Anda di halaman 1dari 36

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Hirsprung”. Selain bertujuan untuk memenuhi

tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak. Makalah ini juga disusun dengan

maksud agar teman-teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang

Hirsprung.

Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga akan

mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari berbagai

literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah disarankan demi untuk

memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak ada kekurangan.

Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya teman-

teman mahasiswa, Terimakasih.

Kediri, Februari 2019

Penyusun
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1

DAFTAR ISI..................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar belakang........................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah .................................................................................................. 2

C. Tujuan penulisan .................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................. 3

A. Pengertian .............................................................................................................. 3

B. Etiologi................................................................................................................... 4

C. Patofisiologi ........................................................................................................... 4

D. Manifestasi klinik .................................................................................................. 5

E. Pemeriksaan penunjang ......................................................................................... 6

F. Penatalaksanaan ..................................................................................................... 7

G. Prognosis ................................................................................................................ 9

H. Komplikasi ............................................................................................................. 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................................... 11

A. Pengkajian ............................................................................................................ 11

B. Diagnosa keperawatan ......................................................................................... 14

C. Intervensi ............................................................................................................. 14
3

D. Implementasi ........................................................................................................ 30

E. Evaluasi ................................................................................................................ 30

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 32

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 32

B. Saran .................................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 33


32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan

pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang

yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab

obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling

sering pada neonatus.

Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak

terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal

tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara

spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses

secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak

adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat

menyebabkan dilatasi usus proksimal.

Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada

tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang

mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya

penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan

menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan

peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.


2

B. Rumusan masalah

1. Bagaiamana konsep dasar Hirschsprung ?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Hirschsprung ?

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam

proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan

masalah pada gangguan Hisprung.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk memahami Konsep dasar Hirschsprung ?


2. Untuk membuat asuhan keperawatan Hirschsprung ?
32

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion

dalam rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan

abnormal atau tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000).

Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan

keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena

ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai

persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan

fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang

terkena berbeda-beda untuk setiap individu.

Penyakit hirschsprung atau megakolon kongenital adalah tidak adanya sel-sel

ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Dan ketidakadaan ini

menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi

usus spontan. (Betz & Sowden, 1987 : 196). Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan

tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus

halus. (Ngastiyah, 2015 : 220)

Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab

gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm

dengan berat lahir < 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief

Mansjoeer, 2009). Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan

obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L.

Wong, 20013 : 507).


4

B. Etiologi

Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang

berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan

submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus. Disebabkan

oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.

Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah

diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan

Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal

eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

(Darmawan,Kartono 2014).

C. Patofisiologi

Penyakit HIrschsprung, atau megakolon konginetal, adalah tidak adanya sel-sel

ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan

keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan.

Selain itu, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara

normal. Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,

menyebabkan dilatasinya bagian usus yang proximal terhadap daerah itu. Penyakit

Hirschsprung diduga terjadi karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan, nmaun

etiologi sebenarnya tidak diketahui. Penyakit hirschsprung dapat muncul pada sembarang

usia, walaupun paling sering terjadi pada neonatus. (Buku Saku, Keperawatan Pediatri,

Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2002).


5

Absensi ganglion Meissner dan Auerbach

Mual, muntah, Usus spastis dan Obstipasi, tidak


diare daya dorong tidak ada mekonium
ada

Distensi Gangguan
Nutrisi kurang Volume
abdomen hebat pola BAB
dari kebutuhan cairan tubuh
tubuh menurun

Perubahan status Gangguan rasa nyaman


kesehatan anak nyeri
Pembedahan

D. Manifestasi klinik

Menurut (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC :

2012) :

Masa Neonatal

1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir

2. Muntah berisi empedu

3. Enggan minum

4. Distensi abdomen
6

Masa Bayi dan Kanak-Kanak

1. Konstipasi

2. Diare berulang

3. Tinja seperti pita, berbau busuk

4. Distensi Abdomen

5. Gagal tumbuh.

E. Pemeriksaan penunjang

1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and

mencari sel ganglion pada daerah submukosa.

2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah

narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.

3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas

terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.

4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.

(Ngatsiyah, 2009 : 139)

1. Foto abdomen (telentang,tegak,telungkup,dekubitus lateral)diagnostik; untuk

mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.

2. Enema barium (diagnostic) ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.

3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.

4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refluks sfingter interna dan eksterna.

(Betz, 2002 : 197).


7

F. Penatalaksanaan

1. Medis

Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus

besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar

sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahap pembedahan

pertama dengan kolostomi loop atau double barrel dimana diharapkan tonus dan

ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3-

4 bulan . Terdapat prosedur dalampembedahan diantaranya:

a) Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun dengan

cara penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya

dibelakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik

dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.

b) Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan

end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan

pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior.

c) Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara

membiarkan dinding otot dari segmen rectum tetap utuh kemudian kolon yang

bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara

kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.

2. Keperawatan

Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila

ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :


8

a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak

secara dini

b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan

malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal

ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga

adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan

nutrisi parenteral total ( NPT )

Perencanaan pulang dan perawatan dirumah :

1) Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi

jangka panjan berikut ini.

a) Stenosis dan kontriksi

b) Inkontinensia

c) Pengosongan usus yang tidak adekkuat

2) Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak.

a) Persiapan kulit

b) Penggunaan alat kolostomi

c) Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat ,

prolaps, feses seperti pita )

d) Perawatan dan pembersihan alat kolostomi

e) Irigasi kolostomi

3) Beri dan kuatkan informasi-informasi tentang penatalaksanaan diet.


9

a) Makanan rendah sisa

b) Masukan cairan tanpa batas

c) Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolot dan dehidrasi.

4) Dorong orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang

kolostomi.

a) Tampilan

b) Bau

c) Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak “ideal”

5) Rujuk ke prosedur institusi spesifik untuk informasi yang dapat diberikan

pada orang tua tentang perawatan dirumah.

3. Kolaboratif

Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera

dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding

perut yang disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang

terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak

berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis,

diberikan antibiotik. Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2012) .

G. Prognosis

Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit hirschprung yang

mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan hanya sekitar 10% pasien

yang masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga harus dilakukan

kolostomi permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada

bayi sekitar 20%. Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2012) .

H. Komplikasi
10

1. Gawat pernapasan (akut)

2. Enterokolitis (akut)

3. Striktura ani (pascabedah)

4. Inkotinensia (jangka panjang) Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC : 2012) :
32

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,

tanggal pengkajian, pemberi informasi. Antara lain :

1. Anamnesis

Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan

diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat

dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi

abdomen, kembung, muntah.

a. Keluhan utama Klien

Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan

pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,

kembung, muntah.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,

distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.

Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana

upaya klien mengatasi masalah tersebut.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,

persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.


12

d. Riwayat Nutrisi

Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak

e. Riwayat psikologis

Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan

rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.

f. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita

Hirschsprung.

g. Riwayat social

Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan

hubungan dengan orang lain.

h. Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.

i. Riwayat kebiasaan sehari-hari

Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem integument

Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat

capilary refil, warna kulit, edema kulit.

b. Sistem respirasi

Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan

c. Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,

frekuensi denyut nadi / apikal.


13

d. Sistem penglihatan

Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata

e. Sistem Gastrointestinal

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya

kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan

karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.

Pre Operasi

1) Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)

2) Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus.

3) Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis

4) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap

pembedahan yang akan datang

5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak

Post Operasi

1) Kaji status pascabedah anak (tanda-tanda vital, bising usus, distensi abdomen)

2) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan

3) Kaji adanya komplikasi

4) Kaji adanya tanda-tanda infeksi

5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak

6) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap

pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan.

7) Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan

perawatan yang berkelanjutan.


14

B. Diagnosa keperawatan

Pre operasi

1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak

adanya daya dorong.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

inadekuat.

3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.

4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

Post operasi

1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan

2. Nyeri b/d insisi pembedahan

3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan

kolostomi.

C. Intervensi

Pre operasi

No Dx Tujuan Intervensi

1. Konstipasi BAB lancar, dengan 1. Bowel management

berhubungan dengan
kriteria : - Catat BAB terakhir
mekanik : megakollon
- Faeses lunak - Monitor tanda konstipasi

- Anak tidak kesakitan saat - Anjurkan keluarga untuk

mencatat warna, jumlah,


15

BAB. frekuensi BAB.

- Tindakan operasi - Berikan supositoria jika

colostomi perlu.

2. Bowel irrigation

- Jelaskan tujuan dari

irigasi rektum.

- Check order terapi.

- Jelaskan prosedur pada

orangtua pasien.

- Berikan posisi yang

sesuai.

- Cek suhu cairan sesuai

suhu tubuh.

- Berikan jelly sebelum

rektal dimasukkan.

- Monitor effect dari

irigasi.

3. Persiapan preoperatif
16

- Jelaskan persiapan yang

harus dilakukan.

- lakukan pemeriksaan

laboratorium: darah rutin,

elektrolit, AGD.

- transfusi darah bila

perlu.

2. Cemas berhubungan Cemas keluarga pasien 1. Anxiety reduction

dengan perubahan tertangani dengan kriteria:


- jelaskan semua
dalam status kesehatan
- Ibu terlihat lebih tenang prosedur yang akan
anak
dilakukan.
- Ibu dapat bertoleransi

dengan keadaan anak. - kaji pemahaman orangtua

terhadap kondisi anak,

tindakan yang akan

dilakukan pada anak.

- anjurkan orang tua untuk

berada dekat dengan anak.

- bantu pasien

mengungkapkan ketegangan

dan kecemasan.
17

3. Defisit pengetahuan Orang tua tahu mengenai 1. teaching: proses penyakit

berhubungan dengan perawatan anak dengan


- Kaji pengetahuan pasien
tidak mengenal dengan kriteria:
tentang penyakit.
sumber informasi
- Mampu menjelaskan
- Jelaskan tentang
penyakit, prosedur operasi
penyakit, prosedur tindakan

- mampu menyebutkan dan cara perawatan bersama

tindakan keperawatan yang dengan dokter.

harus dilakukan.
- Informasikan jadwal

- Mampu menyebutkan rencana operasi: waktu,

cara perawatan. tanggal, dan tempat operasi,

lama operasi.

- Jelaskan kegiatan

praoperasi : anestesi, diet,

pemeriksaan lab,

pemasangan infus, tempat

tunggu keluarga.

- Jelaskan medikasi yang

diberikan sebelum operasi:

tujuan, efek samping.

2. health education:

- jelaskan tindakan
18

keperawatan yang akan

dilakukan.

- Jelaskan mengenai

penyakit,prosedur

tindakandancara perawatan

dengan dokter.

- Lakukan diskusi dengan

keluarga pasien dengan

penyakit yang sama.

- Jelaskan cara perawatan

post operatif.

4. Ketidakseimbangan Status nutrisi baik, dengan - Kaji nafsu makan,

nutrisi kurang dari kriteria: lakukanpemeriksaan

kebutuhan tubuh abdomen,adanya distensi,


- Diet seimbang, intake
berhubungan dengan hipoperistaltik.
adekuat.
penurunan absorbsi
- Ukur intake dan output,
- BB normal.
usus.
berikan per oral / cairan
- Nilai lab darah normal:
intravenasesuai program
HB, Albumin, GDR.
(hidrasi adalah masalah

yang paling penting selama

masa anak-anak).

- Sajikan makanan favorit

anak, dan berikan sedikit


19

tapi sering.

- Atur anak pada posisi

yang nyaman (fowler)

- Timbang BB tiap hari

pada skala yang sama.

5. Gangguan koping Meknisme koping keluarga - Kenalkan keluarga untuk

keluarga berhubungan efektif, dengan kriteria: mengenal staf/perawat yang

dengan krisis merawat


- Keluarga menunjukkan
situasional, ancaman
bisa menyesuaikan dengan - Gambarkan kegiatan
fungsi peran,
lingkungan rumah sakit. rutin di RS yang
perubahan lingkungan.
mempengaruhi anak.
- Anggota keluarga aktif

bertanya. - Anjurkan keluarga untuk

menyesuaikan dengan

lingkungan yang baru dan

asing.

- Informasikan tentang

area di luar unit yang

mungkinmereka perlukan.

- Ciptakan kondisi yang

mendukunguntuk bertanya,

mengungkapkan

kekecewaan dan
20

perasaannya.

- Hadirkan

keluarga terdekat dengan

pasien.

- Jaga privasi, awasi tanda-

tanda ketegangan keluarga.

6. Kekurangan volume Status hidrasi: 1. manajemen cairan

cairan b.d kehilangan


Kriteria: timbang berat badan tiap
volume caian secara
hari
- menunjukkan urine
aktif
output normal kelola catatan intake dan

output
- menunjukkan TD, nadi

dan suhu dbn monitor status

hidrasi (membran mukosa,


- turgor kulit, kelembaban

mukosa dbn. nadi adekuat, ortostatik

TD)
- Mampu menjelaskan

yang dapat dilakukan untuk monitor hasil

mengatasi kehilangan cairan laboratorium yang

menunjukkan retensi

cairan

monitor

keadaan hemodinamik
21

monitor vital sign

monitor tanda-tanda

kelebihan atau kekurangan

volume cairan

administrasi terapi

Intra vena

monitor status nutrisi

berikan cairan dan

intake oral.

2. monitor cairan

- kaji jumlah dan

jenis intake cairan dan

kebiasaan eliminasi

- kaji faktor

resiko terjadinya

ketidakseimbangan cairan

- monitor intake dan

output

- monitor serum, dan


22

elektrolit

- jaga keakurtan

pencatatan intake dan output

- administrasi

pemberian cairan

3. managemen hipovolemi

- monitor status cairan

termasuk intake dan output

- jaga kepatenan terpi intra

vena

- monitor kehilangan

cairan

- monitor hasil

laboratorium

- hitung kebutuhan cairan

- administrasi pemberian

cairan hipotonik/isotonik

- observasi indikasi

dehidrasi

- kelola pemberian intake


23

oral

- monitor tanda dan gejala

over hidration

Post Operasi

No Dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervesi

1. Nyeri akut Level nyeri berkurang 1. Management nyeri

berhubungan dengan dengan kriteria :


- Kaji nyeri meliputi
agen injuri fisik
- anak tidak rewel karakteristik, lokasi, durasi,

frekuensi, kualitas, dan


- ekspresi wajah dan sikap
faktor presipitasi.
tubuh rileks

- Observasi
- tanda vital dbn
ketidaknyamanan non

verbal

- Berikan posisi yang

nyaman

- Anjurkan ortu untuk

memberikan pelukan agar

anak merasa nyaman dan

tenang.

- Tingkatkan istirahat
24

2 Teaching

- Jelaskan pada ortu

tentang proses terjadinya

nyeri

- Pertahankan imobilisasi

bagian yang sakit

- Evaluasi keluhan nyeri

atau ketidaknyamanan

- Perhatikan lokasi nyeri.

3. Administrasi analgetik

- Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas dan

derajat nyeri sebelum

pemberian obat.

- Cek program medis

tentang jenis obat, dosis dan

frekuensi pemberian

- Ikuti 5 benar sebelum

memberikan obat

- Cek riwayat alergi

- Monitor tanda vital


25

sebelum dan sesudah

pemberian obat

- Dokumentasikan

pemberian obat

2. Resiko infeksi Resiko infeksi 1. Infektion control

berhubungan dengan terkontrol dengan kriteria :


- Terapkan kewaspadaan
prosedur invasif
- bebas dari tanda- universal cuci tangan

tanda infeksi sebelum dan sesudah

melakukan tindakan
- tanda vital dalam batas
keperawatan.
normal

- Gunakan sarung tangan


- hasil lab dbn
setiap melakukan tindakan.

- Berikan personal

hygiene yang baik.

2. Proteksi infeksi

- monitor tanda-tanda

infeksi lokal maupun

sistemik.

- Monitor hasil lab: wbc,

granulosit dan hasi lab yang


26

lain.

- Batasi pengunjung

- Inspeksi kondisi luka

insisi operasi.

3. Ostomy care

- bantu dan ajarkan

keluarga pasien untuk

melakukan perawatan

kolostomi

- Monitor insisi stoma.

- Pantau dan dampinggi

keluarga saat merawat

kolostomi

- Irigasi stoma sesuai

indikasi.

- Monitor produk stoma

- Ganti kantong kolostomi

setiap kotor.

4. Medikasi terapi

- Beri antibiotik sesuai


27

program

- Tingkatkan nutrisi

- Monitor keefektifan

terapi.

5. Health education

o Ajarkan pada orang tua

tentang tanda-tanda infeksi.

o Ajarkan cara mencegah

infeksi.

o Ajarkan cara perawatan

colostomi

3. Kekurangan volume Status hidrasi: manajemen cairan

cairan b.d kehilangan


Kriteria: timbang berat badan tiap
volume caian secara
hari
- menunjukkan urine
aktif
output normal kelola catatan intake dan

output
- menunjukkan TD, nadi

dan suhu dbn monitor status hidrasi

- turgor kulit, kelembaban (membran mukosa, nadi

mukosa dbn. adekuat, ortostatik TD)

- Mampu menjelaskan monitor hasil


28

yang dapat dilakukan untuk laboratorium yang

mengatasi kehilangan cairan menunjukkan retensi cairan

monitor keadaan

hemodinamik

monitor vital sign

monitor tanda-tanda

kelebihan atau kekurangan

volume cairan

administrasi terapi Intra

vena

monitor status nutrisi

berikan cairan dan

intake oral.

5. monitor cairan

- kaji jumlah dan jenis

intake cairan dan kebiasaan

eliminasi

- kaji faktor resiko

terjadinya
29

ketidakseimbangan cairan

- monitor intake dan

output

- monitor serum, dan

elektrolit

- jaga keakurtan

pencatatan intake dan output

- administrasi pemberian

cairan

6. managemen hipovolemi

- monitor status cairan

termasuk intake dan output

- jaga kepatenan terpi intra

vena

- monitor kehilangan

cairan

- monitor hasil

laboratorium

- hitung kebutuhan cairan

- administrasi pemberian
30

cairan hipotonik/isotonik

- observasi indikasi

dehidrasi

- kelola pemberian intake

oral

- monitor tanda dan gejala

over hidration

D. Implementasi

Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan

dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini

perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana

perawatan pasien.

Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam

pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :

a. Tindakan mandiri

b. Tindakan observasi

c. Tindakan health education

d. Tindakan kolaborasi

E. Evaluasi

Pre operasi Hirschsprung

1. Pola eliminasi berfungsi normal


31

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi

4. Nyeri pada abdomen teratasi

Post operasi Hirschsprung

1. Integritas kulit lebih baik

2. Nyeri berkurang atau hilang

3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon


32

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik

masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak

dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang

mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan

masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus

difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk

tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara

pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi

kemungkinan yang terjadi.

B. Saran

Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit

hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan.
32

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden, 20 02, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2012. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.

Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2014. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.

Wong, Donna L. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd),

Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta :

EGC.

Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta :

FKUI .

Mansjoer , Arif . 2009 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius

FKUI

Anda mungkin juga menyukai