Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari
satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut
yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen.
Ilmu yang mempelajari batuan sedimen disebut dengan sedimentologi. Sebelum
mengetahui bagaimana sedimen terangkut dan terendapkan dalam suatu cekungan
mungkin ada baiknya kita dapat memahami prinsip apa saja yang bisa kita temukan
dalam batuan sedimen. Prinsip-prinsip tersebut sangatlah beragam diantaranya prinsip
uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism adalah proses-proses geologi
yang terjadi sekarang juga terjadi di masa lampau. Prinsip ini diajukan oleh Charles
Lyell di tahun 1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut dalam mempelajari proses-
proses geologi
yang terjadi sekarang, kita bisa memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan
sedimentasi, kecepatan kompaksi dari sediment, dan juga bisa memperkirakan
bagaimana bentuk geologi yang terjadi dengan proses-proses geologi tertentu. Lapisan
horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding terbentuk akibat
pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh air atau angin. Kata sedimen
sebenanrya berasal dari bahas latin .sedimentum. yang artinya endapan. Batas-batas
lapisan yang ada di batuan sedimen adalah bidang lemah yang ada pada batuan dimana
batu bisa pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan lapisan belum berubah
ataupun terbalik maka lapisan termuda
berada di atas dan lapisan tertua berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai
prinsip superposition. Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu stratigrafi
atau skala waktu pengendapan. Pengamatan pertama atas fenomena ini dilakukan oleh
Nicolaus Steno di tahun 1669. Beliau mengajukan beberapa prinsip berkaitan dengan
fenomena tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality, superposition, dan
original continuity. Prinsip horizontality
menjelaskan bahwa semula batuan sedimen diendapkan dalam posisi horizontal. Faktor-
faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga
susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan
sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh
air, angin, dan bahkan gletser.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 1


1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari data yang didapat kita dapat merumuskan masalah yaitu bagaiman cara
pembentukan batuan sedimen ,selain itu kita juga dapat mengetahui tekstur, struktur
batuan sedimen dan penamaan batuan sedimen itu sendiri.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 2


BAB 1

PENDAHULUAN

1.2 LATAR BELAKANG

Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu
agregat(kumpulan) mineral mineral yang telah menghablur. Tanah dan bahan lepas
lainnya yangmerupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses erosi tidak
termasuk batuan,
tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Salah satu jenis batuan yang kita kenal adalah
batuan
sedimenPemakaian batuan pada dasarnya tergantung pada kekhususannya. Tekstur
batuanmengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang
meliputi tingkatkristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar
butir (fabric). Jikawarna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil darirangkaian proses sebelum,dan sesudah
kristalisasi.Oleh karena itu pembuatan makalah ini kami lakukan sebagai suatu langkah
atau pemberian solusi bagi para mahasiswa untuk dapat mengetahui apa itu batuan
sedimen, bagaimana batuan beku tersebut terbentuk, klasifikasi batuan beku, dan tipe
dasar batuansedimen. Dengan adanya makalah ini, pengetahuan kita bertambah.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Dari data yang didapat kita dapat merumuskan masalah yaitu bagaiman cara
pembentukan batuan sedimen, selain itu kita juga dapat mengetahui tekstur, struktur
batuan sedimen dan penamaan dari batuan sedimen itu sendiri.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 3


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang
berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981) menyatakan Sedimentary
rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of sediments and that
sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-older rocks. O’Dunn & Sill
(1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the consolidation of sediment :
loose materials delivered to depositional sites by water, wind, glaciers, and landslides.
They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica, salts, and other
materials from solution (Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi
sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin,
es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat
terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain.
Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen.
Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.

 PROSES SEDIMENTASI
Batuan yang berasal dari hasil rombakan berbagai jenis batuan adalah batuan sedimen.
Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya atau
terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi dan
mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses tersebut telah lazim disebut sebagai
proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri dari 2
proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi secara
kimiawi.
1. Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir sedimen
tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini dipengaruhi oleh banyak
hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat dipengaruhi oleh air, gravitasi,
angin, dan es. Dalam cairan, terdapat dua macam aliran, yakni laminar (yang tidak
menghasilkan transportasi butir-butir sedimen) dan turbulent (yang menghasilkan
transportasi dan pengendapan butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat partikel
atau butiran-butiran sedimen mengendap secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang
diendapkan merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses
sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yakni yang dipengaruhi
oleh arus turbidit, grain flows, aliran sedimen cair, dan debris flows.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 4


a) Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama
pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar akan berada di bagian bawah
pengendapan dan semakin halus ke bagian atas pengendapan.
b) Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan sorting
yang sangat baik jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya sedimennya membentuk
reverse grading.
c) Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.
d) Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka aliran
dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari partikel mengecil dan
akhirnya menghasilkan endapan dengan sorting buruk.
2. Proses sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi fluida menembus
atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan dnegan reaksi mineral pada
batuan tersebut terhadap cairan yang masuk tersebut. Berikut ini merupakan beberapa
proses kimiawi dari diagenesis batuan sedimen klastik:
a) Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas sekunder.
b) Cementation (sementasi), pengendpan mineral yang merupakan semen dari batuan,
semen tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun sekunder.
c) Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d) Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun kompsisi mineralnya tetap
sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.
e) Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain
yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut
f) Compaction (kompaksi)
g) Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup)
Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan diagenesis.
Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen. Dimana terjadi
pembebanan, yang menyebabkan adanya kompaksi pada tiap lapisan sedimennya. Pada
tahap ini proses kompaksi mendominasi
b) Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c) Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis. Pada tahap

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 5


ini, kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial, menyebabkan kenaikan
suhu dan tekanan yang memicu terjadinya dissolution. Pada tahap ini proses yang
mendominasi adalah proses dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini,
dikategorikan sebagai earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi
burial, maka akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang
disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga pada suhu
150 derajat celcius. Proses diagenesis akan berhenti dan digantikan menjadi proses
metamorfisme.
d) Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan, dalam proses
pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik, air tanah, dll)
mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga memungkinkan terjadinya
authigenesis (pengisian mineral baru).

2.2. MACAM-MACAM BATUAN SEDIMEN


1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan
kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku,
metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis,
terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya.
Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk
dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti
breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan
disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan
batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut
termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus
terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk
golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai
laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara
kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess- proses
yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah
litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan
asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.
(Pettjohn, 1975). Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam
dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara
terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk
dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti
breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan
disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan
batu pasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 6


tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus
halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang
termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal
sampai laut dalam (Pettjohn, 1975). Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin
pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi
menuju suatu cekungan pengendapan (Pettjohn, 1975).
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-
proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan
sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi
batuan keras ( Pettjohn, 1975).
Proses diagenesa antara lain :
a) Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat
beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu
dengan yang lain menjadi rapat.
b) Sementasi
Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi
mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat
kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
c) Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari
pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat
umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
d) Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral
tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum
diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.
e) Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan
volume asal.
2. Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan
kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil
reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 ® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 7


sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan
rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya
kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone
(batu gamping), Coal (batu bara), dan lain-lain.
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan
organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik
(Pettjohn, 1975).Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan
menjadi enam golongan yaitu :
a) Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini
antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan
batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
b) Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal
sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu
lempung dan Nepal.
c) Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan
cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang
merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu
tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan
proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan
karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.
d) Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk
lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah
diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
e) Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang
cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang
tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan
faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu
endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah
gip, anhidrit, batu garam.
f) Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan.
Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 8


yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan.
Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak
sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat
tersebut.

 Warna Batuan Sedimen

Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-abu
terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam,
serta merah dan coklat. Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi,
terutama sangat tergantung pada komposisi bahan penyusunnya.

 Kekompakan

Proses pemadatan dan pengompakan, dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan
sedimen disebut diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan
atmosferik sampai dengan suhu 300 oC dan tekanan 1 – 2 kilobar, berlangsung mulai
sedimen mengalami penguburan, hingga terangkat dan tersingkap kembali di
permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa, yaitu :
1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.
2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan
semakin dalam.
3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di
permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan sedimen
juga sangat bervariasi, yakni :
1. Bahan lepas (loose materials, masih berupa endapan atau sedimen)
2. Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering,
tetapi akan terurai bila dimasukkan ke dalam air.
3. Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang dapat dilepas
dengan tangan atau kuku.
4. Kompak (keras), butiran tidak dapat dilepas dengan tangan/kuku.
5. Sangat kompak (sangat keras, biasanya sudah mengalami rekristalisasi).

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 9


 Tekstur

Seperti diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non
klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah terjadi
rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur kristalin.
Batuan sedimen kristalin umum terjadi pada batugamping dan batuan sedimen kaya
silika yang sangat kompak dan keras.

 Bentuk Butir

Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan
pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen, yaitu
(Gambar 3.2):
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule (kerikil, f ³ 2 mm). Bentuk
butir itu dapat disebutkan seperti halnya pemerian kebundaran di bawah ini.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 10


Gambar 3.2 Empat kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan diameter panjang (l),
menengah (i) dan pendek (s) menurut T. Zingg. Kelas A = oblate (tabular atau bentuk
disk); B = equant (kubus atau bulat); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod). Masing-
masing kelas bentuknya digambarkan seperti terlihat pada gambar 3.3.

 Kebundaran

Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi (Gambar 3.3). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 11


4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Gambar 3.3 kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk.,
1987).

 Tekstur Permukaan

1. Kasar, bila pada permukaan butir terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur
permukaan kasar biasanya dijumpai pada butir dengan tingkat kebundaran sangat
meruncing-meruncing.
2. Sedang, jika permukaan butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini
terdapat pada butir dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat
tanggung.
3. Halus, bila pada permukaan butir sudah halus dan rata. Hal ini mencerminkan proses
abrasi permukaan butir yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan
demikian butiran sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada
kebundaran membulat sampai sangat membulat.
Gambar 3.3, sekalipun hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan ini
nampaknya lebih didasarkan pada tekstur permukaan daripada butir.

 Ukuran Butir

Ukuran butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922,
dalam Boggs, 1992) seperti tersebut pada Tabel 3.7.
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik. Ukuran
butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir
seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan
lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air
akan terasa sangat licin.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 12


Tabel 3.7 Skala ukuran butir sedimen (disederhanakan).

Ukuran butir (mm) Nama Butiran Nama batuan


Æ > 256 Boulder / block (bongkah) Breksi

(bentuk / kebundaran
64 – 256 Cobble (kerakal)
butiran meruncing)

4 – 64 Pebble Konglomerat

(bentuk / kebundaran
2–4 Granule (kerikil)
butiran membulat)

1/16 – 2 Sandstone (pasir) Batupasir


1/16 – 1/256 Silt (lanau) Batulanau
Æ < 1/256 Clay (lempung) Batulempung

 Kemas atau Fabrik

1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan
atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila
ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast
supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka
disebutpolymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).
Gambar 3.4 memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk
pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau
arah-arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan
matriks.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 13


Gambar 3.4 Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir serta
hubungan antara butir matrik
.
 Pemilahan

Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin
baik.
1. Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam. Hal ini
biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2. Pemilahan sedang, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang seragam
maupun yang tidak seragam.
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam, dari
halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas
terbuka.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 14


Gambar 3.5 Pemilahan ukuran butir di dalam batuan sedimen.

 Porositas (Kesarangan)

Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous) rongga atau pori-pori di dalam
batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada batuan itu banyak
dijumpai lubang (vesicles) atau pori-pori. Sebaliknya, batuan dikatakan
mempunyai porositas rendah apabila kenampakannya kompak, padat atau tersemen
dengan baik sehingga sedikit sekali atau bahkan tidak mempunyai pori-pori.

 Permeabilitas (Kelulusan)

Permeabilitas adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair).


1. Permeable (lulus air), jika batuan tersebut dapat meluluskan air, yaitu :
a. Bahan lepas, atau terkompakkan lemah, biasanya berbutir pasir atau lebih kasar.
b. Batuan dengan porositas tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan.
c. Batuan mempunyai pemilahan baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih
kasar.
d. Batuan yang pecah-pecah atau mempunyai banyak retakan / rekahan.
2. Impermeable (tidak lulus air), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a. Batuan berporositas tinggi, tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 15


b. Batuan mempunyai pemilahan buruk, kemas terbuka, ukuran butir lanau – lempung.
Material lanau dan lempung itu yang menutup pori-pori antar butir.
c. Batuan bertekstur non klastika atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan.
Secara praktis megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di
permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan.
Sebaliknya, batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila di
permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam batuan atau
tetap di permukaan batuan.

 Struktur Sedimen

Adapun struktur sedimen dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis :

1.Struktur Sebelum Endapan


Struktur sebelum endapan dapat ditemui diats lapisan, sebelum lapisan atau
endapan yang muda atau baru di endapkan. Merupakan struktur hakisan seperti terusan
(chanel), 'scour marks', 'flutes', 'grooves', 'tool marking' dan sebagainya. Struktur-
struktur ini sangat penting karena dapat memberikan arah aliran arus. Adapun contoh
struktur sedimen sebelum endapan ini dapat dilihat sebagai berikut :

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 16


2. Struktur Semasa Endapan
Struktur yang terbentuk semasa proses endapan sedang berlaku termasuk lapisan
mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro
(micro-crosslamination), yaitu kesan riak.Adapun contoh struktur sedimen semasa
endapan ini dapat dilihat sebagai berikut :

3. Struktur Setelah Endapan


Struktur ini terbentuk setelah sedimen terendap. Kemudian termasuklah strukur beban,
'pseudonodules' Adapun contoh struktur sedimen setelah endapan ini dapat dilihat
sebagai berikut :

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 17


 Kompaksi

Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri dari fragmen
dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran
yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir,
atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder. Mineral
utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon),
felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan adalah mineral berat
(turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika. Untuk batuan klastika gunungapi
biasanya ditemukan gelas atau kaca gunungapi. Selain mineral, maka di dalam batuan
sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan.
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil
dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil penguapan), utamanya
tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan
sedimen “ironstone” tersusun oleh mineral oksida besi (hematit, magnetit, limonit,
glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit. Batubara
tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen silika (chert atau opal)tersusun oleh
kuarsa dan kalsedon.
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya bahan
semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah material karbonat,
oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl.
Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna coklat,
Semen silika umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang
terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara megaskopik

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 18


.
A B

. .
C D E.

F G K

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 19


H I J
Gambar 3.6 Berbagai macam struktur sedimen. A. Current dan Graded; B. Daur
Bouma; C. Konvolut dan Dike Batupasir; D. Konkresi dan Nodule; E. Mudcracks; F.
Striation dan Groove casts; G dan K. Ripple bedding; H. Flute casts; I. Liniasi dan
Furrow; J. Cone-in-cone dan Kristal pasir.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 20


Gambar 3.7 Beberapa perbedaan jejak fosil yang menunjukkan fasies sedimentasi.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 21


Tabel 3.8 Klasifikasi struktur sedimen (Pettijohn, 1975).

ORGANIC
INORGANIC STRUCTURE STRUCTURE

MECHANICAL CHEMICAL
(“PRIMARY”) (“SECONDARY”)

A.Solution structures
A. Beddding : geometry 1. Stylolites
1. Laminations 2. Corrosion zone
2. Wavy bedding 3.Vugs, oolicasts etc. A. Petrifactions

B.Accretionary
structures
1. Nodules
B. Bedding internal structures 2. Concretions
1. Cross-bedding 3. Crystal aggregates
2. Ripple-bedding (sperulites & osettes) B.Bedding
3. Graded bedding 4. Veinlets (weedia and other
4. Growth bedding 5. Color banding stromatolites)

C. Miscellaneous
C. Bedding-plane marking (on 1. Borings
surface) C. Composite structures 2.Tracks and trails
1. Scour or current marks 1. Geodes 3.Casts and molds
(flutes) 2. Septaria 4.Fecal pellets and
2. Tool marks (grooves etc.) 3. Cone-in-cone coprolites

D. Bedding-plane marking (on


surface)
1. Wave and swash marks
2. Pits and prints (rain etc.)
3. Parting lineation

E. Deformed bedding
1. Load and founder structures
2. Synsedimentary folds and
breccias
3. Sandstone dikes and sills

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 22


 Penamaan Batuan

Penaman batuan sedimen secara deskriptif, tergantung pada data pemerian (data
deskriptif) yang meliputi warna, tekstur, struktur dan komposisi. Pembagian batuan
sedimen silisiklastika umumnya berdasar ukuran butir, ditambah dengan bentuk butir,
struktur dan komposisi (Tabel 3.9), yaitu :
1. Rudit (f > 2 mm), termasuk breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen
membulat). Apabila komposisi fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka
penamaaan tambah1an dapat diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan
tersebut. Misalnya breksi andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa.
2. Arenit, adalah batuan sedimen berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini
dapat ditambahkan berdasar kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis,
batupasir silangsiur), atau komposisi penyusun utamanya, misal batupasir kuarsa.
3. Lutit, terdiri dari batulempung, batulanau, dan serpih. Batulempung berbutir
lempung, batulanau tersusun oleh mineral/fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah
batulempung atau batulanau berstruktur laminasi.
Tabel 3.9 Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas


mineral/fragmen
Rudit Komposisi sejenis Konglomerat Fragmen umumnya
(2 – 256 mm) atau campuran, bulat atau agak
terutama dengan membulat
rijang, kuarsa, granit,
kuarsit, batugamping
dll.
Breksi Fragmen umumnya
runcing, dan
menyudut
Fanglomerat Kipas aluvial yang
mengalami
pembatuan
Pecahan batuan Tillit Umumnya tidak
bercapur dengan terpisah. Fragmen
semen batuan terdapat
bekas goresan
Arenit Terutama kuarsa Arenit atau Pemilahan baik dan
(1/16 – 2 mm) 25%, felspar kalium batupasir kuarsa bersih
atau plagioklas 10-
25%.
Pecahan batuan:
basal, riolit,
batusabak dll.
Mineral mika, serisit,
klorit, bijih besi.

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 23


Arkose Pemilahan jelek,
warna abu-abu
kemerahan
Batupasir felspatik Lebih dewasa dari
Graywacke arkose antara
subgraywacke graywacke dan arenit
Lutit Umumnya mineral Batulanau Antara batupasir
(1/16 – 1/256 mm) lempung, kuarsa, dan serpih
opal, kalsedon, klorit
dan bijih besi.
Serpih Mudah membelah,
Batulumpur tidak plastis, bila
Batulempung dipanasi menjadi
plastis

Untuk batuan karbonat bertekstur klastika :

1. Kalsirudit, adalah breksi atau konglomerat dengan fragmen batugamping.


2. Kalkarenit, adalah batupasir yang tersusun oleh mineral karbonat.
3. Kalsilutit, adalah batugamping klastis berbutir halus (lanau – lempung).
Untuk batugamping bertekstur non klastika, cukup diberi nama batugamping non
klastika. Apabila di dalam batugamping banyak mengandung fosil maka dapat
disebut batugamping berfosil. Sedangkan batuan karbonat yang sudah tersusun oleh
kristal kalsit atau dolomit disebut batugamping kristalin. Napal adalah terminologi
untuk batuan sedimen berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika
dan karbonat (Tabel 3.10 dan Tabel 3.11).
Untuk batuan klastika gunungapi, tata namanya mengikuti batuan piroklastika yang
telah dijelaskan pada acara analisis batuan beku, yaitu terdiri dari tuf (halus dan
kasar), batulapili, breksi gunungapi dan aglomerat (Gambar 3.8). Dalam beberapa
hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas dapat ditambahkan untuk penamaan
batuan, contoh tuf hijau, batupasir merah, batulempung hitam dsb.

Tabel 3.10 Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965).

Tekstur/Struktur Komposisi Nama batuan Ciri-ciri khas


mineral/fragmen
Rapat, afanitik, Terutama kalsit Batugamping Breaksi dengan HCl,
berbutir kasar, mengandung organik,
kristalin, porus, oolit bioklastika,
dan mosaik
Terutama dolomit Dolomit Tidak segera bereaksi
dengan HCl, jarang
mengandung fosil,
berbutir sedang

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 24


Berbutir halus Kristal halus dengan Kapur Putih – abu-abu
mikroorganisme terang, sangat rapuh,
mengandung fosil
Karbonat dan Napal Abu-abu terang,
lempung rapuh, pecahan
konkoidal
Rapat dan berlapis Campuran silika, opal Rijang Warna beragam,
dan kalsedon dll. keras, kilap non
logam, konkoidal
Terutama gips Gips Evaporit, tidak
Anhidrit sendiri melainkan
Terutama malit berasosiasi dengan
mineral/batuan lain.
Dijumpai kristal yang
mengelompok
Masif atau berlapis Mineral fosfat dan Fosforit Diperlukan
fragmen tulang penentuan kadar
P2O3
Amorf, berlapis, Humus, tumbuhan Batubara, lignit Warna coklat,
tebal pecahan prismatik

 Genesis

Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara genesa
dapat diinterpretasikan mengenai :
1. Asal-usul atau sumber batuan sedimen (provenance)
2. Energi pengangkut (angin, air, es, longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di
antaranya), jaraknya dengan sumber dan proses transportasinya.
3. Lingkungan pengendapan, di darat kering, darat berair tawar (danau, sungai), di
pantai atau di laut (dangkal atau dalam).
4. Diagenesa dan lain-lain.

Tabel 3.11 Sifat – sifat batuan sedimen yang harus dilakukan pemerian.

Nama Campuran/ Fragmen/mineral Warna Besar Pemilahan Bentuk Kemas M


Batuan semen/matrix pembentuk x) butir butir s

Breksi X X X X X X X X
Konglomerat X X X X X X X X

Tufa X X X X X X - X
Batupasir X X X X X X - X
Batulanau X - X - - - - X
Serpih X - X - - - - X
Lempung

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 25


Lempung X - X - - - X X
Napal X - X - - - X X
Gamping X X X X X X - X
Dolomit X X X X X X - X
Batubara X X X - - - - -
Rijang X - X - - - - -
Anhidrit X - X - - - - -
Fosfat, dll X X X X - - - -

X = Sifat yang dimiliki


- = Sifat yang tidak dimiliki
x) Termasuk jenis mineral lempung

Gambar 3.8 Berbagai macam bentuk tepra (piroklast).

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 26


2.3 PENDESKRIPSIAN BATUAN SEDIMEN

DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 1
1. No. Urut : 1
2. Warna : Putih
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : Krisatalin
6. Komposisi Mineral : Monomineralik (CaCO3)
7. Nama Batuan : BATU GAMPING KRISTALIN

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 27


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 2
1. No. Urut : 2
2. Warna : Hitam
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Lempung
- Derajat pemilahan : Pemilahan baik
- Derajat pembundaran : Membundar baik
- Kemas : Tertutup
- Fragmen : -
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Lempung
- Semen : Silika
7. Nama Batuan : SHALE / BATU LEMPUNG

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 28


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 3

1. No. Urut : 3
2. Warna : Putih
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Lempung
- Derajat pemilahan : Pemilahan baik
- Derajat pembundaran : Membundar baik
- Kemas : Tertutup
- Fragmen : -
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Ash
- semen : Silika
7. Nama Batuan : TUFF

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 29


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 4

1. No. Urut : 4
2. Warna : Abu-abu
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Kerakal/64-4 mm
- Derajat Pemilahan : Pemilahan buruk
- Derajat Pembundaran : Membundar sedang
- Kemas : Terbuka
- Fragmen : Basalt
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Kuarsit
- Semen : Silika
7. Nama Batuan : KONGLOMERAT

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 30


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 5

1. No. Urut : 5
2. Warna : Coklat
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
Kerakal/ 64-4
5. Tekstur : - Ukuran besar butir :
mm
- Derajat pemilahan : Pemilahan buruk
- Derajat pembundaran : Menyudut
- Kemas : Terbuka
- Fragmen : Andesit
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Pasir kuarsa
- Semen : Carbonat
7. Nama Batuan : BREKSI

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 31


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 6

1. No. Urut : 6
2. Warna : Coklat Muda
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : Amorf
6. Komposisi Mineral : Monominerallik (SiO2)
7. Nama Batuan : RIJANG

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 32


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 7

1. No. Urut : 7
2. Warna : Coklat
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
4. Struktur : Masif
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Pasir kasar/ 2-1 mm
- Derajat pemilahan : Pemilahan buruk
- Derajat pembundaran : Membundar
- Kemas : Terbuka
- Fragmen : Fosil
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Pasir sedang
- Semen : Carbonat
7. Nama Batuan : BATU GAMPING BERFOSIL

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 33


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 8

1. No. Urut : 8
2. Warna : Coklat Abu-abu
3. Jenis Batuan : Batuan sedimen klastik
4. Struktur : Perlapisan
5. Tekstur : - Ukuran besar butir : Pasir sedang
- Derajat pemilahan : Pemilahan baik
- Derajat pembundaran : Membulat baik
- Kemas : Tertutup
- Fragmen : -
6. Komposisi Mineral : - Matrik : Pasir halus
- Semen : Silika
7. Nama Batuan : BATU PASIR SEDANG

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 34


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 9

1. No. Urut : 9
2. Warna : Coklat kehitaman
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
4. Struktur : Fosiliferous
5. Tekstur : Amorf
6. Komposisi Mineral : Monominerallik karbonat
7. Nama Batuan : BATU GAMPING TERUMBU

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 35


DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

NO. URUT : 10

1. No. Urut : 10
2. Warna : Hitam
3. Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
4. Struktur : Fosiliferous
5. Tekstur : Amorf
6. Komposisi Mineral : Monominerallik karbon
7. Nama Batuan : BATU BARA

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 36


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan dalam makalah ini tentang batuan sedimen maka dapat di simpulakan
bahwa :
1. Batuan Sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil
erosi. Jadi, asalnya dari batuan yang telah ada, baik batuan beku, metamorf atau
pun batuan sediment lain yang mengalami pelapukan, tererosi, terbawa pergi
kemudian diendapkan ke tempat lain. Berdasarkan tenaga yang mengangkut
hasil pelapukan dan erosi, batuan sediment dapat digolongkan atas tiga bagian
utama, yaitu: Sedimen Aquatis, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga air.
Contohnya adalah gosong pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta dan
sebagainya Sedimen aeolis/ aeris, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga
angina(aeolis). Contohnya tanah loss, sand dunes, seris, dan sebagainya Sedimen
glacial, yaitu sediment yang diendapkan oleh gletser. Contohnya: morena,
drumlin, dan sebagainya
2. Batuan sedimen di bagi dalam dua bagian yaitu : batuan sedimen klastik dan non
klastik. Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir
(tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur. Ukuran butir dalam
batua sedimen klastik bisa seragam dan bisa tidak seragam, pada tidak seragam dikenal

 Fragmen, yaitu butiran berukuran lebih besar dai pasir.


 Matrik, yaitu butiran-butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen
dan terdapat disela-sela fragmen.
 Semen, yaitu material yang sanagt halus (hanya dapat dilihat dengan
mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri
dari silika, kalsit, oksida besi atau lempung.
Penamaan batuan sedimen nonklastik lebih ditentukan oleh komposisi
mineralnya atau kimianya.
3. Contoh batuan sedimen yaitu : tufa, Bentonit,Lempung, Lempung Merah,Batu
pasir ,Batu pasir Merah,Pasir Besi, Pasir Hijau BatugampingGamping Merah,
Gamping Numulities, Breksi Vulkanik,Breksi Pumice .

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 37


DAFTAR PUSTAKA

http://batuan-sedimen-rhy.blogspot.com/

http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-sedimen/

http://siduldobah.blogspot.com/2013/12/batuan-sedimen-jenis-jenis-dan.html

http://siduldobah.blogspot.com/2013/12/batuan-sedimen-jenis-jenis-dan.html

https://www.academia.edu/Documents/in/Batuan_Sedimen

http://udhnr.blogspot.com/2010/08/batuan-sedimen-klastik.html

PETROLOGI BATUAN SEDIMEN Page 38

Anda mungkin juga menyukai