Anda di halaman 1dari 22

TUGAS :

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN


“ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN”

Oleh :
KELOMPOK I

1. RONALDO
2. LA ANSAR
3. BAKTI ISHAR PERSADA
4. RAHUL
5. LM.KHALBY
6. HANDAYANI

PRODI PENDIDIKANTEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Aliran-Aliran Pendidkan Sebagai Informasi dan Penegetahuan Berguna ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai aliran-aliran pendidkan di indonesia. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Kendari,11 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Aliran Klasik Dalam Pendidkan................................................................. 3
2.2 Aliran Modern Dalam Pendidikan.............................................................. 7
2.3 Gerakan-gerakan Baru dalam Pendidikan.................................................. 14
2.4 Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia................................................ 18
2.5 Hubungan dari aliran klasik dalam pendidikan dengan gerakan baru
pendidikan......................................................................................................... 20
BABA III PENUTUP...................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 21
3.2 Saran........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah Pendidikan merupakan sarana yang diciptakan untuk membentuk
manusia yang utuh. Tentunya sasaran dari Pendidikan ini adalah manusia.
Pendidikan bermaksud menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih untuk menjadi manusia. Pendidikan selalu
mengalami perkembangan, seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan
perkembangan iptek. Perkembangan pendidikan itu, mengakibatkan terbentuknya
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan yang di sebut juga
dengan aliran-aliran pendidikan.
Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti diskusi yang
berkepanjangan, yaitu pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan
pro dan kontra oleh pemikiran-pemikiran berikutnya. Dari pemikiran-pemikiran
tersebut terbentuk aliran-aliran baru yang merupakan perkembangan dari aliran
sebelumnya yang bertujuan untuk membentuk suatu pola pikir manusia yang lebih
baik, dengan mengikuti aliran-aliran dalam pendidikan.
Pendidikan yang memiliki aliran-aliran ini, baik aliran klasik ataupun aliran
yang baru perlu kita bahas di dalam makalah ini, karena perlu kita ketahui juga
bahwa Pendidikan ini memiliki beberapa lingkungan, diantaranya adalah yang
akan kita bahas dalam makalah ini. Mungkin saja dengan mengetahui aliran kalsik
dan aliran yang baru, maka berbagai aspek dari aliran itu harus di pahami terlebih
dahulu, agar dapat mengetahui makna dari setiap pemikiran dalam pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja aliran-aliran klasik dalam pendidikan ?
2. Apa saja aliran modern dalam pendidikan ?
3. Apa saja gerakan-gerakan baru pendidikan dan pengaruhnya terhadap
pelaksanaan di Indonesia ?
4. Apa saja dua aliran pokok pendidikan di Indonesia ?
5. Bagaimana hubungan dari aliran klasik dalam pendidikan dengan
gerakan baru pendidikan.

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami aliran-aliran klasik dalam pendidikan.
2. Untuk memahami aliran-aliran modern dalam pendidkan.
3. Untuk memahami beberapa gerakan baru dalam pendidikan di Indonesia.
4. Untuk memahami aliran pokok pendidikan di Indonesia.

4
5. Untuk mengetahui hubungan antara aliran klasik dalam pendidikan
dengan gerakan baru pendidikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aliran Klasik Dalam Pendidikan


Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme,
naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering
digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap
Pemikiran Pendidikan di Indonesia.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan
stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak
tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari
dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm
bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.
Tokoh perintisnya adalah John Locke.
b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor
pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil
prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak
kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa
semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik
akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang
diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.

6
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun
pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting.
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan
di Indonesia
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan,
penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni
diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang
konvergensi.

2.2. Aliran Pendidikan Modern

Aliran-aliran pendidikan merupakan pemikiran-pemikiran yang membawa


pembaharuan dalam dunia pendidikan. Menurut Mudyahardjo (2001: 142)
macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Aliran Progresivisme

Tokoh aliran progresivisme adalah John Dewey aliran ini berpendapat


bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat
menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun
masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.

Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan


kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai
kelebihan jika dibanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan
kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal mengahadapi dan
memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama
pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.

7
Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan
rohani, namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan
yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama
kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya peserta didik diberi kesempatan
untuk bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-
kejadian yang berlangsung di sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di
dalam maupun di luar sekolah.

1. Tujuan pendidikan

Dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja,
bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan
hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan
pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.

2. Kurikulum pendidikan

Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-


pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap
peserta didik (experience curriculum).

3. Metode pendidikan Progresivisme antara lain:

1) Metode belajar aktif.

2) Metode memonitor kegiatan belajar.

3) Metode penelitian ilmiah.

b. Aliran Esensialisme

Aliran esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme.


Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran
tersebut bertemu sebagai pendukung esensialisme yang berpendapat bahwa
pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan
kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi
pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang

8
dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang
korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.

Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan


Renasains yang pertama adalah Johan Amos Corneius (1592-1670), yaitu
agar segala sesuatu diajarkan melalui indra, karena indra adalah pintu
gerbangnya jiwa. Tokoh kedua adalah Johan Frieddrich Herbart (1776-1841)
yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa
seseorang dengan kebajikan Tuhan. Artinya, perlu ada penyesuaian dengan
hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh
Herbart disebut sebagai pengajaran. Tokoh ketiga adalah William T. Harris
(1835-1909) yang berpendapat bahwa tugas pendidikan adalah menjadikan
terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan
bersendikan kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara
nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian
orang pada masyarakat.

Dari pendapat di aas, dapat disimpulkan bahwa aliran esensialisme


menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai esensial, yaitu
yang telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun-temurun
dari zaman ke zaman sejak zaman Renaisains.

1. Tujuan pendidikan

Dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah


melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah
bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk
diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan.
Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur
yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk
mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau
kecerdasan.

9
2. Kurikulum

Berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata


pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan
pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan
pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta
bahasa dan sastra.

3. Metode Pendidikan

1) Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).

2) Peserta didik dipaksa untuk belajar.

3) Latihan mental

3. Aliran Perenialisme

Tokoh aliran perenialisme adalah Plato, Aristoteles, dan Thomas


Aquino. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan aksiomatis zaman
kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar pendidikan sekarang.
Pandangan aliran ini tentang pendidikan adalah belajar untuk berpikir. Oleh
sebab itu, peserta didik harus dibiasakan untuk berlatih berpikir sejak dini.

Pada awalnya, peserta didik diberi kecakapan-kecakapan dasar seperti


membaca, menulis, dan berhitung. Selanjutnya perlu dilatih pula
kemampuan yang lebih tinggi seperti berlogika, retorika, dan bahasa.

1. Tujuan pendidikan

Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan


karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental
dirinya sendiri. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada
masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah
dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik,
ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah
banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.

10
2. Kurikulum

Berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan


pada bahasa dan sastra, matematika dan ilmu pengetahuan alam dan
sejarah.

3. Aliran Konstruktivisme

Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico. Ia


mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah
tuan dari ciptaan (Paul Suparno, 1997: 24). Mengerti berarti mengetahui
sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala
sesuatu karena dia pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya dapat
mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan. Pengetahuan dapat
menunjuk pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas
dari subjek yang mengetahui.

Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori


perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan
merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya.
Artinya, pengetahuan merupakan suatu proses, bukan suatu barang. Menurut
Piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan
ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, sehingga dapat terbentuk
pengertian baru (Paul Suparno, 1997: 33).

Kesimpulannya, aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak


diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang melalui
pengalaman yang diterima lewat pancaindra, yaitu indra penglihatan,
pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini
menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada
orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan,
sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu
akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini
ditujukan untuk menggali pengalaman.

11
1. Tujuan pendidikan

Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga


utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam
masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah
membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial,
ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global,
dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

2. Kurikulum

Dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata


pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat
masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yang termasuk di
dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan
program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.

4. Idealisme

Aliran idealisme adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan


jiwa. Menurut aliran idealisme, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan
bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa
dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini
memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide
adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman.
Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti,
sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur,
mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme


sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan
mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan

12
dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti
hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu
muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam
pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul
hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali
spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak
bermakna.

Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari


idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak atau peserta
didik atau bahkan tidak berpusat pada materi pelajaran, juga bukan
masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan
menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual,
tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.

1. Tujuan Pendidikan

Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan


yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh
warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan
pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk
hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi
kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia.
Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan
seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak
pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya
terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh
pengertian dan rasa saling menyayangi.

2. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran


idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif.
Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang

13
textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa
aktual.

2.3 Gerakan-gerakan Baru dalam Pendidikan

2.3.1. Pengajaran Alam Sekitar

Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya


adalah gerakan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini antara lain : Fr.
A.Finger (1808-1888) Jerman dengan heimatkunde (pengajaran alam
sekitar), dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan Het Volle Leven
(kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip gerakan heimatkunde adalah
sebagai berikut:

1. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara


langsung materi yang sedang di bahas. Betapa pentingnya pengajaran
dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-
dasar orang pengajaran.

2. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya


agar peserta didik aktif atau tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja.

3. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran


totalitas.

4. Pengajaran alam sekitar memberi anak bahan apersepsi intelektual yang


kukuh dan tidak verbalistis. Yang di maksud apersepsi intelektual ialah
segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus dapat luluh
menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah di miliki anak.
Harus terjadi proses asimilasi antara pengetahuan lama dengan pengetahuan
baru.

5. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam


sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak. Untuk anak ataupun
orang dewasa alam sekitar merupakan sebagian dari hidupnya sendiri,
dalam duka maupun suka.

14
Sedangkan J. Lingthart mengemukakan pegangan dalam Het Voile leven
sebagai berikut:

1. Anak harus mengetahui bendanya/bentuknya terlebih dahulu sebelum


mendengar namanya, tidak kebalikanya sebab kata itu hanya suatu
tanda dari pengertian tentang benda itu.

2. Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran


selanjutnya atau mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas
pengajaran itu.

3. Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyata agar murid


paham akan hubungan antara macam-macam lapangan dalam hidupnya
(pengajaran alam sekitar).

Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar:

1. Menetapkan tujuan, yang harus diperhatikan ialah kemampuan dan


tingkat perkembangan anak.

2. Persiapan perlu dilakukan baik persiapan guru maupun persiapan


murid.

3. Jika langkah pelaksanaan telah ditangani dengan baik, maka


pelaksanaan pengamatan dapat berjalan dengan lancar.

4. Langkah pengolahan tidak harus dilakukan di luar proses kegiatan


pengamatan itu sendiri.

Keuntungan Pengajaran Alam Sekitar yaitu objek alam dapat


membangkitkan spontan anak-anak yang akan mendorongnya melakukan
kegiatan dengan sepenuh hati, anak-anak selalu didorong untuk aktif dan
kreatif dan anak-anak dijadikan subjek bagi alam sekitarnya.

15
2.3. 2. Pengajaran Pusat Perhatian

Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-


1932) dari Belgia. Pendidikan menurut decroly berdasarkan pada semboyan
“Ecole pour la vie,par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Pendapat
declory tentang pendidikan dan pengajaran, yaitu sebagai berikut:

1. Metode global (keseluruhan). Anak-anak mengamati dan mengingat secara


global. Dalam mengajarkan membaca dan menulis ternyata dengan kalimat
lebih mudah dari pada kata-kata.

2. Centre d’interest(pusat-pusat minat). Anak-anak mempunyai minat yang


spontan. Spontan terhadap diri sendri dapat di bedakan menjadi:

a. Dorongan mempertahan kan diri

b. Dorongan mencari makan dan minum.

c. Dorongan memelihara diri

Asas-asas pengajaran pusat perhatian, yaitu sebagai berikut:

1. Pengajaran didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan


perkembangannya.

2. Setiap bahan pengajaran harus merupakan suatu keseluruhan (totalitas).

3. Hubungan harus hubungan simbiosis.

4. Anak harus aktif dan dididik menjadi berbertanggung jawab.

5. Hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan sekolah.

2.3. 3. Sekolah Kerja

Merupakan titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan


keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius (1592-1670) menekankan
agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa dan tangan
(keterampilan kerja tangan). Bapak sekolah kerja adalah G.Kereschensteiner

16
(1854-1932) dengan Arbeitesschule (sekolah kerja) di Jerman. Sekolah kerja
ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan itu tidak hanya demi
kepentingan individu tetapi berkewajiban menyiapakan warga negara yang
baik, yaitu setiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan
dan setiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan
Negara. Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan
kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu
mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan Negara.

Menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah menambah


pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang di dapat dari buku atau orang
lain, dan yang di dapat dari pengalaman sendiri, agar anak dapat memiliki
kemampuan dan kemahiran tertentu dan dapat memiliki pekerjaan sebagai
persiapan jabatan dalam mengabdi Negara. Kewajiban utama sekolah adalah
mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam
pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka dibagi menjadi tiga golongan
besar, yaitu sekolah-sekolah perindustrian, perdagangan, rumah tangga
yang bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan
menghasilkan warga negara yang baik.

2.3.4. Pengajaran Proyek

Dasar filosofis dan pedagosis dikemukaan oleh John Dewey (1859-


1952) namun pelaksanaannya dilakukan oleh W.H.kilpartrick. Dalam
pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya, merancang serta
memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh anak mendorongnya mencari
jalan pemecahan bila dia menemui kesulitan.

Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang
diinginkannya. Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara
berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong. Pengajaran proyek
digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, yang perlu
ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan
untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif.

17
2.4. Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia

Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah


Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam.
Kedua aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di
Indonesia.

1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa


Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar
Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di yogyakarta, yakni dalam bentuk
yayasan.
a. Asas dan Tujuan Taman Siswa
1. Asas Taman Siswa
a. Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
b. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang
dalam arti lahir dan batin dapat memerdekan diri.
c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir
maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan
(zelfbegrotings-system).
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan
batin untuk mengobarkan segala kepentingan pribadi demi
keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
2. Tujuan Taman Siswa
a. Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat
tertib dan damai.
b. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan
batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi

18
anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas
keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

b. Upaya-upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa


Peraturan Dasar Persatuan Taman Siswa menetapkan berbagai upaya
yang dilakukan Taman Siswa, baik di lingkungan perguruan maupun di luar
perguruan itu, antara lain sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari
tingkat dasar hingga tingkat tinggi, baik yang bersifat umum maupun
yang bersifat kejuruan.
2. Mengikuti, mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang
ada hubungannya dengan bidang-bidang kegiatan-kegiatan Taman
Siswa, untuk diambil faedah sebaik-baiknya.
3. Menumbuhkan dan memasakkan lingkungan hidup keluarga Taman
Siswa.
4. Meluaskan kehidupan ke-Taman Siswa-an di luar lingkungan
masyarakat perguruan, sehingga dapat terbentuk wadah yang nyata bagi
jiwa Taman Siswa.
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan
nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai Sarjana
Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni-alumni besar di
Indonesia.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh
Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (sumatera
Barat).
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas
sebagai berikut:
1. Berpikir logis dan rasional
2. Keaktifan atau kegiatan
3. Pendidikan masyarakat
4. Memperhatikan pembawaan anak

19
5. Menentang intelektualisme
Sejak didirikan, tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:
1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggung jawab.
5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
b. Usaha-Usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan
tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan majalah anak-anak Sendi, serta
mencetak buku-buku pelajaran.
c. Hasil-Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan
tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan),
beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.

2.5. Hubungan antara Aliran Klasik dalam Pendidikan dengan Gerakan


Baru Pendidikan
Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti diskusiyang
berkepanjangan, yaitu pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan
pro dan kontra oleh pemikiran-pemikiran berikutnya. Dari pemikiran-pemikiran
tersebut terbentuk aliran-aliran baru yang merupakan perkembangan dari aliran
sebelumnya yang bertujuan untuk membentuk suatu pola pikir manusia yang lebih
baik, dengan mengikuti aliran-aliran dalam pendidikan.

20
BAB III
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Dalam dunia pendidikan terdapat aliran-aliran klasik, aliran-aliran
kalasik itu adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering
digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan diantaranya pengajaran alam
sekitar (developmentalisme), pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja,
pengajaran proyek (rekonstruksionalisme), progresivisme, esensialisme,
perennialisme, idealisme. Gerakan-gerakan tersebut memiliki pemikiran
yang berbeda-beda dalam suatu tujuan yang sama.
3. Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia yang dimaksudkan adalah
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu
Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran
tentang pendidikan di Indonesia.
4. Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti diskusi
yang berkepanjangan, yaitu pemikiran-pemikiran terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikiran-pemikiran berikutnya.
Dari pemikiran-pemikiran tersebut terbentuk aliran-aliran baru yang
merupakan perkembangan dari aliran sebelumnya yang bertujuan untuk
membentuk suatu pola pikir manusia yang lebih baik, dengan mengikuti
aliran-aliran dalam pendidikan. Jadi hubungan dari aliran klasik dan
aliran baru memiliki tujuan yang sama demi mencapai pendidikan yang
sempurna.
5.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami sadari makalah yang kami buat ini
jauh dari sempurna, maka dari itu kami sebagai penulis makalah ini mohon saran
yang membangun, agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di masa
yang mendatang.

21
DAFTAR PUSTAKA

 Anonym. 2012. Aliran Pendidikan Modern di Indonesia.


http://pelatihanguru.net/aliranpendidikanmoderndiindonesia. Diakses pada
tanggal 11 November 2019.
 Nikmatul Maula, Fina. 2013. Aliran-aliran Modern Dalam Dunia
Pendidikan. http://ilmpupendidikan1c.blogspot.co.id/2013/12/aliran-
aliran-modern-dalam-dunia.html. Diakses pada tanggal 11 November
2019.
 Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
 Mudyahardjo, Redja. 2009. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal
tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
 Hartoto.2008. Bab VI Aliran-Aliran Pendidikan. Tersedia pada:
http://fatamorghana.wordpress. com/2008/07/20/bab-vi-aliran-aliran-
pendidikan/ (Diakses pada 11 November 2019).
 Entin.2011.Aliran-aliran Pendidikan. Tersedia pada:
http://12entinfujirahayu.wordpress.com/ 2011/05/16/aliran-aliran-
pendidikan/ (Diakses pada 11 November 2019).

22

Anda mungkin juga menyukai