Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

DOSEN PENGAJAR : IBU LIA AMALIA, S.KM, M.Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK3

1.DAVID N KADIR (81141974)

2. NABILA REVIANA DJALADJANI (811419159)

3. MUTMAINA B KARIM (811419106)

4. RANANDA B ABAY (811419051)

KELAS : C (SEMESTER 1)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Dengan meneyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidaya, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalahtentang “Pendidikan Kesehatan danIlmuPerilaku.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal danmendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang pendidikan kesehatan dan ilmu
perilaku ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Gorontalo, 3 Oktober 2019

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan……………………………………………………4

2.2 Istilah yang Berkaitan dengan Pendidikan Kesehatan…………………………..5

2.3 Pentingnya Pendidikan Kesehatan……………………………………………………….7

2.4 Ilmu-ilmu Bantu Pendidikan Kesehatan……………………………………………….8

2.5 Prinsip pendidikan kesehatan……………………………………………………………….9

2.6 Peranan pendidikan kesehatan…………………………………………………………….9

2.7 Tempat PelaksanaanPendidikan Kesehatan .......................................... 10

2.8 Manusi dan Perilakunya ........................................................................ 10

2.9 Perilaku dari Pandangan Psikologi………………………………………………………..12

ii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 18

3.2 Saran .................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………20

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh
mitologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan mitos yunani
tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan
dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang
telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur
tertentu dengan baik.

Menurut Winslow (1920) bahwa kesehatna masyarakat (Public


Health) adalah ilmu dan seni: mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat, untuk :

a. Perbaikan sanitasi lingkungan

b. Pemberantas penyakit-penyakit menular

c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan

d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk


diagnosis dini
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang
terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dan memelihara kesehatan.

Menurut ikatan dokter Amerika (1948) kesehatan masyarakat


adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat.

1
Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan
masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, tehnik sanitasi, ilmu
kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu
sosial, dan itulah cakipan ilmu kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu
adanya pendidikan kesehatan agar kesehatan masyarakat dapat lebih
meningkat dan dilaksanakan oleh masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa konsep dasar pendidikan kesehatan?

2. Apa saja istilah yang berkaitan dengan pedidikan kesehatan?

3. Apa pentingnya pendidikan kesehatan?

4. Apa saja ilmu-ilmu bantu pendidikan kesehatan?

5. Apa saja prinsip pendidikan kesehatan?

6. Apa saja peran pendidikan kesehatan?

7. Tempat-tempat yang melaksanakan pendidikan kesehatan?

8. Apa keterkaitan antara manusia dan perilaku?

9. Bagaimana perilaku dari pandangan psikologi?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui apa saja konsep dasar pendidikan kesehatan

2. Untuk mengetahui istilah yang berkaitan dengan pendididkan


kesehatan
3. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan kesehatan

2
4. Untuk mengetahui ilmu-ilmu bantu pendidikan kesehatan

5. Untuk mengetahui prinsip pendidikan kesehatan

6. Untuk mengetahui apa saja peran pendidikan kesehatan

7. Untuk mengetahui tempat-tempat yang mekaksanakan pendidikan


kesehatan
8. Untuk mengetahui keterkaitan antara manusia dan perilaku

9. Untuk mengetahui perilaku dari pandangan psikologi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN

Konsep dasar pendidikan kesehatan terbagi atas tiga yaitu, batasan, tujuan
dan sasaran. Ketiga macam konsep dasar tersebut dapat dijelaskan di sebagai
berikut:

a. Batasan

Banyak orang membuat batasan pendidikan kesehatan. Diantaranya, Word


(1926) yang dikutip oleh Azwar (1983). Pendidikan kesehatan adalah
sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan
terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya
dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, bangsa dan negara,
Nyswander (1947). Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan
diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan
kesehatan perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan
bukanlah suatu yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain
dan bukan pula sesuatu yang rangkaian tata laksana yang dilaksanakan
ataupun Hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan
yang selalu berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima
atau menolak keterangan baru, sikap baru yang ada hubungannya dengan
tujuan hidup.

b. Tujuan

Berdasarkan batasan WHO (1954) tujuan pendidikan kesehatan adalah


untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat
menjadi perilaku sehat. seperti kita ketahui bila perilaku

4
tidak sesuai dengan prinsip kesehatan, maka dapat menyebabkan
terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Menginat istilah prinsip
sehat maka kita perlu mengetahui batasan sehat, seperti
dikemukakanpada UU No.23 tahun 1992, yakni bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
c. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada program
pembangunan Indonesia, yakni:

a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat


pedesaan
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, dan
remaja
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.

2.2 ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Kita perlu mengenal beberapa metode yang dipergunakan dalam


pendidikan kesehatan di tengah masyarakat maupun lembaga-lembaga serta
kelompok sasaran. Istilah yang dimaksud seprti di bawah ini:
a. Penerangan Kesehatan
Penerangan kesehatan adalah upaya-upaya memeberikan penjelasan atau menyebar
luaskan masalah kepada seseorang, kelompok atau masyarakat untuk
menumbuhkan perhatian, pengertian dan kesadaran mengenai perilaku sehat
atas kehidupan yang sehat.
b. Penyuluhan Kesehatan

5
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi mau juga
dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
c. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Disini sistem pendidikannya lebih sistematis, yakni dimulai dengan


komunikasi, dilanjutkan dengan informasi dan yang terakhir edukasi.
Istilah ini sering digunakan pada kegiatan pada kependudukan dan
keluarga berencana.

d. Promosi Kesehatan

Arti dan makna menurut Leave dan Clark istilah promosi kesehatan
digunakan oleh Leave dan Clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the
Doctor in the Community” untuk menjelaskan dimensi tingkat pelayanan
kesehatan di masyarakat, yang dikenal dengan istilah pelayanan Five
level of prevention. Pencegahan ini dapat dilakukan pada masa sebelum
sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha tersebut ialah:
1. Masa sebelum sakit

a. Health Promotion ( Promosi Kesehatan )


Dalam hal ini pendidikan kesehatan diberikan perorangan, kepada
kelompok atau masyarakat agar dapat mencegah terjadinya penyakit.
Conto: sikat gigi pada waktu dan cara yang benar, agar gigi bersih dari
bakteri.
b. Specifik Protection ( Perlindungan Khusus )
Pendidikan kesehatan diberikan agar memahami akan pentingnya
perlindyngan khusus terhadap serangan penyakit,

6
contoh: dengan cara imunisasi, perlindungan kecelakaan di
tempat kerja.

2. Masa sakit

a. Early Diagnosis and Promt Treatment ( Diagnosis dini dan


pengobatan segera )
Peserta didik diberikan pemahaman tentang pengenalan dan
pengertian jenis penyakit pada tingkat awal, serta
mengadakan pengobatan yang tepat seawal mungkin.
b. Disability Limitation ( Pembatasan kecacatan )

Peserta didik diberikan pengertian untuk melakukan


pengobatan sempurna mungkin, sehingga dapat dicegah
dampak dari penyakitnya, yang bisa berupa kecacatan.
c. Rehabilitation ( Rehabilitasi )

Dalam hal ini peserta didik diberikan pengertian dan dorongan agar
tetap bersemangat dan berbaur di tengah masyarakat seperti
halnya sebelum terjadi kecacatan.

2.3 PENTINGNYA PENDIDIKAN KESEHATAN

Banyak dari kita yang sudah diajarkan pentingnya kesehatan


sejak menginjak pendidikan sekolah dasar hingga bangku sekolah menengah
atas. Sehingga ketika kita dewasa, kita bisa mengetahui mana yang
berguna bagi kesehatan dan mana yang bisa menurunkan kesehatan. Jika kita
memaknai lebih lanjut sebenarnya ada beberapa alasan mengapa pendidikan
kesehatan itu penting dan perlu diberikan. Antara lain:
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat,
dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta
peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

7
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka
sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah
dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat
guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan.

2.4 ILMU-ILMU BANTU PENDIDIKAN KESEHATAN

Dalam perkembangnnya, suatu ilmu secara sadar ataupun tidak


sadar memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai alat bantunya. Ilmu
pendidikan yang mempunyai tujuan akhir pada perubahan tingkah laku
manusia sudah barang tentu memerlukan banyak sekali ilmu bantu
sesuai dengan aspek yang mempengaruhi tingkah laku. Perilaku manusia
tersebut dapat dibagi menjadi 3 aspek, yakni aspek fisiologi, psikologi dan
sosial. Ketiga aspek tersebut sulit dibedakan dalam pengaruh dan
kontribusi pembentukan perilaku manusia.
Ilmu-ilmu yang mempelajari faktor-faktor tersebut di atas
antara lain psikologi, antropologi, sosiologi, komunikasi dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk menganalisis dan memecahkan masalah tingkah laku
individu atau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan
mereka. Umumnya tingkah laku itu dijabarkan dalam 3 bentuk, yakni
knowledge, attitude, dan practice (KAP). Jadi apabila kita melihat
problem kesehatan dengan kacamata edukatif maka yang tampak
adalah bagaimana sikap pengetahuan dan kebiasaan hidup dari
masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Demikian pula
dengan cara pemecahannya.

8
2.5 PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi


merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja
sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan
sasaran pendidikan.
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh
seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran
pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah
lakunya sendiri.
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan
sasaran agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat
mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasarna pendidikan
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.6 PERANAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status


kesehatan mengacu kepada H.L.Blum. blum menyimpulkan bahwa
lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan.
Disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan,
dan keturunan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.
Lawrance Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau
dipengaruhi oleh 3 fakktor yakni :
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

2. Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)

3. Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)

9
Dari pembahasan di atas dapat ditarik bahwa peranan pendidikan
kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga
perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha
untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku
sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.

2.7 TEMPAT PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga


dengan sendirinya sasarannya juga bebeda. Misalnya:
1. Pendidikan kesehatan di keluarga

2. Pendidkan kesehatan di sekolah, dilakukan di seolah dengan sasaran guru


dan murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan
sekolah (UKS)
3. Pendidikan kesehatan dipelayanan kesehatan, dilakukan dipusat
kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun
khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien
4. Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran bruh atau
karyawan
5. Pendidikan kesehatan di tempat umum, misalnya pasar, terminal,
bandar udara, tempat-tempat pembelajaran, tempat olahraga, taman
kota, WC dansebagainya.

2.8 MANUSIA DAN PERILAKUNYA

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling


sempurna. Hal ini berarti manusia mempunyai keistimewaan dibandingkan
dengan makhluk hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol
adalah perilakunya. Meskipun semua makhluk hidup mempunyai perilaku
makhluk hidup yang lain, misalnya kucing atau anjing. Contohnya, dalam

10
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, minum, menyalurkan
hasrat birahi atau seksnya, kedua makhluk hidup tersebut (manusia dan
binatang) sangat berbeda. Binatang (anjing atau kucing) dalam memenuhi
kebutuhan biologisnya tersebut dapat melakukannya dimana saja dan kapan
saja, termasuk dalam memenuhi kebutuhan tersebut dikendalikan oleh rasio
dan emosinya. Apabila manusia dalam kebutuhan biologisnya secara
semabarangan seperti aning atau kucing akan dikatakan sama dengan
binatang, dan tidak berbudaya. Dari ilustrasi ini dapat disimpulkan bahwa
yang membedakan manusia dan binatang adalah perlakunya, atau manusia
dikenal karena perilakunya.
Apabila gambaran tersebut dilanjutkan, mengapa binatang (anjing
atau kucing) berperilaku seks atau melakukan hubungan seks seperti itu, tapi
manusia tidak seperti itu. Hal ini disebabkan karena binatang dalam
melakukan hubungan seks hanya semata-mata karena dorongan biologis saja,
atau karena dorongan nafsunya. Sesangkan pada manusia dalam memenuhi
dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan oleh pikiran serta
lingkungan sosialnya. Demikian pula bentuk-bentuk perilaku manusia yang lain,
pada manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak semata-mata karena
dorongan biologisnya saja, tetapi dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan
terutama lingkungan sosial dan budaya. Itulah sebabnya, maka sama-sama
manusia, tetapi berasal dari lingkungan sosial dan budaya yang berbeda,
perilakunya juga berbeda.

Misalnya perilaku dalam rangka mengungkapkan rasa cintanya terhadap lawan


jenisnya. Orang-orang dari Barat dalam mengekspresikan cintanya kepada
lawan jenisnya dengan mencium bibir dimana saja termasuk di tempat
umum. Tetapi bagi orang-orang Asia, khususnya Indonesia, dalam
mengungkapkan rasa cinta tersebut tidak “seberani” orang-orang

11
dari Barat. Hal ini disebabkan karena sosio-budaya kedua kelompok
tersebut berbeda. Demikian pula untuk perilaku-perilaku yang lain,
makan, minum,buang air besar, berpakaian, dan sebagainya, antara
kelompok masyarakat yang berlatar belakanng sosio-budaya yang satu akan
berbeda dengan masyarakat yang berlatar belakang sosio-budaya yang lain.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia dikenal karena budayanya.

2.9 PERILAKU DARI PANDANGAN PSIKOLOGI

Perkembangan psikologi sebagai dasar ilmu perilaku telah mengalami


beberapa perubahan yang mendasar atau dapat dikatakan suatu revolusi, yakni
menculnya alira-aliran psikologi. Perubahan yang pertama adalah timbulnya
aliran ilmu jiwa dalam (depth psychology). Dari aliran psikologi ini muncul aliran
lagi yang disebut psiko-analisis. Perubahan yang kedua munculnya aliran atau
konsep behaviorisme, yang telah menekankan perilaku manusia lebih
dipandang dari fenomena yang tampak dari luar diri manusia. Sedangkan yang
ketiga adalah munculnya konsep psikologi kognitif, dan yang terakhir adalah
konsep humanistik. Penjelasan lebih lanjut tentang aliran-aliran atau konsep
ini dapat diikuti uraian di bawah ini.
1. Aliran Psikoanalisis (Teori Freud)

Perkembangan psikologi telahmengalami beberapa perubahan yang


mendasar atau dapat dikatakan suatu revolusi, yakni:
a. Revolusi yang pertama adalah timbulnya aliran ilmu jiwa dalam
(depth psychonology). Dari aliran psikologi ini muncul juga aliran lagi
yang disebut psikoanalisis. Tokoh psiko-analisis ini telah diuraikan
di atas adalah Sigmond Freud. Menurut aliran ini, perilaku manusia
didasari oleh naluri primitifnya, yakni seks. Seks adalah yang menjadi
sentral perbuatan atau perilaku manusia.

12
Sedangkan perilaku ini ditentukan oleh struktur kepribadian
manusia, yang terdiri 3 aspek, yaitu das es (dorongan dari dalam), das
ich (pengendalian psikologis) dan das uber ich (pengendalian
sosiologis). Menurut ahli psikologi dalam (depth psychology)
Sigmond Freud, struktur kepribadian manusia terdiri dari 3 aspek,
yakni:
1. Das es (the Id)

Aspek kepribadian yang pertama menurut Freud adalah aspek


biologis. Aspek biologis kepribadian manusia adalah prinsip
mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan.
Manusia pada hakikatnya selalu ingin mencari kenikmatan
biologis, tentang seks. Menurut Freud semua kegiatan atau
perilaku manusia, pada ujung-ujungnya adalah terpenuhinya
prinsip kenikmatan biologis ini.
2. Das ich (theEgo)

Das ich ini adalah aspek psikologis kepribadian berhubungan


dengan realitas (dunia luar). Dalam mencari kenikmatan dan
menghindari ketidknikmatan, tidak membabi buta demi
kenikmatan itu sendiri. Dalam mengejar atau memperoleh
kenikmatan biologis ini seseorang menyesuaikan dengan
kenyataan, dan kondisi dunia rill. Itulah bedanya manusia
dengan makhluk hidup yang lain. Apabila makhluk hidup yang lain
dalam mencapai kenikmatan biologisnya, misalnya seks tidak
akan dikendalikan oleh das ich ini, maka dapat melakukan
dimana saja dan kapan saja. Hal ini tidak akandilakukan oleh
manusia.

13
3. Das uber ich (the Super Ego)

Das uber ich adalah aspek sosiologis kepribadian yang


berhubungan dengan nilai-nilai moral. Dalam mencari
kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan manusia, juga
dikendalikan oleh nilai-nilai umum (moral), yang diciptakan
olehlingkungan manusia (apsek sosiologis). Nilai-nilai moral ini
disebut super ego, hati nurani manusia itu sendiri. Dalam
memenuhi kebutuhan biologisnya misalnya “makan” untuk
menghindari ketidakenakan (lapar), manusia tidak serta merta
makan di warung makan, tanpa membayar, atau mencuri
makanan orang lain. Perilaku ini dikendalikan oleh das uber ich,
super ego, moral, atau hati nurani manusia.
2. Aliran Behaviorisme

Konsep behaviorisme menganalisis perilaku manusia dari gejala yang


tampak saja, yang dapat diukur dan diramalkan. Disamping itu konsep
behaviorrisme ini juga menganut teori belajar. Karena mereka
mengakui bahwa seluruh perilaku manusia (kecuali insting) adalah hasil
dari belajar. Konsep behaviorisme ini dalan pekembangnannya lahir, yakni
empirisme, nativisme, neturalisme, dan konvergensi.
a. Aliran Empirisme

Aliran empirisme ini mula-mula dipelopori oleh Aristoteles, dan


kemudian dilanjutkan John Locke (1632-1704). Menurut aliran
epirisme, pada saat manusia lahir adalah dalam keadaan kosong
seperti neja lilin atau kertas lilin (tabularasa). Kertas atau meja lilin ini
akan terisi dan berwarna warni oleh karena lingkungannya. Itulah
perilaku manusia. Empirisme ini sering diidentikkan dengan teori
tabularasa atau teori kertas lilin, adalah gambaran seorang bayi yang
baru lahir dalam keadaan putih bersih. Tetapi akhirnya bayi tersebut
tumbuh dan berkembang menjadi anak atau orang
14
dewasa yang bermacam-macam bentuk perilakunya, adalah
karena pengaruh lingkungan utamanya, pendidikan.
b. Aliran Nativisme

Tokoh aliran nativisme ini adalah Schopenhouer (17888-1860).


Nativisme berasal dari kata natal, yang artinya lahir. Oleh sebab itu
aliran ini mengungkapkan bahwa perilaku manusia itu sudah dibawa
atau ditentukan sejak lahir. Sehingga lingkungan tidak mempunyai
peran atau kekuatan apa pun dalam membentuk perilaku manusia.
Perilaku baik ataupun perilaku buruk seseorang adalah memang sudah
terbentuk atau dibawa dari lahir (bawaan). Aliran ini juga disebut aliran
pesimisme, karena lingkungan tidak dapat berbuat apa-apa
(pesimis) dalam mempengaruhi atau menetukan perilaku manusia.
Lingkungan, termasuk pendidikan tidak mempunyai peran apa-apa
dalam membentuk perilaku.
c. Aliran Naturalisme

Tokoh aliran ini adalah Jan Jack Rousseau (1712-1778). Aliran ini
berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya lahir dalam
keadaan yang baik, tetapi menjadi tidak baik karena
lingkungannya. Aliran ini hampir sama dengan aliran nativisme,
karena mendasarkan pada konsep “lahir”. Perbedaannya aliran
nativisme konsep lahir itu bisa baik, dan bisa juga tidak baik atau jelek.
Apabila dilahirkan baik akan berkembang menjadi baik, tetapi
kalau dilahirkan tidak baik, juga berkembang tidak baik. Tetapi
pada aliran naturalisme berpendapat bahwa anak dilahirkan dalam
keadaan yang baik saja. Akhirnya menjadi tetap baik atau bisa menjadi
tidak baik karena lingkungan.
d. Aliran Konvegerensi ini adalah William Stren (1871-1939) seorang ahli
pendidikan dari Jerman. Aliran kenvergensi merupakan perpaduan
antara aliran empirisme dan nativisme. Bahwa perilaku
15
seseorang tidak dapat semata-mata ditentukan oleh lingkungan dan
pembawaan, tetapi kedua-duanya berperan secara bersama- sama.
Hal ini berarti bahwa memang perilaku dapat dikembangkan, tetapi
mempunyai keterbatasan-keterbatasan, yakni pembawaan.
Implikasinya dalam pendidikan, adalah bahwa pendidikan memang
dapat dan harus diberikan kepada anak dalam rangka
pengembangan perilaku, termasuk kemampuan- kemampuan hidup.
Tetapi pendidikan dalam mengembangkan kemampuan anak, hasilnya
pasti berbeda antara anak yang satu dengan yanglain. Hal ini harus
dimaklumi, karena pembawaan anak yang berbeda dengan anak
yang lainnya.
3. Aliran Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif bersumber pada aliran rasionalisme yang dipelopori oleh


Immanuel Kant (1724-1804), dan Rene Descartes (1596-1650). Aliran ini
mempersoalkan pengetahuan manusia yang akan mempengaruhi
perilaku manusia itu bukan semata-mata karena inra kita. Sebab indra
manusia tidak dapat dipercaya. Oleh sebab itu stimulus atau
lingkungan manusia tidak serta merta menimbulkan reaksi atau respons
pada manusia dalam bentuk perilaku. Oleh sebab itu maka aliran
rasionalisme tidak setuju adanya pengetahuan indra, tetapi pengetahuan
budilah yang penting. Alasannya sederhana karena indra kita tidak
setia, sering menyampaikan hasil pengamatannya tidak tepat. Contoh,
rel kereta api yang panjang dan lurus, dan mempunyai jarak yang sama
antara dua batang rel tersebut mulai dari pangkal sampai ujung, tetapi
terliVat oleh indra seolah-olah menyatu dalam satu titik diujung yang lain.
Sebatang tongkat yang panjang dan lurus dimasukkan ke dalam air, akan
terlihat seolah-olah bengkok dan pendek. Oleh sebab itu aliran ini
menyimpulkan bahwa jiwa (mind) yang menjadi alat utama untuk
pengetahuan, bukan

16
indra. Jiwalah yang menjadi alat utama untuk menafsirkan hasil
pengamatan indra menjadi pengetahuan, mulai dari mencipta,
mengorganisasikan dan penafsiran, dan mencari makna. Pada saat
kenyataan tidak semua stimulus yang ditangkap melalui indra diolah
menjadi pengetahuan yang akhirnya menghasilkan perilaku.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari materi di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsep pendidikan kesehatan dapat meliputi batasan, tujuan dan


sasaran. Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang dapat
diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula
sesuatu rangkaian tata laksana yang dilaksanakan ataupun hasil yang
dicapai. Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah
perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat. sasaran pendidikan kesehatan dapat dilakukan
diberbagai kalangan diantaranya individu, umum, dan kelompok
masyarakat.
2. Dalam pendidikan kesehatan ada beberapa istilah yang digunakan
antara lain, penerangan kesehatan, penyuluhan kesehatan,
komunikasi informasi dan edukasi (KIE), dan juga promosi
kesehatan. Promosi kesehatan dibagi menjadi dua diantaranya masa
sebelum sakit dan pada masa sakit. Adapun usaha-usaha yang
dilakukan pada masa sebelum sakit yakni promosi kesehatan,
perlindungan khusus. Dan ada juga usaha-usaha yang dilakukan pada
masa sakit yakni diagnosis dini dan pengobatan segera, pembatasan
kecacatan dan rehabilitasi.
3. Pentingnya dalam pembelajaran pendidikan kesehatan antara lain (a).
pencapaian perubahan perilaku secara individu, keluarga dan
masyarakat dalam memelihara perilaku sehat dan lingkungan
sehat, (b). Terciptanya fisik, mental dan sosia yang sehat.

18
4. Adapun ilmu-ilmu bantu dalam pendidikan kesehatan dapat
disebutkan sebagai berikut psikologi, antropologi, sosiologi,
komunikasi dan sebagainya.
5. Prinsip pendidikan kesehatan adalah kumpulan pengalaman
dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi sikap dan
kebiasaan sasaran pndidikan, dapat mengubah kebiasaan dan tingkah
lakunya menjadi baik.
6. Peran pndidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor
perilaku sehingga perilaku individu atau kelompok atau
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
7. Tempat-tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan bisa dilakukan
diberbagai tempat antara lain sekolah, keluarga, instansi
kesehatan tempat-tempat kerja dan juga tempat umum.
8. Manusia dan perilakunya, manusia adalah makhluk tuhan yang
paling sempurna diantara makhluk hidup lainnya karena manusia
memiliki perilaku yang berbeda diantara makhluk hidup lainnya.
9. Perilaku dari pandangan psikologi sebagai dasar ilmu perilaku telah
mengalami beberapa perubahan yang mendasar atau dapat dikatakan
suatu revolusi, yakni mnculnya aliran-aliran psikologi.

3.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan oleh penulis berdasarkan pembahasan di atas


adalah diharapkan kepada individu, keluarga, maupun masyarakat
untuk lebih memperhatikan tentang pendidikan kesehatan agar
tercipta kesadaran tentang betapa pentingnya pendidikan kesehatan
sebagai penunjang taraf hidup yang lebih tinggi dan meningkatkan kesejah
teraan masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Azrul, A 1983. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Sastra Hudaya.

Departemen Kesehatan, RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia.

Depkes, RI. 2000. Buku Panduan Strategi Promosi Kesehatan di Indonesia.

Jakarta: Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat.

Dewi, FST. 2001. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.

Greene, Edward. 1941. Measurment of Human Behaviour. New York: The Odyssey
Press.

Izzatul, J. 2015. Perilaku Masyarakat terhadap Kesehatan. https://prezi.com. (diakses


pada tanggal 10 Oktober 2019)

Notoadmojo, S. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Yogyakarta: Andi Offset.

Notoadmojo, S. Solita Sarwono. 2003. Pendidikan Keseheatan dan Perilaku Keseheatan,


Jakarta: Rineka.

Nurfaridah, D. 2011. Perilaku Kesehatan. https://blogspot.com. (diaskes pada tanggal


10 Oktober 2019)

Senduk, M. 2017. Edukasi Kesehatan dan Perilaku. https://kompasiana.com. (diakses


pada tanggal 10 Oktober 2019)

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai