Anda di halaman 1dari 8

REALITA, ETIKA, DAN ESTETIKA MAHASISWA

SEBAGAI INSAN AKADEMIK


Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai “etika dan estetika mahasiswa”, saya ingin
berpendapat tentang mahasiswa dan peranannya. Mahasiswa adalah orang yang belajar di
perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid
di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa
tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat
administratif menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih
luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.
Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa
tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian
mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa
perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi
oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia.
Sebenarnya dalam konteks yang berbeda dengan apa yang saya katakan mengenai
peranan mahasiswa, banyak sekali peranan mahasiswa baik internal maupun eksternal, baik
mahasiswa itu sendiri maupun masyarakat. Tapi saya kira, hanya ada tiga garis besar peranan
mahasiswa.
Pertama, peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa
dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab
moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk dapat menjalankan kehidupan yang
bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat.
Kedua, adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki
peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk
dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai
insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam
arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan
dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama
menjalani pendidikan.
Dalam masyarakat sebelum sekarang, atau dalam artian tahun 1990-an, mahasiswa
dianggap mampu memberikan kesejahtraan bagi masyarakat dengan kebijakan yang ditawarkan
kepada pemimpin, sehingga dengan demikian secara otomatis nama mahasiswa dibesar-besarkan
oleh seluruh lapisan masyarakat. Fakta dan realita itu kini tinggal sebuah cerita masa jaya
mahasiswa, kini masyarakat sudah memandang mahasiswa sebagai sekumpulan pemuda yang
tak ada gunananya. Fakta yang terjadi sekarang adalah, ketika seorang mahasiswa bersorak
menolak suatu kebijakan pemerintah yang berlawanan dengan keinginan masyarakat, tak serta-
merta didukung oleh sebagian besar masyrakat. Ada beberapa penyebab yang ingin saya katakan
dalam opini dalam bentuk artikel ini, :
1. Mahasiswa yang merupakan calon pemimpin masa depan, tidak sama sekali menggambarkan
sebagai calon pemimpin. Apakah dengan merugikan orang lain yang hendak menjalankan
aktifitas, apakah dengan menghancurkan prasarana yang disiapkan pemerintah? Sebuah
pertanyaan besar bagi mahasiswa yang melampiaskan kekecewaan dengan berbuat brutal.
2. Saling bunuh membunuh, tak ada bedanya dengan preman yang ada dipinggir jalan.
Menghancurkan rumah sendiri, tempat memperoleh pengetahuan untuk mencapai apa yang ada
dipikiran masyarakat, bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual.
Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat masih berharap, Mahasiswa menjadi agen
perubahan. Posisinya memiliki peranan yang penting dalam upaya mengubah tatanan kehidupan
bangsa dan negara. Termasuk dalam upaya mengulingkan kekuasaan yang dinilai rakus, serakah,
dan bertingkah laku melawan peraturan yang berlaku. Hal ini cukup beralasan, karena
mahasiswa harus berada di garda paling depan untuk melakukan perubahan dalam mewarnai
sejarah demokrasi di muka bumi ini. Namun sangat disayangkan, jika seseorang berstatus
mahasiswa, namun aktivitasnya hanya berkutat pada sesuatu yang kurang bermanfaat bagi
masyarakat dan lingkungannya. Sebab, terlahirnya mahasiswa di tengah kerumunan tentunya
diharapkan dapat memberikan angin perubahan, dalam upaya melawan ketidakadilan dan
kebengisan. Kondisi ini diakibatkan kecongkakan penguasa yang menindas rakyat hingga
tergilas.

Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan
rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong
kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas,
dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa menurut saya tepat bila dikatakan memiliki posisi
diantara masyarakat dan pemerintah.
Tetapi apa boleh di kata, seiring dengan berjalannya waktu, dinamika mahasiswa dewasa ini
mulai beraneka warna. Ada aktivitas mahasiswa yang normal berjalan apa adanya, layaknya
anak TK dan SD, berangkat pagi pulang sore. Tetapi ada pula yang memilih jalan hidup
serampangan. Ada juga yang hidupnya melampiaskan hidupnya pada nafsu birahi (seks bebas).
Penyakit ini kini sudah sangat menghawatirkan dan prilaku ini dianggap barang biasa. Bila
tindakan amoral seperti ini dianggap sesuatu biasa, mau jadi apa tunas-tunas bangsa di masa
depan nanti. Hindarilah kenikmatan sesaat ini, karena hanya berujung kepada lembah kenistaan.
Terlepas dari semua itu, hadirnya mahasiswa sejatinya dapat memberikan solusi atas masalah
yang ada. Khususnya di tengah gelap gulitanya himpitan persoalan yang membelit kepentingan
masyarakat. Di saat itulah, mahasiswa terkadang dihadapkan pada posisi dilematis. Apakah
bergerak untuk melawan, meski terkadang selalu diartikan sebagai mahasiswa bayaran. Diam
dan membisu pun melahirkan banyak kecaman. Terutama ketika mahasiswa demontrasi turun ke
jalan. Menyikapi hal itu, sebagai mantan demonstran, langkah yang harus dilakukan setidaknya
saat lonceng gerakan mahasiswa disuarakan, etika dan estetika wajib harus dikedepankan. Agar
pergerakan mahasiswa sebagai bagian demokrasi tidak disalah artikan. Efeknya, masyarakat bisa
memberikan cap jempol atas aksi yang memperjuangkan atas nama rakyat. Hingga akhirnya,
tekanan yang sifatnya politis, ekonomis, apatis, maupun oportunis bisa dihindari. Oleh karena
itu, saya menekankan agar mahasiswa perlu diingatkan kembali, bahwasanya demo bukan
merupakan jalan terakhir. Hal itu dilakukan, ketika persoalan menemui jalan buntu ketika
mengupas suatu persoalan. Di saat itulah, “teriakan di jalanan” diharapkan dapat membuka pintu
komunikasi yang selama terkunci. Dan Win-Win Solution dapat dirasakan kedua belah pihak,
yang bersebrangan pandangan. Untuk menghindari bentrokan dan kesalahpahaman saat
melaksanakan aksi, tentunya diperlukan tata cara atau istilahnya disebut Manajemen Aksi.
Artinya, pengelolaan bagaimana tata cara yang perlu diperhatikan saat hendak melakukan unjuk
rasa. Tujuanya, agar dapat membuhkan hasil, sebagaimana yang diharapkan bersama, dengan
tidak menyimpang dari tujuan mulia.
Merujuk kepada harapan yang kita hadapkan kepada mahasiswa, tak terlepas kepada
bagaimana mahasiswa itu membangun etika yang baik dan mempunyai estetika mulai dari dalam
kampus itu sendiri. Mahasiswa yang pada dasarnya merupakan subjek atau pelaku di dalam
pergerakan pembaharuan atau subjek yang akan menjadi generasi-generasi penerus bangsa dan
membangun bangsa dan tanah air ke arah yang lebih baik dituntut untuk memiliki etika. Etika
bagi mahasiswa dapat menjadi alat kontrol di dalam melakukan suatu tindakan. Etika dapat
menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan
sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu, makna etika harus lebih dipahami kembali
dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang relitanya lebih banyak mahasiswa yang
tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika dan peranan etika itu sendiri, sehingga
bermunculanlah mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki akhlaqul karimah, seperti mahasiswa
yang tidak memiliki sopan dan santun kepada para dosen, mahasiswa yang lebih menyukai hidup
dengan bebas, mengonsumsi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas antara mahasiswa dengan
mahasiswi, berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang berlaku bahkan hal terkecil
seperti menyontek disaat ujian dianggap hal biasa padahal menyontek merupakan salah satu hal
yang tidak mengindahkan makna dari etika. Perlu Anda ketahui bahwa realita banyaknya
bermunculan para koruptor di Indonesia disebabkan oleh seseorang yang tidak memahami arti
kata dari iman dan etika. Banyak orang yang beranggapan dan meyakini para koruptor yang ada
sekarang adalah seorang yang dahulunya terbiasa melakukan tindakan menyontek di saat ujian
tanpa merasa bersalah, lebih tepatnya mencontek memiliki makna yang sama dengan
kecurangan. Jadi menyontek diibaratkan dengan korupsi mengambil hak seseorang tanpa izin
dan meraih sesuatu tanpa memikirkan apakah cara yang digunakannya benar atau salah dan ini
semua berhubungan dengan etika.
Suasana kampus yang memungkinkan terjadinya ketidak cocokan antar sesama
mahasiswa juga merupakan pemicu kesalahpahaman sesama kaum intelektual. Oleh karena itu,
menciptakan suasana kampus yang indah dan tertata rapi akan menciptakan kenyamanan bagi
mahasiswa. Juga yang merupakan hal tidak kalah penting yaitu keamanan kampus, banyak
diantara mahasiswa yang mungkin merasa kurang aman dengan keadaan kampus. Dengan
suasana kampus yang seperti ini memungkinkan terjadinya suasana kekeluargaan sesama
mahasiswa dalam kampus.

Mengutip beberapa macam ETIKA yang harus di ketahui oleh mahasiswa :


A. ETIKA PERGAULAN
Etika pergaulan merupakan seperangkat nilai yang diharapkan menjadi acuan bagi mahasiswa
dalam berinteraksi dengan sesama warga sivitas akademika dan masyarakat sekitarnya. Dalam
pergaulan antar warga sivitas akademika, mahasiswa mengembangkan kepribadian, sopan
santun, nilai-nilai budaya dan agama, sebgai landasan utamanya. Mahasiswa mampu bergaul
secara baik dengan sesama mahasiswa, dosen, karyawan, dan masyarakat sekitar kampus sebagai
langkah awal untuk menciptakan iklim kerjasama yang kondusif.
Dalam pergaulan mahasiswa saling menghormati satu sama lain, yang tercermin dalam acara
memanggil, berbicara, menegur, meminta dan berdiskusi. Dalam bergaul mahasiswa tidak
membedakan suku, ras, latar belakang sosial ekonomi, dan agama. Mahasiswa dalam pergaulan
senantiasa menunjukkan kepekaan, kepedulian, serta rasa kesetiakawanan sosial.
B. ETIKA BERKREASI
Etika berkreasi merupakan seperangkat nilai yang diharapkan menjadi acuan bagi mahasiswa
dalam penciptaan karya dalam bentuk tulisan, gambar, poster, leaflet, tarian, puisi, dan
sebagainya. Mahasiswa pada dasarnya harus memiliki sikap kreatif sebagai insane akademis.
Sikap kreatif sebagaimana dimaksud dilandasi oleh kejujuran sikap, kritis dan rasional. Sikap
kreatif mahasiswa terutama ditunjukkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, serta menjunjung tinggi nama baik almamater, dengna menekankan pada
upaya mewujudkan hasil karya yang langka dan orisinil.
Sikap kreatif dikembangkan dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan
serta nilai-nilai moral keagamaan.
C. ETIKA BEREKSPRESI
Etika berekspresi merupakan seperangkat nilai yang diharapkan menjadi acuan bagi mahasiswa
dalam berekspresi, yakni mengemukakan pendapat, pandangan, ide, atau gagasan, serta konsep,
baik secara lisan maupun tertulis, sebagai bagian dari upaya pengkajian ilmu pengetahuan sesuai
dengan bidangnya, serta dalam fungsi sebagi kontrol sosial.
Sebagai bagian dari insane akademik mahasiswa mempunyai kebebasan akademik. Mahasiswa
bebas dalam mengungkapkan pendapat, pandangan, ide atau gagasan, konsep dan semacamnya
di lingkungan kampus, baik di dalam maupun di luar forum perkuliahan. Kebebasan
sebagaimana dimaksud didasari motif yang baik dan konstruktif, serta dilakukan dengan cara-
cara yang santun, bertanggung jawab, dengan memperhatikan norma/kaidah keilmuan, nilai-nilai
kepribadian bangsa, dan segala ketentuan yang berlaku.
Dalam rangka ini maka ungkapan-ungkapan yang bersifat penghinaan, pelecehan, fitnah, dan
pencemaran nama baik terhadap pihak-pihak tertentu merupakan sesuatu yang layaknya
dihindarkan.
D. ETIKA BERBUSANA
Etika berbusana merupakan seperangkat nilai yang diharapkan menjadi acuan bagi mahasiswa
dalam berpakaian dan/atau berdandan. Mahasiswa sebagai insane akademik hendaknya
membiasakan berbusana yang mencerminkan nilai-nilai etis, estetis, dan religius, sehingga
menampakkan keberadaannya sebagai warga sivitas akademika yang sopan dan berbudaya.
Berbusana yang tidak mencerminkan nilai0nilai sebagaimna disebutkan diatas justru akan
menrendahkan martabatnya sebagai insane cendekia. Ketika mahasiswa mengikuti kuliah atau
berurusan dengan birokrasi dikampus dengan berpakaian rapi, bersih dan sopan, dapat
mencerminkan penampilan sebagai insan akademis.
Harapan saya, semoga rangkaian tulisan ini, bisa menambah wawasan pengetahuan bagi para
aktivis mahasiswa untuk terus menyalakan semangat kebersamaan untuk meyongsong masa
depan yang lebih baik. Sekaligus menghindari presepsi buruk di masyarakat ,yang kerap
menyudutkan mahasiswa pada rutinitas yang kurang berkenan di hati masyarakat. Tetapi sekedar
mengingatkan masyarakat juga, sejarah membuktikan bahwa berdirinya roda pemerintahan
hingga saat ini, berikut dinamikanya tidak terlepas dari sosok pemuda dan mahasiswa.
Persoalanya, apakah kita bisa seperti mereka? Jawabannya, dikembalikan kepada pribadi
masing-masing, untuk bisa mengikuti rekam jejak langknya. Membuang yang buruk, memetik
dan menerapkan yang positif. Merdeka!!!

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Social Profiles
Search

 Popular
 Tags
 Blog Archives

 Laporan Biologi Dasar

Blogroll

Blogger news
Muhammad Syahrul Mu

Buat Lencana Anda

Visitors
0 10
1 0
2 10
3 20
4 10
5 30
6 10
7 10
8 20
9 20
10 30
11 60
12 40
13 10
14 0
15 20
16 70
17 40
18 10
19 60
20 40
21 40
22 40
23 30
24 70
25 60
26 20
27 10
28 10
29 10
31,659

Labels
 Bacaan (25)
 Basket (5)
 Bola Eropa (85)
 Bulu Tangkis (4)
 Gosip (14)
 Mobil (19)
 Motor (26)
 Musik (3)
 Pendidikan (46)
 Piala Dunia (6)
 Tenis (2)
 TIM Nasional (10)

Anda mungkin juga menyukai