TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2) Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut,
hidung, faring, dan laring
3) Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang
4) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan phagus – “memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
7
5) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
2.2.2 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang
ringan sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi disebabkan
oleh:5,6
1) Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
a. Escherichia coli patogen
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
12
2) Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b. Organo Sulfat dan karbonat
3) Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
Biologikal – bakteria, fungi (kulat dan yis) dan virus. Fizikal – benda
atau bahan asing seperti rambut, cebisan kaca, paku dan lain-lain. Kimia –
racun serangga, racun rumpai, bahan pencuci kimia, aditif makanan seperti
pengawet yang berlebihan. Beberapa jenis pencemaran makanan:8,9
1) Keracunan makanan kaleng
Saat ini, berbagai jenis bahan makanan kaleng semakin banyak
kita jumpai. Baik sayuran, daging, sarden dan sebagainya. Proses
pengalengan yang kurang sempurna dapat merangsang timbulnya
bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini senang tumbuh di tempat
tanpa udara, dan akan mengeluarkan racun yang bisa merusak saraf juka
sampai tertelan.
Gejala keracunan bakteri ini disebut botulisme.Gejala botulisme
biasanya akan timbul mendadak, 16-18 jam sesudah menelan makanan
yang mengandung racun tersebut. Gejala biasanya diawali dengan
kelelahan dan tubuh terasa lemah. Kemudian diikuti adanya gangguan
penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan ganda
(diplopia), Penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata,
kehilangan daya akomodasi lensa mata, dan refleks pupil mata terhadap
cahaya berkurang atau hilang sama sekali. Gejala berikutnya bisa
berupa kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui
hidung. Kesulitan menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke
dalam saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan radang paru
(pneumonia). Gejala juga disertai melemahnya otot-otot tubuh, tangan
13
dan kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi. Penderita
keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit.
Umumnya, proses penyembuhan berjalan lambat. Sisa kelemahan
otot-otot mata bisa berlangsung beberapa bulan. Agar tidak keracunan
makanan kaleng, kita sebagai konsumen harus teliti dalam memilih
makanan kaleng. Sebaiknya pilihlah makanan yang sudah mendapat
registrasi dari Departemen Kesehatan RI. Juga, masak atau panasi
dahulu makanan dalam kaleng sebelum dikonsumsi. Jangan dimakan
bila terdapat bahan makanan yang rusak atau membusuk.8,9
2) Tercemar zat kimia
Sayuran dan buah-buahan biasanya telah dicemari oleh zat kimia,
baik sebagai pengawet maupun racun pembasmi hama (yang sering
digunakan petani sebelum dipanen). Zat-zat kimia ini bisa berupa arsen,
timah hitam, atau zat-zat yang bisa menyebabkan keracunan. Selain itu,
makanan seperti acar, jus buah, atau asinan yang disimpan di dalam
tempat yang dilapisi timah (bahan pecah belah yang diglasir), cadmium,
tembaga, seng atau antimon (panci yang dilapisi email) juga dapat
menimbulkan keracunan dengan berbagai gejala, tergantung pada
logam-logam yang meracuninya. Keracunan akibat kelebihan bahan
pengawet juga bisa terjadi, misalnya sodium nitrit. Cadmium yang
digunakan untuk melapisi barang-barang dari logam dapat larut dalam
makanan yang bersifat asam, sehingga jika ikut termakan dalam jumlah
banyak makanan tersebut bisa menimbulkan keracunan. Gejalanya
antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala, otot-otot nyeri, ludah
berlebihan, nyeri perut, bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati dan
ginjal.Nitrit sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk menjaga
atau mempertahankan warna daging.
Jika dikonsumsi berlebihan, makanan yang mengandung zat
kimia ini mengakibatkan keracunan dengan gejala pusing, sakit kepala,
kulit memerah, muntah, pingsan, tekanan darah menurun dengan hebat,
kejang, koma dan sulit bernapas. Upaya pencegahan yang bisa
14
dilakukan agar tidak teracuni zat kimia, yaitu dengan mancuci bersih
buah-buahan, sayuran dan daging sebelum diolah. Selain itu, jangan
manyimpan bahan makanan yang bersifat asam (sari buah, acar, asinan)
di dalam panci yang terbuat dari logam.8,9
3) Racun alam pun bisa bahaya
Ada beberapa jenis bahan makanan, baik dari hewan maupun
tumbuhan sudah mengandung zat beracun secara alamiah. Salah satu
tumbuhan yang sering menyebabkan keracunan adalah jamur. Ada dua
macam jamur dari jenis amanita yang sering menyebabkan keracunan.
Jamur Amanita muscaria mengandung racun muscarine yang jika
termakan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu dua jam setelah
tertelan, yaitu keluar air mata dan ludah secara berlebihan, berkeringat,
pupil mata menyempit, muntah, kejang perut, diare, rasa bingung, dan
kejang-kejang yang bisa menyebabkan kematian. Jamur Amanita
phalloides mengandung racun phalloidine yang akan menimbulkan
gejala keracunan 6-24 jam setelah tertelan, dengan gejala mirip
keracunan muscarine. Selain itu penderita tidak bisa kencing dan akan
mengalami kerusakan hati.
Dari jenis hewan, beberapa ikan laut juga dapat menyebabkan
keracunan. Beberapa jenis ikan laut di daerah tropis akan beracun pada
waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Sedangkan jenis lainnya akan
beracun sepanjang tahun. Beberapa contoh ikan beracun antara lain
ikan gelembung, ikan balon, belut laut, ikan landak, ikan betet,
mackerel, dan lain-lain. Gejala keracunan ikan dapat dirasakan
setengah sampai empat jam sesudah dimakan, yaitu gatal di sekitar
mulut, kesemutan pada kaki dan lengan, mual, muntah, diare, nyeri
perut, nyeri persendian, demam, menggigil, sakit pada saat kencing, dan
otot tubuh terasa lemah.Untuk mencegah keracunan ikan, sebaiknya
jangan mengonsumsi jenis ikan yang beracun. Selain itu, bekukanlah
ikan laut (simpan dalam lemari pendingin) segera setelah ditangkap.
15
b. Salmonella gastro
Salmonellosis mengacu pada sejumlah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella. Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini adalah demam tifoid. Bentuk umum
salmonellosis adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang
dan dari hewan ke orang.
Makanan yang biasanya mengandung salmonella adalah
daging, daging unggas, susu dan telur. Salmonella sering
ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau
melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan
sayuran yang tidak dicuci dengan bersih juga dapat menyebarkan
bakteri ini.
Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella
termasuk mual, kram perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada
lendir dan darah pada tinja. Gejala awal biasanya muncul 12
sampai 24 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi.
Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua
sampai lima hari. Namun, salmonellosis bisa berakibat fatal pada
bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus yang sangat
jarang, salmonella bisa menembus aliran darah sehingga
menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi tulang dan masalah
perut jangka panjang
Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella
melibatkan banyak minum untuk mengganti cairan yang hilang
karena diare. Jika korban kehilangan terlalu banyak cairan, dia
harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus. Antibiotik
dan obat anti-diaremungkin diberikan untuk mengontrol gejala
yang parah.5,8,9
17
c. Escherichia coli
Kebanyakan strain Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri
bermanfaat yang hidup dalam sistem pencernaan. Mereka tidak
menyebabkan penyakit. Namun beberapa strain E. coli dapat
menyebabkan efek keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang
paling ditakuti adalah E. coli 0157 yang menghasilkan racun yang
disebut toksin Shiga.
Racun ini merusak sel-sel dinding usus sehingga
menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli 0157 juga memecah sel
darah merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah
trombosit. Pada 10% kasus, keracunan E. coli berlanjut sehingga
menyebabkan kerusakan ginjal dan organ penting lainnya. Risiko
kematian terutama tinggi pada anak-anak dan lansia. E. coli 0157
memiliki masa inkubasi antara 1-3 hari.Waktu tersebut dibutuhkan
bakteri untuk melakukan perjalanan ke usus besar dan berkembang
biak di sana ke tingkat yang menyebabkan masalah.
Karena bakteri terutama memengaruhi usus besar, gejala
utama adalah sakit perut dan diare. E. coli 0157 jarang
menyebabkan muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut
dan diare hebat sehingga ada bintik-bintik darah segar di tinjanya.
Berbeda dengan jenis keracunan makanan lainnya, E. coli 0157
sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau lebih
sebelum diare mereda.Keracunan E. coli timbul karena
mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi cincang. Jika
daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup dan
berkembang biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu
10 bakteri hidup dalam burger atau sosis untuk dapat menyebabkan
keracunan makanan E. coli. Bakteri ini juga dapat menyebar
melalui makanan atau air yang tercemar kotoran hewan. E. coli
tidak terpengaruh oleh obat antibiotik.
18
2.2.3 Patofisiologi
2.2.4 Manifestasi
1) Gejala yang paling menonjol meliputi:6
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
19
2) Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
3) Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4) Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal6
20
2.2.5 Komplikasi
1) Kejang
2) Koma
3) Henti jantung
4) Henti napas (Apneu)
5) Syok6
2.2.7 Penatalaksanaan
1) Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan
inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat
dan perbaiki perfusi jaringan.5,9
21
2) Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan
dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir
dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas,
kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan
buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni
lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan
meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.6,9
3) Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya
usaha mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha –
usaha penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.5,6
4) Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan
karbon aktif dan membersihkan usus.6,9
5) Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa
atau asam, dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus.6,9
2.2.8 Pencegahan
1) Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak
aktif dengan pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1
menit, pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora juga tidak aktif
dengan pemanasan 120 C
2) Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh
dari jangakauan anak – anak
3) Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4) Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
5) Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan
6) Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa.5,7,9
22
2.3 Botulisme
2.3.1 Definisi
Botulisme merupakan intoksikasi, seperti halnya dengan tetanus.
Toksin botulisme diproduksi oleh Closytrodium botulinum. Botulisme
adalah penyakit langka tapi sangat serius. Merupakan penyakit paralisis
gawat yang disebabkan oleh racun (toksin) yang menyerang saraf yang
diproduksi bakteri Clostridium Botulinum. Clostridium botulinum
berkembang biak melalui pembentukan spora dan produksi toksin. Toksin
tersebut dapat dihancurkan oleh suhu yang tinggi, karena itu botulisme
sangat jarang sekali dijumpai di lingkungan atau masyarakat yang
mempunyai kebiasaan memasak atau merebus sampai matang.1
Ada 3 jenis utama botulisme:
1) Foodborne Botulisme
Disebabkan karena makanan yang mengandung toksin botulisme.
2) Wound Botulisme
Disebabkan toksin dari luka yang terinfeksi oleh Clostridum Botulinum.
3) Infant Botulisme
Disebabkan karena spora dari bakteri botulinum, yang kemudian
berkembang dalam usus dan melepaskan toksin.3 Semua bentuk
botulisme dapat fatal dan merupakan keadaan darurat. Foodborne
botulisme mungkin merupakan jenis botulisme yang paling berbahaya
karena banyak orang dapat tertular dengan mengkonsumsi makanan
yang tercemar.1
2.3.2 Insiden
Di USA dilaporkan sekitar 110 kasus terjadi tiap tahunnya. Dan sekitar 25%
nya foodborne botulisme, 72% infant botulisme dan sisanya adalah wound
botulisme. Foodborne botulisme biasanya karena mengkonsumsi makanan
kaleng. Wound botulisme meningkat karena penggunaan heroin terutama di
california.3
23
2.3.3 Etiologi
Etiologi dari botulisme adalah Clostridium botulinum. Clostridium
botulinum merupakan kuman anaerob, gram positif, mempunyai spora yang
tahan panas, dapat membentuk gas, serta menimbulkan rasa dan bau pada
makanan yang terkontaminasi.4
2.3.4 Patofisiologi
Clostridium Botulinum berbiak melalui pembentukan spora dan produksi
toksin. Racun botulisme diserap di dalam lambung, duodenum dan bagian
pertama jejunum. Setelah diedarkan oleh aliran darah sistemik, maka racun
tersebut melakukan blokade terhadap penghantaran serabut saraf kolinergik
tanpa mengganggu saraf adrenegik. Karena blokade itu, pelepasan
asetilkolin terhalang. Efek ini berbeda dengan efek kurare yang
menghalang-halangi efek asetil kolin terhadap serabut otot lurik. Maka dari
itu efek racun botulisme menyerupai khasiat atropin, sehingga manifetasi
klinisnya terdiri dari kelumpuhan flacid yang menyeluruh dengan pupil
yang lebar (tidak bereaksi terhadapt cahaya), lidah kering, takikardi dan
perut yang mengembung. Kemudian otot penelan dan okular ikut terkena
juga, sehingga kesukaran untuk menelan dan diplopia menjadi keluhan
penderita. Akhirnya otot pernafasan dan penghantaran impuls jantung
sangat terganggu, hingga penderita meninggal karena apnoe dan cardiac
arrest.1
2.3.5 Diagnosa
Kecurigaan akan botulisme sudah harus dipikirkan dari riwayat pasien
dan pemeriksaan klinik. Bagaimanapun, baik anamnesa dan pemeriksaan
fisik tidak cukup untuk menegakkan diagnosa karena penyakit lain yang
merupakan diagnosa banding, seperti Guillain-Barre Syndrome, stroke dan
myastenia gravis memberikan gambaran yang serupa. Dari anamnesa
didapatkan gejala klasik dari botulisme berupa diplopia, penglihatan kabur,
mulut kering, kesulitan menelan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
24
2.3.6 Komplikasi
Botulisme dapat menyebabkan kematian karena kegagalan nafas.
Dalam 50 tahun terakhir, banyak pasien dengan botulisme yang meninggal
menurun dari 50% menjadi 8%. Pasien dengan botulisme yang parah
membutuhkan alat bantu pernafasan sebagai bentuk pengobatan dan
perawatan yang intensif selama beberapa bulan. Pasien yang selamat dari
racun botulisme dapat menjadi lemah dan nafas yang pendek selama
beberapa tahun dan terapi jangka panjang dibutuhkan untuk proses
pemulihan.2,3
parestesia pada daerah lesi, sering pada tangan dan kaki (gloves and
stocking).
Pemeriksaan cairan serebrospinalis terdapat kadar protein yang
tinggi yaitu 1000mg/100ml (normal 15-45mg/ml) sedangkan jumlah sel
(limfosit dan sel mononuclear) biasanya dalam keadaan normal 0-
3/mm³ dan tidak melebihi 5/mm³. Keadaan ini dikenal dengan sebutan
dissociation cytoalbuminigue yang merupakan ciri khas sindroma ini.
Terjadi asidosis respiratorik bila otot-otot pernafasan terkena.
Merupakan keadaan gawat darurat yang dapat menimbulkan koma
bahkan membawa kematian.2
2) Miastenia gravis
Kelainan mulai dari otot-otot kelopak mata, otot pengunyah
parese palatum mole/arkus faringeus/uvula/otot-otot faring dan lidah
(tahap awal). Pada tahap lanjut otot-otot leher dapat terkena sehingga
kepala harus ditegakkan dengan tangan. Kemudian menyusul otot
anggota gerak dan interkostal.
Gejala yang khas yaitu pada pagi hari pasien merasa tidak
terdapat gangguan, makin siang kelainan mulai dari kelopak mata yang
setengah menutup (ptosis) dan badan terasa lemah. Bicara mulai parau,
kesukaran menelan, merupakan keluhan bila sudah lama.3
2.3.8 Penatalaksanaan
Para penderita botulisme dapat mengalami kesulitan bernafas (pada stadium
lanjut) karena itu membutuhkan alat bantuan nafas atau ventilator selama
berminggu-minggu (biasanya 4 minggu) atau sampai efek toksin habis,
ditambah perawatan dan pengobatan yang intensif. Setelah beberapa
minggu, paralisis secara bertahap muncul dan semakin jelas. Jika diagnosa
bisa ditegakkan secara awal, foodborne dan wound botulisme dapat diobati
dengan anti toksin yang dapat memblok aksi toksin dalam peredaran darah.
Hal ini dapat membantu agar keadaan pasien tidak memburuk, tapi proses
26
2.3.9 Prognosa
Sementara, prognosis dari botulisme bervariasi, tergantung dari jenis
botulisme yang menginfeksi dan kecepatan diagnosis dan pemberian obat.
Makin awal diagnosis dapat ditegakkan atau makin cepat penderita berobat,
makin baik prognosisnya.3