Penderita kelainan galaktosemia biasanya akan menunjukkan beberapa gejala yang bervariasi,
gejala yang terjadi dapat ringan ataupun berat, diantaranya adalah gangguan pencernaan, berat
badan tak kunjung naik, kejang, muntah, dan jaundice (perubahan warna kuning pada kuliut dan
mata). Ketika seorang bayi yang baru lahir didapatkan kelainan galaktosemia, maka infeksi akan
mengancam jiwa, dapat menyebabkan retardasi mental, dan lembatnya pertumbuhan fisik. Bayi
yang didapatkan kelainan galaktosemia dan selalu diberi ASI oleh ibunya
1. Tipe 1 : biasa disebut galaktosemia klasik merupakan kasus yang paling sering terjadi dan
merupakan bentuk kasus yang sangat berat.
Kelainan galaktosemia sangat bergantung kepada gen kedua orangtua, apabila kedua orang tua
membawa gen galaktosemiam, kemungkinan 25% bahwa anak akan terkena kelainan
galaktosemia, Dan 50% kemungkinan akan membawa gen kelainan tersebut. Jadi, yang berisiko
terkena galaktosemia adalah anak yang memiliki orangtua yang didapatkan kelainan
galaktosemia ataupun orangtua yang membawa gen tersebut.
Kelainan galaktosemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi yang cukup serius,
berupa kegagalan ovarium prematur dan gambaran neuropsikiatrik seperti gangguan fungsi
kognitif, kesulitan belajar, perubahan perilaku (seperti kecenderungan menarik diri dari
lingkungan) dan kesulitan berbicara, katarak, sirosis hati, retardasi mental, tremor dan fungsi
motorik yag tidak dapat dikendalikan, serta penurunan kepadatan mineral tulang.
Secara biokimia, didalam usus, laktosa yang dipecah menjadi glukosa dan galaktosa selanjutnya
akan dipecah oleh enzim lactase. Pada individu yang didapatkan kelainan galaktosemia, enzim-
enzim yang diperlukan untuk metabolisme selanjutnya mengalami defisiensi sehingga
menimbulkan gejala hepatomegali, sirosis, gagal ginjal katarak, kerusakan otak dan kegagalan
ovaium. Tanpaterapi yang tepat, mortalitas pada bayi dengan galaktosemia berkisar 75%.
Saat ini, pengobatan untuk galaktosemia belum ditemukan. Namun, untuk mengurangi dan
meringankan gejala hanya bisa dilakukan diet pembatasan asupan laktosa/galaktosa. Nah, hal
yang harus dilakukan ialah selalu membaca label ingredients pada setiap produk dan memastikan
bahwa tidak ada kandungan gula galaktosa dalam makanan. Namun, tiak menutup kemungkinan
bahwa penderita galaktosemia bisa hidup dengan normal hingga dewasa
Sumber :
Galaktosemia adalah kadar glukosa yang tinggi dalam darah, etiologinya disebabkan oleh
kekurangan atau bahkan ketidakpunyaan tubuh terhadap enzim galaktose 1-fosfat uridil
transfarase. Galaktosemia merupakan kelainan bawaan. Yang paling extrim kelainan
galaktosemia terjadi sekitar 1 dari 50.000-70.000 bayi terlahir tanpa enzim tersebut.
Galaktosemia diwariskan secara resesif autosom dan mempunyai insiden 1 dalam 60000.
Penyebab Galaktosemia dan Fenilketonuria
1. GALAKTOSEMIA
Galaktosemia disebabkan oleh tidak adanya atau defisiensi berat enzim galaktosa-1-fosfat
uridiltranferasa ( Gal-1-PUT). Enzim ini penting untuk mengubah galaktosa menjadi
glukosa,karena laktosa yang merupakan gula utama susu adalah disakarida yang mengandung
glukosa dan galaktosa. Bayi dengan kondisi ini secara cepat menderita galaktosemia jika disusui
baik dengan ASI atau susu formula sapi. Metabolik yang terbentuk berbahaya adalah galaktosa-
1-fosfat.
Patofisiologisnya pada awalnya pasien penderita kelainan ini tampak normal secara fisik,
namun setelah beberapa hari maupun beberapa minggu kemudia terlihat penurunan nafsu makan
juga terjadi mual dan muntah, tubuh tampak kuning seperti hepatitis (jaundice) dan pertumbuhan
yang normal seperti anak biasanya terhenti, Ini akan menjadi bahaya jika pengobatan terlambat
diberikan, akibatnya adalah anak akan memiliki tubuh yang pendek dan mengalami penurunan
mental.
Menurut para ahli medis kelainan ini dapat terlihat dan didiagnosa jika pada urin pasien
terdapat galaktosa dan galaktose 1-fosfat. Pasien dengan galaktosemia, dilarang mengkonsumsi
bahan makanan yang mengandung galaktosa, seperti susu yang kaya akan galaktosa. Karena
kelainan ini merupakan herediter yang dibawa oleh ibu atau ayahnya, seorang wanita yang
diduga membawa gen untuk penyakit ini sebaiknya tidak mengkonsumsi galaktose selama
kehamilan.
Gejala Galaktosemia dan Phenilketonuria
1. GALAKTOSEMIA
Galaktosemia Classic (G/G) menyajikan pada periode neonatal dengan ikterus neonatal
yang berkepanjangan. Dengan lima hari menghisap umur miskin, gagal tumbuh, diatesis
pendarahan, dan penyakit kuning terjadi peningkatan. Jika galaktosemia klasik tidak diobati,
hiperamonemia, sepsis, dan shock mungkin dengan enam sampai sepuluh hari usia. Katarak yang
hadir dalam sekitar 10% bayi.
Kebanyakan bayi yang terkena terdeteksi melalui program skrining baru lahir, namun,
dokter harus waspada terhadap tanda-tanda awal (makan yang buruk, penyakit kuning neonatal
berkepanjangan) dan lepaskan laktosa dari makanan dan memulai berbasis kedelai, terapi diet
sambil menunggu hasil pemeriksaan baru lahir dan / atau tes diagnostik.
Pengobatan
1. GALAKTOSEMIA
Pengobatan galaktosemia melalui diet intervensi, dengan segera intervensi diet
ditunjukkan pada bayi yang Galt aktivitas enzingm kurang dari 10% dari aktivitas pengendalian
dan yang RBC galaktosa-1-fosfat lebih besar dari 10 mg / dL. Karena 90% dari sumber
karbohidrat baru lahir adalah laktosa dan susu manusia mengandung 6% -8% laktosa, susu sapi
3% -4% laktosa, dan susu formula yang paling eksklusif laktosa 7%, semua produk susu harus
segera diganti oleh formula yang bebas laktosa Ketersediaan hayati (misalnya, Isomil ® atau
Prosobee ®). formula kedelai tersebut mengandung sukrosa, fruktosa, dan polycarbohydrates
non-galaktosa. pengobatan Lanjutan dengan formula berbasis kedelai tergantung pada respon
peningkatan eritrosit gal-1-P: konsentrasi yang lebih rendah dari 5 mg / dL dianggap dalam
rentang terapeutik.
Beberapa telah menganjurkan untuk menggunakan formula elemental yang mengandung
sejumlah kecil galaktosa Ketersediaan hayati. Sejak produksi galaktosa endogen diukur dalam
gram per hari, penghapusan dari beberapa miligram mungkin tidak menguntungkan [Zlatunich &
Packman 2005]. Pemantauan penurunan eritrosit gal-1-P produksi akan menjadi parameter yang
tepat terapi.
pembatasan diet pada semua makanan yang mengandung laktosa (produk susu, saus
tomat, dan permen) dan obat-obatan (tablet, kapsul, ditambahkan ramuan yang mengandung
laktulosa) harus terus sepanjang hidup, namun, mengelola diet menjadi kurang penting setelah
masa bayi dan awal masa kanak-kanak, ketika susu dan produk susu tidak lagi menjadi sumber
utama energi. Hal ini diperdebatkan bagaimana diet ketat harus setelah tahun pertama kehidupan
[Berry et al 2004, Bosch et al 2004a, Schadewaldt et al 2004], karena produksi galaktosa
endogen adalah urutan besarnya lebih tinggi daripada yang ditelan dari makanan selain susu .
Meskipun pembatasan galaktosa eksogen endogen produksi hasil galaktosa dalam
peningkatan terus-menerus dalam selular gal-1-P yang lebih besar dari biasanya (misalnya, 2-5
mg / dL dibandingkan dengan <1 mg / dL).
Kriteria berikut telah digunakan untuk menilai kepatuhan diet: