Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STABILITAS KAPAL
AGUS HERMAWAN
6511040608
1.3 TUJUAN
1. Menentukan titik-titik yang berhubungan dengan stabilitas
2. Menentukan macam-macam stabilitas
3. Upaya meningkatkan stabilitas kapal
4. Menentukan nilai GZ
5. Persyaratan stabilitas kapal menurut IMO
BAB 2 ISI
2.1. STABILITAS KAPAL
1. Sebuah kapal yang mengoleng terlalu lamban, maka hal ini menandakan bahwa kemampuan untuk
menegak kembali sewaktu kapal menyenget adalah terlalu kecil. Kapal yang pada suatu saat
mengoleng demikian dikatakan bahwa stabilitas kapal itu kurang atau kerapkali juga disebut
bahwa kapal itu “langsar“.
2. Sebuah kapal yang mengoleng secara cepat dan dengan menyentak-nyentak, maka hal itu
menandakan bahwa kapal kemampuannya untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget
adalah terlalu besar atau kelewat besar. Kapal yang dalam keadaan demikian itu dikatakan bahwa
stabilitas kapal itu terlalu besar atau seringkali disebut bahwa kapal itu “kaku “.
3. Sebuah kapal yang mengoleng dengan “enak “ maka hal itu menandakan bahwa kemampuannya
untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget adalah sedang. Kapal yang dalam keadaan
demikian itu sering kali disebut sebuah kapal yang mempunyai stabilitas yang “ baik “
Sebuah kapal yang stabilitasnya terlalu kecil atau yang disebut langsar itu untuk keadaan-
keadaan tertentu mungkin berakibat fatal, sebab kapal dapat terbalik. Kemungkinan demikian
dapat terjadi, oleh karena sewaktu kapal akan menegak kembali pada waktu kapal menyenget
tidak dapat berlangsung, hal itu dikarenakan misalnya oleh adanya pengaruh luar yang bekerja
pada kapal, sehingga kapal itu akan menyenget lebih besar lagi.
Apabila proses semacam itu terjadi secara terus menerus, maka pada suatu saat tertentu
kapal sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk menegak kembali. Jelaslah kiranya bahwa
apabila hal itu terjadi, maka sudah dapat dipastikan bahwa kapal akan terbalik.
Sebuah kapal yang kaku dapat berakibat :
1. Kapal “ tidak nyaman “ sebagai akibat dari berolengnya kapal yang secara cepat dan menyentak-
nyentak itu, sehinggamungkin sekali terjadi semua awak kapalnya (terlebih-lebih para
penumpang) menjadi mabuk, sebab dapat dikatakan bahwatidak ada satu saatpun kapal itu dalam
keadaan“ tenang “.
2. Sebagai akibat dari gerakannya yang menyentak-nyentak dan dengan cepat itu maka konstruksi
kapal dibangunan-bangunan atasnya akan sangat dirugikan, misalnya sambungan-sambungan
antara suku-suku bagian bangunan atas akan menjadi longgar, sebab paku-paku kelingnya menjadi
longgar. Akibat lain yang mungkin juga terjadi adalah longsornya muatan yang dipadat didalam
ruang-ruang dibawah. Longsornya muatan itu dapat membawa akibat yang sangat fatal (kapal
dapat terbalik). Sebuah kapal yang stabilitasnya kecil atau yang disebut langsar yang disebabkan
karena bobot diatas kapal dikonsetrasikan dibagian atas kapal. Sebuah kapal dapat bersifat kaku,
oleh karena pemadatan muatan dikapal itu dilakukan secara tidak benar, yakni bobot-bobot
dikonsentrasikan di bawah, sehingga kedudukan titik beratnya terlalu rendah.
Pada pokoknya, stabilitas kapal dapat digolongkan didalam 2 jenis stabilitas yaitu:
1. Stabilitas kapal dalam arah melintang (sering kali disebut stabilitas melintang)
2. Stabilitas kapal dalam arah membujur (sering kali disebut stabilitas membujur)
Stabilitas melintang adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal
menyenget dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja
padanya.
Stabilitas membujur adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal
menyenget dalam arah membujur yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja
padanya.
3. Titik Metasentrum ( M )
a. Definisi
Titik Metasentrum sebuah kapal adalah sebuah titik dikapal yang merupakan titik putus yang
busur ayunannya adalah lintasan yang dilalui oleh titik tekan kapal
b. Letak / kedudukan titik Metasentrum kapal
Titik Metasentrum sebuah kapal dengan sudut-sudutsenget kecil terletak pada perpotongan garis
sumbudan arah garis gaya tekan keatas sewaktu kapalmenyenget
c. Sifat dari letak / kedudukan titik metasentrum
Untuk sudut-sudut senget kecil kedudukan Metasentrum dianggap tetap, sekalipun sebenarnya
kedudukan titikitu berubah-ubah sesuai dengan arah dan besarnyasudut senget. Oleh karena
perubahan letak yang sangat kecil, maka dianggap tetap.Dengan berpindahnya kedudukan titik
tekan sebuah kapal sebagai akibat menyengetnya kapal tersebut akan membawa akibat berubah-
ubahnya kemampuan kapal untuk menegak kembali. Besar kecilnya kemampuan suatu kapal
untuk menegak kembali merupakan ukuran besar kecilnya stabilitas kapal itu. Jadi dengan
berpindah-pindahnya kedudukan titik tekan sebuah kapal sebagai akibat dari menyengetnya kapal
tersebut akan membawa akibat berubah-ubahnya stabilitas kapal tersebut. Dengan berpindahnya
kedudukan titik tekan B dari kedudukannya semula yang tegak lurus dibawah titik berat G itu akan
menyebabkan terjadinya sepasang koppel, yakni dua gaya yang sama besarnya tetapi dengan arah
yang berlawanan, yang satu merupakan gaya berat kapal itu sendiri sedang yang lainnya adalah
gaya tekanan keatas yang merupakan resultante gaya tekanan keatas yang bekerja pada bagian
kapal yang berada didalam air yang titik tangkapnya adalah titik tekan. Dengan terbentuknya
sepasang koppel tersebut akan terjadi momen yang besarnya sama dengan berat kapal dikalikan
jarak antara gaya berat kapal dan gaya tekanan keatas. Untuk memperoleh keterangan yang lebih
jelas, harap perhatikan gambar dibawah ini.
Gambar. 2.1. Kedudukan titik G, B, M, sebuah kapal
Apabila pada sebuah benda bekerja sepasang koppel, maka benda tersebut akan berputar.
Besarnya kemampuan benda itu berputar ditentukan oleh hasil perkalian antara gaya yang
membentuk koppel itu dan jarak antara kedua gaya tersebut.
Apabila sebuah kapal menyenget, pada kapal tersebut akan terjadi sepasang koppel yang
menyebabkan kapal itu memiliki kemampuan untuk menegak kembali atau bahkan bertambah
menyenget lagi. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, harap perhatikan gambar-gambar
dibawah ini.
Dimana Mp adalah Momen penegak. Mungkin saja bahwa dua kapal dengan kondisi sama
ukuran, berat benaman, dan sudut sengetnya sama besar, yang demikian itu memiliki stabilitas
yang berlainan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
Stabilitas kedua kapal itu dapat berlainan, oleh karena besarnya momen penegak ( Mp = W
x GZ ), maka satu-satunya alasan yang menyebabkan momen kedua kapal itu tidak sama adalah
faktor GZ = lengan penegak. Besarnya lengan penegak kedua kapal itu tidak sama besar
disebabkan oleh karena kedudukan titik berat kedua kapal itu tidak sama tinggi (lihat gambar
dibawah ini)
Lukisan : Penjelasan Perhitungan Momen Kopel ( Mp )
Mp = W x GZ Mp = W x GZ
Perhitungannya :
Artinya bahwa MP merupakan fungsi dari GZ artinyabahwa semakin besar nilai GZ maka
semakin besar pula nilaiM, semakin kecil nilai GZ semakin kecil pula nilai M tersebut. Jika
hubungan antara kedua faktor itu dituangkan didalambentuk rumus, maka rumus itu akan
berbentuk :Mp = f(GZ), baca : Mp adalah fungsi GZ artinya bahwabesarnya nilai MP adalah
semata-mata tergantung dari nilaiGZ. Jarak antara gaya berat kapal (berat benaman kapal) dan
gaya tekanan keatas itu disebut : Lengan koppel.
Apabila momen yang terjadi akan menegakan kembali kapal yang sedang menyenget, maka
jarak antara berat benaman kapal dan gaya tekan keatas itu sering disebut Lenganpenegak,
sedangkan apabila momen yang terjadi akan mengakibatkan bertambah besarnya senget kapal,
maka jarak antara berat benaman dan gaya tekan keatas itu seringkali juga disebut Lengan
penyenget. Alasan yang dipergunakan sebagai dasar penamaan nilai GZ yang demikian itu adalah
disebabkan oleh karena momen yang terjadi oleh sepasang koppel itu akan mengakibatkan tegak
kembalinya kapal yang sedang dalam keadaan miring. Apabila sebuah kapal yang sedang
menyenget dengan sudut senget sedemikian rupa sehingga kedudukan titik B nya berada tegak
lurus dibawah titik G nya, maka pada saat itu kapal tidak memiliki kemampuan untuk menegak
kembali. Hal ini disebabkan karena momen penegaknya pada saat itu sama dengan nol, sebab
besarnya lengan penegak pada saat sama dengan nol. Untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas, harap perhatikan uraian yang disertai dengan penjelasan seperti tersebut dibawah ini.
Sesuai dengan gambar tersebut diatas maka gaya berat kapal berimpit dengan gaya tekan
keatas, sehingga jarak antara kedua gaya tersebut adalah sama dengan nol. Selanjutnya sesuai
dengan rumus :
Mp = W x GZ
Jika nilai GZ = 0 , Maka : Mp = W x 0= 0
Hal ini berarti bahwa jika momen penegaknya = 0, makaakibatnya bahwa pada saat itu
dalam keadaan stabilitas netral, artinya bahwa pada saat itu kapal tidak mempunyai
kemampuanuntuk menegak kembali.
2.1.5. Macam Keadaan Stabilitas Kapal
Dalam membahas keadaan-keadaan stabilitas, dikenal 3 (tiga) macam keadaan stabilitas, yakni :
sewaktu kapal menyenget mesti memiliki kemampuan untuk menegak kembali. (Lihat Gambar
dibawah ini).
3. Stabilitas netral
Sebuah kapal mempunyai stabilitas netral apabila kedudukan titik berat G berimpit dengan
kedudukan titik M (Metasentrum). Oleh karena jarak antara kedua gaya yang membentuk
sepasang koppel itu sama dengan nol, maka momen penegak kapal yang memiliki stabilitas netral
sama dengan nol, atau bahwa kapal tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali sewaktu
kapalmenyenget (lihat gambar dibawah ini).
Ditinjau dari hubungan-hubungan yang ada antara kedudukan titik berat ( G ) dan
Metasentrumnya ( M ), sebuah kapal mungkinmemiliki stabilitas sebagai berikut :
1. Stabilitas mantap (stabilitas positif), apabila kedudukan metasentrumnya (M) lebih tinggi dari
pada kedudukan titik beratnya (G), Sebuah kapal yang memiliki stabilitas mantap sewaktu kapal
menyenget, kapal memiliki kemampuan untuk menegak kembali.
2. Stabilitas goyah (stabilitas negatif), apabila kedudukan metasentrumnya ( M ) lebih rendah dari
pada kedudukan titik beratnya ( G ). Sebuah kapal yang memiliki stabilitas goyah (stabilitas
negatif) ini sewaktu kapal menyenget. Kapal tidak memiliki kemampuan untuk menegak kembali,
tetapi bahkan sengetnya semakin besar.
3. Stabilitas netral, apabila kedudukan titik beratnya berimpit dengan kedudukan metasentrumnya.
Sebuah kapal yang memiliki stabilitas netral ini sewaktu menyenget, kapal tidak memiliki
kemampuan untuk menegak kembali demikian pula tidak bertambah menyenget lagi.Perbedaan
terhadap jenis stabilitas sebagaimana tersebut diatas hanya berlaku didalam hal stabilitas awal
saja. Mengapa demikian, sebab sudah jelas bahwa kapal yang menyenget dengan sudut-sudut yang
besar, pada akhirnya kapal akan menjadi goyah danterbalik. Syarat yang harus dipenuhi oleh
sebuah kapal agar mempunyai stabilitas yang mantap, yakni apabila titik beratnya ( G ) kapal
terletak lebih rendah dari pada metasentrumnya ( M ). Stabilitas sebuah kapal akan menjadi
semakin kecil, apabila kedudukan titik beratnya ( G ) kapal itu semakin mendekati kedudukan
mentasentrumnya ( M ), dengan catatan bahwa titik berat ( G ) itu masih lebih rendah dari pada
metasentrumnya (M), dengan catatan bahwa titik berat ( G ) ini terletak lebih rendah dari pada
metasentrumnya.
Dengan
MR = momen pengoleng (kN.m)
V0 = kecepatan dinas (m/s)
L = panjang kapal pada bidang air (m)
Δ = displasemen (ton)
d = sarat rata-rata (m)
KG = tinggi titik berat di atas bidang dasar (m)
Setiap penumpang dianggap bermassa 75 kg, tetapi dapat dikurangi menjadi tidak kurang dari 60
kg jika ada alas an cukup. Massa barang bawaan dan letaknya ditentukan oleh Administration.
7. Tinggi titik berat penumpang dianggap sama dengan
a. 1.0 m di atas geladak untuk penumpang yang berdiri. Jika perlu, pengaruh camber dan sheer
diperhitungkan juga
b. 0.30 m di atas tempat duduk untuk penumpang yang duduk
8. Penumpang dan bagasinya dianggap berada di tempat yang memang disediakan untuk mereka,
untuk perhitungan menurut 3.1.2.1 sampai dengan 3.1.2.4
9. Penumpang tanpa bagasi harus dianggap terdistribusi sedemikian hingga menghasilkan momen
pengoleng terbesar dan/atau tinggi metacentre awal terkecil yang mungkin dalam praktek, pada
waktu perhitungan menurut 3.1.2.5 dan 3.1.2.6. Dianggap dalam tiap m2 tidak lebih dari 4
penumpang.
2.2.2 Standard Loading Condition to be Examined
a) Kapal Penumpang
i. Kapal dalam kondisi berangkat dengan muatan penuh, dengan penumpang penuh bersama barang
bawaannya, dengan persediaan dan bahan bakar penuh
ii. Kapal dalam kondisi datang dengan muatan penuh, dengan penumpang penuh bersama barang
bawaannya, tetapi persediaan dan bahan bakar tinggal 10% saja
iii. Kapal dalam kondisi berangkat tanpa muatan (cargo), dengan penumpang penuh bersama barang
bawaannya dan dengan persediaan dan bahan bakar penuh
iv. Kapal dalam kondisi datang tanpa muatan, dengan penumpang penuh bersama barang bawaannya
tetapi persediaan dan bahan bakar tinggal 10% saja
b) Kapal Barang
i. Kapal dalam kondisi berangkat dengan muatan penuh, dengan muatan tersebar merata dalam
semua ruang muat dan dengan persediaan dan bahan bakar penuh
ii. Kapal dalam kondisi datang dengan muatan penuh, dengan muatan tersebar merata dalam semua
ruang muat, tetapi persediaan dan bahan bakar tinggal 10% saja
iii. Kapal dengan ballast dalam kondisi berangkat tanpa muatan, dengan persediaan dan bahan bakar
penuh
iv. Kapal dengan ballast dalam kondisi dating tanpa muatan, tetapi dengan persediaan dan bahan
bakar tinggal 10% saja
c) Kapal Barang dengan Muatan geladak
i. Kapal dalam kondisi berangkat dengan muatan penuh, dengan muatan tersebar merata dalam
semua ruang muat dan muatan dengan tinggi, tempat serta berat tertentu di geladak, dengan
persediaan dan bahan bakar penuh
ii. Kapal dalam kondisi datang dengan muatan penuh, dengan muatan tersebar merata dalam semua
ruang muat dan muatan dengan tinggi, tempat serta berat tertentu di geladak, tetapi dengan
persediaan dan bahan bakar tinggal 10% saja
2.3 Perhitungan GZ
Kurva stabilitas adalah bentuk di mana untuk menyimpan informasi yang diperlukan
untuk menentukan sudut karakteristik besar stabilitas dari kapal di displacment apapun, tetapi pada
posisi yang diasumsikan tunggal dari pusat gravitasi. Untuk operator kapal serta untuk arsitek
kapal selama proses desain, apa yang dibutuhkan adalah penentuan lengan lurus atau saat-saat
kapal bertumit ke setiap sudut sementara dalam kondisi pembebanan yang diberikan pada satu
perpindahan dan dengan pusat gravitasi pada posisi yang berbeda dari yang diasumsikan dalam
mempersiapkan kurva silang. Kurva statik stabilitas di mana lengan lurus diplot terhadap sudut
tumit yang sesuai.
Dengan menggabungkan berat badan (baik besar dan CG) dengan sifat hidrostatik, lengan
lurus diproduksi dan stabilitas kapal dapat ditentukan. Biasanya, lengan lurus diplot untuk
berbagai sudut tumit, dimana tumit diasumsikan oleh sumbu longitudinal. Sebuah momen tertentu,
seperti yang disebabkan oleh angin dengan kecepatan tertentu, juga dapat dikenakan.Analisis lebih
lanjut dari sifat-sifat kurva lengan lurus yang menyebabkan penilaian formal stabilitas kapal.
Kemampuan untuk mendapatkan kecenderungan ke arah yang lain juga berguna untuk beberapa
jenis kapal.
Kurva stabilitas statis ditentukan dengan memilih nilai-nilai lengan lurus dari kurva silang
pada perpindahan yang tepat dan memperbaiki nilai-nilai yang diperoleh untuk mencerminkan
posisi aktual dari pusat gravitasi. Dua koreksi mungkin diperlukan, satu untuk ketinggian di atas G
keel (KG) dan satu untuk jarak G off centreline (TCG). Koreksi vertikal hampir selalu diperlukan,
karena itu hanya secara kebetulan bahwa KG sebuah kapal dalam kondisi pembebanan yang
diberikan akan tepat pada titik tiang yang dipilih secara sewenang-wenang ketika kurva silang
disiapkan. Lateral koreksi, sebaliknya, jarang diperlukan dalam pemuatan rutin.
Kondisi karena praktek yang baik dalam pemuatan kapal mensyaratkan bahwa pusat
gravitasi berada di centreline sehingga kapal akan mengapung tegak.
Jelas bahwa semua lengan tegak akan lebih kecil dari pada yang diplot dalam kurva lintas,
karena pusat gravitasi yang sebenarnya lebih tinggi dari pusat gravitasi yang diasumsikan, keel, K.
Dengan demikian stabilitas pada sudut besar berkurang sebagai G naik, seperti stabilitas awal
diukur dengan GM tidak.
Karena pusat gravitasi pada centreline, arah diasumsikan tumit (staboard atau port) tidak
material, karena simetri centreline lambung akan menyebabkan pusat apung untuk mengambil
posisi simetris yang sesuai di kedua sisi pada setiap sudut tertentu. Meskipun kurva dapat diplot
untuk semua sudut tumit yang kurva lintas telah ditentukan, itu biasanya diakhiri mana GZs
menjadi negatif, yaitu, di mana lengan tegak berubah terbalik.
Untuk memiliki pemahaman penuh stabilitas kapal utuh, kita harus mengetahui tidak
hanya bagaimana kurva stabilitas statis ditentukan, tetapi juga mengapa dibentuk seperti yang
ditunjukkan, dan apa signifikansi yang harus terpasang ke fitur khas.
Bagian awal dari kurva stabilitas statis (pertama 7-10 derajat) harus konsisten dengan
ukuran stabilitas awal, yaitu, ketinggian metasentrik (GM).
GZ GMsin
Sebagai sudut tumit mendekati nol, . Dengan demikian untuk sudut kecil tumit kita dapat
menulis
GZ GM
Oleh karena ketinggian metasentrik (GM) adalah ukuran kemiringan kurva stabilitas
statis di titik asal dan harus selalu digunakan sebagai bantuan untuk merencanakan kurva, dengan
menjalankan kurva dalam bersinggungan dengan garis lurus pada titik asal. Pada sudut 1 radian
(sama dengan 180 / , Atau 57,3 derajat) garis lurus melewati nilai GZ = GM. Dengan demikian,
Jika GM ditata sebagai koordinat pada 57,3 derajat dan titik yang terhubung ke asal dengan suatu
garis lurus, kurva stabilitas statis akan mendekati garis yang asimtotik saat mendekati asal.
Pada prinsipnya kurva adalah kumpulan dari beberapa titik. Semakin bayak titik semakin
streamline kurva tersebut. Tetapi konsekuensinya perhitungan jadi semakin lama. Sebaliknya
semakin sedikit jumlah titik kurva semakin mendekati garis lurus. Dalam hal ini pembagian sarat
minimal 10 sarat agar diperoleh bentuk kurva yang wajar. Agar hasil kurva lebih akurat, pada
bagian setengah sarat kebawah pembagian sarat lebih kecil dari setengah sarat diatasnya. Karena
pada bagian setengah sarat ke bawah terdapat perubahan bentuk sangat drastis. Sedangkan
setengah sarat keatas bentuk kapal cenderung lurus.
Fungsi dari kurva Hidrostatik atau Bonjean adalah untuk mengetahui besaran kurva pada
sembarang sarat mulai dari paling bawah sampai sarat muatan penuh atau geladak kapal tanpa
harus menghitung lagi sebagaimana pada saat pembuatan kurva.
Dari ke 19 kurva yang ada pada gambar Hidrostatik dapat dikelompokan menjadi 4
kelompok yaitu :
Kelompok koefisien :
Koefisien Volume yaitu : Coefficient Block (cb)
Coefficient Luasan yaitu : Coeffient Midship (cm) atau dinotasikan β dan Coefficient Waterline
(cw) atau dinotasikan α
Kelompok Luasan yaitu :
Midship Section Area (MSA)
Water Plane Area (WPA)
Wetted Surface Area (WSA)
Kelompok Jarak antar titik yaitu :
Longitudinal Centre Floatation (LCF) yang dinotasikan ¤F
Longitudinal Centre of Bouyancy (LCB) yang dinotasikan ¤B
Bouyancy above Keel (KB)
Transversal Metacentre Bouyancy (TBM)
Displacement dan moment yaitu
Displacement (D)
Tonne per Centimeter Immersion (TPC)
Moment To Change One Centimeter (MTC)
WPA bisa dihitung dengan cara mengukur masing-masing Vi lebar kapal untuk tiap-tiap
station pada sarat tertentu. Sama seperti MSA jumlah station sebaiknya merupakan kelipatan 3.
Dari hasil pengukuran tersebut kemudian diintegralkan kearah horisontal, maka akan diperoleh
hasil luas WPA.
Untuk kapal yang tidak menggunakan rise of floor (bagian bawah / alas kapal datar), maka
harga WPA tidak sama dengan nol, karena ½ lebar kapal pada sarat nol ada harganya. Sebalilknya
jika kapal menggunakan rise of floor (bagian bawah / alas pada posisi melintang dimiringkan),
maka WPA berharga nol
Cw juga perbandingan antara luas dengan luas, maka Cw juga tidak mempunyai satuan dan
besarnya selalu lebih kecil atau maksimal satu. Perhitungannya sebagai berikut
WPA
Dimana : CWL
L B
L = panjang ( m)
B = lebar (m )
Harga Cw pada sarat nol tergantung dari harga WPA. Jika WPA nol maka, Cw berharga nol.
Sebaliknya bila WPA tidak sama dengan nol, maka WPA harganya lebih besar dari nol.
Σ YS' = jumlah perkalian ½ lebar kapal dengan faktor Simpson kearah vertikal
Pada sarat nol MSA berharga nol, karena h' berharga nol.
Untuk menghitung KB caranya hampir sama dengan menghitung LCB sebagai berikut:
Dimana :
Σ (YS)S'n' = jumlah perkalian ½ lebar kapal tiap-tiap station dengan faktor Simpson kearah horisontal
maupun vetikal dan jarak tiap-tiap garis air terhadap keel.
Σ (YS)S' = jumlah perkalian ½ lebar kapal tiap-tiap station dengan faktor Simpson kearah horisontal
maupun vetikal (fungsi sarat).
KB pada sarat nol akan berharga nol, karena jarak garis air terhadap keel nol, sehingga
momen statisnya jadi noljuga. .
Gambar 2.11. Posisi titik bouyancy thd midship dan titik bouyancy thd keel
IT
TBM
8. Transverse of Keel to Metacenter (TKM)
TKM adalah letak titik metasentra melintang terhadap lunas kapal untuk tiap-tiap water line-
nya. Satuannya dalam meter (m).
TKM=KB+TBM
( YSn) x
Atau B
YS
Dimana:
Σ YS' = jumlah perkalian ½ lebar kapal tiap-tiap station dengan faktor Simpson kearah vetikal (fungsi
sarat).
Harga LCB tergantung dari luas station sedangkan luas station pada sarat nol berharga nol.
Jadi LCB pada sarat nol menjadi tak terdefinisikan (tak berhingga ) sehingga ujung kurva LCB
terputus sebelum sarat nol.
Bila letak titik tekan berada didepan midship biasanya LCF berharga positip dan
sebaliknya bila titik tekan berada dibelakang midship maka LCF berharga negatip. Harga positip
dan negatip ini merupakan kesepakatan saja, karena diambil garis referensinya pada bagian tengah
kapal.
Gambar 2.12. Posisi titik tekan bidang garis air terhadap midship
ΣYSn = jumlah perkalian ½ lebar kapal tiap-tiap station dengan faktor Simpson kearah horisontal
(memanjang kapal) dan jarak tiap-tiap staion terhadap midship.
Σ YS = jumlah perkalian ½ lebar kapal tiap-tiap station dengan faktor Simpson kearah horisontal
(memanjang kapal).
Karena LCF tergantung dari harga bidang garis air, maka LCF pada sarat nol juga
tergantung dari rise of floor nya kapal. Jika tidak ada maka LCF tidak berharga nol dan begitu
juga sebaliknya.
IL
LBM
L = panjang ( m)
B = lebar ( m)
T = sarat ( m )
Harga Cb pada sarat nol menjadi tak berhingga, karena volume displacement dan sarat
berharga nol. Karena itu pada ujung kurva Cb tidak boleh menyentuh sarat nol.
Seperti halnya Cb, maka Cp tidak mempunyai satuan dan besarnya selalu lebih kecil atau
maksimal satu.
C
Dimana : B
MSA L CM
L = panjang ( m)
Harga Cp pada sarat nol menjadi tak berhingga, karena V dan MSA berharga nol, sehingga
ujung kurva tidak pernah ketemu pada sarat nol.
Pada sarat nol maka harga WSA menjadi sama dengan harga WPA. Jadi WSA dan WPA
berada pada satu titik. Sedangkan untuk kapal yang menggunakan rise of floor, maka harga WSA
tidak sama dengan nol, karena ½ lebar kapal pada sarat nol ada harganya. Sebaliknya jika kapal
menggunakan rise of floor, maka WSA tentu berharga nol pula.
MTC
LBM
100 L PP
DDT
F TPC
LPP
Dari hasil running Hydromax didapatkan kondisi spesifik kapal dan grafik stabilitas sebagai
berikut :
3
Max GZ = 2,432 m at 47 deg.
2
GZ m
-1
-2
-3
0 40 80 120 160
Heel to Starboard deg.
Kesimpulan grafik :
• Area 0 s/d 30° adalah 0,571 m-radian. (memenuhi IMO A749-18 yaitu tidak boleh kurang dari
0,055).
• Area 0 s/d 40° adalah 0,960 m-radian. (memenuhi IMO A749-18 yaitu tidak boleh kurang dari
0.09).
• Area 30°s/d 40° adalah 0,389 m-radian. (memenuhi IMO A749-18 yaitu tidak boleh kurang dari
0.03).
• Lengan stabilitas maksimum (GZ maksimum pada sudut 30°) 2.446 meter. (memenuhi IMO yaitu
tidak boleh kurang dari 0.2 meter)
• Lengan stabilitas maksimum terjadi pada sudut oleng 47°.(memenuhi IMO yaitu Maksimum harga
kurva GZ harus terjadi pada sudut lebih dari 30° tetapi tidak boleh kurang dari 25°. Tetapi sesuai
peraturan Bureau Veritas untuk kapal tertentu harga maksimum kurva GZ boleh kurang dari 25°
tetapi harus mendapatkan persetujuan dari Flag Authorithies tetapi bagaimanapun juga tidak boleh
dari 20°)
• Tinggi MGo adalah 4.283 meter. (memenuhi IMO A749-18 yaitu tidak boleh kurang dari 0.15m).
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Dalam merencanakan sebuah kapalyangmempunyai perbandingan ukuran utamayang kurang ideal
harus memperhitungkansecara matang penempatan tangki-tangkidengan memperhitungkan luas
permukaancairan seminimal mungkin sehingga efekpermukaan bebas tidak terlalu besar.
2. Dalam melakukan manajemen pengaturanmuatan konsumabel, agar selaludiperhatikan isi dari
masing-masing tangkicairan pada masing-masing tangki. Untukmengurangi efek muatan bebas
kondisikanisi tangki selalu pada kondisi penuh ataumuatan seminimal mungkin dimanabiasanya
pada stabilitas kapal minimal isitangki adalah 10%.
3. Perlu dilakukan suatu penelitian lanjutan tentang studi pengaruh permukaan bebas terhadap
stabilitas kapal, dan direkomendasikan agar efek permukaan bebas perlu dimasukkan kedalam
perhitungan stabilitas kapal.
4. Penggunaan bantuan software maxsurf dapat digunakan sebagai alat untukmenghitung stabilitas
kapal.
5. Sebab-sebab yang terjadi masalah mengenai kesetabilan kapal
- Kurangnya pengetahuan tentang kriteria kestabilan
- Kegagalan dalam mematuhi prinsip-prinsip dasar
- Kesalahan perhitungan