Anda di halaman 1dari 4

Nama : Laras Ayu N.

NPM : 1906406321

Hak Warga Negara dalam Menuntut Tindakan Korupsi

A. Hak Warga Negara

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya kita terima atau bisa
dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak boleh merampasnya entah
secara paksa atau tidak.
Dalam hal kewarganegaraan, hak ini berarti warga negara berhak mendapatkan penghidupan yang
layak, jaminan keamanan, perlindungan hukum dan lain sebagainya.
Contoh hak warga negara :
 Berhak mendapat perlindungan hukum (pasal 27 ayat (1))
 Berhak mendapakan pekerjaan dan penghidupan yang layak. (pasal 27 ayat 2).
 Berhak mendapatkan kedudukan yang sama di mata hukum dan dalam
pemerintahan. (pasal 28D ayat (1))
 Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama yang dipercayai. (pasal
29 ayat (2))
 Berhak memperleh pendidikan dan pengajaran.
 Memiliki hak yang sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat secara lisan dantulisan sesuai undang-undang yang
berlaku. (pasal 28)

B. Tindak Pidana Korupsi


Korupsi adalah semua perbuatan atau tindakan yang diancam dengan sanksi sebagaimana diatur
di dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20
Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Tindakan yang dimaksud adalah:
A. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara (Pasal 2)
B. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan / kedudukan yang dapat merugikan
keuangan / kedudukan yang dapat merugikan keuangan / perekonomian Negara ( Pasal 3 )
C. Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
D. Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10)
E. Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12)
F. Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7 )
G. Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C)
Dalam ukuran umum, korupsi adalah semua tindakan tidak jujur dengan memanfaatkan jabatan
atau kuasa yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan bagi pribadi atau orang lain.
C. Peran Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi

Masyarakat yang apatis menyebabkan kebutaan akan hak-haknya serta bersikap menyerah pada
penyalahgunaan yang dilakukan oleh pejabat, sementara pejabat pemerintahan yang tidak
berprinsip hanya akan mengikuti arus dominan yang ada di lingkungan kerjanya tanpa bisa berpikir
kritis dalam memahami dan melaksanakan hak dan kewajibannya.
Jika berbicara mengenai korupsi, patut disadari bahwa penanganannya bukan hanya merupakan
tanggung jawab Komisi Pemberantasan Korupsi dan penegak hukum saja, tetapi juga memerlukan
peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat yang baik sangat penting mengingat bahwa Komisi
Pemberantasan Korupsi tidak memiliki perwakilan di daerah, maka cukup sulit untuk Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam mengawasi tindak pidana korupsi di seluruh Indonesia. Dengan
adanya partisipasi masyarakat di daerah, maka akan membantu Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam menjalankan tugasnya untuk memberantas tindak pidana korupsi.
Kita ketahui bersama bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan lembaga negara yang
bersifat independen dan dalam menjalankan tugasnya bebas dari kekuasaan manapun. Oleh karena
itu, Komisi Pemberantasan Korupsi tidak bisa bekerja sendirian untuk memberantas korupsi. Peran
serta masyarakat dibutuhkan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi , dalam pasal 41 ayat (5) dan pasal 42 ayat (5) diatur mengenai hak dan
peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi. Peran serta
masyarakat diwujudkan dalam bentuk antara lain, mencari, memperoleh, memberikan data, atau
informasi terkait tindak pidana korupsi. Masyarakat juga memiliki hak untuk menyampaikan saran
dan pendapat serta melaporkan dugaan tindak pidana korupsi. Peran serta masyarakat ini paling
tidak harus memenuhi tiga esensi yaitu, perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat,
kebebasan yang bertanggungjawab bagi masyarakat untuk menggunakan haknya, dan penciptaan
ruang yang leluasa bagi masyarakat untuk berperan serta.
Sebagai tindak lanjut dari amanat undang-undang untuk memenuhi hak masyarakat, Komisi
Pemberantasan Korupsi memiliki Direktorat Pengaduan Masyarakat yang menyediakan layanan
pengaduan masyarakat. Layanan tersebut tersedia dari beberapa medium, seperti layanan
komunikasi secara langsung, telepon, e-mail hingga aplikasi KPK Whistleblowers System (kws)
yang menjamin kerahasiaan identitas pelapor yang ingin mengadukan adanya dugaan tindak
pidana korupsi. Adanya medium yang bervariasi juga diciptakan agar masyarakat memiliki akses
yang memadai dalam melakukan pengaduan dugaan tindak pidana korupsi.
Dalam menyampaikan laporan, setiap pelapor diberi perlindungan hukum dan keamanan yang
memadai atas laporannya, sehingga ia tidak merasa terancam atau terintimidasi baik hak maupun
jiwanya. Hal ini sesuai dengan prinsip kerahasiaan dalam pengaduan masyarakat bahwa identitas
orang yang melaporkan harus dirahasiakan kecuali yang bersangkutan menghendaki sebaliknya.
Perlindungan hukum ini juga diberikan belandaskan pada Peraturan Pemerintah No 71 Tahun
2000, bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai kewajiban untuk melindungi identitas
pelapor. Bahkan pelapor juga berhak mendapatkan penghargaan dari negara atas pengaduan tindak
pidana korupsi yang telah ia lakukan, dengan syarat bahwa kasus yang diadukan bisa
ditindaklanjuti sampai penuntutan dan vonis.
Perlindungan hukum diberikan dikarenakan pelapor merupakan salah satu bagian penting dalam
menentukan validitas dan kebenaran suatu perkara tindak kejahatan yang sedang diproses
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Mengingat bahwa kejahatan ini dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki pengaruh yang luar biasa baik di lingkungan kerjanya maupun di
lingkungan masyarakatnya (white collar crimes) sehingga dalam pros es peradilan tindak pidana
korupsi pun, pengadilan tidak mewajibkan kepada si pelapor untuk hadir dalam memberikan
informasi dalam sidang. Hal ini juga untuk memberikan perlindungan fisik , mental maupun
perlindungan keamanan bagi keluarga pelapor.
Pemberantasan korupsi pada dasarnya bukan hanya tugas sejumlah lembaga negara atau penegak
hukum saja, tetapi juga perlu peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat yang diperlukan tidak
hanya terbatas pada pengaduan dan laporan terkait tindak pidana korupsi, namun peran serta
masyarakat yang baik harus terus dibangun salah satunya melalui pendidikan. Masyarakat perlu
pemahaman terkait nilai-nilai integritas dan penanaman semangat antikorupsi dalam dirinya serta
pengetahuan mengenai bentuk-bentuk tindak pidana korupsi yang ada. Sehingga apabila mereka
telah mengerti dan memahami, mereka bisa melakukan tindakan preventif terhadap tindak pidana
korupsi yang akan terjadi. Pencerminan kehendak masyarakat yang tidak mentolerir tindak pidana
korupsi juga harus ditumbuhkan sehingga akhirnya masyarakat dapat berperan sebagai kekuatan
yang mengawasi perilaku individu khususnya warga masyarakat dan instansi pemerintah dalam
mekanisme administrasi negara.
Selain itu, diperlukan kordinasi yang baik antara pemerintah pusat, daerah, organisasi keagamaan,
lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, media massa dan seluruh komponen masyarakat
dalam pemberantasan korupsi. Kordinasi dapat dilakukan dengan cara membangun tekad yang
sama untuk memberantas korupsi, serta menyamakan persepsi bahwa korupsi merupakan salah
satu kejahatan luar biasa yang wajib untuk diperangi.
Jika kita melihat dari aspek budaya bangsa Indonesia sendiri, salah satu budaya bangsa ini yang
dapat menekan terjadinya korupsi adalah budaya gotong-royong. Dalam rangka tercapainya
Negara Indonesia yang bersih dari korupsi, setiap elemen masyarakat harus saling tolong-
menolong dalam memerangi tindak korupsi yang terjadi, tidak bersikap apatis dan menggunakan
hak-haknya sebagai warga negara.
Daftar Pustaka
 https://www.eduspensa.id/hak-dan-kewajiban-warga-negara/
 https://acch.kpk.go.id/images/spak/files/games/07-Buku-kunci-jawaban-Arisan.pdf
 https://acch.kpk.go.id/id/artikel/amatan/masyarakat-melawan-tindak-pidana-korupsi
 https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/dzikriramadhan/pengertian-
korupsi-dan-faktor-penyebab-korupsi_57f693238823bd2d1a4c749e
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11732

Anda mungkin juga menyukai