(PATIENT SAFETY)
1. Analisa Kasus
Pasien seorang wanita 64 tahun di rawat karena demam, diduga menderita
Phneumonia dengan riwayat pengobatan antibiotik Penisilin sebelumnya. Namun
setelah perawatan hari ke 2, muncul ruam pada kulit pasien yang kemungkinan
disebabkan oleh Mycoplasma Phneumonia (salah satu jenis Phneumonia) dengan
tanda gejala munculnya ruam pada kulit. Phneumonia jenis ini tampaknya tidak cocok
dengan pemberian antibiotik Penisilin, namun dalam kasus ini, pemberian antibiotik
Penisilin masih diteruskan. Pada hari ke 4 perawatan, pasien mengalami kebingungan
atau delirium. Kondisi ini sangat sering terjadi pada pasien Phneumonia, dimana
suplai oksigen dan asupan nutrisi lain ke otak berkurang. Kondisi ini semakin di
perparah dengan layanan yang sangat sibuk, sehingga keselamatan pasien menjadi
terabaikan, dibuktikan dengan kondisi lantai kamar pasien yang basah sehingga
menyebabkan pasien terjatuh dan mengalami patah tulang pinggul. Dan pada hari ke 7
perawatan, pasien dinyatakan meninggal.
Analisis masalah :
a. Meskipun kondisi layanan sangat sibuk, seharusnya dalam setiap unit department
dapat tetap bertanggung jawab penuh terhadap kondisi pasien dan tidak
mengabaikan keselamatan pasien.
b. Perawat kurang memperhatikan perubahan kondisi pasien, seperti munculnya
ruam pada kulit pasien. Dalam kasus belum dijelaskan apakah sebelum pemberian
antibiotik telah dilakukan test alergi antibiotik. Ruam bisa terjadi akibat alergi
terhadap antibiotik atau memang antibiotik yang diberikan tidak cocok dengan
kondisi pasien. Seharusnya, jika ada perubahan kondisi sekecil apapun pada
pasien, perawat harus segera menghubungi DPJP dan menginfokan kondisi terkini
pasien, sehingga DPJP dapat menambah, mengganti ataupun memodifikasi terapi
pasien sebelumnya.
c. Perawat harus berkoordinasi dan bekerja sama dengan dokter jaga ruangan
mengenai kondisi pasien. Sehingga antara perawat dan dokter jaga ruangan dapat
aware terhadap perubahan kondisi pasien sekecil apapun.
d. Pada saat pasien baru masuk, seharusnya perawat harus concern dengan
pengkajian risiko jatuh pasien. Apalagi dengan pasien Phneumonia seperti ini
sangat rentan mengalami delirium.
e. Pengkajian risiko jatuh harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan, tidak hanya saat penerimaan pasien baru, melainkan saat tiap
pergantian shift, perpindahan antar ruang, pos operasi hingga saat terjadi
perubahan kondisi pasien.
f. Tidak dijelaskan apakah perawat sudah melakukan intervensi pencegahan risiko
jatuh atau belum, seperti memasang bedrail tempat tidur pasien, mengunci bed,
mendekatkan bel pasien, memasang pin risiko jatuh, serta dalam kasus ini,
perawat juga harus berkoordinasi pada keluarga pasien dan memberikan KIE pada
keluarga untuk melarang pasien melakukan aktivitasnya sendirian.
g. Dalam kasus ini juga tidak dijelaskan apakah DPJP sudah melakukan pemeriksaan
pada pasien secara langsung atau belum. Jika DPJP tidak pernah memeriksa
pasien secara langsung, sebagai perawat harus mengingatkan DPJP untuk visite
pasien minimal 1 kali dalam sehari sehingga DPJP dapat mengetahui secara
langsung perkembangan kondisi pasien.
h. Layanan yang sibuk dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya
kemungkinan disebabkan oleh tidak seimbangnya antara total perawat yang
bertugas dan jumlah pasien dengan tingkat ketergantungannya masing-masing.
Maka dari itu, sangat penting dilakukan penghitungan tenaga terlebih dahulu
sebelum mulai aktivitas pelayanan asuhan keperawatan setiap harinya, sehingga
risiko terjadinya insiden keselamatan pasien seperti dalam kasus ini kejadian
sentinel tidak lagi terjadi.
2. Pasien Safety
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Tindakan bedah dan prosedur invasif memuat semua prosedur investigasi dan
atau memeriksa penyakit serta kelainan dari tubuh manusia melalui mengiris,
mengangkat, memindahkan, mengubah atau memasukkan alat laparaskopi/
endoskopi ke dalam tubuh untuk keperluan diagnostik dan terapeutik.
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat
mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal iIni disebabkan oleh operasi
dan/atau anestesi, perubahan mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian
pengobatan. Banyak pasien memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah
sakit. Rumah sakit harus menetapkan kriteria untuk identifikasi pasien yang
dianggap berisiko tinggi jatuh.
a. Menilai kondisi pasien secara langsung sesaat setelah kejadian dan melakukan
vital sign lengkap, lapor ke DPJP dan semua dokter spesialis lain yang juga
sedang merawat pasien.
b. Melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada pasien. Jika terdapat luka,
segera lakukan perawatan luka sesuai dengan SOP. Jika pasien dicurigai
mengalami patah tulang, segera lakukan prosedur diagnostik foto xray, dsb.
c. Staf yang menemukan insiden langsung membuat laporan insiden medis.
d. Penyelidikan segera dalam waktu 24 jam oleh komite keselamatan RS mengenai
insiden yang telah terjadi.
e. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar masalah terjadinya
insiden tersebut (Root Cause Analysis).
f. Pengumpulan data, penyajian data dan identifikasi masalah dengan cara
brainstorming / focused group discussion yang dilakukan oleh Tim Komite
Keselamatan RS.
g. Analisis informasi dengan menggunakan 5 why atau fishbone diagram, untuk
mengetahui akar masalah timbulnya insiden tsb.
h. Susun rekomendasi, misalnya perlu adanya pelatihan rutin dan supervisi tentang
pencegahan risiko jatuh kepada staf RS.
i. Segala macam insiden wajib dilaporkan agar dapat dianalisis oleh Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, supaya jika ada hal-hal yang tidak diinginkan,
(mis. tuntutan hukum), sudah dapat diantisipasi oleh pihak RS.