A DENGAN HIPERTENSI
DESA NYALINDUNG DI RT/RW 01/06 KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN
SUMEDANG JAWA BARAT PADA TANGGAL 14-19 OKTOBER 2019
(Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Lansia)
Pembimbing: Acep Iman Super, S. Kep., Ners
Disusun Oleh:
Aditria Suryaningrat
1708167
Kelompok 3
KAMPUS SUMEDANG
2019
Laporan Pendahuluan
HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah penekanan darah sistolik dan diastolic yang tidak normal,
batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda
sesuai dengan usia dan jenis kelamin,namun pada umumnya sistolik yang berkisar
antara 140 – 190 mmHg dan diastolic yang berkisar antara 90 – 95 mmHg dianggap
merupakan garis batas dari hipertensi menurut (Sylvia a, pierce, 1999) dalam buku
(Riyadi, 2011). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitsa) (kushariyadi, 2008) (Yuli,
2014)
B. Etiologi
(Riyadi, 2011) Berdasarkan factor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
1. Hipertensi esensial/hipertensi primer. Penyebab dari hipertensi ini belum
diketahui, namun factor resiko yang diduga kuat adalah karena beberapa faktor
berikut ini:
Keluarga dengan riwayat hipertensi
Pemasukan sodium berlebihan
Konsumsi kalori berlebih
Kurangnya aktifitas fisik
Pemasukan potassium
2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Renal. Penyebab dari hipertensi jenis ini secara
spesifik seperti: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,
hipertensi yang berhubungan dengan kelamin
(Yuli, 2014) Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi akibat respons penignkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi:
1. Genetik: Respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport
Na.
2. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arteroklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
D. Patofisiologi
(Riyadi, 2011)Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung
dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal.
Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer
ini disebabkan oleh karena vasokonstraksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada
pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka yang akan
dijumpai adalah adanya perubahan – perubahan structural pada pembuluh darah
arteriol berupa penebalan pada tunika interna dan adanya hippertropi dan hiperplasi,
maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadia anoksia
relative. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sclerosis coroner.
(Ardiansyah, 2012) Tekanana arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac
output dengan total tahanan perifer. Cardiac outpu (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung)
dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh
system saraf otonom dan sirkulasi hormone. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah, antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan
volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin, dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi sering dijumpai juga
dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.
Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui memkanisme
perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi
dengan penurunan tonus simpatis.
Oleh karena itu, reflex kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila
tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptor meningkat. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti mengapa kontrol
ini gagal pada hipertensi. Hal ini ditunjukan untuk menaikan re-setting sensitivitas
baroreseptor, sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun tidak ada
penurunan tekanan.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah dapat meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
sekalipun tidak ada penurunan tekanan.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah dapat meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan
darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air ini akan meningkatkan tekanan darah arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam mengatur tekanan darah.
Ginjal memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein
plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh enzim pengubah
(converting enzyme) dalam paru menjadi bentuk angiotensin II, dan kemudian
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokontriktor
yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap
pelepasan aldosterone.
Aldosterone sendiri memiliki peran vital dalam hipertensi terutama pada
aldosterone primer. Selain membantu meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis,
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghamabat pada ekskresi
garam (natrium) yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan
perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin
arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, seabagian besar
orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah secara terus – menerus pada pasien hipertensi
esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ – organ vital.
Hipertensi esensial juga mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan arteriola –
arteriola). Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan
mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hali ini menyebabkan infark miokard, stroke,
gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi.
Autoregulasi vascular yang terlibat dalam hipertensi. Autoregulasi vascular ini adalah
suatu proses untuk mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh yang relative
konstan. Jika aliran berubah, proses- proses autoregulasi akann menurunkan tahanan
vascular dan mengakibatkan pengurangan aliran. Jika terjadi yang sebaliknya, maka
tahanan vascular akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan aliran. Jika terjadi
yang sebaliknya, maka tahanan vascular akan meningkat sebagai akibat dari
peningkatan aliran. Autoregulasi vascular tampaknya menjadi mekanisme penting
dalam menimbulkan gejala hipertensi berkaitan dengan kelebihan asupan garam dan
air.
E. Pemeriksaan Diagnostik(Ardiansyah, 2012)
1. Hemoglobin/hemotokrit: bukan pemeriksaan diagnostik tetapi mengkaji hubungan
sel – sel terhadap volume cairan (viskositas) dan mengindikasi faktor – faktor risiko,
seperti hyperkoagubilitas dan anemia.
2. BUN/kreanin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa: hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: hypokalemia dapat mengindikasi adanya aldosterone utama
(penyebab) atau mejadi efek samping terapi diuretic.
5. Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum: penigkatan kadar dapat mengindikasikan
adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid: hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi.
8. Kadar aldosterom serum: tes ini digunakan untuk mengkaaji aldosteronisme
premier (penyebab).
9. Urinalisa: darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
10. VMA urine (metabolit katekolamin); kanaikan dapat mengindikasikan adanyaya
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
risiko.
12. Steroid urine: kenaikan steroid dalam urine dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi piutitari, sindrom cushing. Kadar
pada renin juga dapat meningkat.
13. IVP: dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal
dan batu ginjal/batu ureter.
14. Foto dada: dapat menunjukan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada
dan/atau takik aorta, serta pembesaran jantung.
15. CT-scan: mengkaji tumor serebral, CSV,ensefralopati, atau feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukan pembesaran jantung pola regangan, dan gangguan
konduksi. Catatan: luas dan peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
F. Penatalaksanaan Medis
(Williams & WIlkins, 2007)Meskipun hipertensi esensial belum ada obatnya, obat
– obatan dan modifilkasi diet serta gaya hidup dapat mengontrol tipe hipertensi ini.
Umumnya, terapi non-obat dicoba terlebih dahulu, khususnya pada kasus dini dan
ringan. Jika terapi ini tidak efektif, penanganan dilanjutkan ke tahap untuk memasukan
berbagai tipe antihipertensi. Banyak lansia yang menderita hipertensi dapat diobati
dengan diuretik saja. Sebagian besar orang kulit hitam berespons buruk terhadap
agens penyekat adrenergik; namun, untuk alasan yang belum jelas, mereka memberi
respons baik terhadap kombinasi diuretik dan inhibitor enzim pengubah angiotensin.
Terapi hipertensi sekunder mencakup mengoreksi penyebab yang mendasari dan
mengontrol efek – efek hipertensi.
Menurut (Lavenia & Nurdin, 2015), dari hasil penelitian: mentimun terbukti dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah
dengan jus campuran tomat dan mentimun dipengaruhi oleh kandungan kalium sebagai
antidiuretik sehingga dapat mengurangi kadar natrium ke dalam urine oleh ginjal.
Pengurangan cairan dalam sirkulasi akan menurunkan tahanan perifer, sehingga
dengan sendirinya tekanan darah akan menurun. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pemberian jus campuran tomat dan mentimun dapat secara efektif
menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Perbedaan penurunan tekanan darah
sudah mulai terlihat pada hari ke-3 dan hari ke-5. Dengan adanya terobosan baru ini
sehingga penderita hipertensi tidak membutuhkan biaya yang cukup besar untuk
mengontrol tekanan darahnya agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang sangat
berbahaya bagi penderita hipertensi.
G. Pengkajian Keperawatan
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges et al.,
2018)adalah sebagai berikut:
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa (Dion, ed.). Yogyakarta: DIVA
Press.
Doenges, marilynn E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2018). Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Asuhan Klien Anak - Dewasa (9th ed.; A. Waluyo, M.
Sumarwati, & S. Romadoni, eds.). Jakarta: EGC.
Herdman, H. (2010). Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2009 - 2011.
Jakarta: EGC.
Lavenia, C., & Nurdin, N. (2015). Pemberian Juice Campuran Tomat dan Mentimun
terhadap Penurunan Tekanan Darah kepada Penderita Hipertensi. Jurnal Ipteks
Terapan. https://doi.org/10.22216/jit.2015.v9i1.42
Riyadi, S. (2011). Keperawatan Medikal Bedah (Sumitro, ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Williams, L., & WIlkins. (2007). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik (2nd ed.; J. L.
Stockslager & L. Schaeffer, eds.). Jakarta: EGC.
Yuli, A. R. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardio Vaskuler :
Aplikasi NIC & NOC (W. Praptiani, ed.). Jakarta: EGC.
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA DENGAN HIPERTENSI
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 62 Tahuna
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Janda
Alamat : Dsn.Sukatani Ds.Nyalindung 01/06 Cimalaka
Orang terdekat yang dihubungi : anaknya
B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan : Sudah meninggal
Tahun meninggal : 2010
Penyebab kemayian : Stroke
C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Ibu Rumah Tangga
3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : ditanggung oleh anak
E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Menonton TV
2. Keanggotaan kelompok : Tidak
3. Liburan/perjalanan : Minimal 1 bulan sekali
F. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
1. Dokter :
2. Rumah sakit : RSUD Sumedang
3. Klinik :
4. Pelayanan kesehatan di rumah :
2. Eliminasi
a. BAK
b. BAB
Konsistensi : Lembek
3. Personal hygiene
a. Mandi
b. Oral hygiene
c. Cuci rambut
a. Olahraga : Tidak
b. Nonton TV : Ya
c. Berkebun/memasak : Ya,memasak
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Penyakit Genetik
: Riwayat Keguguran
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
TES KOORDINASI/KESEIMBANGAN
9 Berjalan mundur 4
JUMLAH 47
Kriteria penilaian
4 : melakukan aktifitas dg lengkap
3 : sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
2 : dengan bantuan sedang – maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktivitas
Keterangan :
42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap
28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal
< 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas
L. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : ( ) ya (√) tidak
2. Stabilitas emosi : Stabil
(keterangan:selama pengkajian maupun pemeriksaan fisik, klien dalam stabilitas
emosi yang stabil dan juga kooperatif dalam mengikuti arahan-arahan)
3. Permasalahan Emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami susah tidur : Ya
b. Apakah klien merasa gelisah : Ya
c. Apakah klien murung menangis sendiri : Tidak
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir : Ya
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama dengan jawaban 1
ya
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan
: Tidak
b. Ada masalah atau banyak pikiran
: Ya
c. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
: Tidak
d. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
: Tidak
e. Cenderung mengurung diri ?
: Tidak
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka masalah emosional
ada atau ada gangguan emosional (Ansietas)
M. STATUS FUNGSIONAL
INDEK BARTHEL
No Jenis aktivitas Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 95
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
N. STATUS KOGNITIF
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTSIONNAIRE (SPMSQ)
10 0 Jumlah
Keterangan :
a. Salah 0 – 3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5: kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8: kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10: kerusakan intelektual berat
MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE)
ITEM TES NILAI NILAI
MAX
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah 5 5
sakit), (lantai/kamar) 5 5
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda
1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda 3 3
tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan
BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan 2 2
(pensil, buku)
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1 1
8 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan 3 2
tangan Anda, lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di
9 lantai” 1 1
Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan
10 mata Anda” 1 1
11 Klien disuruh menulis dengan spontan 1 1
Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini
TOTAL 30 28
Keterangan :
a. Nilai 24-30 = normal
b. Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
c. Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat
O. ANALISA DATA
Do :
Do :
Do:
1. Klien tampak gemetar
saat memegang gelas
berisi susu yang mau
dipindahkan ke kamar.
2. Hasil postural hypotensi
lebih dari 20 mmHg pada
tekanan diastolik.
3. Hasil reach test <6 inchi
4. Pada saat diminta berdiri
dan mengangkat satu
kaki klien hanya
melakukan sebentar dan
kembali duduk.
5. Hasil TUG Test 24 detik.
Q. SKORING MASALAH
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah 3/3x1 = 1
a. Aktual (Tidak/kurang 3
sehat) 1
1.
b. Ancaman Kesehatan 2
c. Keadaan Sejahtera 1
P:
Kaji nyeri klien
Evaluasi senam ergonomis
16 Oktober 2019 Insomnia berhubungan Mengukur tekanan darah S:
dengan ansietas Mengajarkan klien tentang relaksasi Klien mengatakan senang
otot progresif: diajarkan senam relaksasi otot
Relaksasi otot tangan progresif.
Relaksasi otot muka O:
Relaksasi otot perut Klien nampak mempraktikan
Relaksasi otot kaki relaksasi otot progresif sesuai
intruksi meskipun ada
beberapa gerakan yang kurang
tepat.
TD : 140/90 mmHg
A: Aditria. S
O:
Klien tampak mampu
mempraktekkan latihan
keseimbangan. Aditria. S
A:
Masalah keperawatan resiko
jatuh teratasi sebagian.
P:
Evaluasi latihan keseimbangan.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI
C. Materi Penyuluhan
1. pengertian hipertensi
2. tanda dan gejala hipertensi
3. penyebab hipertensi
4. faktor pendukung kesembuhan dari hipertensi
D. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
E. Media Penyuluhan
a. Leaflet
F. Setting Tempat
AUDIENCE
PEMATERI
G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Pengkajian
1 Pembukaan 2 Menit 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam dan
mengucapkan salam dan mendengarkan
perkenalan perkenalan.
2. Menyampaikan topik dan tujuan 2. Mendengarkan
Penyuluhan kepada sasaran penyampaian topik
3. Kontrak waktu untuk kesepakatan dan tujuan
penyuluhan dengan sasaran 3. Menyetujui
kesepakatan
pelaksanaan Penkes
2 Kegiatan Inti 35 Menit 1. Mengkaji ulang tingkat 1. Menjawab
pengetahuan sasaran pertanyaan dari
2. Memberikan reinforcement positif penyuluh
3. Menjelaskan pengertian 2. Mendengarkan
hipertensi materi yang
4. menanyakan sasaran apakah disampaikan
mengerti atau tidak 3. Menanyakan hal – hal
5. memberikan kesempatan kepada yang belum dipahami.
sasaran untuk bertanya
6. menjelaskan tentang hal-hal yang
belum dipahami sasaran
7. menjelaskan tanda dan gejala
hipertensi
8. menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
9. memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
10. menjelaskan tentang hal-hal yang
belum dipahami sasaran.
11. menjelaskan penyebab hipertensi
12. menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
13. memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
14. menjelaskan tentang hal-hal yang
belum dipahami sasaran.
15. menjelaskan tentang faktor yang
mendukung penyembuhan
kesehatan klien hipertensi
16. menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak
17. Memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
18. Menjelaskan tentang hal-hal yang
belum dipahami sasaran.
3 Evaluasi / 8 Menit 1. Memberikan pertanyaan kepada 1. Menjawab
Penutup sasaran tentang materi pertanyaan
yang telah disampaikan oleh 2. Mendengarkan
penyuluh kesimpulan
2. Memberikan reinforcement positif 3. Menjawab salam
3. Menyimpulkan materi
4. Menutup acara dengan
mengucapkan salam
H. Evaluasi
1. Setiap anggota keluarga Ny,A memperhatikan dan mendengarkan materi dengan
baik
2. Setiap anggota keluarga Ny,A memahami dan mengerti tentang hipertensi
3. Setiap anggota keluarga Ny,A mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan benar :
1) apa yang dimaksud dengan hipertensi?
2) apa saja tanda dan gejala hipertensi?
3) apa saja penyebab dari hipertensi?
4) bagaimana saja hal yang dapat mendukung penyembuhan hipertensi di rumah?
LAMPIRAN
HIPERTENSI
1.2.5 Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang
dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
JIKA HIPERTENSINYA 1. Pengobatan Farmakologis :
menggunakan obat obatan
BERAT/MENAHUN DAN sesuai indikasi/resep dokter.
2. Pengobatan non farmakologi, yaitu
TIDAK DIOBATI, BISA dengan cara :
Menurunkan berat badan bagi yang
TIMBUL GEJALA kegemukan
Mengurangi asupan garam dan
BERIKUT: lemak (diet rendah garam dan
lemak).
1. Sakit kepala berat
2. Kelelahan
3. Mual dan muntah
GEJALA YANG 4. Sesak nafas
DIRASAKAN? 5. Gelisah Menghindari ketegangan/stres
6. Pandangan menjadi kabur
Menghindari merokok/alkohol
Olahraga dan Aktivitas fisik
1. Pusing
2. Rasa berat ditengkuk
3. Mudah marah/emosi
4. Telinga terasa
berdenging
5. Sukar untuk tidur BAGAIMANA Dapatkan dukungan keluarga
6. Mudah lelah
7. Mata berkunang- PENGOBATANNYA?
kunang
8. Susah tidur
HIPERTENSI/DARAH PENYEBAB
TINGGI ? HIPERTENSI
HIPERTENSI Berarti tekanan tinggi di dalam
arteri. Arteri adalah pembuluh 1. Tidak diketahui penyebabnya
DARAH TINGGI yang mengangkut darah dari (hipertensi primer), Faktor
jantung yang memompa ke resiko antara lain:
seluruh jaringan tubuh. Umur (laki-laki >55th,
Parameter Tekanan Perempuan >65th)
Kegemukan
darah :
Kolestrol tinggi
1. Normal : <130/85 mmhg Penyakit kencing manis
2. Hipertensi Perbatasan Konsumsi garam berlebihan
:130-139/85-89 mmhg. Riwayat hipertensi dalam
3. Hipertensi tk 1 : 140- keluarga
159/90-99 mmhg. Stres berkepanjangan
Kebiasaan merokok/minum
4. Hipertensi tk 2 : 160-
alkohol
179/100-109 mmhg.
Aditria Suryaningrat 5. Hipertensi tk 3 : >180/110 2. Disebabkan oleh faktor lain
mmhg. (hipertensi skunder), antara
lain:
Penyakit ginjal
Penggunaan KB hormonal /
PRODI KEPEPRAWATAN D-III pil KB
UNIVERSITAS PENDIDIKAN Pernah melakukan
INDONESIA KAMPUS SUMEDANG vasektomi
KONTRAK BELAJAR
PROGRAM STUDI KEPERWATAN
UPI KAMPUS SUMEDANG
KEPERAWATAN GERONTIK
Hari V:
1. Melakukan
perawatan pasien
kelolaan.
2. Responsi kasus.
Catatan: