Bagian Psikiatrireferat
Bagian Psikiatrireferat
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Oleh:
Diah Rindayani Hasbi
111 2018 2039
Pembimbing
dr. Nurindah Kadir , M.Kes, Sp.KJ
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat) . Perubahan afek ini
tersebut.1
mengalami misdiagnosis.2
fisiologis.
adalah antara 0,4 dan 1% pada populasi umum. Risiko seumur hidup pada
4
gangguan ini dapat mulai terjadi pertama kali pada usia tua. Bila terjadi
dengan bunuh diri. Populasi diperkirakan antara 10-15 per 100000 di antara
manusia. Prevalensi serupa pada pria dan wanita pada semua kelompok
budaya dan etnis. Gangguan ini dimulai sejak awal masa dewasa, tetapi
pada kasus gangguan bipolar lainnya sudah terjadi pada masa remaja
cukup lama untuk diterima secara umum. Suatu kriteria gangguan afektif
pada masa anak-anak dan remaja adalah suatu kekacauan mood, seperti
depresi dan elasi. Disamping itu iritabilitas dapat merupakan tanda suatu
5
Prevalensi selama hidup dari gangguan bipolar I sekitar 1%, dengan
lebih banyaknya penderita wanita dibandingkan pria lebih jelas terlihat pada
grup bipolar II. Usia puncak dari onset adalah pada awal 20-an. Beberapa
terhadap diagnosis.4
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bipolar berasal dari dua kata, yaitu bi dan polar, bi berarti dua dan
dua kutub yang bertolak belakang . Dua kutub yang dimaksud adalah
berarti dan rasa bersalah, menarik diri dari orang lain, dan kehilangan
dalam hidupnya. 6
7
bipolar akan merasa sedih atau gembira tanpa perlu suatu alasan yang
jelas, pemicu kesedihan yang terlihat sederhana bagi orang lain bisa
2.2 Epidemiologi
atau distimia yang terjadi pertama kali pada prapubertas memiliki risiko
sama.
8
Gangguan Bipolar-II adalah {0,4% (0,3%)}. Prevalensi pada
2.3 Etiologi
9
Progresivitas kumulatif ini menyebabkan neuron semakin mudah
terkeksitasi sehingga, akhirnya, simtom dapat diobservasi secara
klinis. Model kindling ini menjelaskan perubahan dan progresifnya
gangguan bipolar sepanjang waktu. Akibatnya, peningkatan
beratnya derajat dan frekuensi bipolar dapat terjadi dengan
semakin lanjutnya usia.
4. Catecholamine Theory. Abnormalitas noradrenergik yang
menonjol dan diukur dengan konsentrasi norepinefrin dan hasil
metabolitnya yaitu MPHG. Kadar MPHG dalam urin lebih rendah
pada depresi bipolar bila dibandingkan dengan pada depresi
unipolar. Pada mania, konsentrasi norepinefrin dan MPHG dalam
cairan serebrospinal lebih tinggi. Tidak ada bukti yang jelas
mengenai peran katekolamin lainnya pada gangguan bipolar.
Kadar serotonin rendah dan terdapat gangguan transporter
serotonin. Konsentrasi HVA dalam cairan serebrospinal, metabolit
utama dopamin, juga rendah. Peran bipolar tidak begitu jelas,
tidak ada bukti yang kuat mengenai abnormalitas kolinergik.
5. The HPA Axis Theory. Terdapat hubungan yang kuat antara
hiperaktivitas aksis HPA dengan gangguan bipolar. Hubungan
tersebut terlihat pada episode campuran dan depresi bipolar tetapi
kurangnya ada bukti dalam klasik mania.
6. Protein Signaling Theory. Abnormalitas dalam sinyal kalsium
berperanan dalam gangguan bipolar, jalur protein G, dan jalur
protein kinase C (PKC). Bukti yang mendukung peran G protein
lebih banyak bila dibandingkan dengan yang mendukung peran
PKC. Sistem ini dikaitkan dengan “celluar cogwheels”. Ia berfungsi
mengintegrasikan input dan output biokimia kompleks dan
mengatur mekanisme umpan balik. Sistem ini berperan
mempertahankan plastisitas dan memori seluler.
7. Calcium Signaling Theory. Abnormalitas pada sinyal kalsium
berperan pada gangguan bipolar. Pada gangguan bipolar terdapat
10
peningkatan kadar kalsium intraseluler. Obat yang menghambat
saluran kalsium berfungsi efektif dalam mengobati gangguan
bipolar.
8. Neuroanatomical Theories: cellular resiliency. Terdapat
penurunan dalam volume SSP dan jumlah sel, neuron, dan atau
glial akan gangguan mood. Ditemukan adanya protein sitoprotektif
di korteksi frontal. Litum dan stabilisator mood lainnya
meingkatkan kadar protein ini. Compound axial tomography (CAT)
dan magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan adanya
hiperintensitas abnormal di regio subkorteks, misalnya regio
periventrikularm ganglia basalis, dan talamus pada pasien
depresi. Pada pasien dengan gangguan bipolar I, usia lanjut, juga
terlihat adanya hiperintensitas. Hiperintensitas ini menunjukkan
terjadinya neurodegenerasi akibat berulangnya episod mood.
Pelebaran ventrikelm atropi korteks dan melebarnya sulkus juga
dilaporkan pada pasien dengan gangguan bipolar. Pada pasien
depresi juga terlihat pengurangan volume hipokampus dan
nukleus kaudatus. Atropi yang difus dikatkan dengan beratnya
penyakit, seringnya bipolartitas dan tingginya kadar kortisol.
Penelitian pada pasien dengan depresi yang menggunakan
positron emission tomography (PET) menunjukkan adanya
penurunan metabolisme otak anterior terutama atau lebih
menonjol di sisi kiri. Depresi dikaitkan dengan peningkatan relatif
aktivitas hemisfer nondominan.
9. Genetic and Familial Theories. Studi anak kembar, adopsi, dan
keluarga menunjukkan bahwa gangguan bipolar adalah
diturunkan. Konkordans untuk kembar monozigot adalah 70%-
90% dan pada kembar dizigot adalah 16%-35%. Faktor risiko
pada saudara kandung adalag empat-enam kali lebih tinggi bila
dibandingkan populasi umum. Telah diidentifikasi berbagai
kromosom. Kromosom 18q dan 22q merupakan dua regio yang
11
terkait dengan gangguan bipolar. Bukti studi linkage pada 18q
berasal dari saudara kandung dengan gangguan bipolar II dan
dari keluarga yang mempunyai riwayat dengan gangguan panik.10
hati yang tidak biasa dengan kebiasaan tidur yang tidak biasa,
12
Mungkin orang-orang yang memiliki episode manik:
13
mengemudi yang berbahaya dan/ atau inisiatif bisnis, agama, politik
sering ditemukan pada depresi bipolar II. Pada 20% kasus (sebagian
halusinasi auditorik).6
14
masalah timbul ketika dalam kondisi mania, pada orang lain masalah
timbul pada kondisi depresi. Kadang kadang gejala mania dan depresi
• Euphoria (gembira)
• Bicara cepat
tujuan
15
• Prestasi kerja atau sekolah menurun
• Kesedihan
• Anxiety (kecemasan)
• Perasaan bersalah
• Gangguan tidur
Menyenangkan
• Sulit berkonsentrasi
• Mudah tersinggung
2.5 Klasifikasi
Pembagian menurut PPDGJ-III, gangguan afektif bipolar dibagi
menjadi:1
a. F31 Gangguan Afekif bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat
aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari
16
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas
(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas
(depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada
penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua
macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup
yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress
tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal
(F30)
b. F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk
hipomania (F30); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik , depresif, atau campuran) di masa lampau.
c. F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala
psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
d. F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
dengan gejala psikotik (F30.2); dan
17
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau
e. F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau
sedang
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresi ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau
f. F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa
gejala psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau
g. F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat
dengan gejala psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran dimasa lampau
h. F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian
dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang
sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode
penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau
i. F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
18
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata
selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami
sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik
atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-
kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depresif atau campuran)
j. F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
k. F31. 9 Gangguan afektif bipolar YTT
Gangguan Bipolar I
Riwayat alami gangguan bipolar I sedemikian rupa sehingga
sering berguna untuk menggambarkan gangguan pasien dan
membuatnya tetap up to date seiring berkembangnya terapi.
Walaupun gangguan siklotimik kadang-kadang didiagnosis
19
belakangan pada pasien dengan gangguan bipolar I, tidak ada ciri
kepribadian yang teridentifikasi yang dikaitkan dengan gangguan
bipolar I.9
Gangguan bipolar I sering dimulai dengan depresi (75% pada
perempuan, 67% pada laki-laki) dan merupakan gangguan berulang.
Sebagian besar pasien mengalami episode depresif dan manik.
Episode manik khususnya memiliki awitan cepat (jam atau hari) tetapi
dapat berkembang selama beberapi minggu. Episode manik yang
tidak diobati dapat bertahan sekitar selama 3 bulan; sehingga klinisi
sebaiknya tidak menghentikan obat sebelum waktu tersebut.
Sembilan puluh persen orang yang memiliki satu episode manik
cenderung mengalaminya lagi. Ketika gangguan berkembang, waktu
antarepisode sering berkurang. Meskipun demikian, setelah sekitar
lima episode interval antarepisode sering menjadi stabil antara 6
sampai 9 bulan. Lima hingga lima belas persen orang dengan
gangguan bipolar memiliki empat episode atau lebih tiap tahun dan
dapat diklasifikasikan sebagai siklus cepat.9
Episode Mania3
a. Pada periode tertentu, secara abnormal dan menetap, terdapat
mood elasi, ekspansif atau iritabel atau terdapat peningkatan
aktivitas yang bertujuan atau peningkatan energi, yang
berlangsung paling sedikit satu minggu, hampir sepanjang hari
dan hampir setiap hari (atau waktunya bisa kurang dari satu
minggu bila pasien masuk perawatan).
b. Selama periode gangguan mood atau peningkatan energi atau
aktivitas tersebut, tiga (atau lebih) simtom di bawah ini (empat bila
mood iritabel) menetap dengan derajat yang signifikan dan
menunjukkan perubahan perilaku yang berbeda dari biasanya.
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya, merasa segar
dengan hanya tidur tiga jam)
20
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya keterdesakan
untuk tetap berbicara
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran
yang berlomba
5. Distraktibilitas (misalnya, perhatian mudah teralih kepada
stimulus eksternal yang tidak relevan atau penting),
dilaporkan ataun diobservasi
6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (baik secara
sosial, pekerjaan, sekolah atau seksual) atau agitasi
psikomotor (misalnya, aktivitas yang tidak bertujuan)
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang berpotensi
tinggi berdampak merugikan (misalnya, terlibat dalam
berbelanja yang tak terbatas, melakukan hubungan seksual
yang sembrono atau investasi bisnis yang kurang
pertimbangan)
c. Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya
nyata dalam fungsi sosial dan pekerjaan atau memerlukan
perawatan untuk menghindari melukai diri sendiri atau orang lain,
atau adanya gambaran psikotik.
d. Episode yang terjadi tidak disebabkan oleh efek fisiologik suatu
zat (misalnya, zay yang disalahgunakan, obat, atau terapi lainnya)
atau kondisi medik lainnya.
Catatan: episode mania yang terjadi selama penggunaan
antidepresan (misalnya, obat, electroconvulsive therapy) yang
menetap dan memenuhi derajat sindrom lengkap serta melebihi
efek fisiologik dari obat tersebut dan memerlihatkan cukup bukti
untuk suatu episode mania, diagnosisnya adalah Gangguan
Bipolar I.
Catatan: kriteria A-D merupakan episode mania. Paling sedikit
dibutuhkan satu episode mania untuk menegakkan diagnosis
Gangguan Bipolar I.
21
Episode Hipomania3
a. Dalam periode tertentu, secara abnormal dan menetap, terdapat
mood yang elasi, ekspansif atau iritabel serta terdapat
peningkatan aktivitas dan energi yang berlangsung paling sedikit
empat hari berturut-turut, terdapat hampir sepanjang hari dan
hampir setiap hari.
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi serta
aktivitas tersebut, tiga (atau lebih) gejala berikut (empat bila mood
hanya iritabel) menetap, menunjukkan adanya perubahan perilaku
dan perilaku biasanya, dan terlihat dalam derajat yang bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya
tidur tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk
tetap berbicara
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran
berlomba
5. Distraktibilitas (misalnya, perhatian mudah teralhih kepada
stimulus eksternal yang tidak relevan atau penting),
dilaporkan ataun diobservasi
6. Peningkatan dalam aktivitas yang diarahkan ke tujuan (baik
sosial, pekerjaan, sekolah, atau seksual) atau agitasi
psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang berpotensi
tinggi menimbulkan kerugian (misalnya, terlibat dalam
berbelanja yang berlebihan, melakukan hubungan seksual
yang sembrono, atau melakukan investasi tanpa perhitungan)
c. Episode yang terjadi dikaitkan dengan perubahan dalam fungsi
yang tidak khas bagi orang tersebut ketika ia dalam keadaan tidak
ada gejala.
d. Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang lain
22
e. Episode yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan
hendaya yang jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan, atau tidak
memerlukan perawatan. Bila ada gambaran psikotik, episode
yang terjadi sesuai definisi, adalah mania.
f. Episode yang terjadi tidak disebabkan oleh efek fisiologik suatu
zat (misalnya, zat yang disalahgunakan, obat, atau terapi lainnya).
Catatan: episode hipomania lengkap yang terjadi selama
penggunaan antidepresan (misalnya, obat, electroconvulsive
therapy) dan yang menetap pada derajat sindrom lengkap,
melebihi durasi efek fisiologik obat tersebut, dinyatakan cukup
bukti untuk mendiagnosis episode hipomania dan diatesis bipolar.
Catatan: kriteria A-F merupakan episode hipomania. Episode
hipomania biasa ditemukan pada gangguan bipolar I tetapi tidak
menjadi syarat untuk diagnosis gangguan bipolar I.
Episode Depresi Mayor3
a. Lima (atau lebih) gejala berikut terdapat, paling sedikit, dalam dua
minggu, dan memerlihatkan terjadinya perubahan dari fungsi
sebelumnya. Paling sedikit satu dari gejala ini harus ada yaitu (1)
mood depresi atau (2) hilangnya minat atau rasa senang.
Catatan: tidak boleh memasukkan gejala yang jelas-jelas
disebabkan oleh kondisi medik lainnya.
1. Mood depresi terjadi hampir sepanjang hari, hampir setiap
hari, yang ditunjukkan baik oleh laporan subjektif (misalnya,
merasa sedih, hampa, atau tidak ada harapan), atau yang
dapat diobservasi oleh orang lain (misalnya, terlihat
menangis). Catatan: pada anak-anak atau remaja, mood bisa
bersifat iritabel.c
2. Berkurangnya minat atau rasa senang yang sangat jelas pada
semua, atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir
setiap hari (yang diindikasikan oleh laporan subjektif atau
diobservasi oleh orang lain)
23
3. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang
diet atau peningkatan berat badan (misalnya, perubahan berat
badan lebih dari 5% dalam satu bulan) atau penurunan atau
peningkatan selera makan hampir setiap hari (catatan: pada
anak-anak pertimbangan kegagalan untuk mencapai
peningkatan berat badan yang diharapkan)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat
diobservasi oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif
adanya kegelisahan atau perasaan menjadi lamban)
6. Letih atau tidak bertenaga hampir setiap hari
7. Rasa tidak berharga yang berlebihan atau rasa bersalah yang
tidak sesuai (mungkin bertaraf waham) hampir setiap hari
(bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah
karena berada dalam keadaan sakit)
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi,
ragu-ragu, hampir setiap hari (baik dilaporkan secara subjektif
atau dapat diobservasi oleh orang lain)
9. Berulangnya pikiran tentang kematian (tidak hanya takut
mati), berulangnya ide bunuh diri tanpa rencana spesifik, atau
tindakan bunuh diri atau rencana spesifik untuk melakukan
bunuh diri
b. Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau terjadinya hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting
lainnya dalam fungsi.
c. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik suatu zat atau kondisi
medik lainnya.
Catatan: kriteria A-C merupakan episode depresi mayor. Episode
depresi mayor biasa ditemukan pada gangguan bipolar I tetapi
tidak diperlukan untuk diagnosis gangguan bipolar I.
24
Gangguan Bipolar II
Episode Hipomania3
a. Dalam periode tertentu, secara abnormal dan menetap, terdapat
mood yang elasi, ekspansif atau iritabel serta terdapat
peningkatan aktivitas dan energi yang berlangsung paling sedikit
empat hari berturut-turut, terdapat hampir sepanjang hari dan
hampir setiap hari.
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi serta
aktivitas tersebut, tiga (atau lebih) gejala berikut (empat bila mood
hanya iritabel) menetap, menunjukkan adanya perubahan perilaku
dari perilaku biasanya, dan terlihat dalam derajat yang bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya
tidur tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk
tetap berbicara
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran
berlomba
5. Distraktibilitas (misalnya, perhatian mudah teralhih kepada
stimulus eksternal yang tidak relevan atau penting),
dilaporkan ataun diobservasi
6. Peningkatan dalam aktivitas yang diarahkan ke tujuan (baik
sosial, pekerjaan, sekolah, atau seksual) atau agitasi
psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang berpotensi
tinggi menimbulkan kerugian (misalnya, terlibat dalam
berbelanja yang berlebihan, melakukan hubungan seksual
yang sembrono, atau melakukan investasi tanpa perhitungan)
c. Episode yang terjadi dikaitkan dengan perubahan dalam fungsi
yang tidak khas bagi orang tersebut ketika ia dalam keadaan tidak
ada gejala.
25
d. Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang
lain.
e. Episode yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan
hendaya yang jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan, atau tidak
memerlukan perawatan. Bila ada gambaran psikotik, episode
yang terjadi sesuai definisi, adalah mania.
g. Episode yang terjadi tidak disebabkan oleh efek fisiologik suatu
zat (misalnya, zat yang disalahgunakan, obat, atau terapi lainnya).
Catatan: episode hipomania lengkap yang terjadi selama
penggunaan antidepresan (misalnya, obat, electroconvulsive
therapy) dan menetap dengan derajat sindrom lengkap serta
melebihi durasi efek fisiologik obat tersebut, dinyatakan cukup
bukti untuk mendiagnosis suatu episode hipomania.
Bagaimanapun, harus berhati-hati karena satu atau dua simtom
(peningkatan iritabilitas, kegelisahan, atau agitasi setelah
penggunaan antidepresan) tidak cukup untuk mendiagnosis
episode hipomania dan diatesis bipolar.
Episode Depresi Mayor3
a. Lima (atau lebih) gejala berikut terdapat, paling sedikit, dalam dua
minggu, dan memerlihatkan terjadinya perubahan dari fungsi
sebelumnya. Paling sedikit satu dari gejala ini harus ada yaitu (1)
mood depresi atau (2) hilangnya minat atau rasa senang.
Catatan: tidak boleh memasukkan gejala yang jelas-jelas
disebabkan oleh kondisi medik lainnya.
1. Mood depresi terjadi hampir sepanjang hari, hampir setiap
hari, yang ditunjukkan baik oleh laporan subjektif (misalnya,
merasa sedih, hampa, atau tidak ada harapan), atau yang
dapat diobservasi oleh orang lain (misalnya, terlihat
menangis). Catatan: pada anak-anak atau remaja, mood bisa
bersifat iritabel.c
26
2. Berkurangnya minat atau rasa senang yang sangat jelas pada
semua, atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir
setiap hari (yang diindikasikan oleh laporan subjektif atau
diobservasi oleh orang lain)
3. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang
diet atau peningkatan berat badan (misalnya, perubahan berat
badan lebih dari 5% dalam satu bulan) atau penurunan atau
peningkatan selera makan hampir setiap hari (catatan: pada
anak-anak pertimbangan kegagalan untuk mencapai
peningkatan berat badan yang diharapkan)
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat
diobservasi oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif
adanya kegelisahan atau perasaan menjadi lamban)
6. Letih atau tidak bertenaga hampir setiap hari
7. Rasa tidak berharga yang berlebihan atau rasa bersalah yang
tidak sesuai (mungkin bertaraf waham) hampir setiap hari
(bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah
karena berada dalam keadaan sakit)
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi,
ragu-ragu, hampir setiap hari (baik dilaporkan secara subjektif
atau dapat diobservasi oleh orang lain)
9. Berulangnya pikiran tentang kematian (tidak hanya takut
mati), berulangnya ide bunuh diri tanpa rencana spesifik, atau
tindakan bunuh diri atau rencana spesifik untuk melakukan
bunuh diri
b. Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau terjadinya hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting
lainnya dalam fungsi.
c. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik suatu zat atau kondisi
medik lainnya.
27
Catatan: kriteria A-C merupakan episode depresi mayor.
2.1. Diagnosis
Kriteria Diagnostik
Untuk diagnosis Gangguan Bipolar I, kriteria episode mania harus
dipenuhi. Episode mania dapat didahului atau diikuti oleh episode
hipomania atau episode depresi mayor.3
Diagnosis Gangguan Bipolar II, paling sedikit harus terpenuhi satu
episode hipomanik dan paling sedikit satu episode depresi mayor.
Tidak pernah mengalami episode manik. Keberadaan episode
hipomanik dan episode depresi mayor tidak dapat menjelaskan
gangguan skizoafektif, skizofrenia, gangguan skizofreniform,
gangguan waham atau spektrum skizofrenia tidak spesifik atau
spesifik lainnya dan gangguan psikotik lainnya. Gejala-gejala
depresi atau yang tak dapat diprediksi yang disebabkan oleh
seringnya pergantian antara periode depresi dengan hipomania
menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
hendaya sosial, pekerjaan, atau fungsi area penting lainnya.3
28
Anamnesis
Riwayat:
d. Penggunaan zat
Distractibility
29
Keterlibatan berlebihan dalam kegiatan yang menyenangkan
Kesulitan berkonsentrasi
Pemeriksaan fisik
1. Penampilan
Episode depresi
- Pergerakan lambat
30
- Keterbelakangan psikomotor berbicara dengan nada rendah atau
lambat
- Episode hypomanic
Episode manik
2. Suasana hati
Episode manik
- Rongseng
- Sulit diinterupsi
Episode manik
31
Pemikiran yang ekspansif dan terlalu optimis; dapat menunjukkan
Pelarian ide
4. Persepsi
32
2.6 Penatalaksanaan
Dalam mengobati pasien dengan gangguan bipolar, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, misalnya, keamanan pasien.
Selain itu, perlu mengevaluasi diagnosis secara seksama. Tetapi tidak
saja ditujukan untuk mengatasi simtom akut tetapi pencapaian
kebahagiaan jangka panjang sudah harus dimulai sejak awal terapi. 3
Terapi yang diberikan harus komprehensif yaitu meliputi
farmakoterapi, psikoedukasi, psikoterapi dan rehabilitasi. Peristiwa-
peristiwa kehidupan yang bersifat stresor harus pula diatasi karena
stresor dapat menjadi faktor pencetus terjadinya kekambuhan. Karena
gangguan bipolar merupakan penyakit kronik, mengedukasi pasien
dan keluarganya tentang pelaksanaan jangka panjang perlu
dilakukan.3
Farmakoterapi
Tujuan terapi gangguan bipolar adalah tercapainya remisi
sempurna simtom mood bukan hanya pengurangan gejala. Pasien
dengan simptom residual lebih sering kambuh dan mengalami
hendaya fungsi yang dapat berlangsung secara terus-menerus.3
The Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments
(CANMAT) mempublikasikan tuntutan untuk menatalaksanai
gangguan bipolar. International Society for Bipolar Disorders (ISBD)
bekerja sama dengan CANMAT dalam membuat tuntutan tersebut.
Pada publikasi CANMAT 2013 rekomendasi untuk mania akut tidak
banyak berubah. Litium, valproat dan beberapa antipsikotika atipik
tetap terletak di lini pertama untuk mania akut. Asenapin monoterapi,
paliparidon extended release (ER) dan divalproat ER sebagai terapi
tambahan pada asenapin juga terletak di lini pertama.3
Meskipun beberapa obat dirujuk secara klinis sebagai
stabilisator mood, the US Food and Drug Administration (FDA) belum
pernah memberikan persetujuannya terhadap satu pun obat sebagai
33
stabilisator mood. Istilah “stabilisator mood” berasal dari bidang klinik.
Stabilisator digambarkan sebagai obat yang mampu mengatasi gejala
mood akut dan beberapa di antaranya dapat menunda kekambuhan.
Selain itu, klinikus mengharapkan stabilisator mood tidak
memprovokasi episod mood. Misalnya antidepresan tidak bisa
dikatakan sebagai stabilisator mood karena ia berpotensi menginduksi
mania.3
Hampir semua pasien memerlukan stabilisator mood untuk
mengatasi episod mood yang terjadi dan sebagian besar memerlukan
satu atau lebih stabilisator mood. Saat ini, ada empat jenis obat yang
dikategorikan sebagai stabilisator mood yaitu litium, valproat,
lamotrigin dan karbamazepin.3
Litium (tahun 1949) merupakan obat pertama yang dinyatakan
efektif untuk mengobati gangguan bipolar pada fase mania akut.
Beberapa tahun kemudian, hingga saat ini, litium digunakan juga
untuk fase rumatan. Litium efektif sebagai agen antimanik akut,
walaupun litium kurang potensial untuk mengontrol perilaku secara
sangat cepat. Terapi pemeliharaan dengan litium telah dibuktikan
pada banyak uji coba klinis untuk menurunkan frekuensi dan
keparahan dari episode-episode berikutnya. Terapi litium (yang juga
dapat berguna untuk siklotimik) memerlukan skrining awal yang
menyeluruh sebelum memulai pengobatan (termasuk perkiraan fungsi
ginjal dan tiroid) dan pemantauan teratur untuk memantau kisaran
terapi yang sempit dan potensi jangka panjang untuk menginduksi
hipotiroidisme.3,6
Sejumlah obat antikonvulsan (karbamazepin, natrium valproat,
dan lamotrigin) tampak efektif dalam mencegah kekambuhan dari
manik ataupun depresi. Antikonvulsan juga dapat lebih dipilih
dibandingkan litium bila terdapat siklus yang cepat. Episode depresi
pada gangguan bipolar dierapi serupa dengan depresi unipolar, tetapi
karena antidepresan dapat mempercepat terjadinya manik atau siklus
34
yang cepat, antidepresan biasanya diberikan dalam kombinasi
dengan stabilisasi mood. Kemudian, antikonvulsan yaitu asam
valproat dan karbamazepin juga disetujui oleh FDA, USA, untuk mania
akut. Lamotrigin juga suatu antikonvulsan yang disetujui FDA untuk
gangguan bipolar, episode depresi.3,6
Semenjak dua dekade terakhir, perkembangan farmakologi
untuk pengobatan gangguan bipolar maju dengan pesat. Beberapa
antipsikotika pun dikategorikan sebagai stabilisator mood. Dibawah ini
adalah tabel obat-obat yang dapat digunakan untuk mengobati
gangguan bipolar (terapi berdasarkan CANMAT, 2013).3
35
Tidak Monoterapi: gabapentin, topiramat, lamotrigin,
direkomendasikan verapamil, tiagabin.
Terapi kombinasi: risperidon + karbamazepin,
olanzapin + karbamazepin.
36
Pilihan Jenis Obat
Lini I Monoterapi: litium, lamotrigin (efikasinya
terbatas dalam mencegah mania), divalproat,
olanzapin, quetiapin, risperidon LAI, aripirazol.
Terapi tambahan dengan litium atau
divalproat, quetiapin, risperidon LAI, aripirazol,
ziprasidon
Lini II Monoterapi: karbamazepin, paliperidon ER
Terapi kombinasi: litium + divalrpoat, litium +
karbamazepin, litium atau divalproat +
olanzapin, litium + risperidon, litium +
lamotrigin, olanzapin + fluoksetin
Lini III Monoterapi: asenapin.
Terapi tambahan: fenitoin, klozapin, ECT,
topiramat, asam lemak omega-3,
oksikarbazepin, gabapentin, asenapin.
Tidak Monoterapi: gabapentin, topiramat, atau
direkomendasikan antidepresan.
Terapi tambahan: flupentiksol.
37
quetiapin + lamotrigin, menambah ECT,
menambah NAC + menambah T3
Tidak Lihat teks pada antidepresan mengenai
direkomendasikan rekomendasi antidepresan monoterapi
Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial, misalnya psikoedukasi, cognitive behavior
therapy (CBT), dan interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT)
menunjukkan manfaat yang signifikan baik pada episode depresi akut
maupun pada terapi rumatan jangka panjang, intervensi psikososial
dapat mengurangi angka kekambuhan, fluktuasi mood, kebutuhan
medikasi dan hospitalisasi. Oleh karena itu, pemberian terapi psikologi
terutama psikoedukasi singkat merupakan modalitas penting dalam
penatalaksanaan gangguan bipolar.3
Dukungan psikoterapi penting dalam membantu pasien untuk
menerima penyakit mereka dan kadang rasa malu atau penyesalan
sehubungan dengan perilaku manik yang lalu (misalnya
kesembronoan atau ketidakbijaksanaan).6
38
Pendekatan terapi yang berfokus kepada keluarga yang dibuat
untuk membantu pengasuh (caregiver) memerbaiki ketrampilannya
dalam merawat pasien dengan gangguan bipolar dan merawat diri
mereka sendiri, agar tidak terjadi kelelahan secara mental,
memperlihatkan keefektifannya dalam mengurangi simtom depresi
pada pasien dengan gangguan bipolar.3
3 Prognosis
Banyak studi mengenai perjalanan gangguan dan prognosis
gangguan mood menyimpulkan secara umum bahwa gangguan mood
cenderung memiliki perjalanan gangguan yang lama dan juga pasien
cenderung kambuh.11
Kesimpulan lazim lain studi tersebut adalah bahwa stresor
kehidupan lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood
daripada episode selanjutnya. Temuan ini telah diartikan untuk
menunjukkan bahwa stres psikososial mungkin memainkan peranan
di dalam penyebab awal gangguan mood dan bahwa, walaupun
episode awal dapat membaik, perubahan biologik otak yang bertahan
lama memberikan pasien risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
episode berikutnya.11
Prognosis selama hidup setelah episode manik tunggal adalah
buruk, dengan 90% pasien mengalami episode ulang manik atau
depresi (rata-rata 4 episode dalam 10 tahun). Pada gangguan bipolar
I, baik frekuensi maupun tingkat keparahan episode cenderung
meningkat pada 4 atau 5 episode pertama, lalu mendatar.6
Prognosis fungsional jangka panjang (pekerjaan, keluarga, dll)
hampir sama buruknya dengan skizofrenia. Beberapa pasien yang
mengalami siklus yang cepat dengan 4 atau lebih episode dalam
setahun, memiliki prognosis yang buruk dan jarang memberikan
respons terhadap litium. Terdapat peningkatan menyeluruh dalam
39
mortalitas prematur, yang hanya bisa dijelaskan sebagian dengan
rata-rata kejadian bunuh diri sebesar 10%.6
Faktor-faktor yang menunjukkan prognosis yang buruk termasuk
yang berikut:10
Riwayat pekerjaan yang buruk
Penyalahgunaan zat
Gambaran psikotik
Gambaran depresi antara periode mania dan depresi
Bukti depresi
Jenis kelamin pria
Pola depresi-mania-euthymia
40
BAB III
KESIMPULAN
meningkat, dan juga aktivitas yang berlebih (mania atau hipomania), dan
dalam jangka waktu yang berbeda terjadi penurunan afek yang disertai
peristiwa kehidupan yang bersifat stresor harus pula diatasi karena stresor
41
DAFTAR PUSTAKA
https://www.otsuka.co.id/id/health-info/detail/7/gangguan
42
11. Kaplan dan Saddock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
43
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Bulukumba
2019 untuk kedua kalinya diantar oleh sepupu, anak pertama dan
Nama : Ny. R
44
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Alamat : Bulukumba
Pendidikan : S1
No. HP : 085394757318
A. Keluhan Utama
Mengamuk
45
namanya itu mirip dengan nama Allah. Pasien dikenali sebagai
seseorang yang pekerja keras, dan memiliki keinginan yang gigih
untuk mensejahterahkan keluarganya. Pergaulan dengan teman-
taman kerjanya baik. Hubungan dengan keluarga baik.
Pertama kali pasien dibawa berobat di RSKD DADI tahun
2017 kemudian pasien lari. Saat itu, kondisi pasien membaik.
Terakhir kali dibawa ke dokter di RSUD Berau 10 hari yang lalu,
kemudian sedikit membaik. Kemudian pasien dibawa pulang ke
Bulukumba. Pasien diberikan obat-obatan saat pulang, namun
keluarga pasien tidak mengetahui jenis obatnya. Diketahui
setelah pulang pasien kadang-kadang tidak mau meminum
obatnya.
sebelumnya :
46
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Di usia ini, pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Sejak pasien
perkembangan.
47
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)
Saat ini, pasien masih diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien
bekerja di Malaysia.
sosial.
48
Aktivitas Sosial: Sebelum perubahan perilaku, pasien rajin
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Menikah
49
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
tubuh kurang.
2. Kesadaran
Berubah
4. Pembicaraan
Kooperatif
2. Afek : Terbatas
50
pendidikan pasien
2. Daya konsentrasi: Cukup
3. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat: Baik
- Orang : Baik
4. Daya ingat:
- Jangka Panjang : Baik
- Jangka Pendek : Baik
- Jangka Segera : Baik
51
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
istigfar
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas : Cukup
2. Isi Pikiran
Pre-okupasi :
Tidak ada.
52
F. Pengendalian Impuls
Terganggu
G. Daya Nilai
H. Tilikan (Insight)
Dapat dipercaya
A. Status Internus
53
B. Status Neurologis
negatif, pupil bulat isokor 2,5 mm / 2,5 mm, refleks cahaya (+/+),
marah.
pasien juga sering berbicara sendiri tidak jelas dengan suara ueoe.
merauke, pasien terkena penyakit malaria dan sejak saat itu pasien
54
tiba-tiba pasien langsung rajin shalat lima waktu, lalu tiba-tiba pasien
Aksis I
piring. Pasien juga sering gelisah, bicara tidak jelas dan berbicara
Paranoid (F20).
Aksis II
55
Aksis III
1. Organobiologik
memerlukan farmakoterapi.
2. Psikologi
psikoterapi.
3. Sosiologik
1. Farmakoterapi
56
2. Psikoterapi Suportif
merasa lega.
3. Sosioterapi
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
57
X. FOLLOW UP
XI. DISKUSI
58
diri sekaligus memonitoring konsumsi obat pasien untuk keberhasilan
terapi.
SKIZOFRENIA
2.1.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti
“terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia
terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. 4
Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi
pikiran dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai
kenyataan, dan mencakup waham dan halusinasi.3
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
2.1.2 Epidemiologi
Skizofrenia terjadi pada 15 - 20/100.000 individu per tahun, dengan
risiko morbiditas selama hidup 0,85% (pria/wanita) dan kejadian puncak
pada akhir masa remaja atau awal dewasa.2 Awitan skizofrenia di bawah
usia 10 tahun atau di atas usia 60 tahun sangat jarang. Laki-laki memiliki
onset skizofrenia yang lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk
laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, dan untuk wanita usia puncak onsetnya
adalah 25 sampai 35 tahun.6,7
Sejumlah studi mengindikasikan bahwa pria lebih cenderung
mengalami hendaya akibat gejala negatif daripada wanita dan bahwa
wanita lebih cenderung memiliki kemampuan fungsi sosial yang lebih baik
daripada pria sebelum awitan penyakit. Secara umum, hasil akhir pasin
skizofrenia wanita lebih baik dibandingkan hasil akhir pasien skizofrenia
pria.5
59
2.1.3 Etiologi
Sampai saat ini, belum ditemukan etiologi pasti penyebab
skizofrenia.7 Namun, skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh satu
etiologi, melainkan gabungan antara berbagai faktor yang dapat
mendorong munculnya gejala mulai dari faktor neurobiologis maupun
faktor psikososial, diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor Neurobiologis
a. Faktor Genetika
Sesuai dengan penelitian hubungan darah (konsanguinitas),
skizofrenia adalah gangguan bersifat keluarga.Penelitian tentang adanya
pengaruh genetika atau keturunan terhadap terjadinya skizofrenia tersebut
telah membuktikan bahwa terjadinya peningkatan risiko terjadinya
skizofrenia bila terdapat anggota keluarga lainnya yang menderita
skizofrenia, terutama bila hubungan keluarga tersebut dekat (semakin
dekat hubungan kekerabatan, semakin tinggi risikonya).7
b. Faktor Neuroanatomi Struktural
Sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis merupakan tiga
daerah yang saling berhubungan, sehingga disfungsi pada salah satu
daerah mungkin melibatkan patologi primer di daerah lainnya.Gangguan
pada sistem limbik akan mengakibatkan gangguan pengendalian emosi.
Gangguan pada ganglia basalis, akan mengakibatkan gangguan atau
keanehan pada pergerakan (motorik), termasuk gaya berjalan, ekspresi
wajah facial grimacing. Pada pasien skizofrenia dapat ditemukan gangguan
organik berupa pelebaran ventrikel tiga dan lateral, atrofi bilateral lobus
temporomedial dan girus parahipokampus, hipokampus, dan amigdala. 6,7
c. Faktor Neurokimia
Ketidakseimbangan yang terjadi pada neurotransmitter juga
diidentifikasi sebagai etiologi pada pasien skizofrenia. Hipotesis yang paling
banyak yaitu gejala psikotik pada pasien skizofrenia timbul diperkirakan
karena adanya gangguan neurotransmitter sentral, yaitu terjadinya
peningkatan aktivitas dopaminergik atau dopamin sentral (hipotesis
60
dopamin). Peningkatan ini merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan
dopamin, terlalu banyak reseptor dopamin, atau hipersensitivitas reseptor
dopamin.6
2. Faktor Psikososial
a. Faktor Keluarga dan Lingkungan
Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting
dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi.7 Pasien
skizofrenia sering tidak “dibebaskan” oleh keluarganya. Beberapa peneliti
mengidentifikasi suatu cara komunikasi yang patologi dan aneh pada
keluarga-keluarga skizofrenia. Komunikasi sering samar-samar atau tidak
jelas dan sedikit tak logis.7 Penderita skizofrenia pada keluarga dengan
ekspresi emosi tinggi (expressed emotion [EE], keluarga yang berkomentar
kasar dan mengkritik secara berlebihan) memiliki peluang yang lebih besar
untuk kambuh.7,8
b. Faktor Stressor
Skizofrenia juga berhubungan dengan penurunan sosio-ekonomi
dan kejadian hidup yang berlebihan pada tiga minggu sebelum onset gejala
akut.8
2.1.4 Manifestasi Klinis
Skizofrenia Paranoid
Gejala-gejala yang terdapat pada Skizofrenia paranoid adalah sebagai
berikut:
1. Waham (delusion) yang menonjol .misalnya waham kejar,
waham kebesaran dan lain sebagainya,
2. Halusinasi yang menonjol misalnya halusinasi auditorik, halusinasi
visual dan lain sebagainya,
3. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol.9
61
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas), yaitu:
A.Thought
Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri berulang atau
bergema dalam kepalanya, dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum dapat mengetahuinya
B. Delusion
Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang
“dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan anggota
tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
Delusion perception = pengalaman tentang dirinya yang tak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya yang bersifat
mistik atau mukjizat
C. Halusinasi auditorik
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus
terhadap perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di
antara berbagai suara yang berbicara), atau
62
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh
D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar, dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme.
c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (ex-citement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, stupor.
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).
63
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi,
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hiduo tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri
secara sosial.
Pedoman skizofrenia paranoid
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing)
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi
visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delution of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah
yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata tidak menonjol.
Berdasarkan DSM V(2)
1. Dua (atau lebih) dari gejala berikut; Setiap gejala muncul dengan
waktu yang cukup signifikan dalam kurun waktu periode 1 bulan (atau
kurang, jika berhasil ditangani). Setidaknya salah satu gejala
merupakan (1), (2), atau(3):
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Kemampuan berbicara tidak terorganisasi
64
4. Perilaku tidak terorganisasi dan katatonia
5. Simptom negatif
2. Untuk periode waktu yang signifikan sejak munculnya onset dari
gangguan, level keberfungsian dari kebanyakan area seperti
pekerjaan, relasi interpersonal, self-care, tercatat lebih rendah jika
dibandingkan dengan sebelum onset.
3. Munculnya gejala yang berkelanjutan dari gangguan, setidaknya
selama 6 bulan. Dalam 6 bulan ini, setidaknya terdapat 1 bulan dimana
muncul gejala yang memenuhi Kriteria A, dan dimungkinkan juga
munculnya gejala prodromal maupun residual.
4. Gangguan schizoaffective dan depressive maupun bipolar dengan
fitur psychotic telah dikesampingkan.
5. Gangguan tidak disebabkan karena efek psikologis dari penggunaan
obat-obatan maupun terkait kondisi medis lainnya.
6. Jika ada riwayat onset dari gangguan autism maupun gangguan
bicara saat kecil, maka diagnosa tambahan dari schizophrenia hanya
dibuat jika delusi dan halusinasinya menonjol.
2.1.6 Pengobatan
65
sanagat efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I
dan APG II adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D2 sedangkan
APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan
reseptor dopamin (D2).
66
2. Keadaan paranoid involusional
3. Paranoia
2.1.8 Prognosis
Sebagian gejala skizofrenia akut dan gejala yang lebih dramatif
hilang dengan berjalannya waktu, tetapi pasien secara kronik
membutuhkan perlindungan atau menghabiskan waktunya bertahun-tahun
di dalam rumah sakit jiwa. Prognosis menjadi lebih buruk bila pasien
menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga yang tidak harmonis.
KESIMPULAN
Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan
mispersepsi pikiran dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien
sebagai kenyataan, dan mencakup waham dan halusinasi.
Menurut Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Five
Edition Text Revised (DSM-V-TR) Tipe skizofrenia dibagi menjadi beberapa
tipe, Dari semua tipe tersebut yang paling sering terjadi adalah tipe
paranoid.
Diagnosis Skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala yang amat
jelas, yaitu :
Thought
Delusion
Halusinasi auditorik
Waham-waham menetap jenis lainnya
67
Clorpromazine dan Halopridol dan serotonin-dopamine antagonist (SDA)
atau antipsikotika generasi II (APG-II) seperti Clobazine dan Risperidone.
Prognosis penyakit tergantung dari cepat lambatnya pengobatan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pengobatan.
68
Daftar Pustaka
1. Sadock, Benjamin J.; Sadock, Virginia A.; Ruiz, Pedro : Kaplan &
Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition.
Philadhelpia : Lippincott Williams & Wilkins, 2009.p. 1434
2. Maslim,Rusdi. Buku Saku Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa III(PPDGJ III).Jakarta : PT Nuh Jaya, 2013.
3. Gangguan Jiwa : Skizofrenia - Fenomena, Etiologi, Penangan dan
Prognosis. Editor : Rina Astikawati. At A Glance Psikiatri - Cornelius
Katona, Claudia Cooper, dan Mary Robertson. Edisi 4. Jakarta :
Erlangga. 2012:18-21.
4. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius. 2014:910-3.
5. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan
& Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC. 2014:147-68.
6. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis
Psikiatri - Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1.
Tanggerang : Binarupa Aksara Publisher. 2010:699-744
7. Skizofrenia. Editor : Sylvia D. Elvira dan Gitayanti Hadisukanto. Buku
Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : Badan Penerbit FK UI. 2013:173-98.
8. Gangguan Jiwa : Skizofrenia - Fenomena, Etiologi, Penangan dan
Prognosis. Editor : Rina Astikawati. At A Glance Psikiatri - Cornelius
Katona, Claudia Cooper, dan Mary Robertson. Edisi 4. Jakarta :
Erlangga. 2012:18-21.
9. Muhyi, A. Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala
Depresi di RSJ. FK UIN Syarif Hidayatullah. 2011
10. Gan Sulistia, Arozal Wawaimuli. Farmakologi dan Terapi Edisi 5
Bagian Farmakologi FK-UI. Jakarta: 2007
69