KONSTRUKSI”
PENERAPAN K3 di KONSTRUKSI BANGUNAN
OLEH :
YEFTA L. LANTANG
16209053
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui , berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini disebabkan
karena masih banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal dan
memahami peraturan K3 yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dengan
demikian perlu adanya upaya pengendalian, pembinaan, penyuluhan dan pelatihan
tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat dicapai kondisi dan lingkungan
kerja yang aman. Melalui topic-topik yang dibahas dalam modul ini diharapkan dapat
membantu para calon ahli K3 dalam pemahaman peraturan K3 di bidang konstruksi.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan
konstruksi. Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari
jumlah tenaga kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di
Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko
terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian,
perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi
yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam
pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga
kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari
mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki
ikatan kerja yang formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit
penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan
penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada
perusahaan konstruksi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi,
para pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
1. Pekerjaan penggalian
Ketentuan Umum:
Stabilitas tanah harus diuji dahulu sebelum dilakukan penggalian
Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi bawah tanah
Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya,
apabila tidak bisa maka prasarana tersebut harus dipagari, ditarik
ke atas atau dilindungi
Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain
Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti setelah pekerjaan
terputus melebihi 1 hari, setelah setiap peledakan, ada longsoran,
ada kerusakan pada konstruksi penyangga dan hujan lebat.
Jalan keluar masuk yang aman
Dilarang bekerja di tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal
Harus ada konstruksi penyangga yang cukup
Ada penerangan yang cukup
Galian bebas dari air
Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri
Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah tanah yang belum
diuji bebas gas
Pengujian gas harus dilengkapi dengan sabuk pengaman, tali
penyelamat dan alat-alat pernapasan
Ventilasi mekanis harus disediakan
Tindakan penceghan harus diambil untuk melindungi runtuhnya
bangunan
Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian :
Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan
tertentu, biasanya 45derajat
Penggalian diatas 1,2 m harus dipasang perancah bai yang terbuat
dari kayu
Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas bangunan atau suatu
struktur.
Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir
galian
Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi
galian
Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan
material ke dalam galian
Tersedia penerangan yang cukup
Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur
penggalian
Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian
berlangsung
Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi
llistrik, gas, air dsb
Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak
50 cm dari pipa gas
2. Pekerjaan Pondasi
Persyaratan Umum:
Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali
atau rantai penguat secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat
jaringan listrik
Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca
Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau
semacamnya
3. Pengerjaan Beton
Persyaratan Umum
Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan
kerangka atas lainnya harus didasarkan pada gambar rencana
Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai
kemajuan pembangunan, termasuk data yang mempengaruhi
kekuatan beton menurut waktunya
1. Perancah
Peraturan umum
Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bias
dikerjakan secara aman dalam ketinggian
Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang
ahli.
3. Plambing/Pemipaan
a. Fungsi instalansi plambing:
Penyediaan air bersih
Membuang air kotor
b. Jenis-jenis plambing
Instalansi plambing air bersih
Instalansi plambing air kotor
Instalansi plambing air hujan
5. Pengesahan
Sebelum instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan
pengesahan penggunaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota.
Sebelum dikeluarkan pengesahan, harus dilakukan pemeriksaan dan
pengujian pertama.
2.5 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan
1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah yang berjudul
masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah hubungan yang baik antara
pegawai proyek, perusaahaan dan pemerintah itu mutlak harus diperhatikan.
Sehingga perpaduan antara pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
( K3) dari pegawai, manejemen yang baik dari perusahaan dan penyulhan dari
pemerintah tentang K3 untuk pegawai proyek maupun perusahaan sangat
dibutuhkan demi keselamatan dan kepentingan bersama.
3.2 Saran
Tidak hanya peraturan yang dapat membuat semua pihak baik dari pegawai
proyek, perusahaan maupun pemerintah mengerti akan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( K3) terlaksana dengan baik. Tetapi membuat sistem manejemen
dan pengetahuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) jauh lebih baik.