Banyak peralatan kelistrikan yang digunakan pada kendaraan, diantaranya adalah: sistem
penerangan, glow plug, sistem pengapain, sistem starter, sistem AC, wiper, washer dll. Mungkin
saat pertama kali melakukan perbaikan pada alat-alat tersebut, kita akan mengalami kesulitan. Hal
ini dikarenakan alat-alat tersebut digerakkan oleh arus listrik yang tidak bisa kita lihat secara
langsung dengan mata. Dari hasil penelitian diketahui bahwa arus listrik mempunyai pola kerja
tertentu dan dapat dikenali melalui sifat-sifatnya. Karena itu penting sekali untuk mengetahui
dasar-dasar kelistrikan, agar kita dapat menangani peralatan kelistrikan secara benar. Dengan
menguasai dasar-dasar kelistrikan. dengan mudah kita dapat memahami konstruksi dan cara kerja
peralatan kelistrikan yang digunakan pada kendaraan.
A. Kelistrikan
1. Komposisi Benda
Semua benda bila kita pecah tanpa meninggalkan sifat aslinya akan kita dapatkan partikel
yang disebut molekul. Molekul kalau kita pecah lagi akan kita dapatkan beberapa atom.
Jadi atom adalah bagian terkecil dari suatu benda/partikel.
BENDA ATOMIC
NUCLEUS
+
MOLEKUL - ELECTRON
ATOM
Komposisi Atom Hidrogen
Komposisi Benda
ATOMIC NUCLEUS
-
-
+ +
+ + - -
PROTON
- NEUTRON
Komposisi Atom Lithium
Komposisi Atom Helium
Atom terdiri dari inti (nucleus) yang dikelilingi oleh elektron yang berputar mengelilingi
inti atom pada orbitnya masing-masing seperti susunan tata surya. Inti atom sendiri terdiri
dari proton dan netron. Proton dan elektron ternyata mempunyai muatan listrik, dimana
2. Elektron Bebas
Elektron-elektron yang orbitnya paling jauh dari inti atom, memiliki daya tarik menarik
yang lemah terhadap inti. Elektron-elektron bebas ini bila terkena gaya dari luar, misalnya
panas, gesekan atau reaksi kimia akan cenderung lepas dari ikatannya dan pindah ke
atom lain. Elektron-elektron yang mudah berpindah ini disebut elektron bebas. Gerakan
dari elektron bebas inilah yang menghasilkan bermacam-macam fenomena kelistrikan
(seperti loncatan bunga api, cahaya, pembangkitan panas, pembangkitan magnet dan reaksi
kimia). Benda-benda yang memiliki banyak elektron bebas disebut konduktor dan yang
tidak memiliki elektron bebas disebut isolator.
ATOM BEBAS
3. Tipe Listrik
Listrik
Statis
Arus Searah
Listrik (Arus DC)
Listrik
Dinamis
Arus Bolak-Balik
(Arus AC)
Diktat Elektronika Dasar PTM UST 2014 2
a. Listrik Statis
Bila konduktor seperti sebatang kaca digosokkan dengan kain sutera, kedua permukaan
akan bermuatan listrik. Satu bermuatan positip dan satu bermuatan negatif. Tanpa
menghubungkan kedua benda tersebut dengan konduktor, muatan listrik akan tetap
berada dipermukaan batang kaca dan kain sutera. Listrik yang tidak bergerak ini disebut
listrik statis. Dalam elektron bebas, listrik statis adalah suatu keadaan dimana elektron
bebas sudah terpisah dari atom masing-masing, akan tetapi tidak bergerak dan hanya
berkumpul pada permukaan benda masing-masing.
BERMUATAN LISTRIK
STATIS
TABUNG KACA
KAIN KATUN
Referensi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita terlibat dengan listrik dalam berbagai cara. Saat
kita melepas baju atau sweeter terutama saat udara kering akan menimbulkan suara patah.
Hal ini disebabkan adanya listrik yang disebabkan oleh gesekan antara 2 bahan yang
berbeda yaitu sweeter dengan pakaian dalam anda. Suara yang timbul adalah proses
pengosongan arus listrik. Listrik yang dihasilkan melalui gesekan tersebut disebut listrik
statis. Listrik statis juga dihasilkan oleh kendaraan. Kendaraan diisolasi dari tanah oleh ban
berisi udara. Saat kendaraan berjalan, gesekan antara bodi kendaraan dan udara akan
membangkitkan listrik statis. Saat kendaraan berhenti dan seseorang menyentuh pintu,
orang tersebut mungkin akan terkejut akibat pengosongan listrik. Di dalam kendaraan,
gesekan antara pakaian penumpang dan bahan tempat duduk menghasilkan arus listrik dan
saat penumpang menyentuh suatu tombol/saklar atau pintu ia akan terkejut karena
pengosongan listrik. Hal ini biasa dikatakan sebagai kejutan listrik.
+
0 Time
_
Arus Searah
+
0
_ Time
Arus Bolak-balik
1 DETIK
Tabel dibawah ini menunjukkan satuan arus listrik yang sangat kecil dan besar.
CURRENT
A
Tegangan
Pipa Air
ELECTRON
FLOW
VOLTAGE
Aliran Air
Gambar (b)
Gambar (a)
Tegangan
Tegangan adalah
tekanan
Contoh Konversi :
1.700.000 ᴫV = 1. 700 mV = 1,7 V
0,78 MV = 780 KV = 780. 000 V = 780.000.000 mV
c. Cara Pengukuran Tegangan
Tegangan diukur dengan Volt Meter dalam satuan volt. Volt meter dihubungkan secara
paralel terhadap beban.
Tugas: III
Gambarkan pengukuran tegangan dengan voltmeter:
Komponen: Baterai – Saklar – Sekering – Beban (Lampu).
Ukur tegangan pada baterai dan Tegangan pada beban (lampu) !
Adakah perbedaan dari kedua hasil pengukuran tersebut ?
3. Tahanan/Resistansi Listrik
a. Pengertian
Air dengan tekanan yang sama akan mengalir lebih cepat bila dialirkan melalui pipa
yang besar, pendek dan permukaan dalamnya halus dibandingkan dengan bila air
dialirkan melalui pipa yang ukurannya kecil, panjang dan permukaan bagian dalamnya
kasar. Hal ini karena kondisi dari pipa akan berpengaruh terhadap aliran air. Besarnya
hambatan ini dikatakan sebagai tahanan pipa.
Kejadian ini juga berlaku untuk listrik yang mengalir melalui suatu kabel, dimana listrik
juga akan mengalami hambatan. Hambatan yang dialami listrik ini disebut
tahanan/resistansi listrik.
A Pipa lebih A
besar Pipa lebih
kecil
B B
Aliran UST
Diktat Elektronika Dasar PTM air 2014 Aliran air 9
besar lebih kecil
Tegangan
Tahanan Listrik
Kabel Besar
Kabel Kecil
(listrik mudah mengalir)
(listrik susah mengalir)
Contoh Konversi:
1.985 m = 1, 985
0,89 M = 890 k = 890.000
R=. l
A
R = Tahanan listrik ……………….
= Tahanan jenis ………………. m
l = Panjang kabel ………………. m
A = Luas penampang kabel …….. m2
Dalam Pengukuran Tahanan, ohmmeter tidak boleh bersinggungan dengan tegangan luar.
4. Hukum OHM
Arus listrik akan mengalir melalui sebuah sirkuit listrik saat tegangan diberikan ke suatu
rangkaian yang mempunyai tahanan. Untuk mengetahui hubungan antara arus, tegangan
dan tahanan, Ohm seorang ilmuwan dari Jerman telah melakukan suatu percobaan dan
menemukan suatu hukum yang menjadi hukum dasar kelistrikan. Untuk lebih jelasnya kita
perhatikan hubungan antara lampu listrik dengan baterai seperti terlihat pada gambar
dibawah. Pada gambar A, sebuah lampu dirangkaikan dengan sebuah baterai. Pada gambar
B dua buah lampu dirangkaikan dengan sebuah baterai. Pada gambar C sebuah lampu
dihubungkan dengan 2 buah baterai. Dari ketiga rangkaian tersebut ternyata lampu pada
rangkaian C menyala paling terang, dan lampu pada rangkaian B menyala paling redup.
A B C
Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa “besarnya arus yang mengalir melalui
konduktor berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan dan berbanding
terbalik dengan besar tahanannya”. Kesimpulan inilah yang disebut dengan hukum
Ohm. Untuk lebih memudahkan pemahaman hukum ini dapat digambarkan dengan
persamaan berikut:
V V
I= (1) R= (2) V=I.R (3)
R I
Diktat Elektronika Dasar PTM UST 2014 13
Dimana,
I = Besarnya arus listrik yang mengalir. ……… (Ampere)
R = Besarnya tahanan sirkuit ……………………. ()
V = Besarnya tegangan listrik ………………….. (Volt)
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa tegangan 1 volt dapat digunakan untuk
mengalirkan arus listrik sebesar 1 ampere pada tahanan 1 .
Persamaan diatas dapat digunakan bila dua faktor yang lain diketahui tanpa melakukan
pengukuran. Untuk memudahkan dalam mengingat persamaan tersebut dapat digunakan
gambar berikut.
C. RANGKAIAN LISTRIK ( APLIKASI HUKUM OHM)
1. Rangkaian Dasar
SWITC FUS
H LAM
E
P
+ -
Hukum ohm dapat digunakan untuk menghitung besarnya arus, tegangan dan
atau/hambatan tanpa melakukan pengukuran bila dua faktor yang lain diketahui.
a. Saat diketahui besarnya tegangan dan arus yang mengalir, maka besarnya tahanan
rangkaian tersebut dapat dihitung.
I=8A
24 V R=?
b. Bila diketahui besarnya arus yang mengalir dan tahanan, maka besarnya tegangan dapat
dihitung. Berapa besarnya tegangan pada rangkaian dibawah ini ?
I = 2A
AA A
V?
R = 50
Penyelesaian
Hukum ohm (3) V=I.R
Diketahui R = 50 I = 2 A,
maka :
V = 2 x 50 = 100 Volt
2. Rangkaian Seri
Bila dua atau lebih lampu atau beban dirangkaikan seperti pada gambar di bawah, sehingga
arus listrik hanya memiliki satu jalur aliran arus listrik, rangkaian ini disebut rangkaian
seri.
Tahanan Rp dan arus listrik I yang mengalir pada sirkuit dapat dihitung sebagai berikut:
6 4 2
12 V
Rp = R1 + R2 + R3
6 + 4 + 2 = 12
V 12
I= = = 1( A )
R 12
I2 R1
I1
R2
I
V
Rp = R1 X R2
R1 + R2
Dari perhitungan di atas, jumlah arus I yang mengalir pada sirkuit dapat dihitung:
I = V/Rp
Jumlah arus I adalah sama dengan jumlah arus I1 dan I2 yaitu arus yang mengalir melalui
masing-masing R1 dan R2.
I = I1 + I2
Karena tegangan sumber Vr adalah sama pada seluruh beban, kuat arus I1 dan I2 dapat
dihitung berdasarkan hukum Ohm sebagai berikut:
I1 = V/R1
I2 = V/R2
Contoh berapa tahanan pengganti pada gambar berikut ?
1 1
R= 1 =
1 1 1 1 1
p + + + +
R1 R2 R 2 3 6
p 3
0 0 0
1 0 1 6
= = = 0 = 1 [ ]
3 + 2 + 1 6 6 0
6 6 6 6 0
0 0 0 0 0
1
Kesimpulan : 0
0
0
Diktat Elektronika Dasar PTM UST 2014
0 18
0
0
1) Besarnya tegangan pada masing-masing beban sama dengan tegangan sumber.
2) Besarnya arus listrik yang mengalir dari sumber tegangan sama dengan jumlah arus yang
mengalir melalui masing-masing beban.
3) Nilai tahanan pengganti lebih kecil dari nilai masing-masing tahanan.
4. Rangkaian Seri-Paralel/Kombinasi
Sebuah lampu dan beberapa tahanan dihubungkan pada rangkaian seperti pada gambar di
bawah. Rangkaian ini disebut rangkaian seri-paralel/campuran. Rangkaian ini merupakan
suatu kombinasi antara rangkaian seri dan paralel.
R1
R2
12 V R3
Rt
Kombinasi tahanan total Rt dalam rangkaian seri-paralel dapat dihitung sebagai berikut:
a. Menghitung kombinasi tahanan (R01), yaitu kombinasi tahanan R1 – R2 yang dihubung
secara paralel.
b. Menghitung kombinasi tahanan (R02) yaitu kombinasi tahanan R01 dan R3 yang dihubung
secara seri.
R01 = R1 X R2 → Rangkaian paralel
R1 + R2
Besarnya arus I yang mengalir melalui rangkaian dapat dihitung berdasarkan hukum Ohm
sebagai berikut:
Besarnya arus I1 , I2 , dan I3 yang mengalir melalui tahanan R1, R2 , dan R3 pada rangkaian seri
paralel seperti pada gambar di bawah dapat dihitung sebagai berikut:
12 V
R1 = 2Ω
R2 = 2Ω
Rt R3 = 5Ω
Tahanan total :
R01 = R1 X R2
R1 + R2
=2ΩX2Ω
2Ω+2Ω
=1Ω
R02 = R01 + R3
=1Ω+5Ω
=6Ω
Arus total:
I = V/R02
= 12 V/6 Ω
I=5A
V = 12 V
P = 60 W
Dengan mengumpamakan tegangan (V) dihubungkan ke lampu dan arus I akan mengalir ke
lampu tersebut, maka akan didapatkan suatu hubungan atau rumus yang menyatakan Daya
listrik P pada lampu tersebut:
P=VXI
Jawab :
V 6
I = V/R = =2A
R.I 3
P
P = V . I = 6 . 2 = 12 W
V.I
Jawab :
P = V2/R
= 2202/55
= 880 W
Kesimpulan : Dengan memperbesar tegangan 2 x lebih besar maka daya menjadi 4x
lebih besar.
3. Diketahui : I = 2A ; R = 55
Ditanya : P = ………?
Jawab :
P= I2 . R = 22 . 55 = 220 W
4. Diketahui : I = 4A ; R = 55
Ditanya : P = ………?
Jawab :
P = I2 . R = 42 . 55 = 880 W
Kesimpulan: Dengan memperbesar arus 2x lebih besar, maka daya menjadi 4x lebih besar
+ -
R
V
Medan Magnet
Serbuk besi tampak tersebar disepanjang garis-garis yang tidak terlihat. Garis-garis ini
disebut garis gaya magnet (GGM)/magnetic line dan secara keseluruhan disebut fluksi
magnet (magnetic flux). Meskipun tidak terdapat serbuk membentuk garis-garis gaya
magnet, dianggap seolah-olah GGM ada disekeliling magnet.
Karakteristik flusi magnet:
1) Fluksi magnet dimulai dari kutub U dan berakhir di kutub S suatu magnet .
-
S medan magnet.
mungkin dengan poros U-S dari
+
3) Garis-garis gaya magnet di dalam fluksi berusaha sependek mungkin, sejajar dan sedekat
N
PAPE
R
Gambar di bawah menjelaskan medan magnet yang ditimbulkan oleh aliran arus listrik dengan
cara lain.
Saat sebuah kabel listrik ditembuskan pada selembar kertas yang dilubangi, kemudian
serbuk besi ditebarkan di atas kertas tersebut, maka saat arus listrik dialirkan serbuk besi
akan membentuk beberapa lingkaran disekitar kabel listrik seperti terlihat pada gambar di
atas. Ini menunjukkan bahwa aliran arus listrik menimbulkan suatu medan magnet dengan
bentuk lingkaran mengelilingi aliran arus tersebut. Semakin dekat dengan kabel listrik,
serbuk besi semakin rapat, ini menunjukkan bahwa medan magnet semakin kuat.
Arah arus dan arah fluksi magnet dapat ditunjukkan dengan gambar di bawah. Arus listrik
digambarkan dengan garis dan tanda panah menunjukkan arah arus. Bila dilihat dari
penampang kabel, arah arus listrik diberi simbol atau Θ . untuk lebih jelasnya masalah
penggunaan simbol ini dapat dilihat pada gambar.
Arus
Arus
Tanda “X” dalam lingkaran menunjukkan arah menjauhi kita, tanda “Titik/∙” menunjukkan
bahwa arah arus mendekati kita.
2. Medan Magnet pada Kumparan.
Magnetic
force lines
Current
Saat arus listrik dialirkan melalui sebuah kumparan yang memiliki banyak loop (gulungan),
garis gaya magnet yang dibentuk oleh kumparan tersebut merupakan gabungan dari garis
gaya magnet masing-masing loop. Ujung dimana garis gaya magnet keluar adalah kutub U
dan ujung dimana garis gaya magnet masuk adalah kutub S. Garis gaya magnet dalam hal
ini merupakan suatu garis yang membentuk suatu lingkaran yang tidak terputus di dalam dan
di luar kumparan. Semakin kuat arus yang mengalir dan semakin banyak jumlah
loop/gulungan, semakin kuat medan magnet yang dibentuk. Garis gaya magnet akan
semakin kuat bila pada bagian tengah kumparan diberi inti besi. Garis gaya magnet yang
dibentuk oleh kumparan ini sama dengan yang dibentuk oleh magnet batangan.
KUTUB U KUTUB S
MAGNETIC FORCE
LINES
Hukum tangan kanan Fleming’s menyatakan bahwa “saat arus listrik dialirkan sesuai
dengan arah ulir sekrup ulir kanan, arah garis magnet sama dengan arah gerakan sekrup.
CURRENT FLOW DIRECTION
N
Diktat Elektronika Dasar PTM UST 2014 RIGHT HAND S 31
ARUS
Bila konduktor dililitkan membentuk kumparan dalam suatu tabung disebut solenoide. Pada
saat arus mengalir di dalam solenoid, maka arah fluksi magnet sedemikian rupa sehingga
kutub S yang dihasilkan berada di bawah solenoide, sedangkan kutub U berada di atas.
Jumlah garis gaya magnet juga bertambah sebanding dengan jumlah gulungan dari
kumparan. Besarnya kemagnetan juga akan bertambah sebanding dengan besarnya arus yang
mengalir.
Saat arus listrik mengalir melalui sebuah kumparan sebagaimana terlihat di bawah,
kemudian sebuah lempengan besi didekatkan ke kumparan maka kumparan akan berusaha
menarik lempengan besi tersebut. Bila pada bagian tengah kumparan diberi inti besi maka
kemagnetan akan semakin kuat dan dapat mengangkat batang besi. Magnet yang
ditimbulkan dengan cara ini biasa disebut solenoid.
IRON CORE
COIL
IRON BAR
ARAH GAYA
DORONG
Karena GGM bekerja seperti sebuah karet, dimana saat karet dibentangkan karet selalu
berusaha untuk lurus. Karena tekanan diatas konduktor lebih besar daripada tekanan dibawah
konduktor, hal ini menyebabkan kawat konduktor terdorong ke bawah. Gaya yang
mendorong konduktor ini disebut gaya elektromagnetik. Hubungan antara arah gaya
elektromagnetik, arah arus listrik dan arah fluks magnet, dapat ditentukan dengan
menggunakan hukum tangan kiri fleming. Untuk lebih memudahkan pemahaman, bukalah
ARAH GAYA
ARUS (A)
GAYA
Besarnya gaya elektromagnetik yang dihasilkan berbanding lurus dengan besarnya medan
magnet, besarnya arus listrik dan panjang konduktor yang mengenai medan magnet.
Bila konduktor yang dibuat berbentuk U dan dapat berputar bebas, di tempatkan pada medan
magnet seperti terlihat pada gambar (a) dibawah, kemudian arus listrik dialirkan melalui
konduktor tersebut, maka GGM akan berbentuk seperti gambar (b), maka konduktor sebelah
kiri akan terdorong ke bawah dan konduktor sebelah kanan akan terdorong ke atas.
MAGNET
A
B
C1 C2
KOMUTATOR
KUMPARAN
SIKAT
B1 B2
B
POWER SUPPLY
+ -
Gambar a Gambar b
ARAH ARAH
ARAH GAYA ARAH
GAYA
ARUS ARUS
ARAH
ARAH GARIS
ARAH
GARIS ARAH GAYA
GARIS
GAYA GARIS MAGNET
GAYA
MAGNET GAYA
MAGNET
MAGNET
ARAH ARAH
ARAH ARUS ARUS
GAYA ARAH
GAYA
AMMETER
-
TEGANGAN DIHASILKAN SAAT
KONDUKTOR DIGERAKAN NAIK TURUN
Arah arus listrik ditentukan oleh arah gerakan konduktor dan arah GGM. Gambar di bawah
menunjukkan prinsip hukum tangan kanan fleming’s yang menjadi dasar dari prinsip kerja
generator. Ibu jari menunjukkan arah gerakan konduktor, jari telunjuk menunjukkan arah
GGM dan jari tengah menunjukkan arah arus listrik yang dihasilkan.
GERAKAN KONDUKTOR
S N
GARIS GAYA MAGNET
+
N S
-
b d
a C1 c
C2
B1 B2
Berdasarkan gambar dibawah, pada posisi tegangan bertambah secara bertahap dan
mencapai puncaknya pada titik , kemudian secara bertahap tegangan turun dan
mencapai titik terendah (tegangan 0) pada point. Tegangan ini akan mengalir melalui
komutator C1 dan C2 yang berhubungan dengan sikat B1 dan B2.
0 90 180 270 360
a d d a
b c c b
S2
S1 B2
B1
Gambar Gambar
TEGANGAN
WAKTU
Keterangan grafik:
Kumparan tidak memotong garis gaya magnet, tegangan listrik pada ujung kumparan 0
Dalam komponen sistem kelistrikan kendaraan sekarang banyak digunakan komponen elektronika
seperti resistor, transistor, kumparan, dioda dan lain-lain. Di bawah ini secara singkat diterangkan
mengenai komponen-komponen tersebut.
A. Bahan Semikonduktor
Silikon (Si) dan Germanium (Ge), merupakan salah satu bahan yang mempunyai tahanan lebih
tinggi dari konduktor, tetapi lebih rendah dari isolator pada suhu yang normal biasa disebut
sebagai bahan semikonduktor. Pada keadaan normal semikonduktor ini dapat menghantarkan
arus listrik walaupun hanya sedikit. Agar semikonduktor ini dapat menghantarkan arus listrik
yang banyak, pada atom bahan semikonduktor harus diberikan doping. Untuk mendapatkan
semikonduktor yang bermuatan N, pada atom silikon atau germanium ditambahkan dengan
atom yang memiliki elektron pada orbit terluarnya lebih banyak 1 elektron dibanding dengan
jumlah elektron germanium atau silikon. Sebagai bahan penambah biasanya digunakan arsenik
(As) dan antimon (Sb).
Untuk mendapatkan semikonduktor yang bermuatan P pada atom silikon atau germanium
ditambah dengan unsur yang mempunyai elektron pada orbit terluarnya lebih sedikit 1 elektron
daripada silikon atau germanium. Sebagai bahan penambah biasanya digunakan Indium (In)
atau galium (Ga). Dengan ditambahkannya atom ini maka semikonduktor seolah-olah
bermuatan positip. Dengan penambahan atom ini, maka pada bagian tengah bahan
semikonduktor terdapat celah yang disebut dengan hole dan gerakannya menentukan aliran
muatan positip. Bahan-bahan semikonduktor ini merupakan bahan dasar dalam pembuatan
dioda, transistor, IC dan komponen-komponen elektronika lainnya.
Resistor variabel:
(Resistor yang nilai tahanannya dapat dirubah dalam kisaran tertentu)
Resistor dengan lapisan karbon dan resistor fixed bodi banyak digunakan sebagai komponen
elektronika. Resistor dengan lapisan karbon merupakan sebuah tabung atau batang porselin
yang permukaannya dilapisi dengan serbuk karbon dan kaca. Nilai tahanan dari resistor ini
tergantung dari ketebalan lapisan karbon. Kemudian permukaan lapisan karbon ini dicetak
pada permukaan kawat, selanjutnya terbentuklah resistor dengan nilai yang telah ditetapkan,
resistor ini kemudian dilengkapi dengan terminal.
a. Simbol-Simbol Pada Resistor
Beberapa simbol dan angka digunakan pada resistor untuk menunjukkan jenis resistor,
bentuk, isi, nilai tahanan, batas nilai tahanan (toleransi) dan keterangan lainnya.
NILAI
TAHANAN
KANDUNGAN
150
H RD 1/2 P X k G TOLERANSI
FUNGSI/ NILAI TAHANAN
KEGUNAAN TIPE
BENTU L
K [%]
TINGKAT X [ ] D : ±0.5
H UNTUK POWER( Y
FREKUENSI
RESISTOR
W)
P
Z [k] F : ±1
KARBON G : ±2
TINGGI 1/8 A [M] J : ±5
1/4 B
K : ±10
1/2
1
4TH COLOR
3RD COLOR
2ND COLOR
1ST COLOR
Cara pembacaan warna dari kiri kekanan.
Gelang 1 → Menentukan angka pertama
Gelang 2 → Menentukan angka kedua
Gelang 3 → Menentukan jumlah nol dibelakang angka pertama dan kedua (X 10n )
Gelang 4 → Menunjukkan nilai toleransi (%)
Adapun makna dari warna-warna tersebut dapat diperhatikan dari tabel dibawah yang
merupakan kode warna standart dari Elektronic Industries Assosiation (EIA).
Nilai Resistensi
Warna Jumlah dua digit Perkalian Batas nilai resistensi
Pita warna Pita warna Pita warna ketiga Pita warna keempat
pertama kedua
Hitam 0 0 x 100 -
Coklat 1 1 x 101 -
Merah 2 2 x 102 -
Oranye 3 3 x 103 -
Kuning 4 4 x 104 -
Hijau 5 5 x 105 -
Biru 6 6 x 106 -
-
Ungu 7 7 -
-
Abu-abu 8 8 -
-
Putih 9 9 -
Emas - - x 10-1 5%
Perak - - x 10-2 10%
-
Tidak Berwarna - - 20%
2 0 x 10 2 ± 10%
Gelang 1 → Merah = 2
Gelang 2 → Hitam = 0
Gelang 3 → Merah = 2 ( X 102 )
Gelang 4 → Perak = (10%)
Jadi nilai tahanan tersebut adalah 20 x 102 = 20 x 100 = 2000 10%
Bila menemukan suatu rangkaian elektronika yang mempergunakan resistor dengan
toleransi 10%, maka resistor yang memiliki toleransi 5% pun dapat dijadikan
penggantinya, asalkan nilai resistensinya sama. Pada umumnya suatu piranti rangkaian
yang sedang bekerja, tiba-tiba putus/konsleting (mati total), maka di dalam rangkaian
tersebut dimungkinkan terdapat resistor yang terbakar akibat dari daya listrik yang
melebihi beban.
c. Karakteristik Resistor
Di dalam sirkuit, sering dijumpai penulisan nilai resistor dengan cara penulisan :
6R8 = 6,8Ω
4K7 = 4,7 kΩ = 4700Ω
3M3 = 3,3 MΩ = 3 300 000Ω
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm
1 Mega Ohm = 1000.000 Ohm
REFERENSI
Untuk tahanan yang nilainya dibawah 10 , warna gelang ke tiga kemungkinan
berwarna emas atau perak. Bila berwarna emas perkaliannya adalah 10-1 (1/10).
Sedangkan bila berwarna perak perkaliannya adalah 10-2 (1/100).
Contoh sebuah resistor mempunyai warna:
Gelang 1 Merah = 2
Gelang 2 Hitam = 0
Gelang 3 emas = X 10-1
Gelang 4 Perak = (10%)
Jadi nilai tahanan tersebut adalah 20 x 10-1 = 2,0 10%
2. Sekering
Sekering berfungsi untuk melindungi kabel dan komponen kelistrikan dari kelebihan arus.
Cara kerja dari sekering ini adalah saat arus listrik yang terlalu besar mengalir melalui
sirkuit, maka akibat panas yang diakibatkan oleh aliran arus listrik maka sekering akan putus.
Ada 2 jenis sekering yang digunakan pada kendaraan yaitu tipe blade dan tipe tabung. Saat
ini tipe blade banyak digunakan.
TERMINAL
HOUSING PLAT SEKERING
Referensi
Besarnya arus listrik yang dapat dialirkan pada kabel listrik
Kabel listrik adalah konduktor yang memiliki tahanan, kabel ini akan menjadi
panas saat arus listrik mengalir. Bila arus listrik yang mengalir terlalu besar,
kemungkinan isolator akan rusak atau kawat meleleh. Karena itu besarnya arus
listrik yang dapat dialirkan oleh suatu kabel listrik harus di tentukan berdasarkan
jenis kabel dan tebal penampangnya. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan
ukuran kabel listrik dan besarnya arus listrik yang dapat dialirkan.
Diagonal Penampang Diameter kawat Jumlah Diameter luar Arus yang
(mm) (mm) kawat (mm) bisa dialirkan
(A)
0.5 (sq) 0.32 7 2.2 9
0.85 0.32 11 2.4 12
1.25 0.32 16 2.7 15
2 0.32 26 3.1 20
3 0.32 41 3.8 27
5 0.32 65 4.6 37
8 0.45 50 5.5 47
15 0.45 84 7.0 59
20 0.8 41 8.2 84
30 0.8 70 10.8 120
40 0.8 85 11.4 135
50 0.8 108 13.0 160
3. Dioda
Arus Listrik
Mengalir
Forwad bias adalah suatu keadaan dimana anoda diberi muatan positif (+) dan
katoda mendapat muatan negatif (-) maka akan ada arus mengalir (arus dapat
mengalir melalui dioda).
2. Revers Bias (Bias mundur)
Revers bias adalah suatu keadaan dimana anoda mendapat muatan negatif (-)
sementara katoda mendapat muatan positif, maka tidak ada arus mengalir melalui
dioda tersebut.
c. Fungsi Dioda
Sebagai penyearah tegangan, dioda digunakan untuk mengubah tegangan bolak-
balik (AC) menjadi tegangan searah (DC). Penyearah tegangan ini ada 2 macam,
yaitu:
o Penyearah setengah gelombang (half-waverectifier)
o Penyearah gelombang penuh (full-waverectifier)
1) Penyearah setengah gelombang (half-waverectifier)
Saat digunakan sebagai penyearah setengah gelombang, dioda menyearahkan
tegangan AC yang berbentuk gelombang sinus menjadi tegangan DC hanya
selama siklus positif tegangan AC saja. Sedangkan pada saat siklus negatifnya,
Pada contoh di atas, anggaplah Vin sebagai tegangan input rangkaian setelah
diturunkan oleh transformator yang mempunyai nilai sebesar 20Vpp atau
7,071VRMS. Setelah disearahkan menggunakan dioda maka akan di dapat nilai
tegangan DC atau nilai rata-ratanya.
Dari hasil simulasi dengan contoh perhitungan di atas terlihat bahwa terdapat
perbedaan nilai. Hal ini bisa disebabkan karena komponen pada simulasi tidak
ideal dan ini juga bisa terjadi pada percobaan secara langsung. Nilai tegangan
yang ditunjukkan pada multimeter adalah nilai komponen AC (VAC) atau DC
(VDC) saja. Sementara, untuk mengetahui tegangan puncak ke puncak (Vpp)
diperlukan pengukuran menggunakan osiloskop atau bisa juga dengan
perhitungan setelah VAC sudah diketahui.
Catatan:VAC=VRMS=VEFEKTIF
2) Penyearah gelombang penuh (full-waverectifier)
Saat digunakan sebagai penyearah gelombang penuh, dioda secara bergantian
menyearahkan tegangan AC pada saat siklus positif dan negatif. Penyearah
gelombang penuh ada 2 macam dan penggunaannya disesuaikan dengan
transformator yang dipakai. Untuk transformator biasa digunakan jembatan
dioda (dioda bridge) sementara untuk transformator CT digunakan 2 dioda saja
sebagai penyearahnya.
a) Penyearah gelombang penuh dengan jembatan dioda (dioda bridge)
Pada dioda bridge, hanya ada 2 dioda saja yang menghantarkan arus untuk
setiap siklus tegangan AC sedangkan 2 dioda lainnya bersifat sebagai
Saat siklus positif tegangan AC, arus mengalir melalui dioda B menuju
beban dan kembali melalui dioda C. Pada saat yang bersamaan pula, dioda
A dan D mengalami reverse bias sehingga tidak ada arus yg mengalir atau
kedua dioda tersebut bersifat sebagai isolator.
Sedangkan pada saat siklus negatif tegangan AC, arus mengalir melalui
dioda D menuju beban dan kembali melalui dioda A. Karena dioda B dan C
mengalami reverse bias maka arus tidak dapat mengalir pada kedua dioda
ini. Kedua hal ini terjadi berulang secara terus menerus hingga didapatkan
tegangan beban yang berbentuk gelombang penuh yang sudah disearahkan
(tegangan DC). Grafik sinyal dari penyearah gelombang penuh dengan
jembatan dioda (dioda bridge) ditunjukkan seperti pada gambar berikut:
Pada artikel mengenai trafo diketahui bahwa pada bagian sekunder trafo CT
terdapat 2 sinyal output yang terjadi secara bersamaan, mempunyai
amplitudo yang sama namun berlawanan fasa. Saat tegangan input (teg
Saat tegangan input (teg primer) berada pada siklus negatif, pada titik AO
akan terjadi siklus negatif sementara pada titik OB akan terjadi siklus
positif. Akibatnya D2 akan mengalami panjaran maju (forward bias)
sedangkan D1 mengalami panjaran balik (reverse bias) sehingga arus akan
mengalir melalui D2 menuju ke beban dan kembali ke titik center tap.
Dari penjelasan cara kerja penyearah gelombang penuh jenis ini terlihat
bahwa tegangan yang terjadi pada beban mempunyai polaritas yang sama
tanpa memperdulikan dioda mana yang menghantar karena arus mengalir
melalui arah yang sama sehingga akan terbentuk gelombang penuh yang
disearahkan seperti ditunjukkan pada grafik sinyal berikut.
2) Tempelkan probe merah pada katoda, probe hitam pada anoda => jarum
bergerak atau menunjuk nol. Kemudian posisi dibalik: probe merah pada anoda,
dan probe hitam pada katoda => jarum bergerak atau menunjuk nol, berarti dioda
dalam kondisi rusak/short.
e. Jenis-Jenis Dioda
Dioda biasa
Anoda Katoda
Anoda Katoda
Dioda Tabung
Simbol Dioada
2) Zener Dioda
Dibuat dari semikonduktor murni yang diletakkan antara semikonduktor tipe P
dan semikonduktor tipe N. Meskipun kontruksi dari dioda zener ini sama
dengan dioda lainnya, dimana dapat menghantarkan arus listrik ke arah maju.
Tetapi zener dioda ini, saat diberi arus listrik dengan arah berlawanan, akan
menghantarkan arus sebagai arus bocoran, sehingga tegangan diantara terminal
dioda tidak akan naik. Zener dioda ini banyak digunakan sebagai rangkaian
penyetabil tegangan dan sirkuit pendeteksi.
DIODA GERMANIUM
DIODA SILICON 5V Zener diode
Tegangan Arus
Tegangan Arus
Balik (V) Balik (V)
-100 -5
0 1 Tegangan Arus 0 1 2
Arus Balik (ma)
50
P N
HOLE ELECTRON
SINAR
4. Transistor
Transistor merupakan komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan
memegang peranan penting dalam suatu rangkaian elektronika. Transistor merupakan
komponen aktif dengan arus, tegangan atau daya keluarannya dikendalikan oleh arus
masukan. Transistor terbuat dari bahan germanium dan silikon. Transistor memiliki tiga
titik penyambungan, yaitu: basis, emitor, dan kolektor. Pada umumnya transistor
digunakan sebagai penguat (amplifier) dan transistor juga dapat berfungsi sebagai sakelar.
Pada prinsipnya transistor terdiri dari dua buah dioda yang saling dipertemukan, yaitu:
dioda basis-emitor dan dioda basis-kolektor.
Menurut prinsip kerjanya transistor dibagi menjadi dua jenis yaitu; Transistor Bipolar
(dwi kutub) dan Transistor Efek Medan (FET – Field Effect Transistor).
Transistor Bipolar (Dwikutub)
Transistor Bipolar adalah transistor yang paling umum digunakan di dunia elektronika.
Transistor ini terdiri dari 3 lapisan material semikonduktor yang terdiri dari dua formasi
lapisan yaitu lapisan P-N-P (Positif-Negatif-Positif) dan lapisan N-P-N (Negatif-Positif-
Negatif). Sehingga menurut dua formasi lapisan tersebut transistor bipolar dibedakan
kedalam dua jenis yaitu transistor PNP dan transistor NPN.
Transistor NPN dibuat dari bahan semikonduktor yang disusun dari kepingan P yang diapit
oleh keping N. Sedang transistor PNP disusun dari semikonduktor keping N yang diapit
oleh semikonduktor keping P.
N P
E E
TIPE NPN
TIPE PNP
Seperti terlihat pada gambar diatas transistor memiliki tiga kaki yang masing-masing diberi
nama B (Basis), C (Colektor), dan E (Emiter). Tanda panah menunjukkan arah aliran arus,
bila sambungan emiter-basis diberi arus maju. Bila transistor tidak diberi arus (terbuka)
maka semua arus di dalam transistor adalah nol. Perbedaan fungsi dari jenis transistor ini
(PNP atau NPN) terletak pada polaritas pemberian tegangan bias dan arah arus listrik yang
selalu berlawanan.
Prinsip kerja dasar transistor tipe NPN
Tipe transistor ini di dihubungkan berlawanan dengan tipe PNP; tapi pada tipe NPN ini,
seperti tampak pada gambar di bawah, sedikit hole disuplai dari kutub positive pada sumber
listrik sehingga hal ini dapat membuat sedikit bagian arus pada Arus dasar (base current)
IB . dan elektron yang datang dari emitter yang tidak bisa bersatu dengan base hole,
bergerak ke sisi collector berkat VCB sehingga membuat arus collector Ic . Umumnya 9598
% jumlah arus emmiter IE menjadi Ic dan sisanya 2-5 % menjadi IB.
Prinsip kerja dasar transistor tipe PNP.
Bila tegangan VBE arah maju diberikan antara emitter dan base, maka potensi penghalang
listrik antara permukaan PN junction menjadi rendah. Dan pada tipe P sisi emitter, terdapat
banyak hole dihasilkan karena konsentrasi material murni telah di tingkatkan. Dan seperti
untuk base sisi N, dikarenakan sisi ini sangat tipis sehingga konsentrasi material murni
menjadi lebih rendah, hanya ada beberapa electron saja. Maka hole-hole dalam emitter
melintasi potensial pemisah listrik dan masuk membaur kemudian lenyap tertimbun
komponen yang terdapat pada base electron. Namun dikarenakan beberapa electron
tersebut secara terus-menerus mendapat arus negative "-", maka akan membentuk aliran
Transistor digunakan untuk penguat sinyal yang kecil menjadi sinyal yang besar dan
merupakan salah satu komponen penting dalam rangkaian listrik; sebagai contoh transistor
banyak digunakan pada radio dan televisi.
SEGARIS
POSISI
EMITTER
Salah satu cara pemberian tegangan kerja dari transistor dapat dilakukan seperti pada
Gambar di bawah. Jika digunakan untuk jenis NPN, maka tegangan Vcc-nya positif,
sedangkan untuk jenis PNP tegangannya negatif.
Arus Ib (misalnya Ib1) yang diberikan dengan mengatur Vb akan memberikan titik kerja
pada transistor. Pada saat itu transistor akan menghasilkan arus collector (Ic) sebesar Ic dan
Transistor dapat bekerja pada daerah jenuh dan daerah cut off-nya, dengan cara melakukan
pengaturan tegangan Vb dan rangkaian pada basisnya (tahanan Rb) dan juga tahanan
bebannya (RL). Untuk mendapatkan on-off yang bergantian dengan periode tertentu, dapat
dilakukan dengan memberikan tegangan Vb yang berupa pulsa, seperti pada gambar di
bawah.
5. Thermistor
Thermistor merupakan salah satu resistor yang berbentuk khusus dan banyak digunakan
pada rangkaian sistem pemanas dan rangkaian sistem pendingin. Nama thermistor berasal
dari kata thermally sensitive resistor. Thermistor dibentuk dari bahan oksida metalik.
Thermistor ini menggunakan bahan semikonduktor yang dapat mengalami perubahan
tahanan akibat perubahan suhu. Ada 2 jenis thermistor yaitu:
(1) NTC (Negative Temperature Resistor) yaitu termistor yang tahanannya berkurang bila
temperatur bertambah,
(2) PTC (Positive Temperature Resistor) yaitu thermistor yang tahanannya akan bertambah
bila suhunya naik.
Karena sifatnya yang sensitive terhadap temperature ini, maka thermistor banyak digunakan
sebagai komponen pada sirkuit pengatur panas dan pengukur temperatur.
Dalam kelistrikan mobil, thermistor digunakan untuk saklar pengatur suhu pada sistim
pendingin ruangan (AC) dan pengukur suhu cairan pendingin mesin.
TERMINAL
KARAKTERISTIK
THERMISTOR
NTC
KARAKTERISTIK
THERMISTOR
TAHANAN
PTC
CASE
Diktat Elektronika Dasar PTM UST 2014
TEMPERATURE 61
THERMISTOR
6. Kapasitor/Kondensator
Kapasitor/Kondensator adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan
dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik,
gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan
positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama
muatan-muatan negative terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak
dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bias menuju
ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan
elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas,
phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif
di awan.
Seperti terlihat dalam gambar di bawah, saat 2 plat logam A dan B dipisahkan dengan
isolator (dielektrik) dalam jarak yang dekat, saat kedua plat dihubungkan dengan kutub
positip dan negatif sumber arus, kemudian tegangan listrik dialirkan, maka satu sisi akan
bermuatan positip dan sisi yang lainnya bermuatan negatif. Muatan ini akan bertahan selama
kutub positip dan negatif tidak dihubungkan. Komponen yang bekerja berdasarkan prinsip
ini disebut kapasitor / kondensor / kondensator.
(+) (-)
A B
+ -
+ -
+ -
ISOLATOR / DIELEKTRIKA
+ -
Kapasitor
variabel Kapasitor Udara (kapasitor variabel)
(Varco)
Diktat Elektronika Dasar PTM UST 2014
Kapasitor alumunium 62
Kapasitor Kapasitor tantalum
KAPASITOR
KAPASITOR KERAMIK
KERTA
TABUNG
S KAPASITOR
MIKA
KAPASITO
TITANIU
R
M
VARC
KAPASITOR KAPASITO
O BERISI
ELEKTROLIT R
OLI
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung
muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018
elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan
memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan
electron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV …………….(1)
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Kapasitor Elko
Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan electrolyte
(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metaloksida sebagai dielektrik. Dari
rumus (2) diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal dielektrik. Lapisan
metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang
kapasitansinya cukup besar. Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal
yang banyak digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan
murah adalah Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium
ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang
kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan lain-lain, yang sering juga
disebut kapasitor elco. Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada
juga yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang
menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida. Dengan
Pada kapasitor elektrolit biasanya memiliki kaki terminal yang panjangnya berbeda, kaki
yang panjang adalah kaki positif dan yang pendek adalah kaki negatif.
1 mm
DIODA
Diktat Elektronika Dasar PTM UST 2014
TRANSISTOR
68
BONDING PAD
(b) Macam-Macam IC
Jenis-jenis IC
Digolongkan berdasarkan skala Integrasinya
_ SSI (Small Scale Integrated Circuit) : kurang dari 100 element
_ MSI (Medium Scale Integrated Circuit) : 100 sampai 1,000 element
_ LSI (Large Scale Integrated Circuit) : 1,000 sampai 100,000 element
_ VLSI (Very Large Scale Integrated Circuit) : 100,000 atau lebih element
Circuit IC tidak pernah digambarkan pada kemasannya, karena itu untuk mempermudah
dalam penggunaan, IC biasanya dilengkapi dengan simbol seperti gambar diatas. Masing-