Disusun oleh :
Pengertian etika, berasal dari bahasa Yunani adalah “ethos” yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaaan (custom), adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika
adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
Makna lain dari etika adalah “kajian moralitas”, meskipun etika berkaitan dengan moralitas,
namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan—baik aktivitas
Moralitas
Moralitas dapat didefinisikan sebagai pedoman yang dimiliki individu atau kelompok
mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Pedoman moral mencakup norma-norma
yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral dan
nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara
moral buruk. Norma-norma moral biasanya dinyatakan sebagai aturan atau pernyataan umum
semacam “Selalu katakanlah kebenaran,” “kejujuran itu baik,” dan membunuh orang tak berdosa
itu salah.”
Dari manakah pedoman atau standar itu berasal? Biasanya standar moral pertama kali
terserap ketika kanak-kanak dari keluarga, teman, dan beragam pengaruh kemasyarakatan seperti
mengarahkan orang dewasa untuk meninjau ulang standar-standar tersebut. Sebagian dibuang,
etika mengajukan lima ciri yang berguna untuk menentukan hakikat standar moral:
1. standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius
2. standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu. Standar
moral, dengan demikian, tidak dibuat oleh kekuasaan, demikian pula validitasnya tidak
terletak pada prosedur pengambilan suara. Namun, validitas standar moral terletak pada
kecukupan nalar yang digunakan untuk mendukung dan membenarkannya; jadi, sejauh
3. standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya?)
kepentingan diri;
4. standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak. Para filsuf
menyatakan hal ini dengan mengatakan bahwa standar moral didasarkan pada “sudut
pandang moral”—yaitu, sudut pandang yang tidak mengevaluasi standar menurut apakah
mereka membela kepentingan individu atau kelompok tertentu, namun sudut pandang
5. standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu. Misalnya jika
saya bertindak bertentangan dengan standar moral, normalnya saya akan merasa bersalah,
malu, menyesal; saya akan menyebut tingkah laku saya “immoral” atau “salah” dan saya
akan merasakan diri saya amat buruk dan mengalami hilangnya rasa percaya diri.
Etika, dan Etika Bisnis
Etika dalam definisi yang lain adalah ilmu yang mendalami standar moral perorangan
dalam kehidupan kita dan apakah standar ini masuk akal atau tidak masuk akal—standar yaitu,
atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkret. Tujuan akhir standar moral adalah
mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut, dengan
demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar dan salah dan moral
Adapun etika bisnis, studi tentang etika bisnis berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana ditetapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Perusahaan bisnis saat ini
merupakan institusi ekonomi yang paling berpengaruh di dalam masyarakat sekarang ini,
sumber daya yang langka menjadi barang yang berguna dan perusahaan juga menyediakan
dalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan
mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam
organisasi. Mengingat masalah-masalh etika bisnis mencakup beragam topik yang luas, cukup
membantu jika kita membedakan tiga jenis masalah yang dipelajari etika bisnis: sistemik,
termasuk dalam kategori manakah permasalahan itu: sistemik, korporatif, atau individual. Acap
kali dunia memberikan kepada kita keputusan-keputusan mengenai persoalan yang melibatkan
permasalahan sangat rumit yang menyebabkan kebingungan, kecuali beragam permasalahan itu
Perkembangan Moral
moral menyimpulkan—berdasarkan riset selama lebih dari 20 tahun—bahwa ada enam tingkatan
Tahap Satu: Orientasi Hukuman dan Ketaatan. Pada tahap ini, konsekuensi fisik sebuah tindakan
sepenuhnya ditentukan oleh kebaikan atau keburukan tindakan itu. Alasan anak untuk
melakukan hal yang baik adalah untuk menghindari hukuman atau menghormati
dapat berfungsi sebagai instrumen untuk memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau
Tahap Tiga: Orientasi Kesesuaian Interpersonal. Perilaku yang baik pada tahap konvensional
awal ini memenuhi ekspektasi mereka dari dari mana dia merasakan loyalitas, afeksi,
Tahap Empat: Orientasi Hukum dan Keteraturan. Benar dan salah pada tahap konvensional yang
lebih dewasa kini ditentukan oleh loyalitas terhadap negara atau masyarakat sekitarnya
Tahap Lima: Orientasi Kontrak Sosial. Pada tahap postkonvensional ini, seseorang menjadi sadar
bahwa mempunyai beragam pandangan dan pendapat personal yang bertentangan dan
menekankan cara yang adil untuk mencapai konsensus dengan kesepahaman, kontrak
Tahap Enam: Orientasi Prinsip Etis Universal. Pada tahap terakhir ini, tindakan yang benar
Prinsip-prinsip moral yang dihasilkan oleh analisis dan refleksi yang menandai tahap-
tahap akhir perkembangan moral “lebih baik” namun bukan sekedar karena prinsip-prinsip
tersebut muncul pada tahap akhir. Seperangkat prinsip moral adalah “lebih baik” daripada yang
lain hanya ketika secara hati-hati telah diuji dan didukung oleh alasan yang lebih baik dan lebih
kuat—sebuah proses diperkuat melalui diskusi dan perdebatan dengan orang lain.
Penalaran Moral
Penalaran moral mengacu pada proses penalaran di mana perilaku, institusi, atau
kebijakan dinilai sesuai atau melanggar standar moral. Penalaran moral selalu meliatkan dua
komponen mendasar:
a. Pemahaman tentang yang dituntut dilarang, dinilai atau disalahkan oleh standar moral
b. Bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan, institusi, atau perilaku
tertentu mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang, menilai, atau
menyalahkan.
Ada beragam kriteria yang digunakan para ahli etika untuk mengevaluasi kelayakan
penalaran moral:
2. bukti faktual yang dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat, relevan, dan
lengkap;
sendirinya menekankan bahwa anggota masyarakat berfungsi dengan cara-cara yang paling
berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan petimbangan etis yang oleh
Ketiga, ada keberatan bahwa untuk menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis
Pertama, etika mengatur semua aktivitas manusia yang disengaja, dan karena bisnis
merupakan aktivitas manusia yang disengaja, etika hendaknya juga berperan dalam bisnis.
Kedua, aktivitas bisnis, seperti aktivitas manusia lainnya, tidak dapat eksis kecuali
orang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya taat terhadap standar minimal etika.
Ketiga, pertimbangan etika konsisten dengan tujuan bisnis, khususnya dengan pencarian
keuntungan. Semua studi menunjukkan bahwa secara keseluruhan etika tidak memperkecil
Penilaian tentang tanggung jawab moral seseorang atau kerugian yang ditimbulkan
merupakan penilaian tentang sejauhmana seseorang pantas disalahkan atau dihukum, atau harus
membayar ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. Kapankah seseorang secara moral
Seseorang secara moral bertanggung jawab atas tindakannya dan efek-efek merugikan
a. Dilakukan atau dilaksanakan seseorang dengan sengaja dan secara bebas; atau
b. Gagal dilakukan atau dicegah dan yang secara moral keliru karena orang itu dengan
Seseorang juga dinilai bertanggung jawab karena gagal bertindak atau agagl mencegah
bahaya jika kelalaian seorang disengaja dan jika seseorang dapat dan seharusnya bertindak, atau
Ada kesepakatan umum bahwa ada dua kondisi yang sepenuhnya menghilangkan
1. Ketidaktahuan; dan
2. Ketidakmampuan.
Sebagai tambahan atas dua kondisi yang memaklumkan itu, ada juga beberapa faktor yang
meringankan tanggung jawab moral seseorang yang tergantung pada kejelasan kesalahan. Faktor
a. Lingkungan yang mengakibatkan orang tidak pasti, namun juga tidak ayakin tentang apa
seseorang dalam sebuah tindakan (hal ini mempengaruhi tingkatan sampai di mana
d. Keseriusan kesalahan. Cakupan sejauh mana ketiga lingkungan yang meringankan di atas
kesalahan, semakin besar keseriusannya, semakin kecil ketiga faktor pertama tadi dapat
memperingan.
Tindakan korporasi biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda
yang bekerja sama sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan
tindakan korporasi, meskipun kita kadang membebankan tindakan kelompok korporasi, fakta
legal dan linguistik tersebut tidak mengubah realitas moral di balik semua tindakan itu, yaitu:
Individu harus melaksanakan tindakan tertentu yang menghasilkan tindakan korporasi. Karena
individu secara moral bertanggung jawab atas konsekuensi tindakan bebas mereka yang telah
diketahui dan sengaja, individu mana pun yang bergabung secara suka rela dan bebas dalam
tindakan bersama dengan rang lain, yang bermaksud menghasilkan tindakan korporasi, secara
moral akan bertanggung jawab atas tindakan itu. Semakin serius kesalahan tindakan korporasi,
semakin sedikit tangggung jawab karyawan diringankan oleh ketidakpastian, tekanan, dan
keterlibatan minimal.