Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit asma.
Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara
berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan
meningkatnya industri dan tingkat polusi yang cukup tinggi. Walaupun berdasarkan
pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan
berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke
waktu (Kemenkes RI, 2013).
Asma adalah peyakit peradangan kronis saluran napas yang ditadai dengan batuk
dan sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi
akibat penyumbatan saluran pernapasan. Kejadian asma melibatkan banyak sel dan
elemennya, yang mengakibatkan saluran napas menjadi hiperresponsif, dan berpotensi
menimbulkan bronkostriksi, oedema, sampai hipersekresi kelenjar yang membuat
terbatasnya jumlah udara yang masuk kedalam saluran pernapasan (Kemenkes RI, 2013).
Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan
4–5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini (Asher, 2014).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2011, 235 juta orang di seluruh dunia
menderita asma dengan angka kematian lebih dari 8% di negara-negara berkembang
yang sebenarnya dapat dicegah (WHO, 2014). Asma bronkial terjadi pada segala usia
tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10
tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak
terdapat predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada
usia 30 tahun (WHO, 2014).
Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu
tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi
di Indonesia. Riskesdas 2013 menyatakan bahwa terdapat peningkatak prevalensi asma
seiring pertambahan usia. Dimana untuk anak usia <1 tahun, prevalensi asma sebesar
1,1%. Untuk anak usia 1-4 tahun, prevalensi asma sebesar 2,4%. Prevalensi asma
tertinggi terjadi dalam kelompok usia 25-34 tahun (5,7%) (Kemenkes RI, 2013).
Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat
disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter tidak yakin
akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak terdiagnosa
menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di
antara populasi anak di kota Kemenkes RI, 2013).
Karena banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di IGD RS Unand
maka penulis tertarik untuk membahas mengenai asma yang terjadi pada anak.
B. Tujuan
1). Tujuan Umum
Unutk memahami serangan asma pada anak dan mengetahui penatalaksanaan
asma yang terjdi pada anak.
2). Tujuan Khusus
2.1 Menjelaskan definisi asma pada anak
2.2 Mengetahui etiologia pada anak
2.3 Mengetahui manifestasi klinis asma pada anak
2.4 Menjelaskan patofisiologi asma pada anak
C. Rumusan masalah
1. Menjelaskan definisi asma pada anak
2. Mengetahui etiologia pada anak
3. Mengetahui manifestasi klinis asma pada anak
4. Menjelaskan patofisiologi asma pada anak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma adalah obstruksi
jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami
inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. Asma adalah suatu gangguan yang komplek
dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang
lama pada jalan nafas). (Smeltzer, 2002).
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang
memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas,
batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata
lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel
sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih (GINA, 2011).

B. Etiologi
Secara umum asma disebabkan oleh :
1) Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3) Terisinya bronkus oleh mokus yang kental (Betz, 2002)
Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial.
Faktor Predisposisi
1) Genetik
Gen yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya dengan jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar
dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan (Betz, 2002).
Faktor Presipitasi
1) Alergen
Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang, bakteri dan
polusi.
2. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti : perhiasan,
logam,dan jam tangan (Betz, 2002; Bimfar Kemenkes, 2014).

2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu (Betz, 2002).
3) Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati (Betz, 2002).
4) Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti (Betz, 2002).
5) Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut (Betz, 2002).

C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik
dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi (Binfar, 2014).

2. Intrinsik (non alergik)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan
penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila
ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di
laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya
tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh
serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV
Penderita mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma
pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma
yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis,
gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi (Kemenkes, 2013; Binfar,
2014).

E. Patofisiologi
Spasme otot bronkus Inflamasi dinding bronchus Edema Sumbatan mukus

Tidak efektif Obstruksi saluran nafas Alveoli tertutup


bersihan jalan nafas
(bronkhospasme)

Kurang Hipoksemia
Gangguan
pengetahuan Penyempitan jalan nafas pola nafas
Asidosis
Intoleransi aktivitas metabolik
Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan Penurunan masukan oral


oksigen

Hiperventilasi Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan

Retensi CO2

Asidosis respiratorik

(Kemenkes, 2013)
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis, chronic
persistent bronchitis, emphysema (Binfar, 2014).
G. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
a. Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkhus
b) Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui Hiponatremia dan kadar leukosit,
2) Pemeriksaan Scanning Paru
Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada area ventilasi(ketidak cocokan/perfusi)
atau tidak adanya ventilasi/perfusi.
3) Pemeriksaan Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas (Capernito, 2002).

H. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
2) Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit (Capernito,2002).

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :


a. Pengobatan dengan obat-obatan. Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi) (capernito, 2002)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam.
4) sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat. (Capernito,
2002)
BAB III
LAPORAN KASUS
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA An. M USIA 2 TAHUN
DENGAN ASMA DALAM SERANGAN DI RUANG IGD RSP UNAND
TANGGAL 28 SEPTEMBER 2019

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas/Biodata
Nama anak : An.M
Umur : 2 tahun
Anak ke :1
Jenis kelamin : Laki-Laki
Identitas orangtua :
NamaIbu : Ny. S Nama Ayah : Tn.A
Umur : 36 tahun Umur : 38 tahun
Suku/kebangsaan : Minang/ Suku/kebangsaan : Minang/
Indonesia Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawaai
Swasta
Alamatrumah : Komp. Sinarr Lima Manis
B. KeluhanUtama
Ibu mengatakan bahwa anaknya mengalami sesak nafas sejak pukul 22.00
WIB, anak mempunyai riwayat asma sebelumnya.
C. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit yang lalu
Anak memiliki riwayat asma sejak usia 1 tahun
b. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatahkan anak mengalami sesak sejak pukul 22.00 WIB, disertai batuk
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa ia memiliki riwayat asma. Tidak ada riwayat penyakit lain.
d. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan pemberian imunisasi pada anaknya telah lengkap diberikan hingga
9 bulan.
D. Pola Kebiasaan sehari-hari
a. Pola makan
Ibu mengatakan anaknya makan tiga kali dengan cara disuapi makanan biasa
(makanan dewasa) disertai cemilan.
b. Pola minum
Anak minum susu formula bangun tidur dan sebelum tidur malam
c. Pola aktifitas
Anak beraktifitas seperti biasa.
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
 KU : sedang
 Kesadaran : composmentis
 TTV
- N : 135x / menit
- S : 37,1o C
- RR : 40x / menit
 BB : 12,6 kg

2. Pemeriksaan khusus
Inspeksi
 Wajah : tidak pucat
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
 Mulut : bibir tidak pucat
 Hidung : terdapat lendir, tidak ada pernafasan cuping hidung, anak
tidak menggunakan masker, suara nafas bersih
 Dada : pernafasan cepat, wheezing (+)/(+), rhonki (-)
 Ekstremitas : gerakan aktif, akral dingin, pada lengan kanan atas tampak
bekas imunisasi BCG.
 Abdomen : bising usus (+)
III. ASSESMENT
 Diagnosa : An. M Usia 2 tahun dengan asma dalam serangan
 Masalah : Tidak ada
 Diagnosa Potensial : Tidak ada
 Masalah Potensial : Tidak ada
 Kebutuhan :
1. Informasi hasil pemeriksaan
2. Kolaborasi hasil pemeriksaan dengan dokter
3. Nebulizer ventolin 2,5 mg
4. Observasi ulang pernapasan
5. KIE pencegahan dan perawtaan asma dirumah

IV. PLANNING
1. Beritahu hasil pemeriksaan
2. Kolaborasi hasil pemeriksaan dengan dokter untuk pemberian tindakan dan obat-
obatan
3. Berikan nebulizer ventolin 2,5 mg
4. Observasi ulang pernapasan dan kolaborasikan hasil pemeriksaan dengan dokter
5. Nebulizer ventolin 2,5 mg dosis kedua
6. Observasi ulang pernapasan dan kolaborasi dengan dokter mengenai hasil
pemeriksaan
7. Berikan KIE perawatan dan penegahan asma pada anak dirumah
8. Informasikan bahwa anak boleh pulang
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN PADA An. M USIA 2 TAHUN
DENGAN ASMA DALAM SERANGAN DI RUANG IGD RSP UNAND
TANGGAL 28 SEPTEMBER 2019

Subyektif Objektif Assesment Planning


23.35 WIB 23.35 WIB 23.40 WIB Pukul 23.40 WIB
Keluhan : KU : sedang Diagnosa : 1. Menjelaskan pada orang tua bahwa yang terjadi pada anak
Orang tua TTV An. M usia 2 tahun sekarang adalah serangan asma. Untuk tu perlu ditindak
mengatakan bahwa -N : 135x / menit dengan asma dalam sesuai dengan anjuran dokter.
anaknya -S : 37,1 C serangan Evaluasi :
mengalami sesak - RR : 40x / menit Masalah : tidak ada Orang tua mengerti dengan penjelasan bidan mengenai hasil
nafas sejak pukul BB : 12,6 kg Diagnosa Potensial pemeriksaan
22.00 WIB, anak Pemeriksaan fisik : : tidak ada
mempunyai  Hidung : Masalah potensial Pukul 23.43 WIB
riwayar asma pernapasan cuping : tidak ada 2. Melakukan kolaborasi dengan dokter mengenai hasil
sebelumnya. hidung (-) pemeriksaan untuk pemerian tindakan dan obat
 Dada : Evaluasi :
gerakan pernapasan Advice dokter :
cepat, wheezing  Nebulasi ventolin 2,5 mg
(+)/(+), rhonki (-)  Observasi keadaan setelah 20 menit selesai nebu
 Ekstremitas:
gerakan aktif, akral Pukul 23.45 WIB
dingin 3. Memberikan terapi nebulasi ventolin 2,5 mg pada anak
Evaluasi :
Telah diberikan nebu ventolin 2,5 mg.
Pukul 00.05 WIB
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter mengenai
pemeriksaan wheezing kembali pada anak untuk
memastikan masih terdapat penyempitan jalan nafas atau
tidak
Evaluasi :
Wheezing masih terdengar, dan disarankan untuk nebulasi
ventolin ulang 2,5 mg.

Pukul 00.10 WIB


5. Memberikan terapi nebulasi ventolin 2,5 mg pada anak
Evaluasi:
Terapi nebulasi ventolin telah diberikan

Pukul 00.30 WIB


6.Melakukan kolaborasi dengan dokter mengenai
pemeriksaan wheezing ulang setelah nebulasi.
Evaluasi:
Wheezing (-)

Pukul 00.35 WIB


7. Memberikan KIE mengenai perawatan dan pertolongan
pertama saat anak mengalam serangan asma dirumah,
yaitu:
a. Tenangkan anak
b. Berikan cukup ruang lapang
c. Atur posisi sehingga anak nyaman (tinggikan kepala
dengan 2-3 bantal)
d. Bila menggunakan inhaler dirumah, berikan anak
inhaler
e. Coba mengajak anak bernapas perlahan dan dalam
f. Berikan ventilasi udara yang baik
g. Bila tidak membaik, bawa anak ke faske
Evaluasi:
Keluarga mengerti dengan penjelasan bidan

Pukul 00.45 WIB


8. Memberitahu pada pasien dan keluarga bahwa anak sudah
terbebaskan jalan napasnya dan siperbolehkan pulang
Evaluasi :
Keluarga mengerti dengan penjelasan bidan dan anak sudah
pulang.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah keadaan dimana bronkus dan alveolus merespon berlebih terhadap suatu
stimulasi tertentu, sehingga menyebabkan jalan nafas menyempit. Faktor yang
menyebabkan asma diantaranya adalah kontraksi otot disekitar bronkus sehingga jalan
nafas menyempit, pembengkakan membrane bronkus dan adanya mucus didalam
bronkus. Kejadian asma juga bisa dipengaruhi oleh genetika. Hal yang menyebabkan
asma adalah allergen tertentu, faktor cuaca, stress, lingkungan kerja serta olahraga atau
aktivitas yang berat.

B. Saran
1. Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang asma cara penangannya
2. Tenaga kesehatan
Menurunkan kejadian asma dengan memberikan penyuluhan/edukasi mengenai cara
pencegahan dan penanganan yang efisien untuk menurunkan resiko buruk pada
anak.
DAFTAR PUSTAKA

Asher, I. (2014). The Global Asthma Report 2014. Auckland, New Zealand: Global Asthma
Network.
Binfar. (2017).ASMA. Tersedia di: http: //binfar. kemkes.go.id /v2/wp-conten /uploads/2014
/02/PC_ASMA.pdf
GINA. (2014). Global Strategy for Asthma Management and Prevention.
Betz Cecily, Linda A Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.
Capernito, Lynda J. (2000). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC:
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Infodatin : You Can Control your Asthma.
Kemenkes RI: Jakarta.
Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih bahasa
Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. EGC: Jakarta.
World Health Organization. (2014). Asthma. WHO. Tersedia di :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/.

Anda mungkin juga menyukai