Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR

PROYEK PENGENALAN POTENSI LINGKUNGAN SUMATERA

PRODUKSI JAGUNG DI SUMATERA DALAM MEMENUHI


KEBUTUHAN PANGAN DI ASIA TENGGARA Commented [1]: BOLD

BIDANG KAJIAN
PERTANIAN

Diusulkan oleh: Commented [2]: Sebaiknya pakai NAMA NIM PRODI

Muhamad Maulana; 118110024; Fisika


Denis Rolen; 118130044; Teknik Elektro
Hasbiyalloh; 118340004; Teknik Sistem Energi
Hendri Kurniawan; 118170034; Teknik Mesin
Lintang Yanuari; 118310024; Teknik Biosistem
Octria Grace Holy Finesia Purba;118250034; Teknik Lingkungan
Tri Febri Yudhanti; 118280034; Teknik Kimia
Vella Safira; 118290024; Sains Atmosfer dan KeplanetaN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


LAMPUNG SELATAN
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN Commented [3]: Dilengkapi!!!
DAFTAR ISI Commented [4]: Dilengkapi!!!

HALAMAN PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Pembatasan Masalah 2
1.3 Tujuan dan Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III METODE PENELITIAN 4
3.1 Jenis Penelitian 4
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4
3.3 Tahap Pelaksanaan 4
3.3.1 Tahap Persiapan 4
3.3.2 Tahap Pelaksanaan 5
3.3.3 Tahap Penyusunan Laporan 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 6
4.1 Hasil 6
4.2 Pembahasan 7
BAB V PENUTUP 9
5.1 Kesimpulan 9
5.2 Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 11
BAB I
PENDAHULUAN Commented [5]: BOLD dan perhatikan format
penulisan dan spasi

1.1 Latar Belakang

Potensi sumber daya alam Indonesia, khususnya Sumatera, yang termasuk


bahan pangan menjadi sorotan yang perlu dikaji. Produksi pangan seperti padi,
jagung, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai di berbagai wilayah Sumatera
terbilang cukup besar. Tanaman palawijaya yang menjadi produk terbesar adalah
jagung dan ubi kayu yang perkembangan produksinya terus meningkat dari 2008-
2013 (Bappenas, 2013). Berhubungan dengan jagung merupakan produk pangan
yang banyak tersebar di sekitar Lampung, daerah penelitian kami, dan termasuk
kedalam kategori produk pangan yang besar di daerah Sumatera maka kami
memfokuskan penelitian kami pada hasil ladang berupa jagung; tetapi kami juga
membandingkannya dengan padi yang menjadi makanan pokok masyarakat
Indonesia.
Di kalangan masyarakat, jagung tidak begitu diperhatikan dibanding padi
dalam hal pengkonsumsi dan pengeksporan. Menurut Suarni dan Yasin (2011),
indeks glikemik (IG) pada serat pangan yang terkandung dalam jagung relatif
rendah dibanding beras dari padi sehingga jagung dianjurkan bagi penderita
diabetes. Pada kalangan masyarakat awam pula, jagung dianggap sebagai pangan
sehat, tetapi pengolahannya relatif lebih sulit jika dibandingkan dengan beras padi.
Bahkan apabila dibandingkan dengan beras, jagung memiliki gizi yang lebih tinggi.
Daftar gizi yang terkandung dalam jagung biasa dan jagung manis dapat dilihat
pada tabel 1.
Oleh sebab banyaknya manfaat yang akan didapat dari produksi jagung,
tema Produksi Jagung di Sumatera dalam Memenuhi Kebutuhan Pangan di Asia
Tenggara kami tulis agar masyarakat sumatera mengetahui potensi jagung di Commented [6]: BOLD

daeranya.
Tabel 1-1 Kandungan zat gizi jagung biasa dan jagung manis

Kandungan Satuan/100 g bahan

Jagung manis Jagung biasa

Energi 96,0 cal 129 cal

Protein 3,5 g 4,1 g

Lemak 1,0 g 1,3 g

Karbohidrat 22,8 g 30,3 g

Kalsium 3,0 mg 5,0 mg

Fosfor 111 mg 108,0 mg

Besi 0,7 mg 1,1 mg

Vitamin A 400 SI 117,0 SI

Vitamin B 0,15 mg 0,18 mg

Vitamin C 12,0 mg 9,0 mg

Air 72,7 g 63,5 g


Sumber: Suarni dan Yasin (2011)

1.2 Pembatasan Masalah

Penelitian yang berjudul “Produksi Jagung di Sumatera dalam Memenuhi


Kebutuhan Pangan di Asia Tenggara” ini diarahkan kepada data-data
perkembangan produksi jagung di Sumatera terkait penghasilan, lahan yang
tersedia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji peranan kegiatan produksi jagung di
Sumatera dalam menopang ketahanan pangan di dunia agar masyarakat Indonesia,
khususnya daerah Sumatera, mengetahui bahwa jagung dapat meningkatkan
dengan skala besar perekonomian masyarakat di samping produksi padi. Kegiatan
ini bermanfaat untuk meningkatkan peranan mahasiswa sebagai pencari solusi dan
meningkatkan kualitas hubungan civitas academica kampus dengan masyarakat
sekitar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Commented [7]: Ditambah lagi referensinya!!!!

Salah satu komoditas tanaman pangan yang sejalan dengan program


diversifikasi pangan adalah
tanaman jagung. Jagung merupakan tanaman
pangan sumber karbohidrat selain beras, juga
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan
bahan baku pangan olahan. Selain itu, jagung
merupakan salah satu sumber pangan lokal yang
memiliki potensi untuk terus dikembangkan dan
menjadi sandaran sumber diversifikasi pangan
yang menunjang upaya ketahanan pangan nasional
(Fitriani et al. 2011).
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi dengan produksi jagung
yang besar di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2012),
produksi jagung di Provinsi Lampung mencapai 1.817.906 ton dengan luas lahan
mencapai 380.917 ha dengan sentra produksi terbesar terdapat di Lampung Selatan.
Provinsi Lampung dalam hal ini juga menjadi penunjang program diversifikasi
pangan berbasis komoditas tanaman jagung.
Dari penelitian Supriono (2006) rendahnya produksi jagung di tingkat
petani dapat mempengaruhi produksi secara nasional. Hal ini dimungkinkan ada
kaitannya dengan penggunaan varietas,pengolahan tanah dan kepadatan tanaman
persatuan luas yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung, dan
keragaman produktivitas tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan
penggunaan benih bersertifikat, teknologi budidaya kurang memadai, pola tanam
yang tidak sesuai, ketidaktersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani.
Ketersediaan jagung yang kurang memenuhi pasar,pemerintah lebih mengambil
jalan untuk impor jagung dari negara lain.
Terjadi nya impor jagung di duga besar jagung diusahakan pada lahan
kering yang penanamannya pada musim hujan, sehingga terjadi perbedaan jumlah
produksi yang nyata antara pertanaman musim hujan dengan tanaman musim
kemarau. Hal ini menyebabkan ketersediaan jagung pada bulan-bulan tertentu
melebihi kebutuhan, di samping keterbatasan kapasitas gudang penampungan yang
terkait dengan sifat jagung yang kurang tahan disimpan dalam waktu lama.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, deskriptif,


dan analitis. Tujuan dari metode penelitian deskriptif analitis ini adalah untuk
mendapatkan data yang mendalam mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi jagung sehingga belum menjadi alat pemenuhan kebutuhan pangan
di Asia Tenggara.
Pada penelitian ini, peneliti akan berfokus pada bagaimana kualitas dan
kuantitas penghasilan jagung di daerah Lampung, faktor faktor apa saja yang
mempengaruhi sikap proaktif masyarakat dalam pengelolaan jagung, dan hambatan
apa saja yang ditemui pada saat proses pemeliharaan dan pendapatan. Dengan
menggunakan pendekatan studi kasus, yakni penelitian yang bertujuan untuk
mempelajari sedalam dalamnya tentang salah satu gejala nyata yang ada dalam
kehidupan masyarakat yang dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan,
kelompok, masyarakat, lembaga lembaga maupun individu individu.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2019 di daerah Kotabaru,
Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.

3.3 Tahap Pelaksanaan

3.3.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini para peneliti mempersiapkan segala sesuatu, seperti surat
perizinan, mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mengumpulkan literatur,
membuat daftar pertanyaan, menentukan informan yang tepat, jadwal melakukan
wawancara dan segala alat pendukung yang akan digunakan pada saat turun lapang,
seperti panduan wawancara, buku dan alat tulis, tape recorder, kamera.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan

tahap selanjutnya para peneliti akan melakukan pengumpulan dan


pengolahan data. Tahapan pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Mewawancara para informan;
2. Melakukan observasi;
3. Mendokumentasikan proses wawancara;
4. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan.

Pada saat data yang dibutuhkan sudah didapatkan secara lengkap, maka tahap
selanjutnya adalah mengolah data dengan cara sebagai berikut:
1. Mengorganisasikan data ke dalam kategori;
2. Menjabarkan kedalam unit-unit;
3. Melakukan sintesa;
4. Menyusun ke dalam pola;
5. Memilih prioritas yang akan dipelajari;
6. Membuat kesimpulan.

3.3.3 Tahap Penyusunan Laporan

Tahap terakhir adalah menyusun laporan hasil penelitian yang telah


dilakukan. Para peneliti akan menyajikan data-data yang telah dikatagorikan,
menyajikan dokumentasi penelitian, mendeskripsikan hasil analisis dan menarik
suatu kesimpulan tehadap hasil penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Menurut data statistic kementan (2017) yang diperoleh, yaitu rata – rata
pertumbuhan produksi jagung di 7 provinsi, Pulau Sumatera masih mencapai 15%
dari 7 provinsi tersebut, seperti pada Gambar 4-2. Data ini diperoleh dengan
memilih 7 provinsi yang merupakan penghasil jagung terbesar. 15% dari ketujuh
provinsi tersebut adalah Lampung dan Sumatera Utara yang merupakan provinsi
yang ada di Pulau Sumatera.
Jawa Timur
1%
Jawa Tengah
4%

Sulawesi Sulawesi
Selatan Utara
12% 42%

Lampung
7%

Sumatera
Utara
8% NTB
26%

Gambar 4-1 Rata-Rata Pertumbuhan Produksi Jagung di 7 Provinsi dengan Produksi Terbesar Tahun 2013-
2017

Sesuai dengan 2-1, pada tahun 2010-2015 produksi jumlah padi lebih
unggul dari jagung, bahkan pada tahun tersebut jagung mengalami penurunan.
Tabel 4-1 Perbandingan Produksi Padi dan Beras Tahun 2010-2015 (ton)

Tahun Padi Jagung Commented [8]: Kok kosong? Kalau kosong


mendingan ya di delete aja!!

2010 2.807.676 2.126.571

2011 2.940.795 1.181.906

2012 3.101.455 1.760.275

2013 3.207.002 1.760.278

2014 3.320.064 1.719.386

2015 3.641.895 1.502.800


Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)

Dari wawancara yang kami lakukan, didapatkan bahwa:


1. Pendapatan petani pada daerah Kotabaru sebesar 7 jt /bulan dengan Rp
2000/Kg;
2. Lahan pertanian digunakan untuk bermacam-macam produksi tani sesuai
musimnya. Saat musim hujan diutamakan menanam padi, sedangkan saat
musim kemarau digunakan untuk menanam jagung dan singkong;
3. Produksi jagung lima tahun terakhir di Kotabaru cukup bagus;
4. Kendala yang dialami petani saat bertani jagung adalah cuaca hujan yang
terus menerus sehingga jagung sulit tumbuh, dan pupuk yang sulit
didapatkan;
5. Harapan petani jagung kepada pemerintah adalah produksi jagung harus
ditingkatkan dan harga yang jagung yang normal;
6. Petani jagung kurang setuju jika produksi jagung lebih diutamakan dari padi
karena mereka bertani dengan dua atau lebih komoditas sekaligus dengan
memperhatikan cuaca yang tepat.

4.2 Pembahasan
Pada Gambar 4-1, Lampung (daerah penelitian kami) termasuk dalam
kategori provinsi penghasil jagung terbesar, tetapi jika dibandingkan dengan
provinsi berpenghasilan jagung tebesar yang lainnya masih tergolong sangat kecil.
Dari data ini, dapat diketahui bahwa produksi jagung di daerah Sumatera,
khususnya daerah Lampung, menjadi bagian dari pemasok kebutuhan pangan di
Asia dengan hasil pertanian jagung.
Apabila dibandingkan dengan hasil produksi padi, seperti pada Tabel 4-1,
produksi jagung sangat rendah. Data tersebut tidak dapat dimungkiri karena
konsumsi utama masyarakat Indonesia adalah beras dari padi. Akan tetapi produksi
jagung yang besar ini dapat menjadi salah satu potensi pulau Sumatera dalam
memenuhi kebutuhan pangan di Asia.
Masyarakat lebih berminat untuk memproduksi beras, maka dari itu jagung
pun beralih fungsi menjadi pakan ternak. Pengaruh cuaca dan musim yang
membuat petani untuk lebih menghindari menanam jagung. Banyak petani yang
memilih bercocok tanam dua komoditas sekaligus,contoh padi dan jagung. Ini
dilakukan karena dilihat dari pengaruh cuaca dan musim yang memungkinkan
mereka untuk menanam apa di musim itu. Pendapatan yang tak lebih dari 7jt/bulan
dengan harga perkilo di petani nya Rp.2000. Commented [9]: Perhatikan format kanan dan kirinya.

Kendala yang dirasakan petani salah satunya yaitu pupuk dan penyemprotan
hama. Harga dari kedua nya cukup tinggi di pasaran, namun tak sebanding dengan
harga jual jagung nya.kendati demikian, petani tak mempunyai pilihan lain di saat
seperti ini. Petani hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah lebih memperhatikan
nasib petani dan menurunkan harga pupuk serta menaikkan harga jual jagung di
masyarakat. Kendala ini juga dapat menjadi salah satu faktaor dari terhambatnya
pertumbuhan dalam produksi jagung di pulau Sumatera.
BAB V
PENUTUP Commented [10]: Lengkapi kesimpulan dan saran

5.1 Simpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. (2013, 5 6). Pembangunan Daerah dalam Angka 2013.


Retrieved 4 20, 2019, from www.bappenas.go.id:
https://www.bappenas.go.id/id/publikasi-informasi-aplikasi-dan-
tautan/publikasi/pembangunan-daerah-dalam-angka-2013/

Suarni, & Yasin, M. (2011). Jagung sebagai Sumber Pangan Fungsional.


Iptek Tanaman Pangan, VI, 41-56. Retrieved April 20, 2019, from
pangan.litbang.pertanian.go.id/files/04-suarni.pdf

Badan Pusat Statistik. (2015). Produksi Padi Menurut Provinsi (ton),


1993-2015. Dipetik April 28, 2019, dari https://www.bps.go.id:
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/865

A. Husni Malian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi


Pertanian Bogor (2004). “KEBIJAKAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA”
Ariansah Saputra Dinata, Dyah Aring Hepiana Lestari, Helvi Yanfika
(2014) “PENDAPATAN PETANI JAGUNG ANGGOTA DAN
NONANGGOTA KOPERASI TANI
MAKMUR DESA NATAR KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN”
LAMPIRAN

Gambar Lampiran-1 Lahan untuk Padi (Kiri) dan Lahan untuk Jagung (kanan) di Kotabaru

Gambar Lampiran-2 Kegiatan Wawancara di ladang Jagung

Gambar Lampiran-3 Foto Bersama dengan Petani yang Bertugas di Kotabaru

Anda mungkin juga menyukai