Anda di halaman 1dari 32

KONSEP PENYAKIT

Definisi

Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh
ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. (Kasron, 2016, p. 144)

Angina pectoris adalah sindrom klinis dimana pasien mendapat serangan dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar
ke lengan kiri. (Manurung, 2016, p. 93)

Berdasakan uraian diatas angina pectoris adalah suatu sindrom klinis yang
menadapat serangan tidak enak didada yang sering menjalar sampai ke rahang
atau ke lengan, tetapi jarang ke bawah diafragma.

Etiologi

Penyempitan pembuluh darah ke artery jantung, akibat penyempitan pembuluh


nadi, mengakibatkan darah yang mengalir melalui pembuluh darah otot jantung
tidak cukup. Terjadinya angina biasanya dipercepat oleh aktivitas fisik,
kegembiraan, atau tekanan emosional. Ada tiga kategori angina.

Stable angina – sakit berhenti dengan istirahat atau nitrat dan gejala konsisten.

Unstable angina – rasa sakit terjadi saat istirahat ; adalah serangan awal yang baru
; yaitu meningkatnya intensitas, kekuatan, atau durasi; tidak sembuh dengan
istirahat; dan lambat merespons nitroglycerin.

Prinzmetal’s atau vasopatic angina – biasanya terjadi pada posisi istirahat atau
dengan olahraga ringan; sering terjadi pada malam hari.

Penyakit jantung atherosclerotic terjadi kerika ada plak di dalam arteri koroner.
Angina sering menjadi gejala pertama bahwa ada penyakit jantung. Ketika
permintaan oksigen oleh otot jantung melebihi persediaan, dada menjadi sedikit.
(Digiulio, 2014, p. 7)
Tanda dan gejala

Dada sakit selama 3 sampai 5 menit – tidak semua pasien mengalami sakit
substernal : dapat digambarkan sebagai tekanan, rasa berat, himpitan, atau
kesesakan. Gunakan istilah yang digunakan pasien.

Dapat terjaid setelah istirahat atau setelah kehabisan tenaga, gembira luar biasa,
atau terpapar dingin – karena naiknya permintaan oksigen.

Biasanya berhenti dengan istirahat – kesempatan untuk membangun kembali


kebutuhan oksigen.

Sakit dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti rahang, punggung, atau lengan
–sakit tidak selalu terasa didada. Tanyakan apakah pasien mengalami sakit yang
sama dimasa lalu.

Berkeringat (diaphoresis) – peningakatan kerja tubuh untuk memenuhi fisiologi


dasar, kecemasan.

Takikardia – jantung memompa lebih cepat, berusaha memenuhi kebutuhan


oksigen ketika kecemasan meningkat.

Kesulitan bernapas, napas pendek (dyspnea) – denyut jantung naik meningkat laju
pernapasan dan meningkat oksigenasi.

Kecemasan – tidak mendapatkan cukup oksigen untuk otot jantung, pasien


menjadi cemas. (Digiulio, 2014, p. 8)

Patofisisologi

Saat istirahat, jantung mempergunakan oksigen dalam jumlah yang cukup besar
(75%) dari aliran darah koroner, lebih besar daripada beberapa organ utama yang
lain dalam tubuh. Saat metabolisme, beban kerja otot jantung dan konsumsi
oksigen meningkat sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat berlipat
ganda.Oksigen tambahan disuplai oleh peningkatan aliran darah arteri koroner.
Bila aliran darah koroner tidak dapat menyuplai kebutuhan sejumlah oksigen yang
diperlukan oleh otot jantung, maka terjadi ketidaksinambungan antara suplai dan
kebutuhan menjadi seimbang, jaringan otot jantung menjadi iskemia dan infark.
Di sekitar area infark ada dua zona yang disebut sebagai injuri zone dan iskemik
zone. Area infarak akan terus berkembang bila suplai darah tetap membahayakan
atau kurang dari kebutuhan miokard. Luas nyata area infatak tergantung pada tiga
faktor yaitu sirkulasi kolateral, metabolismeanaerobik, dan peningkatan beban
kerja miokard. Sering kali iskemik dan infark berkembang dari endokardium ke
epikardium. (Udjianti, 2010, p. 66)
Pathway

(Manurung, 2016, p. 96)


Klasifikasi

Klasifikasi angina pectoris menurut (Kasron, 2016, p. 147-148).

Angina pectoris stabil

Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah
raga atau naik tangga.

Awalan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktivitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen miokard.

Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktivitas.

Durasi nyeri 3-15 menit.

Angina pectoris tidak stabil

Angina pectoris tidak stabil dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit
arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung.
Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh
thrombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pectoris stabil.

Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tingkat aktivitas ringan.

Kurang responsive terhadap nitrat.

Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.

Dapat disebabkan oleh rupture plak aterosklerosis, spasmus, trombus


atautrombosist yang beragregasi.

Angina prinzmental (Angina varian)

Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko
tinggi terjadinya infark.

Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, sering kali pagi hari.

Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroner aterosklerotik.

EKG menunjukkan elevasi segmen ST.

Cenderung berkembang menjadi infark kiokard akut.

Dapat terjadi aritmia.

Komplikasi

Tidak ada tanda klinis, gejala klinis, atau pemeriksaan tunggal yang difinit untuk
diagnosis setiap keadaan ini.

Pasien dengan sindrom koronaria akut, diseksi aorta, embolus pulmonal,


pneumotoraks, rupture esophagus, pneumonia yang serius, atau perikarditis yang
serius perlu dirawat dirumah sakit.
Pasien dimana kelainan yang serius tidak dapat dikesampingkan (misalnya pasien
dengan faktor risiko multiple untuk kelainan jantung) sebaiknya dirawat dirumah
sakit untuk mendapatkan observasi.

Pasien yang lain dapat dipulangkan dari rumah sakit dengan penindaklanjutan
yang sesuai. (Jeffrey M. C., 2012, p.57)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Identitas

Angina banyak terjadi pada pasien yang memiliki kebiasaan makan/kolesterol,


hipertensi, rokok. (Sudoyo, 2010, p. 1735)

Status kesehatan saat ini

Keluhan Utama

Keluhan nyeri dada seperti tertekan beban berat, terasa berat, dan seperti diremas
yang timbul mendadak. Nyeri dada yang timbul berhubungan dengan aktifitas
fisik berat atau emosi yang hebat (marah dengan rangsangan seksual). Nyeri dada
dapat disertai denhan gejala mual, muntah, diaphoresis, dan sesak nafas. Bila
nyeri timbul saat klien istirahat atau tidur, maka prognosisnya buruk. (Udjianti,
2010, p. 70)

Alasan Masuk Rumah Sakit

Penderita angina biasanya mengalami nyeri dada, sakit menyebar kebagian


tubuh lain seperti : rahang, punggung, atau lengan – sakit angina tidak selalu
terasa didada. (Digiulio, 2014, p. 8)

Riwayat penyakit sekarang


Pada klien angina pectoris biasanya pada daerah dada yang sering kali menjalar ke
lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktivitas dan segera hilang bila
aktivitas berhenti. Serangan dada biasannya berlangsung 1-5 menit, bila sakit dada
terus berlangsung lebih dari 20 menit mungkin pasien mendapat serangan infak
miokard akut dan bukan disebabkan angina pectoris biasa. (Kasron, 2016, P. 144)

Riwayat kesehatan terdahulu

Riwayat penyakit sebelumnya

Biasanya pada angina pectoris memiliki riwayat hipertensi. (Muttaqin, 2012, p.


66)

Riwayat penyakit keluarga

Penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta apabila ada anggota keluarga
yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan. (Muttaqin, 2012, p.
67)

Riwayat pengobatan

Obat-obat yang diperlukan meliputi kortikostiroid dan obat-obat anti hipertensi.


(Muttaqin, 2012, p. 66)

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Kesadaran

Kesadrannya composmentis , apatis, somnolen, sopor, soporokomatous, atau


koma. (Muttaqin, 2012, p. 70)
Tanda-tanda vital

Tanda vital : Tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg, denyut jantung kurang
dari 60/menit. (Digiulio, 2014, p. 11)

Body system

Sistem pernafasan

Kesulitan bernafas, nafas pendek (dyspnea) denyut jantung naik meningkat laju
pernafasan dan meningkatkan oksigenasi. (Digiulio, 2014, p. 8)

Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien angina terdapat takikardia, jantung memompa lebih cepat,
berusaha memenuhi kebutuhan oksigen ketika kecemasan meningkat. (Digiulio,
2010, p. 8)

Sistem persyarafan

Keluhan pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun, saat duduk atau
istirahat. (Muttaqin, 2012, p. 107)

Sistem perkemihan

Penurunan produksi urin yang terjadi karena perfusi ginjal. (Muttaqin, 2012, p.
107)

Sistem pencernaan
Keluhan mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati.
(Muttaqin, 2012, p. 107)

Sistem integument

Kulit berkeringat (diaphoresis) akibat peningkatan kerja tubuh. (Digiulio, 2014, p.


8)

Sistem musculoskeletal

Pada saat serangan akan timbul sakit pada bagian tubuh sperti rahang, punggung,
atau lengan. (Digiulio, 2014, p. 8)

Pemeriksaan penunjang

Elektrokardiografi

Normal saat klien istirahat.

Segmen ST elevasi atau depresi, gelombang t inverse selama serangan


berlangsung atau timbul saat tes treadmill.

Disritmia (takikardia abnormal, AV block, atrial flutter, atau atrial fibrilasi) bila
ada harus dicatat.

Laboratorium darah

Complete Blood cells count: anemia dan hemotakrit menurun. Lekositosis


mengindikasikan adanya penyakit infeksi yang menimbulkan kerusakan katup
jantung dan menimbulkan keluhan angina.

Fraksi lemak: terutama kolesterol (Low density Lipoprotein/LDL) dan trigliserida


yang merupakan faktor risiko terjadinya Arteri Coronary disease (CAD).

Serum tiroid: menilai keadaan hipotiroid atau hipertiroid.

Cardiac isoenzym: normal (CPK – Creatinin phospokinase, CK-MB-Creatinin


Kinase-MB, SGOT-serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase dan LDH-Lactate
Dehydrogenase) dan tropinin.

Radiologi
Thorax rontgen: melihat gambaran kardiomegali seperti hipertrofi ventrikel atau
cardio-thorax ratio (CTR) lebih dari 50%.

Echocardiogram: melihat adanya penyimpangan gerakan katup dan dilatasi ruang


jantung. Gerakan katup abnormal dapat menimbulkan keluhan angina.

Scanning jantung: melihat luas daerah iskemik pada miokard.

Ventrikulografi sinistra: menilai kemampuan kontraksi miokard dan pemompaan


darah yang kecil akibat kelainan katup atau septum jantung.

Kateterisasi jantung 9bila diperlukan): melihat kepatenan arteri koroner, lokasi


sumbatan dengan tepat, dan memastikan kekuatan miokard. (Udjianti, 2010, p.
71)

Penatalaksanaan

Anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan rencana kerja diagnostic


yang terbatas sebaiknya digunakan untuk menentukan kategori risiko pasien.

Pasien yang kemungkinkan mengalami serangan koronaria akut

Pasien dengan kelainan non-koronaria, tetapi kemungkinan mengalami episode


yang mengancam jiwa (misalnya diseksi aorta, embolisme pulmonal,
pneumotoraks, perforasi organ berongga)

Pasien dengan nyeri non-koronia jinak

Pada kasus dengan etiologi jantung perlu diberikan terapi darurat yang agresif

Nitrat dengan dosis 0,3 ml untuk meredakan nyeri awal

Trombolisis atau PTCA darurat untuk MI dengan ST elevasi

Diberikan terapi angina tidak stabil/MI non-elevasi ST sesuai protokok


(misalnya heparin, inhibitor glikoprotein II/IIIa, β-blocker)

Diberikan terapi pneumonia dengan antibiotik yang sesuai

Diberikan terapi embolus pulmonal dengan heparin IV atau LMWH

Pipa dipasang untuk meredakan pneumotoraks (dekompresi jarum ynag diikuti


dengan pemasangan pipa dada untuk pneumotoraks ventile
Cocktail GI (donnatol, lidokain kental, Mylanta) dan terapi anti-asam untuk
GERD atau penyakit esophagus; bagaimanapun, resolusi gejala klinis tidak
mengesampingkan kelainan jantung. (Jeffrey M. C., 2012, p.57)

Obat-obatan :

Amlodipin (norvasc) dosis umum 5mg/hari PO, kurangi dosis pada pasien yang
mengalami kerusakan hati atau pasien lansia.

Bepridil (vascor) dengan dosis 200-300 mg/hari PO.

Diltiazen (cardizen, cardizem SR)dengan dosis 180-360 mg/hari PO dalam dosis


terbagi tiga atau empat ; 120-180 mg PO b.i.d dalam sustained release.

Nikardipin (cardene) dengan dosis 20-40 mg PO t.i.d ; hanya menggunakan


immediate release.

Nifedipin (adalat, procardia) dengan dosis 10-20 mg PO t.i.d.

Verapamil (calan, isoptin) 320-480 mg/hari PO. (Karch, 2011, p. 707)

Diagnosa keperawatan

Nyeri dada

Definisi: pengalaman sensosrik atau emosional berkaitan dengan kerusakan


jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Batasan Karakteristik :

1). Mengeluh nyeri

Subjektif:
Mengeluh nyeri

Objektif:

a). Tampak meringis

b). Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)

c). Gelisah

d). Frekuensi nadi meningkat

e). Sulit tidur

f). Tekanan darah meningkat

g). Pola nafas berubah

h). Nafsu makan berubah

i). Proses berpikir terganggu

j). Menarik diri

k). Berfokus pada diri sendiri


l). Diaforesis

Faktor yang berhubungan :

Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)

Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar bahan kimia iritan)

Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat


berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Kondisi klinis terkait:

Kondisi pembedahan

Cedera traumatis

Infeksi

Sindrom koroner akut

Glaukoma (PPNI, 2016, p. 172)

Penurunan curah jantung.

Definisi: Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme tubuh.

Batasan Karakteristik:

Perubahan irama jantung

Subjektif:

Palpitasi
Objektif:

a). Bradikardia/takikardia

b). Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi

Perubahan Preload

Subjektif:

Lelah

Objektif:

a). Edema

b). Distensi vena jugularis

c). Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun

d). Hepatomegali

e). Murmur jantung

f). Berat badan bertambah


g). Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun

Perubahan Afterload

Subjektif:

Dispnea

Objektif:

a). Tekanan darah menurun/meningkat

b). Nadi perifer teraba lemah

c). Capiliary refill time >3 detik

d). Oliguria

e). Warna kulit pucat dan/atau sianosis

f). Perubahan vascular resistance (PVR) meningkat/menurun


g). Systemic vascular resistance (SVR) meningkat/menurun

Perubahan Kontraktilitas

Subjektif:

a). Paroxysmal nocturnal dspnea (PND)

b). Ortopnea

c). Batuk

Objektif:

a). Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4

b). Ejection fraction (EF)

c). Cardiac index (CI) menurun

d). Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun

e). Stroke volume index (SVI) menurun

Faktor-faktor yang berhubungan:


Perubahan irama jantung

Perubahan frekuensi jantung

Perubahan kontraktilitas

Perubahan preload

Perubahan afterload

Kondisi klinis terkait:

Gagal jantung kongestif

Sindrom koroner akut

Stenosis mitral

Regurgitasi mitral

Stenosis aorta

Regurgitasi aorta

Stenosis trikuspidal

Regurgitasi trikuspidal

Stenosis pulmonal

Regurgitasi pulmonal

Aritmia

Penyakit jantung bawaan

(PPNI, 2016, p. 34)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Definisi: ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu.
Batasan Karakteristik:

Subjektif

Menanyakan masalah yang dihadapi.

Objektif

Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

Menunjukkan perilaku berlebihan (misalnya apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria)

Faktor yang berhubungan:

Keterbatasan kognitif

Gangguan fungsi kognitif

Kekeliruan mengikuti anjuran

Kurang terpapar informasi

Kurang minat dalam belajar

Kurang mampu mengingat

Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Kondisi klinis terkait:

Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien

Penyakit akut

Penyakit kronis
(PPNI, 2016, p. 246)

Intervensi

Nyeri dada

Tujuan:

Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai


berikut.(sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu) :

Mengenali awitan nyeri

Menggunakan tindakan pencegahan

Melaporkan nyeri dapat dikendalikan.

Kriteria Hasil:

Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai


kenyamanan

Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)

Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi


faktor tersebut

Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan

Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non-analgesik


secara tepat

Tidak menglami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung, atau


tekanan darah
Mempertahankan selera makan yang baik

Melaporkan pola tidur yang baik

Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan


interpersonal

Intervensi NIC

Aktifitas Keperawatan

Pengkajian

Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk menumpulkan
informasi pengkajian.

Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10
(0 = tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat).

Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya.

Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan
respon pasien.

Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien.

Manajemen nyeri (NIC):

Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi, karakteristik,


awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor
presipitasnya.

Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khusunya pada mereka yang tidak


mampu berkomunikasi efektif.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus saat mengonsusmi obat tersebut (misalnya pembatasan
aktivitas fisik, pembatsan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami neyri membandel.

Instruksiakan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri


tidak dapat dicapai.

Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang disarankan.

Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (misalnya


risiko ketergantungan atau overdosis).

Manajemen Nyeri (NIC):

Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.

Manajemen Nyeri (NIC):

Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya umpan balik biologis,


transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis, relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur,
kompres hangat atau dingin, dan masase) sebelum, setelah, dan, jika
memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan nyeri; sebelum nyeri terjadi
atau meningkat; dan bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.

Aktivitas Kolaboratif

Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (misalnya
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA.

Manajemen Nyeri (NIC):

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat.


Laporkan kepad dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dan pengalaman nyeri pasien di masa lalu.

Aktivitas Lain

Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikator melalui pengkajian nyeri dan efek
samping.

Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu,


seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin.

Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain
untuk membantu relaksasi, meliputi tindakan sebagai berikut:

Lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi.

Ganti linen tempat tidur, bila diperlukan.

Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru, dengan sikap yang

Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkut aktivitas


perawatan.

Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi, radio, tape, dan interaksi
dengan pengunjung.

Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respons pasien terhadap


analgesic (misalnya “Obat ini akan mengurangi nyeri Anda”).

Eksplorasi perasaan takut ketagihan. Untuk meyakinkan pasien, tanyakan “Jika


tidak mengalami nyeri, apakah Anda akan tetap membutuhkan obat ini?”.

Manajemen Nyeri (NIC):

Libatkan keluarga dalam modalitas peredaan nyeri, jika memungkinkan.

Kendalikan faktor lingkungan yang dapat memengaruhi respons pasien terhadap


ketidaknyamanan (misalnya suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan).
(Wilkinson, 2014, p. 297-299)
Penurunan curah jantung

Tujuan

Menunjukan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas pompa


jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung, selebral,
selular, perifer, dan pulmonal) ; dan status tanda-tanda vital.

Kriteria Hasil:

Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal

Mempunyai haluaran urin, berat jenis urin, blood urea nitrogen (BUN) dan
kreatinn plasma dalam batas normal

Mempunyai warna kulit yang normal

Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (misalnya tidak


mengalami dispnea, nyeri dada, atau sinkope)

Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan (misalnya untuk
penyakit jantung)

Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat dilaporkan.


(Wilkinson, 2014, p.64-65)

Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan

Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada


pemantauan tanda dan gejala penurunan curah jantung, pengkajian penyebab yang
mendasari (misalnya hipovolemia, disritmia), pelaksanaan protokol atau program
dokter untuk mengatasi penurunan curah jantung, dan pelaksanaan tindakan
pendukung, seperti perubahan posisi dan hidrasi.

Pengkajian

Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernapasan, dan
status mental.

Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya edema dependen, kenaikan berat badan).

Kaji toleransi aktivitas pasien dengan memperhatikan adanya awitan napas


pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung.

Evaluasi respons pasien terhadap terapi oksigen.

Kaji kerusakan kognitif.

Regulasi hemodinamik (NIC):

Pantau fungsi pcemaker, jika perlu.

Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu serta warna
ekstremitas.

Pantau asupan dan haluaran, haluaran urine, dan berat badan pasien, jika perlu.

Pantau resistensi vaskular sistemik dan paru, jika perlu.

Auskultasi suara paru terhadap bunyi crackle atau suara napas tambahan lainnya.

Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan nadi.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau sungkup

Instruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran

Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping obat

Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpatsi dan nyeri, durasi,
faktor pencetus, daerah, kualitas, dan intensitas

Instruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan di rumah,


meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik
Berikan informasi tentang teknik penurunan stres, seperti biofeed-back, relaksasi
otot progresif, meditasi, dan latihan fisik

Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap hari

Aktivitas Kolaboratif

Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau penghentian


obat tekanan darah

Berikan dan titriskan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin, dan vasodilator


untuk mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan
program medis atau protokol

Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan trombus perifer, sesuai


dengan program atau protokol

Tingkatkan penurunan afterload (misalnya dengan pompa balon intraaorta) sesuai


dengan program atau protokol

Lakukan perujukan ke perawat praktisi lanjutan untuk tindak lanjut, jika


diperlukan

Pertimbangkan perujukan ke petugas sosial, manajer kasus, atau layanan


kesehatan komunitas dan layanan kesehatan di rumah

Lakukan perujukan ke petugas sosial untuk mengevaluasi kemampuan membayar


obat yang diresepkan

Lakukan perujukan ke pusat rehabilitasi jantung jika diperlukan

Aktivitas Lain

Ubah posisi pasien ke posisi datar atau Trendelenburg ketika tekanan darah pasien
berada pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang biasanya

Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat atau lama, pasang akses intravena untuk
pemberian cairan intravena atau obat untuk meningkatkan tekanan darah

Hubungkan efek nilai laboratorium, oksigen, obat, aktivitas, ansietas, dan/atau


nyeri pada disritmia

Jangan mengukur suhu pada rektum

Ubah posisi pasien setiap dua jam atau pertahankan aktivitas lain yang sesuai atau
dibutuhkan untuk menurunkan statis sirkulasi perifer
Regulasi Hemodinamik (NIC):

Meminimalkan atau hilangkan stresor lingkungan

Pasang katetr urine, jika diperlukan (Wilkinson, 2014, p.64-66)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan

Memperlihatkan pengetahuan : diet, yang dibuktikan oleh indikator sebagai


berikut (sebutkan 1-5 :tidak ada, terbatas, cukup, banyak, atau luas)

Kriteria Hasil:

Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi


(misalnya informasi tentang diet)

Memperlihatkan kemampuan (sebutkan keterampilan atau perilaku)

Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan

Pengkajian

Periksa keakuratan umpan-balik untuk memastikan bahwa pasien memahami


program terapi dan informasi lainnya yang relevan

Penyuluhan: Individual (NIC):


Tentukan kebutuhan belajar pasien

Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman
terhadap materi (misalnnya pengetahuan tentang prosedur atau penanganan yang
diprogramkan)

Tentukkan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus (misalnya


tingkat perkembangan, status psikologis, orientasi, nyeri, keletihan, kebutuhan
dasar yang tidak terpenuhi, keadaan emosional, dan adaptasi terhadap penyakit)

Temukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi ternetu (yaitu kepercayaan


kesehatan, riwayat ketidakpatuhan, pengalaman buruk dengan perawatan
kesehatan dan pelajaran kesehatan serta tujuan yang bersebrangan)

Kaji gaya belajar pasien

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Tetapkan laporan dengan pasien/keluarga

Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila
diperlukan

Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemontrasi, dan berikan umpan-


balik secara verbal dan tertulis

Penyuluhan: Individu (NIC):

Bangun kredibilitas sebagai guru, bila perlu

Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan pasien

Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar

Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai

Pilih materi pengajaran yang sesuai

Beri penguatan terhadap perilaku, yang sesuai

Beri waktu kepada pasien untuk mengajukan beberapa pertanyaan dan


mendiskusikan permasalahannya
Dokumentasikan materi yang dipresentasikan, materi tertulis yang diberikan, dan
pemahaman pasien tentang informasi atau perilaku pasien yang memperlihatkan
pembelajaran pada catatan medis permanen

Ikutsertakan keluarga atau orang terdekat, bila perlu

Aktivitas Kolaboratif

Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien


dalam mempertahankan program terapi

Buat rencana pengajaran multidisipliner yang terkoordinasi, sebutkan


perencanaannya

Rencanakan penyesuaian dalam terapi bersama pasien dan dokter untuk


memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti progam terapi

Aktivitas Lain

Berinteraksi dengan paisen dengan cara yang tidak menghakimi untuk


memfasilitasi pembelajaran (Wilkinson, 2014, p.249-251)
DAFTAR PUSTAKA

Aru, S. W. 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna
Publising.

Jeffrey M. C., M. &. 2012. Master Plan Kedaruratan Medik. Tanggerang:


BINARUPA AKSARA.
Karch, A. M. .2010. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan . Jakarta: Buku
kedokteran EGC.

Kasron. 2016. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV.


TRANS INFO MEDIA.

Manurung, N. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta: CV. Trans Info Media.

Mary Digiulio, D. J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


Publishing.

Mary, W. M. 2010. Klien gangguan Kardiovaskular : Seri Asuhan Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI, T. P. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wilkinson, J. m. 2014. Diagnosis Keperawatan Edisi 10 : Diagnosis NANDA-l,


lntervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai