Abstract
Student movement is a part of history in Indonesia that always active to take a part of every
change period. They called as an agent of change. However, there is not enough data, principally
ideology, to explain the attribute. This article tries to investigate ideology of student movement,
especially Islamic student movement in Indonesia. Among them are: Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Dipo, HMI MPO, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) and Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). The article also
explored their political expression
Keywords: ideologi, teologi, politik, gerakan, mahasiswa Islam
Pendahuluan
Keberadaan gerakan mahasiswa dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa
dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan mereka menjadi salah satu kekuatan yang
selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group) terutama pengambil
kebijakan, yakni negara. Diantara elemen-elemen gerakan mahasiswa yang memiliki pengaruh
signifikan adalah gerakan mahasiswa Islam. Mereka adalah organisasi massa (ormas) mahasiswa
yang memiliki basis konstituen yang jelas dan massa pendukung yang besar seperti Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Dipo, HMI MPO, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI).
Pada sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa mengalami polarisasi dalam
entitas dan kelompok-kelompok tertentu yang berbeda, bahkan acapkali bertentangan satu sama
lain. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang melingkupinya, seperti perbedaan ideologi,
strategi dan lainnya.
Dalam konteks ini, upaya memahami ideologi gerakan mahasiswa merupakan hal yang
sangat penting. Apabila ditelisik, persoalan ideologi merupakan pusat kajian ilmu sosial. [i][1]
Namun hingga kini, kajian tentang ideologi khususnya dalam ranah ilmu-ilmu sosial sangat
minim. Apalagi ideologi dalam konsteks gerakan mahasiswa. Maka, permasalahan yang akan
dikaji selanjutnya adalah apa dan bagaimanakah ideologi gerakan mahasiswa Islam di Indonesia?
Disamping itu ada dua bentuk sumber daya yang dimiliki mahasiswa dan dijadikan energi
pendorong gerakan mereka. Pertama, ialah Ilmu pengetahuan yang diperoleh baik melalui
mimbar akademis atau melalui kelompok-kelompok diskusi dan kajian. Kedua, sikap idealisme
yang lazim menjadi ciri khas mahasiswa [6]. Kedua potensi sumber daya tersebut „digodok‟ tidak
hanya melalui kegiatan akademis didalam kampus, tetapi juga lewat organisasi-organisasi ekstra
universitas yang banyak terdapat di hampir semua perguruan tinggi.
Di Indonesia terdapat lima organisasi mahasiswa ekstra universitas atau sering dinamakan
ormas mahasiswa, yang cukup menonjol, yaitu HMI Dipo (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII
(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), HMI MPO
(Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi) dan KAMMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia). Kesemuanya menarik untuk dikaji karena sama-sama membawa
label Islam sebagai identitas organisasinya, namun memiliki corak wacana dan strategi perjuangan
yang khas. Berikut sekilas perjalanan dari ormas mahasiswa Islam tersebut:
Kesimpulan
Pemahaman terhadap teologi sebagai landasan filosofis berpengaruh pada tindakan
politik sebagaimana tesis sosiologi pengetahuan, bahwa ada kaitan antara fikiran dan tindakan.
Selanjutnya, ideologi yang dianut oleh gerakan mahasiswa Islam ini terungkap dan diwujudkan
lebih jelas pada ekspresi politik.
Gerakan mahasiswa Islam sebagai realitas sosial merupakan replika atau miniatur dari
kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya. Polarisasi dan friksi yang terjadi pada ormas Islam
ternyata memiliki akar kesejarahan yang cukup panjang. Sampai saat ini, tipologi Clifford Geertz
tentang santri, priyayi dan abangan masih kental pada masyarakat sekarang.
Ideologi gerakan mahasiswa Islam pada dasarnya adalah Islam. Namun dalam
perkembangan selanjutnya mengalami metamorfose seiring dengan perkembangan jaman.
Dengan memahami ideologi mereka, kita dapat membaca atau menganalisa akan ke mana mereka
selanjutnya.
Perbedaan merupakan sunatullah. Perbedaan yang tercermin pada ekspresi politik aliran
tidak perlu di permasalahkan dan menjadi sumber konflik. Yang lebih penting adalah bagaimana
seluruh umat menyadari dan memahami kenyataan bahwa perbedaan juga memperkaya sekaligus
rahmat yang harus dijaga. Dengan perbedaanlah akan tumbuh otensitas keimanan dalam hidup
bermasyarakat karena benturan-benturan atau konflik yang terjadi dan upaya menyelesaikannya
akan mendewasakan sekaligus menjadi pengalaman yang berharga. Wallahu a’lam.
Oleh : Imam Cahyono
Lahir di Pati, 17 Januari 1979, tercatat sebagai mahasiswa sosiologi semester akhir FISIP
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Saat ini masih aktif sebagai editor Jurnal Interaksi
Sosiologi Fisip Unsoed, beberapa forum diskusi dan majlis taklim. Pengalaman organisasi yang
pernah digeluti antara lain sebagai Ketua Bidang Hikmah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM), Pemimpin Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Sketsa Universitas Jenderal
Soedirman, dan koordinator Forum Kajian Islam Strategis, Purwokerto. Sekarang bekerja
sebagai koresponden dan penulis lepas di beberapa media massa. Tinggal di Jl Baturaden Gg G
Muria no 30 RT 01/3 Pabuwaran, Purwokerto 53124. HP: 0815 500 7410.
Email: cahyo_fajar@yahoo.com
DAFTAR PUSTAKA
Kleden, Ignas, 1988. Rencana Monografi: Paham Kebudayaan Clifford Geertz. Jakarta: LP3ES.
Karim, M Rusli, 1997, HMI MPO dalam Kemelut Modernisasi Politik di Indonesia, Bandung: Mizan.
-------------, 1999. Negara dan Peminggiran Islam Politik: Suatu Kajian Mengenai Implikasi Kebijaksanaan
Pembangunan Bagi Keberadaan Islam Politik di Indonesia era 1970-an dan 1980-an. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Larrain, Jorge, 1996. Konsep Ideologi. Yogyakarta: LKPSM.
Latif, Yudi, 1999. Masa Lalu Yang Membunuh Masa Depan. Bandung: Mizan.
Mannheim, Karl, 1993. Ideologi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik. Yogyakarta: Kanisius.
Nuswantoro, 2001. Daniel Bell, Matinya Ideologi. Magelang: Indonesia Tera.
Rahmat, Andi dan Muhammad Najib, 2001. Perlawanan dari Masjid Kampus. Surakarta: Purimedia.
Salim HS, Hairus, dan Muhammad Ridwan, 1999. Kultur Hibrida: Anak Muda NU di Jalur Kultural.
Yogyakarta: LKiS.
Sanit. Arbi, 1999. Pergolakan Melawan Kekuasaan Gerakan Mahasiswa Antara Aksi Moral dan Politik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Simon, Roger, 1999, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suseno, Franz Magnis, 1992, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius.
Surur, Bahrus, 2001, Teologi Amal Saleh: Membongkar Logika Sosial Pada Nalar Kalam
Muhammadiyah, Jurnal INOVASI, No. 3 Th. X/2001.
Ul Haq, Fajar Riza, 2001, Neo Modernisme Islam Berwawasan Praksis Liberatif (Dari Teologi Inklusif
Menuju Teologi Pluralis), Jurnal Shabran, edisi 2 Vol. XV, 2001