Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN DAN E-SPT

INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI ANAK DAN PROPERTI


INVESTASI
DOSEN IBU Amelia Ika Pratiwi, SE., MSA., Ak., CA

Disusun Oleh:

1. Aninda Khairotunnisa ( 183141914111043 )


2. Naifah Faujiah Kurnani ( 183141914111046 )
3. Ria Intan Nur Fadila ( 183141914111047 )

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
AKUNTANSI TERAPAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai sesuai waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasih atas bantuan pihak yang telah berkontribusi atas selesainya
makalah ini.
Penulisan makalah ini dibuat sebagai media pembelajaran mata kuliah Akuntansi
Perpajakan dan e-SPT Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya dalam rangka memenuhi
tugas yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca. Pada penulisan makalah ini kami yakin masih banyak kekurangan yang perlu
dibenarkan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun semi
kesempurnaan makalah kami.

Malang, Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................2
2.1 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Anak.........................................................................2
2.1.1 Definisi.......................................................................................................................2
2.1.2 Investasi pada Entitas dalam Neraca.........................................................................3
2.1.3 Ivestasi pada Entitas dalam Laporan Laba Rugi........................................................4
2.2 Properti Investasi..............................................................................................................9
2.2.1 Akuntansi...................................................................................................................9
2.2.2 Perpajakan................................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................12
PEMBAHASAN......................................................................................................................12
3.1 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Anak.......................................................................12
3.2 Properti Investasi............................................................................................................14
BAB IV....................................................................................................................................18
KESIMPULAN........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.3.1 Tabel Jurnal Transaksi Metode Biaya ..................................................................6


Tabel 2.1.3.2 Tabel Jurnal Transaksi Metode Ekuitas Saham < 25% ........................................7
Tabel 2.1.3.3 Tabel Jurnal Transaksi Metode Ekuitas Saham > = 25% ....................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya, hubungan antar entitas dipengaruhi oleh investasi dalam
bentuk saham. Hal ini dikarenakan saham merupakan salah satu komponen yang
masuk dalam kelompok ekuitas. Jadi laba maupun rugi akan ditanggung oleh
investor yang menanamkan dananya melalui saham.
Investasi pada entitas asosiasi harus dicatat dengan menggunakan metode
biaya. Investasi diukur pada biaya perolehan dikurang akumulasi kerugian
penurunan nilai. Investor harus mengakui dividen dan penerimaan distribusi
lainnya sebagai penghasilan terlepas apakah hal tersebut berasal dari akumulasi
laba entitas asosiasi yang timbul sebelum atau sesudah tanggal perolehan.
Investasi pada entitas anak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. SAK
ETAP tidak menganjurkan dilakukannya konsolidasi laporan keuangan. Investasi
pada entitas anak awalnya diakui pada biaya perolehan (termasuk biaya transaksi)
dan selanjutnya disesuaikan untuk mencerminkan bagian investor atas laba atau
rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak.
Sedangkan untuk kepentingan pribadi entitas, entitas biasanya memiliki
properti investasi berupa tanah atau bangunan yang keduanya tidak digunakan
dalam produksi atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai transaksi dalam
investasi pada entitas asosiasi dan anak dikaitkan dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca menganai properti investasi
3. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai transaksi dalam aset
tetap dikaitkan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Anak

2.1.1 Definisi
Investasi secara umum dapat didefinisikan sebagai bentuk penyerahan atau
penanaman modal kepada suatu entitas tertentu. Investasi pada entitas asosiasi
dan anak dimaksudkan untuk meningkatkan penghasilan dengan menanamkan
modal pada perusahaan lain. Selain itu juga, entitas mempunyai maksud
memiliki kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan keuangan
dan operasional strategik atas entitas. Jadi dengan melihat maksud investasi
ini, maka dapat digolongkan dalam kelompok aset tidak lancar.
SAK ETAP mendefinisikan entitas asosiasi sebagai suatu entitas, termasuk
entitas bukan Perseroan Terbatas seperti persekutuan, dimana investor
mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun
bagian dalam joint venture. Pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk
berpartisipasi dalam keputusan kebijakan keuangan dan operasional strategik
atas suatu entitas, tetapi tidak mengendalikan bersama atas kebijakan tersebut.
Apabila investor memiliki hak suara sebanyak kurang dari 20%, maka
dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya. Jika investor memilik hak suara sebanyak 20% atau lebih maka
investor dianggap memiliki pengaruh signifikan, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya.
Menurut IAI (2009:59) dalam SAK ETAP menyatakan bahwa investasi
pada entitas anak adalah investasi pada suatu entitas yang dikendalikan oleh
entitas induk. Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasional dari suatu entitas sehingga mendapatkan manfaat
dari aktivitas tersebut. Pengendalian dianggap ada jika entitas induk memiliki
baik secara langsung atau tidak langsung melalui entitas anak lebih dari
setengah hak suara dari suatu entitas, kecuali dapat ditunjukkan secara jelas
bahwa kepemilikan tersebut tidak menunjukkan adanya pengendalian.

2
Pengendalian dapat juga muncul ketika entitas induk memiliki setengah atau
kurang hak suara suatu entitas tetapi memiliki :
1. Hak suara lebih dari setengah berdasarkan suatu perjanjian dengan
pemegang saham lain.
2. Hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional berdasarkan
anggaran dasar atau perjanjian.
3. Hak untuk menunjuk atau memberhentikan mayoritas anggota dewan
direksi atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh
oleh dewan atau badan tersebut.
4. Hak untuk bertindak sebagai suara mayoritas dalam rapat dewan direksi
atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh dewan
atau badan tersebut.

2.1.2 Investasi pada Entitas dalam Neraca


Nilai yang dibukukan untuk investasi dalam saham adalah nilai
perolehannya. Apabila terjadi pengurangan nilai yang cukup material dan sifatnya
permanen, maka selisihnya dapat diperhitungkan sebagai kerugian yang
dibebankan ke laba rugi dan akun cadangan penurunan cadangan investasi.
Investor harus mengukur investasi pada entitas asosiasi dengan
menggunakan metode biaya (cost method). Dalam metode biaya investasi diukur
pada biaya perolehan dikurangi akumulasi kerugian penurunan nilai. Biaya
perolehan investasi tersebut meliputi :
a. Harga pembelian
b. Biaya broker
c. Pajak
d. Biaya lain-lain sehubungan dengan perolehan
Investor harus mencatat investasi pada entitas anak dengan menggunakan
metode ekuitas (equity method). Dalam metode ini, investasi pada entitas anak
awalnya diakui pada biaya perolehan termasuk biaya transaksi. Selanjutnya
disesuaikan untuk mencerminkan bagian investor atas laba rugi dan pendapatan
serta beban dari entitas anak.

3
Untuk tujuan perpajakan, tidak terdapat ketentuan yang secara eksplisit
menyabut metode pembukuan investasi jangka panjang saham, selain yang
tersebut dalam penjelasan pasal 10 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.
Penjelasan tersebut menyatakan bahwa investasi saham sama halnya dengan
persediaan, dibukukan berdasarkan harga perolehan tanpa memperhatikan
persentase kepemilikan. Jadi, dalam ketentuan perpajakan tidak memperkenankan
pengurangan nilai tersebut sebagai biaya.

2.1.3 Ivestasi pada Entitas dalam Laporan Laba Rugi


Penghasilan dari investasi dalam saham dapat berupa dividen (tunai,
saham, atau harta), saham bonus, dari hak membeli emisi saham perusahaan, dan
keuntungan karena pelepasan saham (capital gain). Penerimaan dividem saham
merupakan penghasilan lain-lain yang dicatat dalam perhitungan laba rugi dengan
jumlah neto. Dividen yang diterima adalah objek pajak yang dikenakan PPh
karena dividen sebagai penghasilan dari investasi saham. Dividen tersebut
dipungut PPh oleh si pemberi penghasilan. Pembayaran pajak dikreditkan pada
akhir tahun pajak. Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 2c
dan PP 19 Tahun 2009, dividen yang dikenakan pajak adalah dividen yang
diterima oleh WP orang pribadi dalam negeri. Atas penghasilan dividen tersebut
dikenakan pajak yang bersifat final dengan tarif 10% dari penghasilan bruto.

Menurut UU PPh 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 3, dividen yang dikecualikan


dari objek PPh 23 adalah dividen yang diterima oleh PT sebagai WP dalam negeri,
koperasi, BUMN/D dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat : dividen yang dibagikan berasal
dari cadangan saldo laba dan untuk PT, BUMN/D kepemilikan saham paling
rendah 25% dari jumlah modal saham.

Menurut PP 138 Tahun 2000, Saham bonus yang diterima oleh pemegang
saham yang berasal dari konversi agio saham, tidak termasuk dalam pengertian
dividen dan tidak termasuk objek pemotongan PPh 23. Sedangkan, saham bonus
yang berasal dari retained earnings merupakan bagian keuntungan sehingga
termasuk pengertian dividen. Penghasilan berupa saham bonus tersebut harus

4
dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh, dengan ketentuan bahwa pengakuan
penghasilan atas saham bonus yang berasal dari konversi agio adalah pada saat
dijual, karena belum dimasukkan sebagai penghasilan pada saat diterima.

Contoh:

WP Alain adalah pemegang saham PT XYZ, pada tahun 1990 memiliki 5000
lembar saham dengan harga perolehan Rp3000 per lembar saham. Pada tahun
1992 PT XYZ membagikan saham bonus yang berasal dari konversi agio saham
dengan perbandingan 1:1 yaitu setiap 1lembar saham memperoleh 1 saham bonus.
Pada bulan Agustus 1993 WP Alain menjual 1000 lembar saham dengan harga
RP5000 per lembar saham.

Dengan demikian penghasilan yang harus dimasukkan dalam SPT Tahunan PPh
Tahun 1993 dari keuntungan atas penjualan saham adalah sebagai berikut:

1. Harga perolehan setiap lembar saham


 5000 lembar yang diperoleh tahun1990 @Rp3000 = Rp15000000
 5000 lembar yang diperoleh tahun1992 @Rp0 = Rp 0
2. Jumlah saham 10000 lembar = Rp15000000
3. Harga perolehan rata-rata per lembar saham = Rp 1500
4. Harga penjualan = 1000 lembar x Rp5000 = Rp 5000000
5. Harga perolehan 1000 lembar saham @Rp1500 = Rp 1500000
6. Keuntungan = Rp 3500000

Laba/rugi dari penjualan investasi pada entitas asosiasi dan pada entitas
anak, biasanya dilaporkan dalam perhitungan laba rugi. Penghasilan dari
penjualan investasi tersebut umumnya dipisahkan dari penghasilan yang diterima
dari kegiatan usaha. Berbeda dengan dividen, keuntungan pengalihan saham
dikenakan pajak.

Apabila penjualan saham dilakukan di bursa efek, sama halnya dengan


investasi dalam sekuritas saham yang bersifat lancar, penghasilan dari penjualan
itu dikenakan PPh. Sementara itu, jika penjualan dilakukan tidak melalui bursa
efek, maka keuntungan dari penjualan tersebut harus diakui sebagai penghasilan
diluar usaha dan harus digabungkan dengan penghasilan lain untuk dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh badan. Dalam PP 14 Tahun 1997 jo. KMK –

5
282/KMK.04/1997 jo. SE-06/PJ.4/1997 jo. SE - 15/PJ.42/1997, besarnya PPh
yang dipungut dari transaksi penjualan saham di bursa efek ditentukan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek dipungut PPh yang bersifat final sebesar 0,1% dari
jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham.

Jurnal akuntansi perpajakan untuk transaksi investasi dalam saham pada


entitas asosiasi dengan menggunakan metode biaya (cost method) adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.1.3.1 Tabel Jurnal Transaksi Metode Biaya

Transaksi Metode Biaya ( Cost Method )


Pembelian Saham Investasi pada entitas asosiasi-
xxx -
PT…
- xxx
Kas/Bank
Pengakuan Tidak ada Jurnal
Laba/Rugi
Pembagian Dividen Kas/Bank xxx -
PPh 23 dibayar di muka xxx -
Pendapatan dividen - xxx
Penjualan Saham Kas/Bank
PPh pasal 4 ayat 2 xxx -
Rugi/laba penjualan investasi xxx -
saham xxx -
Investasi pada entitas asosiasi- - xx
PT…..

6
Sedangkan, jurnal akuntansi perpajakan untuk transaksi investasi dalam
saham pada investasi entitas anak dengan menggunakan metode ekuitas (equity
method) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1.3.2 Tabel Jurnal Transaksi Metode Ekuitas Saham < 25%

Metode Ekuitas (Equity Method)


Transaksi
apabila kepemilikan saham < 25%
Pembelian saham Investasi pada entitas anak-PT… xxx -
Kas/Bank - xxx
Pengakuan Laba Investasi pada entitas anak-PT… xxx -
Pendapatan Investasi - xxx
Pengakuan Rugi Pendapatan Investasi
xxx -
Investasi pada Entitas anak-
- xxx
PT…
Pembagian Kas/Bank
xxx -
Dividen PPh 23 dibayar di muka
xxx -
Investasi pada entitas anak-
- xxx
PT….
Penjualan Saham Kas/Bank
PPh pasal 4 ayat 2 xxx -
Rugi/Laba penjualan investasi xxx -
saham xxx -
Investasi pada Entitas Anak- - xxx
PT….

7
Tabel 2.1.3.3 Tabel Jurnal Transaksi Metode Ekuitas Saham > = 25%

Metode Ekuitas (Equity Method)


Transaksi
apabila kepemilikan saham > = 25%
Pembelian Saham Sama dengan di atas
Pengakuan Laba
Sama dengan di atas
Rugi
Pembagian Dividen Kas/Bank xxx -
Investasi pada entitas anak-PT…. - xxx
Penjualan Saham Sama dengan di atas

Contoh:

PT C membeli 5.000 lembar saham PT S pada tanggal 2 januari dengan harga 20


per lembar, termasuk commision dan biaya lainnya. PT S mempunyai 25.000
lembar saham yang beredar, sehingga jumlah 5.000 lembar itu mencerminkan
20% pemilikan.

Cost Method :

2 Jan Dibeli 5000 lembar saham PT S dengan harga 20 per lembar


Investasi pada entitas asosiasi – PT S 100000 -
Kas - 100000

31 Okt Diterima dividen 0.8 per lembar dari PT S


Kas 4000 -
Pendapatan dividen - 4000
31 Des PT S mengumumkan earnings tahun berjalan sebesar 60000
Tidak ada jurnal

8
Equity Method :
2 Jan Dibeli 5000 lembar saham PT S dengan harga 20 per lembar
Investasi pada entitas asosiasi – PT S 100000 -
Kas - 100000
31 Okt Diterima dividen 0.8 per lembar dari PT S
Kas 4000 -
Investasi pada entitas asosiasi – PT S - 4000
31 Des PT S mengumumkan earnings tahun berjalan sebesar 60000
Investasi pada entitas asosiasi – PT S 12000 -
Pendapatan investasi - 12000

2.2 Properti Investasi

2.2.1 Akuntansi
Properti investasi merupakan bentuk aset berwujud tanah, bangunan atau
bagian dari suatu bangunan atau keduanya. Properti ini ditujukan untuk
menghasilkan sewa dan untuk kenaikan nilai atau keduanya tetapi tidak untuk
digunakan dalam produksi, penyediaan barang atau jasa, untuk administratif, dan
bukan pula untuk dijual. Properti investasi dikuasai penuh oleh pemiliknya.

Properti investasi yang diperoleh dengan pembelian dicatat sejumlah harga


pembelian ditambah dengan setiap pengeluaran biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung. Seluruh properti investasi bangunan harus diukur pada biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai. Entitas
harus mencatat suatu asset berwujud tanah dan/atau bangunan ke dalam akun
properti investasi apabila aset tersebut memenuhi definisi properti investasi.

Contoh Properti Investasi:

 Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan
untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari.

 Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum
ditentukan. (Apabila entitas belum menentukan penggunaan tanah sebagai
properti yang digunakan sendiri atau akan dijual jangka pendek dalam

9
kegiatan usaha sehari-hari, maka tanah tersebut diakui sebagai tanah yang
dimiliki dalam rangka kenaikan nilai.)

 Bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui
sewa pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau
lebih sewa operasi.

 Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada


pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi

 Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di masa


depan digunakan sebagai properti investasi.

2.2.2 Perpajakan
Properti investasi menurut perpajakan sesuai dengan Pasal 11 UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 merupakan aset tetap adalah harta berwujud yang dapat
disusutkan, berada di indonesia, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud tersebut harus dibebankan sebagi
pengeluaran melalui metode penyusutan. Penyusutan dimulai pada saat bulan
pengeluaran aset tetap tersebut. Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam
ketentuan fiskal adalah metode garis lurus (straight line method).

Baik menurut akuntansi ataupun pajak, tanah yang berstatus hak milik, hak
guna bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), dan hak pakai untuk pertama
kalinya tidak disusutkan, kecuali nilainya berkurang dalam pemakaian. Apabila
WP membangun bangunan sendiri dengan luas 300m2 atau lebih dan tidak dalam
kegiatan usaha maka akan dikenakan PPN sesuai dengan pasal 16C UU PPN
Nomor 42 tahun 2009 sebesar 10% x 40% x jumlah biaya yang dikeluarkan
dan/atau yang dibayarkan, tapi tidak termasuk harga perolehan tanah. Saat
terutang PPN tersebut adalah pada saat setiap bulan sejak saat dimulainya
kegiatan membangun sendiri secara fisik.

10
Wajib Pajak wajib melakukan penyetoran setiap tanggal 15 bulan
berikutnya setelah bulan terjadinya pengeluaran atau berakhirnya masa pajak.
Apabila WP adalah PKP maka yang bersangkutan wajib melaporkannya
menggunakan SPT Masa PPN masa pajak yang sama dengan bulan pengeluaran,
tetapi apabila WP adalah non-PKP maka yang bersangkutan wajib menggunakan
SSP lembar ke-3 paling lambat akhir bulannya setelah berakhir masa pajak. PPN
Pasal 16C yang dibayar atas kegiatan membangun sendiri tidak dapat dikreditkan
dengan Pajak Keluaran

Contoh:

PT A memiliki properti
investasi yang
disewakan kepada
pihak lain. Penyajian
di neraca 31 Desember
2010, properti investasi
disajikan pada nilai
wajarnya
Rp540.000.000,-
sesuai dengan nilai
wajar pada tanggal
yang sama. Pada
11
tanggal 4 April 2011,
properti investasi
tersebut telah selesai
masa sewanya
dan diputuskan untuk
digunakan sendiri.
Harga wajar pada
tanggal perubahan
tersebut sebesar
Rp510.000.000,-.
Bagaimana
pencatatan /jurnal
transfer pada tanggal 4
April 2011?
PT A memiliki properti
investasi yang

12
disewakan kepada
pihak lain. Penyajian
di neraca 31 Desember
2010, properti investasi
disajikan pada nilai
wajarnya
Rp540.000.000,-
sesuai dengan nilai
wajar pada tanggal
yang sama. Pada
tanggal 4 April 2011,
properti investasi
tersebut telah selesai
masa sewanya
dan diputuskan untuk
digunakan sendiri.

13
Harga wajar pada
tanggal perubahan
tersebut sebesar
Rp510.000.000,-.
Bagaimana
pencatatan /jurnal
transfer pada tanggal 4
April 2011?
PT A memiliki properti
investasi yang
disewakan kepada
pihak lain. Penyajian
di neraca 31 Desember
2010, properti investasi
disajikan pada nilai
wajarnya

14
Rp540.000.000,-
sesuai dengan nilai
wajar pada tanggal
yang sama. Pada
tanggal 4 April 2011,
properti investasi
tersebut telah selesai
masa sewanya
dan diputuskan untuk
digunakan sendiri.
Harga wajar pada
tanggal perubahan
tersebut sebesar
Rp510.000.000,-.
Bagaimana
pencatatan /jurnal

15
transfer pada tanggal 4
April 2011?
PT A memiliki properti investasi yang disewakan kepada pihak lain. Penyajian di
neraca 31 Desember 2010, properti investasi disajikan pada nilai wajarnya
Rp540.000.000,- sesuai dengan nilai wajar pada tanggal yang sama.
Pada tanggal 4 April 2011, properti investasi tersebut telah selesai masa
sewanyadan diputuskan untuk digunakan sendiri. Harga wajar pada tanggal
perubahantersebut sebesar Rp510.000.000,-. Bagaimana pencatatan/jurnal pada
tanggal 4 April 2011?
Jurnal yang dibuat PT A adalah :
4 April Property Plant and Equipment (PPE) Rp510.000.000
Rugi penurunan nilai Rp 30.000.000

Properti investasi Rp540.000.000

16
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Anak


PT SEKURITAS mempunyai transaksi-transaksi yang berhubungan dengan
saham biasa milik PT. MAKINDO dengan rincian sebagai berikut :
o Tahun 2002 : Membeli 100 lembar saham dengan harga Rp 105.000,-
(nominal@ Rp 1.000)
o Tahun 2003 : Menerima dividen saham (Stock Dividen) sebesar 25% dari
saham yang dimilikinya.
o Tahun 2004 : Terjadi pemecahan saham (Stock splits up) dengan 1 lembar
sahammenjadi 2 lembar saham. Pada tahun ini juga dijual 100 lembar
saham denganharga Rp 45.000,-.
o Tahun 2005 : Diterima hak beli saham. Setiap saham baru bisa dibeli
denganmenggunakan 3 lembar hak beli saham dengan harga beli sebesar
nominalnya.Harga pasar saham tanpa hak beli saham adalah Rp 450,- per
lembar.
Berdasarkan data investasi saham di atas, jurnal untuk mencatat transaksi-
transaksi beserta perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tahun 2002
Jurnal
Investasi pada entitasa PT. Makindo 105.000
Kas 105.000
(Pembelian 100 lembar saham dengan nilai nominal @ Rp 1.000)

Tahun 2003
Stock Dividen merupakan penerimaan dividen dalam bentuk saham di perusahaan
yang membagi saham tersebut. Bagi pemegang saham, stock dividen berarti
penambahan jumlah lembar saham, namun harga perolehan sahamnya tetap. Jadi
tidak perlu dijurnal, hanya memerlukan memo saja.
Memo:
Diterima dividen saham sebesar 25% dari 100 lembar saham

17
Jumlah saham baru : 100 + (100 x 25%) = 125 lembar
Harga pokok per lembar saham baru : 105.000/125 = Rp 840 / lembar
Harga nominal per lembar saham baru : 100.000/125 = Rp 800 / lembar

Tahun 2004
Terjadi stock spits up 1 lembar saham menjadi 2 lembar saham
Jumlah lembar saham baru : 125 x 2 = 250 lembar
Harga pokok per lembar saham baru : Rp 840/2 = Rp 420 / lembar
Harga nominal per lembar saham baru : Rp 800/ 2 = Rp 400 / lembar
Jurnal penjualan saham :
Kas 45000
Investasi saham pada PT. Makindo 42000
Laba Penjualan Saham 3000
(Mencatat penjualan 100 lembar saham dengan harga Rp 45000)

Tahun 2005
Sisa saham : 150 lembar dengan harga pokok 150 x 420 = Rp 63000
Hak beli saham : Harga pasar saham – harga nominal = 450 – 400 = 50

Perhitungan harga pokok baru saham dapat dilakukan :


Harga pokok saham 63000
Harga pokok hak beli saham 6300
Harga pokok baru saham 56700

18
Jurnal penerimaan hak beli saham :
Investasi dalam hak beli saham 6300
Investasi saham pada PT. Makindo 6300
(Pembelian 100 lembar saham dengan nilai nominal @ Rp 1.000)

Jika hak beli saham tersebut diambil (sahamnya dibeli), maka jurnalnya :
Investasi saham pada PT.Makindo 63000
Kas 56700
Investasi dalam hak beli saham 6300

Apabila Hak Beli Saham tidak diambil, maka dianggap sebagai kerugian dan
jurnalnya :
Rugi hak beli saham tidak terpakai 6300
Investasi dalam hak beli saham 6300

3.2 Properti Investasi


PT Swat (PKP) membeli properti investasi berupa sebidang tanah kaveling
di Bogor seluas 600m2. Pembelian dilakukan secara tunai senilai Rp. 600.000.000
dari PT Propertindo (PKP) dengan membayar uang muka sebesar Rp. 5.000.000
tanggal 31 agustus 2008. PPN dipungut oleh PT. Propertindo sebesar Rp.500.000.

Pelunasan di hadapan Notaris PPAT Dr Paruhan, SII.MH. pada tanggal 5


september 2008. NJOP bumi per m2 sebesar Rp. 916.000 (A16) dengan
NPOPTKP Rp.60.000.000 serta NJOPTKP Rp.5.000.000. BPHTB sebesar 5%
dilunasi paling lambat tanggal 5 september 2008 pada bank persepsi dengan
menggunakan surat setoran BPHTB (SSB). PPN dipungut oleh PT Propertindo
sebesar Rp. 59.500.000.

PT Propertindo juga memungut PPnBM sebesar 20% untuk transaksi


penjualan tersebut, dengan menggunakan faktur pajak. PPnBM yang dipungut
tidak dapat dikreditkan sebagai pajak masukan tetapi termasuk biaya yang boleh
dikurangkan oleh pajak.

Pada tanggal 6 januari 2009 mulai melakukan kegiatan membangun


gedung untuk gudang dan kantor yang akan disewakan. Luas seluruh bangunan

19
650 m2. Kegiatan yang dilakukan oleh tukang batu dan tukang kayu dibayar
secara harian dan diawasi sendiri oleh PT SWat.

Dalam bulan januari 2009, perusahaan telah mengeluarkan sebesar


Rp.40.000.000 untuk pembelian bahan bangunan dan biaya pekerja. Setiap bulan
perusahaan menyetorkan PPN atas kegiatan membnagun sendiri untuk masa pajak
Februari sampai dengan desember 2009. Pekerjaan pembangunan selesai pada
akhir pada tahun 2009, dengan total biaya sebesar Rp 350.000.000.

Pada awal tahun 2010, gedung yang telah selesai dibangun tersebut mulai
disewakan kepada PT Bintang sebesar Rp 80.000.000. Pihak manajemen
memutuskan bahwa Properti investasi tesebut memiliki masa manfaat 20 tahun.

Atas transaksi diatas maka PT Swat membuat jurnal sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31-08-08 Properti Investasi 6.000.000 -
Pajak masukan 500.000 -
Bank Arles 6.500.000

Properti investasi : uang muka +


PPnBM = Rp 5.000.000 + (20% x Rp
5.000.000)

20
Tanggal Keterangan Debit Kredit
05-09-08 Properti investasi 741.000.000 -
Pajak masukan 59.500.000 -
Bank Arles - 800.500.000

Properti investasi : sisa


harga beli tanah kaveling
+ BPHTB + PPnBM = Rp.
595.000.000 + {5% x
(Rp.600.000.000-
Rp.60.000.000)} + (20% x
Rp 595.000.000 )

Pada tahun 2008, perusahaan belum melakukan penyusutan atas properti investasi
yang dibeli PT Swat karena properti investasi yang dimiliki masih berupa tanah
kaveling.

31-01-09 Bangunan dalam 41.600.000 -


pelaksanaan - 40.000.000
Bank - 1.600.000
Utang PPN pasal 16C - *
Utang PPh 21
PPN Pasal 16C = 10% x
40% x Rp40 Juta
*PPh 21 : lihat bab 11
kewajiban

15-02-09 Utang PPn Pasal 16C 1.600.000 1.600.000


Bank

Atas Pengeluaran untuk pembangunan gedung selama bulan februari sampai


desember 2009, PT SWat dikenakan PPN pasal 16C untuk masa pajak februari-

21
desember 2009 yang telah disetorkan setiap tanggal 15 bulan berikutnya setelah
bulan pengeluaran.

Selain itu juga, perusahaan melaporkan pengenaan PPN Pasal 16C dengan
menggunakan SPT Masa PPN masa pajak yang sama dengan bulan pengeluaran.

31-12- Properti investasi 405.600.000 -


09 Bangunan dalam pelaksanaan - 405.600.000
14-01- Bank Arles 80.000.000 -
10 PPh Pasal 4 ayat 2 8.000.000 -
Pajak keluaran - 8.000.000
Pendapatan sewa - 80.000.000
31-01- Beban penyusutan properti 4.802.500 -
10 investasi - 4.802.500
Akumulasi penyusutan properti
investasi
Perusahaan melakukan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) untuk tahun
2009 dan 2010.

Sesuai dengan PMK-163/PML.03/jo. PER-23/Pj/2012, apabila kegiatan


membangun sendiri dilakukan dengan luas bangunan 200m2 atau lebih maka
dikenakan PPN membangun sendiri (PPN Pasal 16C) sebesar 10% x 20% x
jumlah biaya yang dikeluarkan hal ini berlaku mulai tanggal 22 november 2012.

22
BAB IV

KESIMPULAN

Investasi secara umum dapat didefinisikan sebagai bentuk penyerahan atau


penanaman modal kepada suatu entitas tertentu. Investasi pada entitas asosiasi
dan anak dimaksudkan untuk meningkatkan penghasilan dengan menanamkan
modal pada perusahaan lain. Selain itu juga, entitas mempunyai maksud memiliki
kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan keuangan dan
operasional strategik atas entitas.
Investor harus mengukur investasi pada entitas asosiasi dengan
menggunakan metode biaya (cost method). Dalam metode biaya investasi diukur
pada biaya perolehan dikurangi akumulasi kerugian penurunan nilai. Sedangkan
untuk investasi pada entitas anak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
(equity method). Dalam metode ini, investasi pada entitas anak awalnya diakui
pada biaya perolehan termasuk biaya transaksi. Selanjutnya disesuaikan untuk
mencerminkan bagian investor atas laba rugi dan pendapatan serta beban dari
entitas anak.
Selain investasi saham, entitas biasanya juga memiliki properti investasi.
Properti investasi merupakan bentuk aset berwujud tanah, bangunan atau bagian
dari suatu bangunan atau keduanya. Properti ini ditujukan untuk menghasilkan
sewa dan untuk kenaikan nilai atau keduanya tetapi tidak untuk digunakan dalam
produksi, penyediaan barang atau jasa, untuk administratif, dan bukan pula untuk
dijual. Properti investasi dikuasai penuh oleh pemiliknya.
Properti investasi menurut perpajakan sesuai dengan Pasal 11 UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 merupakan aset tetap adalah harta berwujud yang dapat
disusutkan, berada di indonesia, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud tersebut harus dibebankan sebagi
pengeluaran melalui metode penyusutan. Penyusutan dimulai pada saat bulan
pengeluaran aset tetap tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S., & Trisnawati, E. (2018). Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba


Empat.

(t.thn.). Diambil kembali dari


http://duniaakuntan10.blogspot.com/2014/10/investasi-pada-entitas-
asosiasi-dan.html

(t.thn.). Diambil kembali dari https://www.dictio.id/t/apa-perbedaan-antara-


metode-biaya-dan-metode-ekuitas-dalam-pencatatan-investasi/14237/2

24

Anda mungkin juga menyukai