minuman keras (ya/tidak) : Tidak

c. ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : Ya

7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

Jenis Kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan


Memasak 10-20 Menit
Bersih-bersih rumah 5-10 Menit
Cuci baju 20-30 Menit
Cuci piring 5-10 Menit
Tidur siang 1 Jam
I. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Hipertensi

b. Gejala yang dirasakan : Pusing

c. Factor pencetus : Kelelahan setelah


aktifitas

d. Timbul keluhan : Mendadak

e. Waktu mulai timbulnya keluhan : Tidak tentu

f. Upaya mengatasi : Istirahat dan minum


obat

Pergi ke RS/klinik pengobatan : tidak

Pergi kebidan atau perawat : tidak

Mengonsumsi obat-obatan sendiri : ya

Mengonsumsi obat-obatan tradisional : tidak

Lain-lain : tidak ada


J. RIWAYAT KELUARGA
1. Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi, saudara
kandung, pasangan, anak-anak)

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Penyakit Genetik

: Riwayat Keguguran

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal satu rumah

2.Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga


Klien mengatakan bahwa adiknya mempunyai penyakit yang sama (hipertensi)
K. TINJAUAN SISTEM
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 150/80
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 35°C
RR : 18 x/menit
3. Penilaian umum Kelelahan : ( ) ya (√) tidak
Perubahan BB satu tahun yang lalu : ( ) ya (√) tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya (√) tidak
Demam : ( ) ya (√) tidak
Keringat malam : ( ) ya (√) tidak
Kesulitan tidur : (√) ya ( ) tidak
Sering pilek, infeksi : ( ) ya (√) tidak
Penialaian diri terhadap seluruh status kesehatan : (√) ya ( ) tidak
Kemampuan melakukan ADL : (√) ya ( ) tidak
4. Integumen
Lesi/luka : ( ) ya (√) tidak
Pruritus : (√) ya ( ) tidak
Perubahan pigmentasi : (√) ya ( ) tidak
Perubahan tekstur : (√) ya ( ) tidak
Perubahan rambut : (√) ya ( ) tidak
Perubahan kuku : (√) ya ( ) tidak
5. Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal : ( ) ya (√) tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : ( ) ya (√) tidak
Anemia : ( ) ya (√) tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) ya (√) tidak
6. Kepala
Sakit kepala : (√) ya ( ) tidak
Trauma : ( ) ya (√) tidak
Pusing : (√) ya ( ) tidak
Gatal pada kulit kepala : ( ) ya (√) tidak
7. Mata
Perubahan penglihatan : (√) ya ( ) tidak
Kacamata/lensa kontak : (√) ya ( ) tidak
Nyeri : ( ) ya (√) tidak
Pandangan kabur : (√) ya ( ) tidak
Fotofobia : ( ) ya (√) tidak
Skotomata : ( ) ya (√) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya (√) tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : 1 tahun yang lalu
Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir : tidak pernah
Dampak pada penampilan ADL : tidak ada
8. Telinga
Perubahan pendengaran : ( ) ya (√) tidak
Vertigo : (√) ya ( ) tidak
Sensitivitas pendengaran : (√) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya (√) tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : tidak pernah
Kebiasaan perawatan telinga : dibersihkan 1 minggu sekali
Dampak pada penampilan ADL : tidak ada
9. Hidung dan sinus
Nyeri pada sinus : ( ) ya (√) tidak
Alergi : ( ) ya (√) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya (√) tidak
Penilaian diri pada kemampuan olfaktori : Baik
10. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : ( ) ya (√) tidak
Lesi/ulkus : ( ) ya (√) tidak
Kesulitan menelan : ( ) ya (√) tidak
Perdarahan gusi : ( ) ya (√) tidak
Karies : (√) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya (√) tidak
Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : Tidak pernah
Pola menggosok gigi: klien menyikat gigi dari bagian atas ke bawah
Pola flossing: kadang klien melakukan flossing setelah makan
Masalah dan kebiasaan membersihkan : tidak
Gigi palsu : ( ) ya (√) tidak
11. Leher
Kekakuan : ( ) ya (√) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (√) tidak
Benjolan/ massa : ( ) ya (√) tidak
Keterbatasan gerak : ( ) ya (√) tidak
12. Payudara
Benjolan/ massa : ( ) ya (√) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (√) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir : tidak pernah
13. Pernafasan
Batuk : ( ) ya (√) tidak
Sesak nafas : ( ) ya (√) tidak
Sputum : ( ) ya (√) tidak
Asma/alergi pernafasan : ( ) ya (√) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir : tidak pernah
14. Kardiovaskular
Ditensi vena jugularis : ( ) ya (√) tidak
Sesak nafas : ( ) ya (√) tidak
Dispnea nocturnal paroksimal : ( ) ya (√) tidak
Murmur : ( ) ya (√) tidak
Edema : ( ) ya (√) tidak
Varises : (√) ya ( ) tidak
15. Gastrointestinal
Mual/muntah : ( ) ya (√) tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya (√) tidak
Intoleransi makanan : ( ) ya (√) tidak
Nyeri : ( ) ya (√) tidak
Benjolan/massa : ( ) ya (√) tidak
Perubahan kebiasaan defekasi : ( ) ya (√) tidak
Diare : ( ) ya (√) tidak
Konstipasi : ( ) ya (√) tidak
Hemoroid : ( ) ya (√) tidak
Perdarahan rektum : ( ) ya (√) tidak
Pola defekasi biasanya : 1 x/haari
16. Riwayat menopouse (usia, gejala, masalah pasca menopouse): menopouse
pada usia 51 tahunn
17. Muskuloskeletal
Nyeri persendian : ( ) ya (√) tidak
Kekakuan : ( ) ya (√) tidak
Pembengkakan sendi : ( ) ya (√) tidak
Deformitas : ( ) ya (√) tidak
Spasme : ( ) ya (√) tidak
Kelemahan otot : ( ) ya (√) tidak
Masalah cara berjalan : ( ) ya (√) tidak
Nyeri punggung : ( ) ya (√) tidak
Kekuatan otot : 5 dapat bergerak normal

TES KOORDINASI/KESEIMBANGAN

No. Aspek penilaian Keterangan Nilai


1 Berdiri dengan postur normal 4

2 Berdiri dengan postur normal (dengan mata 4


tertutup)
3 Berdiri dengan satu kaki Kanan : 6
Kiri :
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral 4

5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 4

6 Berjalan, tempatkan salah satu tumit di depan 4


jari kaki yang lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus 4

8 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 4

9 Berjalan mundur 4

10 Berjalan mengikuti lingkaran 3

11 Berjalan dengan tumit 3

12 Berjalan dengan ujung kaki 3

JUMLAH 47

Kriteria penilaian
4 : melakukan aktifitas dg lengkap
3 : sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
2 : dengan bantuan sedang – maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktivitas
Keterangan :
42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap
28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal
< 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas

L. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : ( ) ya (√) tidak
2. Stabilitas emosi : Stabil
(keterangan:selama pengkajian maupun pemeriksaan fisik, klien dalam stabilitas
emosi yang stabil dan juga kooperatif dalam mengikuti arahan-arahan)

3. Permasalahan Emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami susah tidur : Ya
b. Apakah klien merasa gelisah : Ya
c. Apakah klien murung menangis sendiri : Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir : Ya
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama dengan jawaban 1
ya
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan
: Tidak
b. Ada masalah atau banyak pikiran
: Ya
c. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
: Tidak
d. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
: Tidak
e. Cenderung mengurung diri ?
: Tidak
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka masalah emosional
ada atau ada gangguan emosional (Ansietas)

4. Insomnia : (√) ya ( ) tidak


5. Gugup : ( ) ya (√) tidak
6. Takut : ( ) ya (√) tidak
7. Stres : (√) ya ( ) tidak
8. Mekanisme koping yang biasa digunakan : klien selalu solat bila merasakan
gelisah
9. Pola respon seksual : -

M. STATUS FUNGSIONAL
INDEK BARTHEL
No Jenis aktivitas Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 15


tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, dll 0 5 5

4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10

5 Mandi 0 5 5

6 Berjalan (jalan datar) 10 15 15

7 Naik turun tangga 5 10 5

8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10

9 Mengontrol defekasi 5 10 10

10 Mengontrol berkemih 5 10 10

Jumlah 95

Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
N. STATUS KOGNITIF
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTSIONNAIRE (SPMSQ)

Benar Salah Nomor Pertanyaan

√ 1 Tanggal berapa hari ini?

√ 2 Hari apa sekarang?

√ 3 Apa nama tempat ini?

√ 4 Di mana alamat Anda?

√ 5 Kapan Anda lahir?

√ 6 Berapa umur Anda?

√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

√ 9 Siapa nama ibu Anda?

√ 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3

10 0 Jumlah

Keterangan :
a. Salah 0 – 3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5: kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8: kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10: kerusakan intelektual berat
MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE)
ITEM TES NILAI NILAI
MAX
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah 5 5
sakit), (lantai/kamar) 5 5

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda
1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda 3 3
tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan

ATENSI DAN KALKULASI


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik
5 4
kata “DUNIA” (nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum
kesalaahn; misalnya “aiund”=3

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5 Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3 3

BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan 2 2
(pensil, buku)
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1 1
8 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan 3 2
tangan Anda, lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di
9 lantai” 1 1
Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan
10 mata Anda” 1 1
11 Klien disuruh menulis dengan spontan 1 1
Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini

TOTAL 30 28
Keterangan :
a. Nilai 24-30 = normal
b. Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
c. Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat

O. ANALISA DATA

Tgl Data Masalah Etiologi


15-10-2019 Ds: Ansietas Insomnia
1. Klien mengatakan
memiliki penyakit
hipertensi atau tekanan
darah tinggi.
2. Saat ini Ny.A masih
mengkonsumsi obat
antihipertensi secara
rutin.
3. Klien mengatakan sering
terbangun pada malam
hari jika ingin BAK
sampai 3 kali.
4. Klien mengatakan tidak
pernah tidur siang,
karena tidak bisa tidur
pada saat siang hari.
5. Klien mengatakan
mengalami susah tidur,
gelisah, tetapi tidak
banyak pikiran.

Do :

1. Klien tampak tidak tidur


di waktu siang hari.
2. TD 150/80 mmHg
15-10-2019 Ds : Proses Penyakit Nyeri Kronis

1. Klien mengatakan sering


pusing, masuk angin dan
merasa sakit pada bagian
tengkuknya.
2. Klien mengatakan rasa
nyeri yang dirasakan
terkadang mengganggu
aktivitasnya.
3. Klien mengatakan nyeri
dirasakan saat terlalu
banyak melakukan
aktivitas (P)
4. Nyeri terasa seperti
mencengkram (Q)
5. Klien mengatakan nyeri di
tengkuk (R)
6. Klien mengatakan skala
nyeri 5 (S)
7. Nyeri yang dirasakan
hilang timbul (T)

Do :

1. Wajah klien tampak


meringis saat menahan
nyeri.
2. Skala nyeri 5 dari rentang
1 -10
15-10-2019 Ds: Resiko Jatuh
1. Klien mengatakan
kakinya terkadang
gemetar saat berjalan.

Do:
1. Klien tampak gemetar
saat memegang gelas
berisi susu yang mau
dipindahkan ke kamar.
2. Hasil postural hypotensi
lebih dari 20 mmHg pada
tekanan diastolik.
3. Hasil reach test <6 inchi
4. Pada saat diminta berdiri
dan mengangkat satu
kaki klien hanya
melakukan sebentar dan
kembali duduk.
5. Hasil TUG Test 24 detik.

Q. SKORING MASALAH
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah 3/3x1 = 1
a. Aktual (Tidak/kurang 3
sehat) 1
1.
b. Ancaman Kesehatan 2
c. Keadaan Sejahtera 1

Kemungkinan masalah 1/2x2 = 1


dapat diubah dengan
a. Mudah 2
2.
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk 3/3x1 = 1
dicegah
3. a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
Menonjolnya masalah 2/2xi = 1
a. Masalah berat dan 2
harus segera
ditangani 1
4. b. Ada masalah tapi 1
tidak perlu segera
ditangani 0
c. Masalah tidak
dirasakan

Perhitungannya Nilainya = Skor x Bobot


Angka Tertinggi Skor

2. Insomnia berhubungan dengan ansietas


No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah 2/3x1= 0,7
d. Aktual (Tidak/kurang 3
sehat) 1
1.
e. Ancaman Kesehatan 2
f. Keadaan Sejahtera 1

Kemungkinan masalah 2/2x1 = 1


dapat diubah dengan
d. Mudah 2
2.
e. Sebagian 1 2
f. Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk 2/2x1 = 1
dicegah
3. d. Tinggi 3 1
e. Cukup 2
f. Rendah 1
Menonjolnya masalah 1/2x1 = 0.5
d. Masalah berat dan 2
harus segera
ditangani 1
4. e. Ada masalah tapi 1
tidak perlu segera
ditangani 0
f. Masalah tidak
dirasakan

Perhitungannya Nilainya = Skor x Bobot


Angka Tertinggi Skor

3. Risiko jatuh berhubungan dengan gaya berjalan

No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah 1/3x1 = 0.3
g. Aktual (Tidak/kurang 3
sehat) 1
1.
h. Ancaman Kesehatan 2
i. Keadaan Sejahtera 1

Kemungkinan masalah 1/2x2 = 1


dapat diubah dengan
g. Mudah 2
2.
h. Sebagian 1 2
i. Tidak dapat 0

Potensi masalah untuk 1/3x1 = 0.3


3.
dicegah
g. Tinggi 3 1
h. Cukup 2
i. Rendah 1
Menonjolnya masalah 1/2x1 = 0.5
g. Masalah berat dan 2
harus segera
ditangani 1
4. h. Ada masalah tapi 1
tidak perlu segera
ditangani 0
i. Masalah tidak
dirasakan

Perhitungannya Nilainya = Skor x Bobot


Angka Tertinggi Skor

R. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :


4. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
5. Insomnia berhubungan dengan ansietas
6. Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan gaya berjalan
S. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Nama Klien : Ny.A

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana TIndakan

1 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Pain management


Berhubungan dengan selama 3x 12 jam nyeri dapat berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
proses penyakit kriteria hasil : 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidak
Pain level nyamanan.
1. Nyeri berkurang dari 5 3. Monitor TTV
menjadi 2 dengan menggunakan menejemen 4. Ajarkan tehnik non farmakologi (relaksasi
nyeri. dengan tarik nafas dalam dan senam ergonimis)
2. Pasien merasa nyaman setelah nyeri
berkurang.
3. TTD dalam batas normal TD sekitar 130/80
mmHg, Nadi: 60-100x/menit, R:20-24x/menit,
S:36,5-37°C.
2 Insomnia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor TTV
dengan ansietas 3x12 jam, diharapkan masalah insomnia Ny.A dapat 2. Lakukan penyuluhan tentang tekhnik relaksasi
teratasi dengan kriteria hasil: otot progresif kepada klien
1. Klien tampak bergairah saat mengikuti kegiatan 3. Latih klien untuk melakukan tekhnik relaksasi
pagi di panti otot progresif
2. Mata klien tidak nampak merah (mengantuk)
3. Ny.A tidak terbangun pada malam hari 4. Evaluasi tekhnik relaksasi otot progresif yang
4. Melaporkan secara verbal bahwa insomnia dilakukan oleh klien
berkurang
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Berikan penyuluhan tentang apa saja bahaya
berhubungan dengan 3x12 jam Ny.A tidak mengalami jatuh, dengan lingkungan yang ada disekitar wisma yang dapat
kesulitan gaya berjalan kriteria: menyebabkan resiko jatuh
1. Mampu mengidentifikasi bahaya lingkungan
2. Anjurkan untuk memakai alat bantu jalan (jika
yang dapat meningkatkan cedera
membutuhkan)
2. Mampu menggunakan alat bantu untuk
menghindari cidera 3. Ajarkan gerakan latihan keseimbangan
3. Mampu mempraktekan gerakan latihan
keseimbangan
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl / Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Tanda Tangan


16 Oktober 2019 Nyeri Kronis Berhubungan Mengkaji nyeri klien S:
dengan proses penyakit Melatih relaksasi napas dalam P: klien mengatakan masih
Mengukur TTV nyeri
Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 5
T: hilang timbul

O: TD: 140/90 mmHg, Nadi:


80x/menit, ,
RR: 22x/menit. Aditria. S

A: Masalah nyeri kronis belum


teratasi

P:
Kaji nyeri klien
Evaluasi senam ergonomis
16 Oktober 2019 Insomnia berhubungan Mengukur tekanan darah S:
dengan ansietas Mengajarkan klien tentang relaksasi Klien mengatakan senang
otot progresif: diajarkan senam relaksasi otot
Relaksasi otot tangan progresif.
Relaksasi otot muka O:
Relaksasi otot perut Klien nampak mempraktikan
Relaksasi otot kaki relaksasi otot progresif sesuai
intruksi meskipun ada
beberapa gerakan yang kurang
tepat.
TD : 140/90 mmHg
A: Aditria. S

Masalah keperawatan insomnia


teratasi sebagian.
P:
Motivasi klien untuk melakukan
relaksasi otot progresif setiap
sebelum.bangun tidur.
16 Oktober 2019 Resiko jatuh berhubungan Mengajarkan klien tentang latihan S:
dengan kesulitan gaya keseimbangan. Klien mengatakan senang
berjalan diajarkan tentang latihan
keseimbangan.
Klien mengatakan akan
melakukan latihan
keseimbangan setiap hari.

O:
Klien tampak mampu
mempraktekkan latihan
keseimbangan. Aditria. S

A:
Masalah keperawatan resiko
jatuh teratasi sebagian.

P:
Evaluasi latihan keseimbangan.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI

Satuan Acara Penyuluhan yang dilakukan di Keluarga Ny.A di Desa Nyalindung


Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Adapula alasan dilakukan penyuluhan di
keluarga Ny,A, agar setiap anggota keluarga dapat mengetahui tentang apa yang
dimaksud dengan hipertensi, Tanda dan Gejala, dan Faktor Pendukung hipertensi. Selain
itu mengenai hal-hal yang mendukung proses penyembuhan di rumah.
Topik : HIPERTENSI
Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Tanda dan Gejala, Penyebab dan Faktor pendukung
kesembuhan dari hipertensi.
Sasaran : Seluruh anggota keluarga
Waktu : Pukul 10:00-10.45 (selama 45 menit)
Hari,Tanggal : Rabu, 09 oktober 2019
Tempat : Keluarga Ny,A Desa Nyalindung kecamatan cimalaka kabupaten
Sumedang
Penyuluh : Aditria Suryaningrat
A. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan seluruh angota keluarga dapat
memahami dan mengerti tentang Pengertian, Tanda dan Gejala, Penyebab dan Faktor
pendukung kesembuhan dari hipertensi
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang hipertensi , setiap anggota
diharapkan dapat:
1. menjelaskan pengertian hipertensi
2. menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
3. menjelaskan faktor pendukung kesembuhan hipertensi

C. Materi Penyuluhan
1. pengertian hipertensi
2. tanda dan gejala hipertensi
3. penyebab hipertensi
4. faktor pendukung kesembuhan dari hipertensi
D. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
E. Media Penyuluhan
a. Leaflet

F. Setting Tempat

AUDIENCE

PEMATERI

G. Kegiatan Penyuluhan

Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Pengkajian
1 Pembukaan 2 Menit 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam dan
mengucapkan salam dan mendengarkan
perkenalan perkenalan.
2. Menyampaikan topik dan tujuan 2. Mendengarkan
Penyuluhan kepada sasaran penyampaian topik
3. Kontrak waktu untuk kesepakatan dan tujuan
penyuluhan dengan sasaran 3. Menyetujui
kesepakatan
pelaksanaan Penkes
2 Kegiatan Inti 35 Menit 1. Mengkaji ulang tingkat 1. Menjawab
pengetahuan sasaran pertanyaan dari
2. Memberikan reinforcement positif penyuluh
3. Menjelaskan pengertian 2. Mendengarkan
hipertensi materi yang
4. menanyakan sasaran apakah disampaikan
mengerti atau tidak 3. Menanyakan hal – hal
5. memberikan kesempatan kepada yang belum dipahami.
sasaran untuk bertanya
6. menjelaskan tentang hal-hal yang
belum dipahami sasaran
7. menjelaskan tanda dan gejala
hipertensi
8. menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
9. memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
10. menjelaskan tentang hal-hal yang
belum dipahami sasaran.
11. menjelaskan penyebab hipertensi
12. menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
13. memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
14. menjelaskan tentang hal-hal yang
belum dipahami sasaran.
15. menjelaskan tentang faktor yang
mendukung penyembuhan
kesehatan klien hipertensi
16. menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
17. Memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
18. Menjelaskan tentang hal-hal yang
belum dipahami sasaran.
3 Evaluasi / 8 Menit 1. Memberikan pertanyaan kepada 1. Menjawab
Penutup sasaran tentang materi pertanyaan
yang telah disampaikan oleh 2. Mendengarkan
penyuluh kesimpulan
2. Memberikan reinforcement positif 3. Menjawab salam
3. Menyimpulkan materi
4. Menutup acara dengan
mengucapkan salam
H. Evaluasi
1. Setiap anggota keluarga Ny,A memperhatikan dan mendengarkan materi dengan
baik
2. Setiap anggota keluarga Ny,A memahami dan mengerti tentang hipertensi
3. Setiap anggota keluarga Ny,A mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan benar :
1) apa yang dimaksud dengan hipertensi?
2) apa saja tanda dan gejala hipertensi?
3) apa saja penyebab dari hipertensi?
4) bagaimana saja hal yang dapat mendukung penyembuhan hipertensi di rumah?

LAMPIRAN
HIPERTENSI

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan
memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus
lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg pada dua kali pengukuran selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup tenang/istirahat (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent
killer karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Gejala-gejala hipertensi yaitu
adalah sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar, mudah
lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes
RI, 2013).
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk
Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat
dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya
adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas
yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah
beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini.
Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai
penyebab berbagai penyakit non infeksi (Anindya,2009).
1.1.1 Pengertian HIPERTENSI
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit
dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang
naik diatas tekana darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak
yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik terendah
saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung
dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus– menerus
lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–
arteriol konstriksi.
Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan
arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh
darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan
dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
80 mmHg (Muttaqin, 2009).

1.1.2 Penyebab HIPERTENSI


a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya.
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada
suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau
“maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan
cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi,
obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor
keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins
(2007), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau
esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti
:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam
hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti
kontasepsi oral dan kartikosteroid.

1.2.3 Faktor Resiko


Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang
dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang
lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah
naik dari waktu ke waktu. Klien dengan orang tua yang memiliki
hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia
muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih
dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah sistolik lebih dari
pada tekanan darah diastolic karena merupakan predictor yang lebih
baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit
jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai
kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama
antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin
yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin,
tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes
mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan
hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan
dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor
faktor lain dapat ditandai dengan sindrom metabolis, yang juga
meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada
individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.
pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain
dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.

1.2.5 Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
JIKA HIPERTENSINYA 1. Pengobatan Farmakologis :
menggunakan obat obatan
BERAT/MENAHUN DAN sesuai indikasi/resep dokter.
2. Pengobatan non farmakologi, yaitu
TIDAK DIOBATI, BISA dengan cara :
 Menurunkan berat badan bagi yang
TIMBUL GEJALA kegemukan
 Mengurangi asupan garam dan
BERIKUT: lemak (diet rendah garam dan
lemak).
1. Sakit kepala berat
2. Kelelahan
3. Mual dan muntah
GEJALA YANG 4. Sesak nafas
DIRASAKAN? 5. Gelisah  Menghindari ketegangan/stres

6. Pandangan menjadi kabur
Menghindari merokok/alkohol
 Olahraga dan Aktivitas fisik
1. Pusing
2. Rasa berat ditengkuk
3. Mudah marah/emosi
4. Telinga terasa
berdenging
5. Sukar untuk tidur BAGAIMANA  Dapatkan dukungan keluarga
6. Mudah lelah
7. Mata berkunang- PENGOBATANNYA?
kunang
8. Susah tidur
HIPERTENSI/DARAH PENYEBAB
TINGGI ? HIPERTENSI
HIPERTENSI Berarti tekanan tinggi di dalam
arteri. Arteri adalah pembuluh 1. Tidak diketahui penyebabnya
DARAH TINGGI yang mengangkut darah dari (hipertensi primer), Faktor
jantung yang memompa ke resiko antara lain:
seluruh jaringan tubuh.  Umur (laki-laki >55th,
Parameter Tekanan Perempuan >65th)
 Kegemukan
darah :
 Kolestrol tinggi
1. Normal : <130/85 mmhg  Penyakit kencing manis
2. Hipertensi Perbatasan  Konsumsi garam berlebihan
:130-139/85-89 mmhg.  Riwayat hipertensi dalam
3. Hipertensi tk 1 : 140- keluarga
159/90-99 mmhg.  Stres berkepanjangan
 Kebiasaan merokok/minum
4. Hipertensi tk 2 : 160-
alkohol
179/100-109 mmhg.
Aditria Suryaningrat 5. Hipertensi tk 3 : >180/110 2. Disebabkan oleh faktor lain
mmhg. (hipertensi skunder), antara
lain:
 Penyakit ginjal
 Penggunaan KB hormonal /
PRODI KEPEPRAWATAN D-III pil KB
UNIVERSITAS PENDIDIKAN  Pernah melakukan
INDONESIA KAMPUS SUMEDANG vasektomi
KONTRAK BELAJAR
PROGRAM STUDI KEPERWATAN
UPI KAMPUS SUMEDANG
KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Aditria Suryaningrat


NIM : 1708167
Nama Pembimbing : Acep Iman Super, S.Kep.,Ners,
Alamat : Desa Conggeang Kulon Rt/Rw 05/06 Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang

TUJUAN TUJUAN KHUSUS SUMBER PEMBELAJARAN HASIL YANG WAKTU


UMUM DIHARAPKAN
Setelah 1. Saya mampu Saya mendapatkan sumber pelajaran ini Dalam PBL, saya Untuk dapat mencapai
berakhirnya melakukan dari buku dan internet: akan menunjukkan tujuan, saya
PBL pengkajian pada Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah kemampuann saya merencanakan waktu
Keperawata pasien Hipertensi. Untuk Mahasiswa (Dion, ed.). dalam memberikan sebagai berikut:
n Gerontik 2. Saya mampu Yogyakarta: DIVA Press. asuhan Hari I:
mampu menganalisa data Doenges, marilynn E., Moorhouse, M. keperawatan pada 1. Pembagian pasien
meberi yang didapat. F., & Murr, A. C. (2018). Rencana pasien dengan ke setiap wilayah
asuhan Asuhan Keperawatan: Pedoman Hipertensi melalui:
keperawata 3. Saya mampu Asuhan Klien Anak - Dewasa (9th 1. Mempresentasik Puskesmas
n pada menegakkan ed.; A. Waluyo, M. Sumarwati, & S. an laporan Cimalaka.
pasien diagnosa Romadoni, eds.). Jakarta: EGC. pendahuluan. 2. Menentukan pasien
dengan keperawatan. Herdman, H. (2010). Diagnosis 2. Mampu yang diharapkan.
gangguan 4. Saya mampu Keperawatan: Definisi Dan menyusun 3. Menyusun NCP.
fungsi merencanakan Klasifikasi 2009 - 2011. Jakarta: laporan kasus. Hari II:
sirkulasi: tindakan sesuai EGC. 3. Dapat 1. Presentasi LP.
Hipertensi dengan diagnosa Lavenia, C., & Nurdin, N. (2015). memahami dan 2. Melaksanakan
keperawatan yang Pemberian Juice Campuran Tomat menguasai pengkajian.
muncul. dan Mentimun terhadap Penurunan diagnosa Hari III:
5. Saya mampu Tekanan Darah kepada Penderita penyakit pada 1. Mengimplementasik
mengimplementasik Hipertensi. Jurnal Ipteks Terapan. pasien. an tindakan
an tindakan https://doi.org/10.22216/jit.2015.v9i 4. Dapat keperawatan.
keperawatan. 1.42 melakukan 2. Melakukan
6. Saya mampu Riyadi, S. (2011). Keperawatan Medikal penkes pada pendidikan
mengevaluasi Bedah (Sumitro, ed.). Yogyakarta: pasien dan kesehatan.
tindakan Pustaka Pelajar. keluarganya. Hari IV:
keperawatan. Williams, L., & WIlkins. (2007). Buku 5. Pasien dan 1. Melaksanakan
Saku Asuhan Keperawatan keluarga dapat tindakan
Geriatrik (2nd ed.; J. L. Stockslager mengetahui dan keperawatan yang
& L. Schaeffer, eds.). Jakarta: menerapkan belum dilakukan,
EGC. cara mengatasi mengevaluasi
Yuli, A. R. (2014). Buku Ajar Asuhan penyakit tindakan
Keperawatan Klien Gangguan hipertensi dan keperawatan yang
Kardio Vaskuler : Aplikasi NIC & mengetahui telah dilakukan.
NOC (W. Praptiani, ed.). Jakarta: bahaya 2. Berdiskusi dengan
EGC. hipertensi secara expert atau
mandiri. pembimbing
tentang asuhan
keperawatan.

Hari V:
1. Melakukan
perawatan pasien
kelolaan.
2. Responsi kasus.

Tanda Tangan Mahasiswa :


Tanda Tangan Pembimbing :
Disetujui/ tidak disetujui :

Catatan:

Anda mungkin juga menyukai