Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang
paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada
tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas.
Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan melalui percobaan
yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan
hukum Mendel I dan II. Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu
sifat beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa
pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas.
Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi. Mendel melanjutkan persilangan
dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran
tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa
pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat
beda yang lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan
penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan antara jumlah
sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta perbandingannya. Persilangan
monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1
merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan
Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes ). Sedangkan persilangan dihibrid
yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti
berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The
Law Independent Assortment of Genes).
Dengan mengikuti secara saksama hasil percobaan Mendel, baik pada persilangan
monohibrid maupun dihibrid maka secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu
diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet. Persilangan
monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda
beda. Sedangkan persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua
tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa
gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan
dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali
terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh
beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan
sebagainya.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kebenaran hokum mandel 1.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Genetika adalah ilmu yang mempelajari cara invidu menurunkan sifat-sifatnya kepada
keturunanya, baik sifat-sifat nampak (fenotipa) ataupun sifat-sifat yang tidak
nampak(genotipa). Sifat menurun itu dipindahkan pada keturunanya melalui unit-unit
keturunan yang terkenal dengan nama gen.
Gen diwariskan dari parental kepada keturunanya melalui gamet-gamet. Karena individu
dengan genotype Rr adalah merupakan alelnya,dengan demikian R dibut alel r atau
sebaliknya. Jadi anggota dari satu pasang gen yang terdapat pada suatu tempat disebut alel.
Individu yang susunan genetisnya berlainan disebut heterozigot (Rr), sedang yang susunan
genetisnya sama disebut homozigot (RR atau rr).
Pasangan-pasangan gen dalam individu itu akan mengalami segregasi pada waktu terjadi
perustiwa perserakan dan masing-masing diteruskan ke gamet-gamet yang terbentuk. Alel
yang mula-mula dipisahkan ini,akan bergabung kembali pada pembentukan zigot, secara
kebetulan (random) sehingga terbentuk bermacam-macam genotipa dan fenotipa dalam
perbandingan tertentu sesuai dengan hukum Mendel.
Hukum Mendell I :
HUKUM SEGREGASI
Kedua anggota pasangan gen akan memisah (segregasi) pada saat pembentukan gamet,
sehingga separuh gamet yang terbentuk akan membawa satu anggota dari pasangan gen
tersebut dan separuh gen lainya gen pasangannya.
Seandainya satu kromosom patermal membawa gen A dan kromosom petermal
pasanganya (homolognya) membawa alel a, maka zigot Aa meng-alami meiosis, maka
segregasi kromosom homolog menentukan bahwa sel haploid yang dihasilkan akan
mengandung A atau a, tetapi tidak pernah mengandung kedua alel tersebut. Keturunan yang
terbentuk sebagai hasil penggabungan gamet-gamet yang dihasilkan oleh individu
heterozigot akan mempunyai genotype AA, Aa atau aa, dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

Hukum Mendell II :
PRONSIP INDIPENDENT ASSORTMENT
“Gen-gen dua lokus yang berbeda akan memisah dan tidak bergantung satu sama
lain“(independent assortment).
Dari contoh di atas dapat dibuktikan bahwa dua gen R dan r tidak hanya selalu
memberikan Rr saja, akan tetapi dapat pula keturunan RR, rr. Hal ini hanya mungkin bila
sebelum dibentuk zigot pasangan gen itu mengalami segregasi lebih dahulu.
Prinsip independent assortment berlaku untuk gen-gen yang terletak pada kromosom
yang berlainan (non homolog), atau gen-gen yang terletak dalam kromosom yang sama tetapi
tidak ada kaitan gen, dengan demikian pada individu yang homozigot untuk kedua pasangan
gen tersebut, peluangt untuk mendapatkan gamet AB sama dengan peluang untuk
mendapatkan game tab, Ab dan aB, yaitu masing-masing sebesar ½ x ½ = ¼ . Hal ini berlaku
untuk gamet jantan.
Mendel mempelajari sifat-sifat yang jelas dikendalikan oleh gen yang satu alelnya
dominant sepenuhnya terhadap alel yang lain (fenotipe heterozigot sama dengan fenotipe
homozigot dominant). Hubungan alel sering tidak sesederhana ini karena adanya inyeraksi
alel dean non aleltik.Keragaman genotip untuk sifat-sifat kuantitatif seperti komponen hasil
sering saling berubah dan hasil sering berubah dari suatu lingkungan ke lingkungan lain
karena adanya interaksi antara genotip dan lingkungan.
Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak
sesuai dan benar dengan hukum Mendel. Kejadian ini biasanya menyebabkan kita bersikap
ragu-ragu, apakah penyimpangan yang terjadi itu karena kebetulan saja ataukah karena
memang ada faktor lain? Berhubungan dengan hal itu perlu diadakan evaluasi terhadap benar
atau tidaknya hasil percobaan yang kita lakukan dibandingkan dengan keadaan secara
teoritris. Suatu cara untuk mengadakan evaluasi itu adalah melakukan tes X² (bahasa Inggris:
Chi-square test). Sebenarnya itu bukan huruf X tetapi huruf Yunani “phi” (x). untuk
memudahkan, huruf Yunani itu dianggap sebagai huruf X (Suryo,2004). Berhubungan
dengan hal itu dirumuskan dengan hukum Mendel I dari Gregori Mendel yang dikenal
dengan nama “the law of segregation of allele genes” (hukum pemisah gen yangs sealell)
(Suryo,1997).
Alel memisah (segregasi) satu dengan yang lain selama pembentukan gamet yang
diwariskan secara acak ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagai dasar
sehregasi satu pasang alel terletak pada laokus yang sama dari kromosom homolog.
Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada anaphase pertama dari meiosis dan
tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda (Crowder, 1997).
Untuk mengatahui apakah percobaan kita terlah sesuai dengan hukum segregasi Mendel,
kitamembuat perhitungan dan tabel yang disebut chi-square. Metode ini membandingkan
data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan-persilangan dengan hasil yang
diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Biasanya nilai kemungkinan 5 % dianggap
garis betas antara menerima dan menolak hipotesis.
Keragaman genotip untuk sifat-sifat kuantitatif seperti komponen hasil sering berubah
ubah seperti komponen hasil dan hasil, sering juga berubah dari satu lingkungan. Interkasi
genotip dan lingkungan timbul apabila masing-masing genotip memiliki adaptasi spesifik
terhadap lingkungan makro yang berbeda (Soehadi dkk, 2000).
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum perakitan galur tanaman menyerbuk sendiri dilakukan pada hari
Senin,21 Oktober 2019 jam 07.00-09.00 di Laboratorium TPB lantai 1 Politeknik Negeri
Jember
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
1. Kantong Hitam
2. Alat tulis
3.2.2 Bahan :
1. Kancing hitam dan putih

3.3 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil kancing berwarna hitam dan putih @100 kancing
3. Masing masing kancing ditaruh pada tiap kantong yang berbeda
4. Mengambil secara acak masing masing kancing pada setiap kantong sebanyak
64x dan 100x
5. Mencatat warna kancing yang keluar

Anda mungkin juga menyukai