ii
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUP Dr. KARIADI TAHUN 2018
iii
DAFTAR ISI
Hal
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap,rawat jalan dan gawat darurat.
Peningkatan upaya penanggulangan penderita gawat darurat baik dalam keadaan
sehari-hari, maupun dalam keadaan musibah masal / bencana pada dasarnya mencakup
suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mencegah
kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi, sejak ditempat kejadian, selama perjalanan
ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Dalam struktur organisasi RSUP.Dr.Kariadi Semarang, Instalasi Gawat Darurat
memiliki 2 ruang pelayanan yaitu ruang gawat darurat dimana memberikan pelayanan bagi
pasien dengan kasus true emergency maupun false emergency. Sedangkan ruang
pendaftaran pasien rawat inap adalah tempat dimana pasien / keluarga pasien melakukan
pendaftaran agar dapat memperoleh ruang rawat inap sesuai dengan kebutuhan medik
pasien.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat
pedoman pelayanan yang merupakan acuan bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien Instalasi
Gawat Darurat RSUP Dr Kariadi pada khususnya.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Ketenagaan
2. Fasilitas
3. Tata laksana pelayanan
4. Logistik
5. Keselamatan pasien
6. Manajemen Risiko
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
8. Pengendalian Mutu
1
C. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah instalasi pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu
dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triase
Adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien / korban yang
berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit untuk menentukan tingkat
kegawatan dan prioritas penanganan / pemindahan pasien.
3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
kecacatan dan / atau mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera
diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat misalnya kanker stadium lanjut
8. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya
10. Kecelakaan ( Accident )
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
2
Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan
nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
3
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
D. Landasan Hukum
1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
3. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang
Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI no 44/PMK/05/2009 tentang rencana bisnis
anggaran serta pelaksanaan anggaran BLU.
8. SOTK
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pendidikan pelatihan
1 Kepala Instalasi Dokter spesialis Bersertifikat PPGD
atau sejenisnya
2 Penanggung Jawab Mutu S1 Kep. Ners / dokter Bersertifikat
Pelayanan BLS/PPGD atau
Sejenisnya
3 Penanggung Jawab Sarana Minimal S1. Ners Bersertifikat
dan Prasarana BLS/PPGD atau
Sejenisnya
4 Kepala ruang S1.Kep. Ners / S2 Bersertifikat PPGD/
Keperawatan Emergency Nursing/
BTLS-BCLS
Sertifikat manajemen
5 Perawat Pelaksana IGD D III / S1/ S2 Bersertifikat PPGD/
Keperawatan Emergency Nursing/
BTLS-BCLS
6 Dokter Penanggung Jawab Dokter spesialis Bersertifikat
Pasien PPGD/ATLS-ACLS
7 Dokter IGD Dokter Umum Bersertifikat
PPGD/ACLS/ATLS
8 Administrasi Umum DIII/ S1 Bersertifikat BLS
5
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
Ka. Instalasi 1 0 0
1 RPPRI
1 Bedah
1 Interna
1 Anak
1 Obs Gin
Dokter umum 2 2 2
1 RPPRI
Perawat 15 14 14
pelaksana
Administrasi 3 1 1
Umum
Pelaksana 1 0 0
Logistik
POS/ Caraka 6 4 4
6
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD
a. Pengaturan jadwal dinas perawat Ruang Gawat Darurat dan Ruang
Pendaftaran Pasien Rawat Inap dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruang dan disetujui oleh Penanggung Jawab serta diketahui oleh Ka
Instalasi Gawat Darurat
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana IGD setiap satu bulan..
c. Apabila dalam pelaksanaannya ada perawat yang memiliki kepentingan
mendadak yang tidak dapat ditinggalkan, maka dapat bertukar jaga sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur tukar jaga pegawai yang belaku
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( Ka Tim)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 5
tahun, serta memiliki sertifikat kegawatdaruratan seperti PPGD, Emergency
Nursing, atau sejenisnya.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.
7
Penugasan Perawat IGD
8
No Penugasan Jumlah Keterangan
jaga.
Kategori 3 :
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
1. Persyaratan fisik bangunan
a. Luas bangunan IGD sesuai dengan beban kerja RS dengan memperhitungkan
kemungkinan penanganan korban masal / bencana
b. Lokasi gedung berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh masyarakat
dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan dari luar Rumah Sakit
c. Mempunyai akses masuk dan keluar yang berbeda menuju pintu utama (alur
masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar)
d. Ambulance / kendaraan yang membawa pasien dapat sampai didepan pintu
yang areanya terlindung dari panas dan hujan
e. Pintu IGD dapat dilalui oleh brancard
f. Memiliki area khusus parkir ambulance yang biasa menampung lebih dari 2
ambulance (sesuai dengan beban RS),
g. Susunan ruang diatur sehingga arus pasien dapat lancar dan tidak ada “cross
infection”, dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan RS,
mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga
h. Ruang triase dapat memuat 3 (brancard) brancard
i. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (Dokter dan Perawat).
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
IGD RSUP Dr. Kariadi terletak di lantai dasar yang mudah akses ke ICU, kamar
operasi, laboratorium, radiologi dan terdiri dari ruangan Triase, ruang resusitasi,
ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah, ruangan observasi dan ruang
isolasi airborn desease, serta ruang RPPRI.
IGD juga dilengkapi dengan :
Ambulan On Site 24 jam
Gedung ber AC
Ruang tunggu pasien luas
Depo Farmasi 24 jam
ATM
Kamar mandi / WC umum
Kantin umum
2. PERSARATAN SARANA
a. RUANG TRIASE
Kit pemeriksaan sederhana
Brancard penerimaan pasien , Rasio (Crossesctional)
Pembuatan rekam medis khusus
10
b. RUANG TINDAKAN
1) RUANG RESUSITASI
a) Peralatan medis
NA minimal 1
OPA minimal 1 setiap nomor
Laryngoscope set anak minimal 1 setiap nomor
Laryngoscope dewasa minimal 1 setiap nomor
ETT Minimal 1 setiap nomor
Suction catheter
Tracheostomy tube Minimal 1 setiap nomor
Bag Valve mask (dewasa/anak) Minimal@ 1
Canule Oxygen (binasal dan nasal) Minimal 1 setiap nomor
Oksigen sungkup Minimal 1 setiap nomor
Chest tube Minimal 1 setiap nomor
Kriko / tracheostomy Minimal 1
Ventilator transport Minimal 1
Vital sign monitor Sesuai jumlah TT
Infusion Pump 2-3 tiap TT
Syringe pump 2-2 tiap TT
Infusion set Minimal 10
IV Transparan dressing Minimal 10
IV Needle Minimal 10
EKG Minimal 1
Vena sectie Minimal 1
Defibrilator Minimal 1
Gluko stick Minimal 1
Stethoscope Minimal 1
Termometer Minimal 1
Nebulizer Minimal 1
Oksigen medis/consentrator Rasio 1 banding 1 TT di IGD
Warmer Minimal 1
b) Immobilisation Set
Neck collar Minimal 1
Splint Minimal 1
Long spine board Minimal 1
Scoopstrecher Minimal 1
KED (Kendrick ExtricationDevice), Minimal 1
Urine bag , Minimal 1 set/TT
NGT , Minimal 1
Wound toilet set , Minimal 1
11
c) Obat-obatan dan Alat Habis Pakai
Cairan koloid , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus
diresepkan
Kristaloid , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus
diresepkan
Dektrose , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus
diresepkan
Adrenalin , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus
diresepkan
SA , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus diresepkan
Lidokain 2 % , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus
diresepkan
Dextrose 50 % , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus
diresepkan
Aminophilin ,Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus
diresepkan
Trombolitik / fibrinolitik , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa
harus diresepkan
Amiodaron dan Inotropik ,Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa
harus diresepkan
Manitol , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpa harus
diresepkan
Furosemide , Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup tanpaharus
diresepkan
12
Antiseptik
Lidokain 2 %
Wound dressing
ATS
ABU
Benang jarum
APD : apron, masker,sarung tangan,kacamata/google 3
13
Dopamin
Dobutamin
ATS
Trombolitik/ fibrinolitik
APD
Monitol
Furosemid
14
Obat-obatan
Uterotonika
Prostaglandin
6) RUANG OPERASI
Ruang operasi untuk pasien yang akan dioprasi cito dari IGD menjadi satu
pengelolaannya di Instalasi Bedah Sentral. Akses mudah, terdapat pintu
perantara ruang Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Bedah Sentral.
a. Ruang Persiapan
Ruang ganti Tindakan/operasi yang dilakukan terutama untuk keadaan
cito, bukan elektif
Brancard
Oksigen
Suction
Linen
( Pengelolaan oleh Instalasi Bedah Sentral )
b. Kamar operasi
Meja operasi Min 1 Tindakan/ operasi yang dilakukan terutama untuk
keadaan cito, bukan elektif
Mesin anesthesi Min 1
Alat regional anesthesi Min 1
Lampu (mobile/statis) Min 1
Pulse oxymetri Min 1
Vital sign monitor Min 1
Meja instrumen Min 1
Suction Min 1
C-arm Min 1
Film viewer Min 1
Set bedah dasar Min 1
Laparatomy set Min 1
Appendictomy set Min 1
Sectiocaesaria set Min 1
Set bedah anak Min 1
Vascular set Min 1 Min
Torakosintesis set Min 1
Neurosurgery set Min 1
Set orthopaedik Min 1
Set urologi emergensi Min 1
Set bedah plastik emergensi Min 1
15
Laparascopy set Min 1
Endoscopy surgery Min 1
Laryngoscope Min 1
Defibrilator Min 1
( Pengelolaan oleh Instalasi Bedah Sentral )
c. Recovery Room
Infuse pump Min 2
Bed side monitor Min 1
Suction Min
Tiang infus Min 1
Infus set Min 1
IV Transparan dressing Min 2
IV Needle Min 2
Oxygen line Min 1
( Pengelolaan oleh Instalasi Bedah Sentral )
2. Ruang Laboratorium
Lab. Pedoman
Lab. Rutin, tersendiri dan dapat diakses 24 jam Elektrolit termasuk
pemeriksaan Kimia, AGD, CKMB (jantung), dan Lab. Khusus
4. Ruang Sterilisasi
Basah Minimal 1
Autoclave Minimal 1
( Untuk sterilisasi alat-alat IGD dilakukan di Instalasi Laundry dan CSSD )
16
5. Gas Medis :
N2O
Tabung gas sentral
4. Alat Administrasi
Computer (PC & HMIS, printer
Mesin tik
Alat kantor
Meubelair
Papan tulis
9) RUANG DEKONTAMINASI
1. Letak Gedung
Wastafel
Shower
Eye Washer
Korden
APD ( Baju pelindung, Google, Masker, Topi, Sepatu Boot, Handsoon )
Tempat Sampah Medis
Tempat APD Kotor
Tempat Sampah Bahan Kimia
17
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan medis dan non medis IGD berfokus pada pasien.
Pelayanan medis disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pasien. Penatalaksanaan
pelayanan dilakukan sejak pasien datang hingga pasien keluar dari IGD (pulang, rawat
inap, rujuk, atau meninggal dunia). Selama perawatan di IGD, pasien dilakukan observasi/
reasesmen terhadap perkembangan kesehatannya. Reasesmen terhadap pasien dilakukan
menggunakan jangka waktu tertentu sesuai tingkat kegawatan atau kategori pasien.
18
Unit
No Kegiatan Kerja SPO/KEBIJAKAN
terkait
kepesertaan, Jika pasien tidak membawa
kartu kepesertaan, maka petugas
pendaftaran menyarankan untuk
melengkapi persyaratan tersebut dalam
waktu 2x24 jam.
7 Pasien BPJS dibuatkan surat Eligibilitas
Peserta (SEP), dan form kendali 14
variabel oleh petugas pendaftaran IGD.
8 Rekam Medis (RM) pasien beserta SEP
dan form kendali 14 variabel diantar ke
bagian triase oleh petugas pendaftaran
IGD, selanjutnya oleh petugas triase RM
dilengkapi dengan form asesmen triase dan
diantar ke label dimana pasien berada.
19
C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE
I. Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD
Perawat terlatih: minimal PK I
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Senter
- Brankar
III. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
Tata laksana pelayanan Triase di IGD dituangkan dalam panduan pelayanan
triase.
20
tindakan medis yang telah diberikan secara
tertulis harus dilakukan secara tertulis pula
6 Informed consent yang sudah diisi dijadikan Rekam
satu dengan dokumen rekam medis. Medis
21
Unit Kerja
No Kegiatan SPO / KEBIJAKAN
terkait
Transfer pasien yang akan alih rawat ke RS HK.00.01/1.IV.1/125/2013
lain (transfer external) :
1. Perawat ruang asal pasien
menghubungi RS yang dituju .
2. Perawat asal pasien diluar IGD,
menghubungi perawat IGD.
3. Perawat IGD konfirmasi ulang ke RS
yang dituju.
4. Perawat IGD menyiapkan Obat &
Alkes sesuai kondisi pasien
5. Perawat IGD menghubungi sopir
ambulan
6. Bila pasien gawat darurat
mengancam nyawa maka petugas
yang mengantar adalah dokter sesuai
kasus, perawat dan sopir.
7. Bila pasien bukan gawat darurat
mengancam nyawa diantar perawat
dan sopir.
8. Dokter / perawat IGD melakukan
serah terima.
22
Unit Kerja
No Kegiatan SPO / KEBIJAKAN
terkait
4 Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada KSM
keluarga / penanggung jawab pasien
5 Bila ditemukan perubahan tingkat kegawatan,
pasien dapat dialihkan ke kategori 1, 2, 3, 4
6 Bila tidak ada kegawatan pasien diberikan
resep dan bisa langsung pulang
7 Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali
sesuai dengan saran dokter
8 Perawat menyarankan pasien / keluarga Keuangan
pasien untuk menyelesaikan administrasi
23
III. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
No Kegiatan Unit Kerja terkait SPO / KEBIJAKAN
1 Pasien datang dalam keadaan tidak HK.00.01/I.IV.1/519/2012
ada tanda-tanda kehidupan (henti
nafas, henti jantung, pupil midriasis
maximal) oleh petugas trias dibawa ke
kategori 1.
2 Oleh dokter jaga kategori 1 diperiksa
dan ditentukan kondisinya.
3 Bila pasien dipastikan meninggal,
maka dilakukan perawatan jenazah,
dibuatkan surat keterangan meninggal
( kartu AB) oleh dr. Jaga kategori 1, KSM
selanjutnya jenazah dibawa ke kamar
mayat IGD.
4 Jenazah di observasi di kamar mayat
IGD, dan keluarga (jika ada) mengurus
penyelesaian administrasi.
5 Setelah administrasi selesai, Perawat Inst.Pemulasaraan
IGD menghubungi petugas kamar Jenazah
mayat Inst. Pemulasaraan Jenazah.
6 Petugas kamar mayat Inst. Inst.Pemulasaraan
Pemulasaraan Jenazah mengambil Jenazah
jenazah di kamar mayat IGD dan
melakukan serah terima.
24
No Kegiatan Unit Kerja SPO / KEBIJAKAN
terkait
2 Isi Informasi mencakup : HK.00.01/I.IV.3/01/2016
Keadaan umum (kesadaran dan
tanda– tanda vital )
Peralatan yang diperlukan di IGD
(ventilator, monitor, defibrillator )
Kebutuhan ruang rawat ( IRIN / IRNA)
3 Petugas customer cervis mencatat pada
form yang telah disediakan dan
selanjutnya menyerahkan &
menyampaikan kepada petugas jaga
triase.
3 Petugas triase menyampaikan kepada
dokter jaga sesusi kasus & perawat, serta
menyiapkan sarana yang diperlukan
sesuai dengan informasi yang diterima.
25
Bila semua sudah siap, maka pasien
diantar ke rumah sakit yang dituju dengan
menggunakan ambulan.
Selama proses transfer, kondisi pasien
harus dinilai dan dipantau setiap 60 menit
atau sesuai kondisi pasien, dan dicatat
dilembar transfer eksternal.
Setelah sampai di rumah sakit penerima,
lakukan operan dengan dokter/perawat
penerima.
Surat pengantar rujukan dibuat rangkap
dua, lembar pertama diberikan ke RS
yang dituju, lembar kedua dijadikan satu
dengan berkas rekam medik pasien.
26
BAB V
LOGISTIK
27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
28
3. Penanganan obat yang perlu diwaspadai / High Alert medikation ( HAM )
f. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang beresiko tinggi dapat
menyebabkan terjadinya kejadian KTD ( Kejadian Tidak Diinginkan ) atau
sentinel, serta obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan.
g. Yang termasuk dalam obat HAM yaitu antara lain elektrolit konsentrat serta
obat-obat yang terlihat mirip atau namanya kedengaran mirip (nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM atau Look Alike Sound Alaike / LASA ).
h. Pemberian obat HAM harus dilakukan dengan doubel cek, serta dilakukan
verifikasi yang melipui 7 benar, yaitu : benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar waktu, benar cara pemberian (rute), benar informasi, dan benar
dokumentasi.
4. Kepastian tepat prosedur – tepat lokasi – tepat pembedahan
Dilakukan dengan mengikuti prosedur verifikasi dan pemberian penandaan /
marking pra pembedahan.
i. Verifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus tersedia pada
saat tindakan, meliputi dokumen rekam medis ( Asesmen, Informed cosent),
hasil pemeriksaan penunjang, dan kebutuhan khusus / implant / darah.
j. Marking
- Dilakukan pada saat pra operasi dan melibatkan pasien secara aktif
sebelum jadwal oprasi.
- Dilakukan oleh DPJP / operator yang akan melakukan prosedur bedah.
- Tanda yang digunakan : Lingkaran (O) , garis ( - ), atau tanda panah (↑)
- Dilakukan bila :
a. Terdapat lebih dari satu kemungkinan lokasi oprasi termasuk sisi
(laterality).
b. Multipel strutur ( jari tangan, jari kaki)
c. Multipel level (tulang belakang)
d. Bila melakukan prosedur pada tempat yang salah akan mencederai
pasien.
5. Menurunkan resiko infeksi nosokomial
k. Semua orang yang berada di IGD RSUP Dr. Kariadi wajib menjaga dan
melaksanakan kebersihan tangan dengan cara cuci tangan dengan air
mengalir dan sabun selama40-60 detik atau cuci tangan dengan antiseptik
berbasis alkohol (hand rub) selama 20-30 detik.
l. Kebersihan tangan wajib dilakukan pada 5 keadaan ( 5 moment ), yaitu :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Setelah kontak dengan pasien
3. Sebelum tindakan aseptik
4. Setelak kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
29
6. Menurunkan resiko jatuh pada pasien
Skrining faktor resiko jatuh di IGD RSUP Dr. Kariadi dengan menggunakan
Timed Up and Go.
Identifikasi pasien dengan faktor resiko jatuh sedang dan tinggi dilakukan
dengan menggunakan klip berwarna kuning pada gelang identitas pasien,
papan penanda resiko jatuh pada brankard, dan rekam medis pasien.
D. TATA LAKSANA
Dalam tatalaksana keselamatan pasien dengan menerapkan manajemen resiko.
30
VII. MANAJEMEN RESIKO
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
B. TUJUAN:
II. PENGERTIAN
Definisi:
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan
strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana fasilitas dan keuangan melalui identifikasi dan penilaian potensi
kehilangan asset, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan menerapkan
secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
31
III. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO
32
5. Kelola risiko.
1. TETAPKAN KONTEKS.
2. IDENTIFIKASI RISIKO.
3. ANALISIS RISIKO.
33
sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi insiden), dan kemungkinan
terjadinya insiden.
5. PENGELOLAAN RISIKO.
Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan
bahwa rencana organisasi manajemen risiko tetap relevan. Mengingat bahwa banyak
faktor yang dapat mempengaruhi perubahan “kemungkinan dan dampak risiko” setiap
saat, maka manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta
meninjau kembali setiap langkah dalam proses manajemen risiko.
Tujuan utama pemantauan adalah:
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif
yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang signifikan
dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua
iunit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin timbul
dari kegiatan serta untuk menganalisis risiko yang berdampak terhadap keuangan,
34
kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden dan kemungkinan untuk
mengontrol.
Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung terutama untuk pelayanan
kepada pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS seperti tercantum
dalam UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS. Secara
umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada manajemen risiko
bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi akan membantu
langkah - langkah yang akan diambil terhadap risiko tersebut.
35
BAB VIII
KESEHATAN dan KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi
HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus
secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi
penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa
pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya
kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit :
tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08%
pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan
WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien, pengunjung, dan masyarakat dari penyebaran
infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Standard Precaution”.
36
III. Tindakan yang beresiko menyebabkan kecelakaan kerja di IGD
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan dan alat pelindung diri yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
37
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan visi dan misi rumah sakit umum pusat dr. Kariadi Semarang ,
yaitu menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang unggul, maka
dalam menjaga dan meningkatkan mutu dan keselamatan pasien menjadi hal yang
sangat penting.
Hal tersebut sesui dengan Undang-undang RI No.44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, dijelaskan bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberi
perlindungan terhadap keselamatan pasien , masyarakat, lingkungan rumah sakit,
dan sumber daya manusia di rumah sakit, serta meningkatkan mutu dan
mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu RSUP DR. Kariadi berkewajiban memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan sesuai standar pelayanan rumah sakit. Untuk dapat
tercapainya tujuan tersebut perlu adanya pedoman sebagai pegangan atau dasar
penyelenggaraan pelayanan di instalasi Gawat darurat.
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Instalasi Gawat
Darurat.
B. Tujuan Khusus
Tercapainya mutu pelayanan sesuai dengan standar indikator, antara lain :
38
NO INDIKAROR DEFINISI TARGET RUMUS
MUTU OPERASIONAL
3 “respon time” Waktu dari sejpak pasien ≤ 5 menit
penanganan masuk pintu IGD sampai
kegawat daruratan di periksa oleh dokter.
4 Angka pasien Pasien IGD yang pulang ≤5% ∑(No. 4 /∑
pulang sebelum sebelum diputuskan kunjungan IGD)
diputuskan pulang pulang oleh dokter. x 100%
oleh dokter
5 Asesmen resiko 100%
jatuh
6 Ketepatan level 75%
transfer
B. Sumber data
2 Angka kematian kurang dari 24 jam Laporan PPJP & Rekam Medis
39
BAB X
PENUTUP
40