LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
“DESTILASI EKSTRAKTIF”
OLEH :
LEMBAR PENGESAHAN
“DESTILASI EKSTRAKTIF”
Grup I :
1. Nur Ismi Nilasari (17031010004)
2. Fatchur Rozaq (17031010042)
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia II Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi operasi teknik
kimia II ini dengan judul “Destilasi Ekstraktif”.
Laporan resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah operasi teknik
kimia II yang telah kami lakukan berdasarkan percobaan, dengan melakukan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dan literatur serta
petunjuk dari asistem pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 13 November
2019 di laboratorium operasi teknik kimia II.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik dari sarana, prasarana, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Ketut Sumada, MSselaku kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
2. Dr. Ir. Srie Muljani, MTselaku dosen pembimbing.
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
4. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan, maka kami selalu mengharapkan kritik dan saran seluruh
asisten dosen yang turut membantu dalam praktikum yang kami lakukan.
Tentunya kami sangat berharap laporan yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………....………………………………………...….3
DAFTAR ISI ..........................................................................................................4
INTISARI ...............................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang
Suatu larutan merupakan campuran dua atau lebih komponen yang saling
larut ataupun tidak saling larut. Dalam larutan yang memiliki komponen yang
saling larut dapat dipisahkan kembali ke komponen awalnya. Destilasi merupakan
metode yang sering dipakai dalam pemisahan komponen saling larut berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Apabila perbedaan titik didih terlalu besar, maka dapat
dilakukan destilasi ekstraktif, dengan menambahkan media mudah larut dan dapat
memperbesar titik didih komponennya. Dalam industri kimia pinsip destilasi
banyak digunakan, sebagai contohnya pada pemisahan minyak bumi.
Dilakukannya percobaan destilasi ekstraktif ini digunakan untuk mengetahui cara
pemisahan suatu produk yang memiliki titik didih yang kecil perbedaannnya
untuk meningkatkan konsentrasi produk serta didapatkannya cara untuk
merancang alat destilasi.
I.2 Tujuan
1. Menghilangkan titik azeotrop dari dua komponen yang ada dan saling larut
pada kurva kesetimbangan
2. Mendapatkan produk suatu etanol pada grade, dengan menggunakan
metode destilasi ekstraktif
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut terhadap hasil destilat yang akan
diperoleh
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi proses
destilasi ekstraktif
2. Agar praktikan dapat mengetahui aplikasi dari proses destilasi ekstraktif
dalam dunia industry kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat cair dalam
campuran zat cair tersebut sehingga zat yang memiliki titik didih terendahakan
menguap terlebih dahulu kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan
menetes sebagai zat murni.
II. 1.2. Jenis – Jenis Destilasi
a) Distilasi Sederhana
Biasanya distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zatcair yang
titik didihnya rendah atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau minyak.
b) Distilasi Bertingkat
Proses ini digunakan untuk Komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan pada dasarnya sama dengan distilasi sederhana hanya saja memiliki
kondensor yang lebih banyak sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan pada proses ini akan didapatkan
substansi kimia yang lebih murni.
c) Distilasi Vacuum
Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 ATM distilasi
yang dilakukandalam tekanan operasi ini biasanya dikarenakan beberapa alasan
yaitu :
a. Sifat penguapan relative antara komponen biasanya meningkat seiring
dengan menurunnya boiling temperature
b. Distilasi pada temperature rendah dilakukan ketika mengolah produk
yang relative sensitive terhadap suhu
c. Proses pemisahan dapat dilarutkan terhadap komponen dengan tekanan
uap yang sangat rendah
d) Refluks atau Destruksi
Refluks atau destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam-macam destilasi
walau pada prinsipnya sedikit berkelainan. Refluks dilakukan untuk
mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan.
e) Distilasi Azeotrop
Digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop biasanya dalam proses
nya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan tersebut atau
dengan menggunakan tekanan tinggi.
II. 1. 3. Metode Destilasi
Azeotrop sendiri adalah campuran dari dua atau lebih cairan dalam
semedikian rupa sehingga komponen yang tidak dapatdipisahkan atau destilasi
sederhana. Campuran azeotrop banyak dijumpai dlm industry kimia seperti
campuran aseton dan methanol.
II. 1. 9. Hukum Relative Volatility
P = PA + PB ………………..…………………….(1)
Hukum raoult menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan tertentu, tekanan
parsial uap komponen A (PA) dalam campuran sama dengan hasil kali antara A
(PA murni) dan fraksi molnya XA.
PA = PA murni x XA………………………………………………..(2)
Keterangan :
𝑌𝐴/𝑋𝐴 𝑌𝐴/𝑋𝐴
α AB = 𝑌𝐵/𝑋𝐵 = (1−𝑌𝐴)/(1−𝑋𝐴) …………………………(4)
𝑃𝐴 𝑥 𝑋𝐴
YA = ……………………………………(5)
𝑃
𝑃𝐵 𝑥 𝑋𝐵
YB = ……………………………………(6)
𝑃
Keterangan :
𝑃𝐴 = 𝐻. 𝑋𝐴
Keterangan:
PA = Tekanan parsial komponen A di atas larutan
Hukum Raoult juga memberikan hubungan antar tekanan parsial suatu zat
di atas larutan dengan fraksi molnya. Hukum Raoult dapat didefinisikan untuk
fase uap-cair dalam kesetimbangan, sebagai berikut :
𝑃𝐴 = 𝑃°𝐴. 𝑋𝐴
dimana, 𝑃𝐴 adalah tekanan uap komponen A diatas larutan dengan fraksi mol A
adalah XA dan 𝑃°𝐴 adalah tekanan parsial komponen A dalam keadaan murni pada
temperatur larutan tersebut (Maulida,2018).
B. Kalium Klorida
a) Sifat fisika
1. Berupa padatan
2. Berwarna putih
3. Densitas = 2,152 gr/ml
4. Titik didih = 1600°C
5.
b) Sifat kimia
1. Rumus molekul = CaCl2
2. Berat molekul = 110,99 gr/mol
c) Fungsi = Sebagai zat yang ditambahkan untuk
membuat perbedaan titik didih antar
komponen dalam campuran
(Perry,2007, “Calcium Chloride”)
C. Etanol
a) Sifat fisika
1. Berupa cairan
2. Tidak berwarna
3. Densitas = 0,789 gr/ml
4. Titik didih = 78,4°C
b) Sifat kimia
3. Rumus molekul = C2H5OH
4. Berat molekul = 46,07 gr/mol
c) Fungsi = Sebagai zat yang dimurnikan
(Perry ,2007,“Ethyl Alcohol”)
II.4 Hipotesa
Pada percobaan destilasi ekstraktif diharapkan mendapatkan etanol dengan
kemurnian atau konsentrasi 96% dengan berbagai faktor yaitu konsentrasi
alkohol, jenis garam serta temperatur.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Etanol
2. Kasium klorida
3. Aquadest
III.2 Alat
1. Kondensor
2. Neraca analitik
3. Piknometer
4. Erlenmeyer
5. Selang
6. Heating mantel
7. Thermometer
8. Labu leher tiga
9. Divider
Kondensor Divider
III.5. Prosedur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 2 Grafik
0.7 0.7
0.6 0.6
Y
0.5 0.5
Y
0.4 0.4
0.3 0.3
0.2 0.2
0.1
0.1
0
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
X X
GrafikI. (a) Kurva kesetimbangan ethanol – air percobaan, dan (b) Kurva
kesetimbangan ethanol – air pada literatur
Pada grafik (a) dapat dilihat bahwa titik azeotrop telah terbuka pada
percobaan dikarenakan keberadaan entrainer sebagai pengikat air. Hal ini sesuai
dengan teori (Billah, 2014) dan (Yansen, 2018). Sedangkan grafik (b) merupakan
kurva kesetimbangan etanol – air jika tidak diberi entrainer yang memiliki titik
azeotrope pada konsentrasi ethanol 96%. Semakin kurva kesetimbangan
mengembang ke atas dari kurva 45 maka menandakan mudah untuk dipisahkan
(𝛼>1). Begitu juga sebaliknya, apabila kurva kesetimbangan mengembang ke
bawah dari kurva 45 maka semakin susah untuk dipisahkan (α ≤ 1).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Pada percobaan Destilasi Ekstraktif ini telah dilakukan dengan baik,
berdasarkan data – data praktikum yang didapat dapat disimpulkan titik azeotrope
ethanol – air terbuka dengan penambahan garam 𝐶𝑎𝐶𝑙2 sebagai entrainer dan
kadar destilat sebesr 97,589%.
V.2 Saran
1. Sebaiknya saat destilat telah diambil langsung ditutup agar alcohol tidak
menguap
2. Sebaiknya saat pengambilan sampel bottom jangan dibiarkan terbuka lebih
lama agar alcohol tidak berkurang terlalu banyak
3. Sebaiknya adanya ethanol awal tidak perlu diencerkan agar didapatkan
kadar ethanol lebih murni
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
I. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan Densitas Destilat dan Bottom
𝝆 𝝆
Waktu Massa isi Massa isi destilat bottom
destilat (gr) bottom (gr) (gr/ml) (gr/ml)
1 19,752 21,3494 0,7789 0,9387
2 19,8185 21,4595 0,7856 0,94971
3 20,0703 21,5437 0,81079 0,95813
II. Perhitungan
1. Perhitungan densitas
a. Densitas Destilat
𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
19,7520 − 11,9624 𝑔𝑟
𝜌 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡 =
10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝜌 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡 = 0,7789
𝑚𝑙
b. Densitas Bottom
Jadi ambil 342,473 ml alcohol 93% dan ditambah aquadest hingga 350
ml
b. Pembuatan Etilen Glikol 1N
𝜌 𝑥 % 𝑥 1000
𝑁=
𝐵𝑒
1,11 𝑥 99,8% 𝑥 1000
𝑁= 62,07
2
𝑁 = 35,694
𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2
1𝑁 𝑥 100𝑚𝑙 = 35,694 𝑁𝑥 𝑉2
𝑉2 = 2,8 𝑚𝑙
Jadi ambil 2,8 ml etilen glikol lalu dilarutkan dengan aquadest hingga 100
ml
3. Tekanan Uap Parsial Alkohol
a. Pada Bottom
83 − 78,4 𝑥 − 260
=
78,4 − 63,5 760 − 400
𝑥 = 870,88
b. Pada Packed Colomn
62 − 48,4 𝑥 − 200
=
63,5 − 48,4 400 − 200
𝑥 = 380,132 𝑚𝑚𝐻𝑔
4. Tekanan Uap Parsial Water
a. Pada Bottom 62 ˚C = 163,77
b. Pada Packed Colomn 83 ˚C = 400,6
5. Perhitungan Relative Volatility
a. Pada Bottom
𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
∝ 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝑜
𝑃 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
738, 255
∝ 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = = 2,298
321,196
𝑃𝑜 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
∝ 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑑 𝐶𝑜𝑙𝑜𝑚𝑛 =
𝑃𝑜 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
380,132
∝ 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑑 𝐶𝑜𝑙𝑜𝑚𝑛 = = 2,3211
163,77
c. Total
𝛼 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = √𝛼 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑥 𝛼 𝑝𝑎𝑐𝑘𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑙𝑜𝑚𝑛
LAMPIRAN 2