Petrologi Batuan Sedimen
Petrologi Batuan Sedimen
PENDAHULUAN
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari
satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut
yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen.
Ilmu yang mempelajari batuan sedimen disebut dengan sedimentologi. Sebelum
mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam suatu cekungan
mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja yang bisa kita temukan
dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut sangatlah beragam diantaranya prinsip
uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism adalah proses-proses geologi
yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau. Prinsip ini diajukan oleh Charles
Lyell di tahun 1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut dalam mempelajari proses-
proses geologi
yang terjadi sekarang, kita bisa memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan
sedimentasi, kecepatan kompaksi dari sediment, dan juga bisa memperkirakan
bagaimana bentuk geologi yang terjadi dengan proses-proses geologi tertentu. Lapisan
horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding terbentuk akibat
pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh air atau angin. Kata sedimen
sebenanrya berasal dari bahas latin .sedimentum. yang artinya endapan. Batas-batas
lapisan yang ada di batuan sedimen adalah bidang lemah yang ada pada batuan dimana
batu bisa pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan lapisan belum berubah
ataupun terbalik maka lapisan termuda
berada di atas dan lapisan tertua berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai
prinsip superposition. Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu stratigrafi
atau skala waktu pengendapan. Pengamatan pertama atas fenomena ini dilakukan oleh
Nicolaus Steno di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip berkaitan dengan
fenomena tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality, superposition, dan
original continuity. Prinsip horizontality
menjelaskan bahwa semula batuan sedimen diendapkan dalam posisi horizontal. Faktor-
faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga
susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan
sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh
air, angin, dan bahkan gletser.
Dari data yang didapat kita dapat merumuskan masalah yaitu bagaiman cara
pembentukan batuan sedimen ,selain itu kita juga dapat mengetahui tekstur, struktur
batuan sedimen dan penamaan batuan sedimen itu sendiri.
PENDAHULUAN
Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu
agregat(kumpulan) mineral mineral yang telah menghablur. Tanah dan bahan lepas
lainnya yangmerupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses erosi tidak
termasuk batuan,
tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Salah satu jenis batuan yang kita kenal adalah
batuan
sedimenPemakaian batuan pada dasarnya tergantung pada kekhususannya. Tekstur
batuanmengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang
meliputi tingkatkristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar
butir (fabric). Jikawarna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil darirangkaian proses sebelum,dan sesudah
kristalisasi.Oleh karena itu pembuatan makalah ini kami lakukan sebagai suatu langkah
atau pemberian solusi bagi para mahasiswa untuk dapat mengetahui apa itu batuan
sedimen, bagaimana batuan beku tersebut terbentuk, klasifikasi batuan beku, dan tipe
dasar batuansedimen. Dengan adanya makalah ini, pengetahuan kita bertambah.
Dari data yang didapat kita dapat merumuskan masalah yaitu bagaiman cara
pembentukan batuan sedimen, selain itu kita juga dapat mengetahui tekstur, struktur
batuan sedimen dan penamaan dari batuan sedimen itu sendiri.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981) menyatakan Sedimentary
rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of sediments and that
sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-older rocks. O’Dunn & Sill
(1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the consolidation of sediment :
loose materials delivered to depositional sites by water, wind, glaciers, and landslides.
They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica, salts, and other
materials from solution (Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi
sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin,
es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat
terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain.
Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen.
Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
PROSES SEDIMENTASI
Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen.
Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya atau
terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan
mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim disebut sebagai
proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2
proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara
kimiawi.
1. Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen
tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak
hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air, gravitasi,
angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran, yakni laminar (yang tidak
menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan turbulent (yang menghasilkan
transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat partikel
atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang
diendapkan merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses
sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang dipengaruhi
oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.
Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-abu
terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam,
serta merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi,
terutama sangat tergantung pada komposisi bahan penyusunnya.
Kekompakan
Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan
sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan
atmosferik sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 1 – 2 kilobar, berlangsung mulai
sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di
permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan
semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di
permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen
juga sangat bervariasi, yakni :
1. Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)
2. Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering,
tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
3. Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas
dengan tangan atau kuku.
4. Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
5. Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).
Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non
klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi
rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin.
Batuan sedimen kristalin umum terjadi pada batugamping dan batuan sedimen kaya
silika yang sangat kompak dan keras.
Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan
pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu
(Gambar 3.2):
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f ³ 2 mm). Bentuk
butir itu dapat disebutkan seperti halnya pemerian kebundaran di bawah ini.
Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
Gambar 3.3 kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk.,
1987).
Tekstur Permukaan
1. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur
permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat
meruncing-meruncing.
2. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini
terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat
tanggung.
3. Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses
abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan
demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada
kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Gambar 3.3, sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini
nampaknya lebih didasarkan pada tekstur permukaan daripada butir.
Ukuran Butir
Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922,
dalam Boggs, 1992) seperti tersebut pada Tabel 3.7.
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran
butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir
seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan
lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air
akan terasa sangat licin.
(bentuk / kebundaran
64 – 256 Cobble (kerakal)
butiran meruncing)
4 – 64 Pebble Konglomerat
(bentuk / kebundaran
2–4 Granule (kerikil)
butiran membulat)
1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan
atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila
ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast
supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka
disebutpolymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar 3.4 memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk
pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau
arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan
matriks.
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin
baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal ini
biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang seragam
maupun yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari
halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas
terbuka.
Porositas (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam
batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak
dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan
mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau tersemen
dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-pori.
Permeabilitas (Kelulusan)
Struktur Sedimen
Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri dari fragmen
dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran
yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir,
atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder. Mineral
utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon),
felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan adalah mineral berat
(turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika. Untuk batuan klastika gunungapi
biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain mineral, maka di dalam batuan
sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan.
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil
dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya
tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan
sedimen “ironstone” tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit,
glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara
tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen silika (chert atau opal)tersusun oleh
kuarsa dan kalsedon.
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan
semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material karbonat,
oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl.
Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna coklat,
Semen silika umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang
terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara megaskopik
. .
C D E.
F G K
ORGANIC
INORGANIC STRUCTURE STRUCTURE
MECHANICAL CHEMICAL
(“PRIMARY”) (“SECONDARY”)
A.Solution structures
A. Beddding : geometry 1. Stylolites
1. Laminations 2. Corrosion zone
2. Wavy bedding 3.Vugs, oolicasts etc. A. Petrifactions
B.Accretionary
structures
1. Nodules
B. Bedding internal structures 2. Concretions
1. Cross-bedding 3. Crystal aggregates
2. Ripple-bedding (sperulites & osettes) B.Bedding
3. Graded bedding 4. Veinlets (weedia and other
4. Growth bedding 5. Color banding stromatolites)
C. Miscellaneous
C. Bedding-plane marking (on 1. Borings
surface) C. Composite structures 2.Tracks and trails
1. Scour or current marks 1. Geodes 3.Casts and molds
(flutes) 2. Septaria 4.Fecal pellets and
2. Tool marks (grooves etc.) 3. Cone-in-cone coprolites
E. Deformed bedding
1. Load and founder structures
2. Synsedimentary folds and
breccias
3. Sandstone dikes and sills
Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data
deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan
sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir,
struktur dan komposisi (Tabel 3.9), yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka
penamaaan tambah1an dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan
tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini
dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis,
batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah
batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.
Tabel 3.9 Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Tabel 3.10 Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).
Genesis
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa
dapat diinterpretasikan mengenai :
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di
antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di
pantai atau di laut (dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.
Tabel 3.11 Sifat – sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.
Breksi X X X X X X X X
Konglomerat X X X X X X X X
Tufa X X X X X X - X
Batupasir X X X X X X - X
Batulanau X - X - - - - X
Serpih X - X - - - - X
Lempung
NO. URUT : 1
1. No. Urut : 1
2. Warna : Putih
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : Krisatalin
6. Komposisi Mineral : Monomineralik (CaCO3)
7. Nama Batuan : BATU GAMPING KRISTALIN
NO. URUT : 2
1. No. Urut : 2
2. Warna : Hitam
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Lempung
- Derajat pemilahan : Pemilahan baik
- Derajat pembundaran : Membundar baik
- Kemas : Tertutup
- Fragmen : -
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Lempung
- Semen : Silika
7. Nama Batuan : SHALE / BATU LEMPUNG
NO. URUT : 3
1. No. Urut : 3
2. Warna : Putih
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Lempung
- Derajat pemilahan : Pemilahan baik
- Derajat pembundaran : Membundar baik
- Kemas : Tertutup
- Fragmen : -
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Ash
- semen : Silika
7. Nama Batuan : TUFF
NO. URUT : 4
1. No. Urut : 4
2. Warna : Abu-abu
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Kerakal/64-4 mm
- Derajat Pemilahan : Pemilahan buruk
- Derajat Pembundaran : Membundar sedang
- Kemas : Terbuka
- Fragmen : Basalt
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Kuarsit
- Semen : Silika
7. Nama Batuan : KONGLOMERAT
NO. URUT : 5
1. No. Urut : 5
2. Warna : Coklat
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
Kerakal/ 64-4
5. Tekstur : - Ukuran besar butir :
mm
- Derajat pemilahan : Pemilahan buruk
- Derajat pembundaran : Menyudut
- Kemas : Terbuka
- Fragmen : Andesit
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Pasir kuarsa
- Semen : Carbonat
7. Nama Batuan : BREKSI
NO. URUT : 6
1. No. Urut : 6
2. Warna : Coklat Muda
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : Amorf
6. Komposisi Mineral : Monominerallik (SiO2)
7. Nama Batuan : RIJANG
NO. URUT : 7
1. No. Urut : 7
2. Warna : Coklat
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Pasir kasar/ 2-1 mm
- Derajat pemilahan : Pemilahan buruk
- Derajat pembundaran : Membundar
- Kemas : Terbuka
- Fragmen : Fosil
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Pasir sedang
- Semen : Carbonat
7. Nama Batuan : BATU GAMPING BERFOSIL
NO. URUT : 8
1. No. Urut : 8
2. Warna : Coklat Abu-abu
3. Jenis Batuan : Batuan sedimen klastik
4. Struktur : Perlapisan
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Pasir sedang
- Derajat pemilahan : Pemilahan baik
- Derajat pembundaran : Membulat baik
- Kemas : Tertutup
- Fragmen : -
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Pasir halus
- Semen : Silika
7. Nama Batuan : BATU PASIR SEDANG
NO. URUT : 9
1. No. Urut : 9
2. Warna : Coklat kehitaman
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
4. Struktur : Fosiliferous
5. Tekstur : Amorf
6. Komposisi Mineral : Monominerallik karbonat
7. Nama Batuan : BATU GAMPING TERUMBU
NO. URUT : 10
1. No. Urut : 10
2. Warna : Hitam
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
4. Struktur : Fosiliferous
5. Tekstur : Amorf
6. Komposisi Mineral : Monominerallik karbon
7. Nama Batuan : BATU BARA
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam makalah ini tentang batuan sedimen maka dapat di simpulakan
bahwa :
1. Batuan Sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil
erosi. Jadi, asalnya dari batuan yang telah ada, baik batuan beku, metamorf atau
pun batuan sediment lain yang mengalami pelapukan, tererosi, terbawa pergi
kemudian diendapkan ke tempat lain. Berdasarkan tenaga yang mengangkut
hasil pelapukan dan erosi, batuan sediment dapat digolongkan atas tiga bagian
utama, yaitu: Sedimen Aquatis, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga air.
Contohnya adalah gosong pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta dan
sebagainya Sedimen aeolis/ aeris, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga
angina(aeolis). Contohnya tanah loss, sand dunes, seris, dan sebagainya Sedimen
glacial, yaitu sediment yang diendapkan oleh gletser. Contohnya: morena,
drumlin, dan sebagainya
2. Batuan sedimen di bagi dalam dua bagian yaitu : batuan sedimen klastik dan non
klastik. Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir
(tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur. Ukuran butir dalam
batua sedimen klastik bisa seragam dan bisa tidak seragam, pada tidak seragam dikenal
http://batuan-sedimen-rhy.blogspot.com/
http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-sedimen/
http://siduldobah.blogspot.com/2013/12/batuan-sedimen-jenis-jenis-dan.html
http://siduldobah.blogspot.com/2013/12/batuan-sedimen-jenis-jenis-dan.html
https://www.academia.edu/Documents/in/Batuan_Sedimen
http://udhnr.blogspot.com/2010/08/batuan-sedimen-klastik.html