KAJIAN PUSTAKA
Menurut Kieso dkk (2011:23), yang menyatakan bahwa pendapatan adalah arus masuk
bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas norma entitas selama suatu periode dan
arus masuk tersebut akan mengakibatkan kenaikan ekuitas tetapi tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal. Pendapatan memiliki banyak nama seperti sales, fees, interest, devidends and
(permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen yaitu
pendapatan yang selalu dan pasti diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan
sebelumnya, misalnya pendapatan dari gajih dan upah. Pendapatan sementara yakni pendapatan
Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima seseorang dalam jangka waktu
tertentu dalam suatu kegiatan ekonomi. Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang
diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi.
Pendapatan adalah uang yang diberikan kepada subyek ekonomi berdasarkan prestasi prestasi
yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha
perorangan dan pendapatan dari kekayaan (Mulyanto, 1982:15). Menurut Sukirno (2001: 89)
pendapatan pada dasarnya merupakan pendapatan yang diterima semua rumah tangga dalam
perekonomian (atau yang diterima satu keluarga) dari penggunaan faktor faktor produksi yang
dimilikinya. Masing - masing faktor produksi tersebut yakni tanah dan harta tetap akan
memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa
berupa gaji dan upah, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta
keahlian keusahawan akan memperoleh balas jasa dalam bentuk keuntungan laba (Sukirno,
2001: 92).
Pemanfaatan tenaga kerja pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji
disebut dengan pendapatan tenaga kerja atau labor income dan pendapatan yang berasal dari
balas jasa selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja atau non labor
income. Pendapatan transfer atau transfer income yaitu pendapatan yang bukan berasal dari balas
jasa atas pemanfaatan faktor produksi dan tidak bersifat mengikat. Pendapatan transfer atau
transfer income dapat berasal dari pemberian perorangan atau institusi misalnya dari pemerintah.
Menurut Nanga (2005: 45) membedakan pendapatan antara pendapatan tenaga kerja (labor
income) dan pendapatan bukan tenaga kerja (non labor income) tidaklah selalu mudah dilakukan
ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor lain.
Pendekatan ini untuk mengetahui besar kecilnya pendapatan yang dilakukan dengan
menghitung nilai produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu.
Pendekatan ini untuk mengetahui besar kecilnya pendapatan yang dilakukan dengan
menghitung nilai keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi
1. Pengalaman Kerja
Semakin lama pengalaman kerja atau semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki
oleh seseorang maka semakin terampil dan semakin cepat dalam menyelesaikan tugas
2. Jam Kerja
Semakin banyak jam kerja seseorang yang dicurahkan maka jumlah barang yang
dihasilkan semakin banyak sehingga cenderung semakin besar pendapat seseorang yang
diterima.
3. Produktivitas Kerja
Semakin cepat seseorang menyelesaikan tugasnya maka semakin sedikit waktu yang
diperlukan untuk bekerja. Semakin sedikit waktu yang diperlukan oleh seseorang untuk
menyelesaikan tugasnya berarti orang tersebut dapat mengambil pekerjaan lain atau dapat
Jumlah tanggungan keluarga yang tinggi pada suatu rumah tangga tanpa dibarengi
dengan peningkatan dari segi ekonomi akan mengharuskan anggota keluarga selain
5. Modal Industri
Modal Industri merupakan salah satu faktor juga yang mempengaruhi pendapatan
pekerja. Modal industri yang lebih besar cenderung menggunakan modal yang lebih besar
juga. Modal industri akan berpengaruh pada usaha usaha ekonomi produktif yang
yang semakin besar maka semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan yang pada
Kualitas dan kemampuan pekerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan dan
dengan pelaksanaan tugas tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta
kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
Pendidikan yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula produktivitas kerja dan akan
2.1.2 Pasar
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjualan lebih dari satu baik
yang disebut pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan
usaha sekala kecil modal kecil dan dengan proses jual beli barang dengan melalui tawar-
menawar. 5 Secara sederhana pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian ini mengandung arti pasar memiliki tempat atau
lokasi tertentu sehingga memungkinkan pembeli dan penjual bertemu. Di dalam pasar ini
terdapat penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli produk, baik barang maupun
jasa. Pasar dalam arti luas adalah suatu bentuk transaksi jual beli yang melibatkan keberadaan
produk barang atau jasa dengan alat tukar berupa uang atau dengan alat tukar lainnya sebagai
alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua belah pihak. Dalam konteks
perekonomian pasar menurut W.J. Stanton adalah sekumpulan orang yang mempunyai keinginan
untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk belanja (disposable income) serta kemauan untuk
Transaksi potensial ini dapat terlaksana, apabila kondisi berikut ini terpenuhi (Assauri,
2007):
b. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin dapat berharga bagi pihak lain.
d. Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak penawaran dari pihak lain.
2.1.3 Minimarket
Di kehidupan modern masyarakat saat ini kebutuhan primer atau pangan semakin
dibutuhkan walaupun apa yang ingin dicari tersebut hanyalah berupa makanan ringan. Pada era
sebelumnya untuk mendapatkan kebutuhan makanan ringan tersebut atau bahkan keperluan
sehari-hari masyarakat perlu bepergian ke pasar tradisional atau bahkan ke supermarket yang
persebarannya tidak banyak di kota. Dalam definisinya minimarket adalah toko atau swalayan
kecil yang menjual sebgaian besar barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh
2
konsumen dengan luasan radius sales area antara 100m hingga 1000m (Sujana, 2005: 54).
Minimarket sebagai peranan kebutuhan masyarakat sehari-hari menjadi tempat belanja
favorit masyarakat yang ingin belanja ringan tetapi tidak perlu pergi jauh seperti ke supermarket.
Pada era modern kini sudah mulai banyak tumbuh minimarket-minimarket modern yang sudah
dikatakan merupakan bagian dari pengecer. Definisi dari pengecer tersebut adalah semua
kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir
sumber dan tempat, sehingga memungkinkan konsumen untuk membeli beraneka macam barang
1. Menurut Kotler (2005: 135) retailing adalah penjualan barang secara eceran yang meliputi
semua aktivitas penjualan barang ataupun jasa pada konsumen akhir yang bersifat pribadi.
2. Menurut Sujana (2005: 56) retailing adalah penghimpun barang-barang yang dibutuhkan
oleh konsumen akhir, sehingga konsumen akan menjadikan toko retail sebagai tempat untuk
3. Menurut Utami (2010) retailing adalah perangkat dari suatu aktivitas bisnis yang melakukan
penjualan barang-barang maupun jasa kepada konsumen akhir untuk penggunaan konsumsi
Berdasarkan definisi pengecer tersebut terdapat beberapa bentuk dari pengecer diantaranya
adalah :
2. Toko khusus (Speciality Store) yaitu toko yang hanya menjual barang-barang khusus atau
usahanya dan barang yang dijual bersifat umum seperti perabotan rumah tangga, kebutuhan
rumah sehari-hari.
4. Minimarket yaitu toko yang menjual kebutuhan masyarakat sehari-hari seperti makanan
ringan, alat mandi, dan lain-lain namun dalam skala usaha yang kecil serta persebaran toko
5. Toko Swalayan (Supermarket) adalah toko memiliki skala usaha yang besar dan letaknya
berada di keramaian kota, seperti di dalam mall atau mendekati perkantoran. Barang yang
usaha yang biasa ada di kalangan masyarkat diantaranya adalah usaha minimarket yang bersifat
Waralaba atau Franchising, dan usaha minimarket yang bersifat regular atau milik perusahaan
tertentu tidak bekerja sama dengan perseorangan. Waralaba (franchising) adalah suatu
pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan pewaralaba (franchisor) memberi hak kepada pihak
independent terwaralaba (franchisee) untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan
peraturan yang ditetapkan pewaralaba. Waralaba merupakan cara memperluas jaringan usaha
dengan menjual merek disertai konsep yang standar atau baku dalam menjalankan usaha yang
Dalam waralaba, biasanya disertai kewajiban membayar sejumlah dana kepada pewaralaba
yang dinamakan initial franchise fee dan royalty atau bagian keuntungan. Terwaralaba
menggunakan nama, goodwill, produk dan jasa, prosedur pemasaran, keahlian, sistem prosedur
operasional dan fasilitas penunjang dari perusahaan pewaralaba. Sebagai imbalan terwaralaba
membayar initial fee dan royalty (biaya pelayanan manajemen) kepada perusahaan pewaralaba
seperti yang diatur dalam perjanjian waralaba (franchise agreement). Sebuah paket waralaba
yang baik mampu membuat seseorang yang tepat bisa mengoperasikan sebuah bisnis dengan
29 Maret 2006 memberikan pengertian tentang waralaba (franchise) merupakan perikatan antara
pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk
menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan menggunakan hak kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pemberi waralaba dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban
Pedagang yaitu orang yang melakukan kegiatan berdagang atau menjual barang
dagangannya (baik barang buatannya sendiri maupun barang yang sudah jadi) sebagai mata
pencaharian sehari hari dan penjual umumnya langsung kepada konsumen akhir (Ealyanti,
2010). Pedagang di sektor informal adalah pedagang yang memiliki sifat kerja yang fleksibel,
waktu kerjanya tidak terstrukur serta modal yang digunakan relatif kecil. Rata rata pedagang
informal adalah pedagang pengecer yang termasuk pedagang kecil pada sektor informal contoh
dari pedagang ini yaitu pedagang yang memilih berjualan di pinggiran jalan dan pedagang
pedagang yang menempati kios kios sederhana. Usaha dagang atau ritel adalah semua kegiatan
yang terlibat dalam penjualan atau pembelian barang kepada konsumen untuk kepentingan
konsumsi ataupun rumah tangga. Usaha eceran atau ritel tidak harus selalu memiliki toko.
Usaha ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari hari terbagi dua yaitu usaha ritel
tradisional dan usaha ritel modern. Usaha ritel tradisional memiliki ciri ciri yaitu sederhana,
tempatnya tidak terlalu luas, barang yang dijual tidak terlalu banyak jenisnya, sistem pengelolaan
masih sederhana, tidak menawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar
menawar dengan pedagang serta produk yang dijual tidak di pajang secara terbuka sehingga
pelanggan tidak mengetahui apakah usaha ritel tersebut memiliki barang yang dicari atau tidak.
Usaha ritel modern adalah sebaliknya menawarkan tempat yang luas, barang yang dijual
banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik, menawarkan kenyamanan berbelanja,
harga jual sudah tetap sehingga tidak ada proses tawar menawar dan adanya sistem swalayan
atau pelayanan mandiri, serta pemajangan produk pada rak terbuka sehingga pelanggan bisa
melihat, memilih bahkan mencoba produk terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli.
Faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ritel (Guswai, 2009: 14) antara lain :
1. Lokasi Usaha
2. Terlihat (visible)
Lokasi usaha ritel yang baik harus terlihat oleh banyak orang yang selalu lalu lalang di
lokasi tersebut.
Semakin banyak lokasi usaha ritel dilalui orang maka semakin banyak orang yang tahu
Pada umumnya pelanggan berbelanja di suatu toko ritel pada saat pulang ke rumah dan
Lokasi usaha ritel yang baik adalah dekat dengan fasilitas umum seperti terminal umum,
Biaya ini merupakan hal yang harus dipertimbangkan karena apakah pelaku usaha ini
akan menyewa suatu lokasi maupun akan membeli lahan serta harus melihat dari sisi
keuangan.
7. Akses (acces)
Akses merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi. Akses yang baik haruslah
yang didapat dari hasil penjulan suatu barang/jasa dalam kurun waktu tertentu. Swastha
(1983:14) menyatakan bahwa omset penjualan merupakan akumulasi dari kegiatan penjualan
suatu produk barang barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah
penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang
diperoleh. Pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omset penjualan dari hari ke hari,
dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Hal ini diperlukan
kemampuan dalam mengatur modal terutama modal kerja agar kegiatan operasional perusahaan
menjual barang tentunya bertujuan untuk mencari keuntungan/laba. Dimana omzet penjualan
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan dan keuntungan usaha. Bila omzet
penjualan warung tradisional meningkat, maka besarnya pendapatan yang diperoleh warung
tradisional juga akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, bila omzet penjualan warung
tradisional menurun maka pendapatan yang diperoleh warung tradisional pun juga akan menurun
(Wijayanti, 2011).
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui
suatu lintasan tertentu. Jarak antar pedagang dapat menimbulkan persaingan antar pedagang,
sehingga peluang pendapatan pedagang akan terpengaruh (Alfred Marshall dalam Iskandar,
2007: 3). Menurut Peter E. Lloyd, lokasi apabila dilihat dari sisi perbedaan harga, maka akan
dipengaruhi oleh faktor jarak. Apabila antara satu pedagang dengan pedagang lainnya terdapat
jarak dimana untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan biaya, maka salah satu pedagang dapat
menaikkan sedikit harga tanpa kehilangan seluruh pembelinya. Pelanggan yang terjauh darinya
akan beralih ke pedagang lain yang tidak menaikkan harga, tetapi pelanggan yang dekat
dengannya tidak akan beralih karena waktu dan biaya untuk menempuh jarak tersebut masih
lebih besar daripada perbedaan harga jual diantara pedagang. Pada penelitian ini, minimarket
yang merupakan pesaing warung tradisional memberikan dampak negatif pada perubahan
keuntungan usaha karena jarak yang dekat diantara keduanya. Kedekatan jarak diantara
keduanya diukur dengan satuan meter. Dimana semakin dekatnya jarak antara warung tradisional
dengan minimarket membuat tingkat persaingan diantara keduanya semakin besar, sehingga
terjadi perubahan keuntungan usaha warung tradisional. Mudrajad Kuncoro, anggota Tim
Ekonomi Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia dalam Bisnis Indonesia (2008),
mengemukakan bahwa turunnya omset penjualan pedagang kecil secara dahsyat dan makin
signifikan, jika jarak kios atau warungnya dengan toko modern di bawah 1 km. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak antara warung tradisional dengan minimarket, kedekatan
lokasi antara keduannya berpengaruh negatif terhadap perubahan keuntungan usaha warung
tradisional. Apalagi dengan kondisi yang sekarang ini, dimana pertumbuhan minimarket sangat
pesat sampai memasuki wilayah pemukiman. Bila lokasi minimarket lebih jauh dari warung,
maka keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada warung yang lokasinya lebih dekat dari
minimarket. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan usaha yang diukur dengan meter pada
Menurut Jafar dan Tjiptoroso dalam Firdausa (2012), jam operasional pedagang adalah
banyaknya lama waktu kerja dalam sehari. Satuan variabel jam operasional adalah jam per hari.
Jam operasional merupakan lama waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha, yang dimulai
sejak persiapan sampai usaha tutup. Setiap penambahan waktu operasi akan makin membuka
Jam operasional pedagang pasar tradisional sangat bervariasi. Setiap kios atau lapak pada
pasar tradisional memiliki jam operasional yang tidak sama. Jika ingin memperoleh pendapatan
yang tinggi maka diperlukan jam operasional yang tinggi pula. Di daerah pedesaan, khususnya
pulau Jawa, pedagang pasar beroperasi menurut hari pasaran Jawa seperti Kliwon, Pahing, dan
seterusnya, sedangkan di daerah perkotaan tidak dikenal adanya hari pasaran dan jam
operasional pedagang pasar relatif cukup panjang antara 12 – 15 jam per hari (Asmie, 2008
dalam Wicaksono, 2014). Analisis jam operasional merupakan bagian dari teori ekonomi mikro,
khususnya pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individu untuk bekerja
dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan konsekuensi mengorbankan
pengahasilan yang seharusnya ia dapatkan. Kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam
operasional panjang atau pendek adalah merupakan keputusan individu Nicholson dalam
Wicaksono (2011). Jam operasional dalam penelitian ini adalah jumlah atau lamanya waktu yang
dipergunakan untuk berdagang atau membuka usaha mereka untuk melayani konsumen setiap
harinya.
Omset penjualan yang diperoleh pemilik warung dapat meningkatkan pendapatan karena
omzet penjualan diperkirakan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,
Kementrian Koperasi dan UKM dengan PT Solusi Dinamika Manajemen (2005), semakin tinggi
omzet penjualan yang diperoleh maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Variabel
perubahan omzet penjualan pada penelitian tersebut menunjukkan perbedaan signifikan yang
didapat dari sebelum adanya minimarket dan setelah adanya minimarket di sekitar warung.
terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, sehingga pendapatan yang
didapat mengalami perubahan. Karena semakin dekat jarak berdirinya minimarket dengan
warung tradisional, pendapatan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya
persaingan antara keduanya. Hal tersebut memicu beberapa pemilik warung memiliki usaha lain
pendapatan pedagang, dimana setiap penambahan waktu operasional yang dipengaruhi jumlah
hasil produksi, akan semakin membuka peluang bagi bertambahnya pendapatan dari hasil
penjualan. Hasil penelitian Jafar dan Tjiptoroso dalam Firdausa (2012), telah membuktikan
adanya hubungan langsung antara jam operasional pedagang dengan tingkat pendapatan. Setiap
penambahan waktu operasi akan makin membuka peluang bagi bertambahnya omzet penjualan.
penelitian Chintya dan Darsana (2013), yang meneliti tentang “Analisis Pendapatan Pedagang Di
Pasar Jimbaran, Kelurahan Jimbaran” dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa jam
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pokok permasalahan yang akan diuji
kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Omzet penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang warung
2) Jarak usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang warung
3) Jam operasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang warung