Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera sempurna, yang lengkap


meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, bukan semata- mata bebas dari
penyakit atau kelemahan. Sedangkan sehat merupakan keadaan dimana seseorang
tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan
(Mubarak, dkk, 2011).

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas


(potter&perry,2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam
Nugroho (2012) menyatakan yang disebut lansia adalah usia 60 tahun. Lanjut usia
tau yang sering disebut dengan lansia. Merupakan bagian dari proses tumbuh
kembang (azizah,2011). Lanjut usia adalah keadaan atau kondisi yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress
fisiologi (effendi, 2009).

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan


tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasa disertai
juga dengan gangguan metabolisme lemak dan protein ( Askandar, 2000).

Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I
(insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-
dependent diabetes mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan
hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa
yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak ditemukan dan
meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia (Maulana, 2009).

1
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan gerontk dengan


Diabetes Melitus.

2. Tujuan Khusus

a). Dapat melakukan pengkajian keperawatan gerontik dengan Diabetes


Melitus.

b). Dapat merumuskan diagnosa keperawatan gerontik dengan Diabetes


Melitus.

c). Dapat merumuskan intervensi keperawatan gerontik dengan Diabetes


Melitus.

d). Dapat melaksanakan tindakan keperawatan gerontik dengan Diabetes


Melitus.

e). Dapat melakukan evaluasi keperawatan gerontik dengan Diabetes Melitus.

C. Studi Literature

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriotif
berbentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

1. Studi dokumentasi
Mempelajari data – data staus kesehatan klien dengan catatan catatan yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan secara langsung dan spesisik mengkaji keadaan umum klien
secara menyeluruh melalui metode head to toe dengan inspeksi, palpaso,
perkusi, auskultasi, untuk mendapatkan data mengenai keadaan klien sehingga
dapat menentukan diagnosa dan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
klien
3. Observasi
Pengumpulan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung dengan cara
berkunjung ke keluarga yang menjadi subjek asuhan keperawatan

2
4. Wawancara dan pastisifasi aktif
Merupakan kegiatan aktif penuliss melakukan langsung asuhan keperawatan
dengan menanyakan data yang diperlukan pada klien, keluarga dan tenaga
kesehatan yang terkait
5. Studi perpustakaan
Merupakan kegiatan untuk gambaran singkat mengenai isi dari makalah ini,
maka penuliss akan meenguraikan secara singkat mengenai sistematika
penulisan sebagai berikut.

D. Sistematika Penulisan

1. BAB I : PENDAHULUAN berisi latar belakang, tujuan penulisan, studi literature,


sistematika penulisan yang digunakan dalam askep ini

2. BAB II : TINJAUAN TEORITIS berisi konsep penyakit , konsep geronik dan konsep
asuhan keperawatan gerontik sesuai dengan penyakit Diabetes Melitus

3. BAB III : KASUS DAN PEMBAHASAN berisi kasus mengenai askep gerontik tentang
Diabetesas Melitus dari mulai pengkajian sampai evaluasi.

4. BAB IV : PENUTUP berisi kesimpulan dan saran

5. DAFTAR PUSTAKA berisi referensi buku yang diambil

6. LAMPIRAN berisi hal-hal yang mendukung dan melengkapi asuhan keperawatan


gerontik ini.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

3
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan


tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasa disertai juga
dengan gangguan metabolisme lemak dan protein ( Askandar, 2000).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan


hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati.

2. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin. Tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting
pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM
yaitu:
a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
sel beta melepas insulin.
b. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel
beta oleh virus.
d. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaaringan
terhadap insulin akibat kutrangnya reseptor insulin yang terdapat pada
meembran sel yang responsir terhadap insulin.
e. Virus Dan Bakteri
Virus Penyebab Dm adalaah Ru bela, Mumps, Dan Human Coxsackievirus
B4. Melalui Mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkaan destruksi atau perusakan sel dan bisa juga menyerang
melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel
beta.

4
f. DM tipe 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)Pada tipe ini insulin
tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan timbulnya reaksi autoimun oleh
karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Kecenderungan ini
ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen).
g. DM tipe 2 : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) Mekanisme
yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM tipe 11
masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas,
riwayat keluarga, usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65
tahun(Suddarth, 2002)
h. DM tipe spesifik lainAwitan selama kehamilan, disebabkan oleh hormon yang
diekskresikan plasenta dan mengganggu kerja insulin(Smeltzer, 2002)

3. Manifistasi Klinis
a. Poliuri ( Sering BAK)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit.
b. Polidipsi ( Sering Minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri.
c. Polipagi ( Banyak Makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel sel mengalami lapar.
d. Berat Badan Menurun
e. Lemas
f. Lelah
g. Tenaga kurang
h. Penglihatan kabur

4. Patofisiologi

Bermacam-macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda-beda, akhirnya akan


mengarah kepada defisiensiinsulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin,
menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru
(glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian
terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam
plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun
serta pH serum menurun yang menyebabkan asidosis. Defisiensi insulin menyebabkan

5
penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam plasma
tinggi (Hiperglikemia).
Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul
Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi
dehidrasi.Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga
menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi).

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
d. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
e. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
f. Urine: gula dan aseton positif

6. Penatalaksanaan
1. Diet Syarat diet DM hendaknya dapat :
a.Memperbaiki kesehatan umum penderita
b.Mengarahkan pada berat badan normal
c.Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d.Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e.Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a.Jumlah sesuai kebutuhan
b.Jadwal diet ketat
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a.Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya.
b.Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore

6
c.Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
d.Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet,
poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4.Obat

B. Konsep Dasar Gerontik


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008:32).

Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan
serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat,
bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan) (Maryam dkk, 2008:31).
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat
mencapai usia tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan
keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat
menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia
(Maryam dkk, 2008:32).
1. PROSES MENUA
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Ini
merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009:13).
Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya

7
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui
tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja,
dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun
psikologis (Padila, 2013:6).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila,
2013:6).
2. BATASAN LANJUT USIA
a. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia
meliputi
1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.
c. Menurut Bee (1996) dalam padila (2013), bahwa tahapan masa dewasa
adalah sebagai berikut :
1) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
2) Masa dewasa awal (usia 26-40 taahun
3) Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun)
4) Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)
5) Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)
2. CIRI-CIRI LANSIA
a. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian
datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi
yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,
maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat

8
yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga
lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan
karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan
peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan
lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap lansia
membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia
yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan
keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan
memiliki harga diri yang rendah.

3. PERKEMBANGAN LANSIA
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia
di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua (tahap Masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan

9
teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik.
4. PERMASALAHAN LANSIA DI INDONESIA

Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan


diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari
80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia
adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia
dibandingkan bayi atau balita. Sedangkan sebaran penduduk lansia pada
tahun 2010, Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan
yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan
yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan.
Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar
28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di perkotaan lebih
besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di
perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%). Kecenderungan meningkatnya
lansia yang tinggal di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa tidak banyak
perbedaan antara rural dan urban. Kebijakan pemerintah terhadap
kesejahteraan lansia menurut UU Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998)
pasa 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga
negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial
yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Pada ayat 2
disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia
potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut Usia Potensial
adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak
Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Bagi Lanjut Usia Tidak potensial
(ayat 7) pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial
sebagai kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati
taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan

10
bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya
perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat
mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Lanjut usia mengalami
masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran selsel tubuh,
sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap
penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia
adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-
lain. Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain
hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis,
dsb. Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka kesakitan pada
lansia tahun 2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari setiap 100 orang
lansia di daerah perkotaan 24 orang mengalami sakit. Di pedesaan didapatkan
28,62% artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28 orang mengalami sakit.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan melalui
penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ramah bag lansia bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia supaya lebih berkualitas dan
berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. Upaya yang dikembangkan untuk
mendukung kebijakan tersebut antara lain pada pelayanan kesehatan dasar
dengan pendekatan Pelayanan Santun Lansia, meningkatkan upaya rujukan
kesehatan melalui pengembangan Poliklinik Geriatri Terpadu di Rumah Sakit,
dan menyediakan sarana dan prasarana yang ramah bagi lansia.Kesadaran
setiap lansia untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan hari tua dengan sebaik
dan sedini mungkin merupakan hal yang sangat penting.

Semua pelayanan kesehatan harus didasarkan pada konsep pendekatan


siklus hidup dengan tujuan jangka panjang, yaitu sehat sampai memasuki lanjut
usia. Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam
kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan
tersebut diantaranya yaitu :

a. Masalah fisik Masalahyang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang
cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang
mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga
seringsakit.

11
b. Masalah kognitif ( intelektual ) Masalah yang hadapi lansia terkait dengan
perkembangan kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu
hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.

c. Masalah emosional Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan


emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat,
sehingga tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar.
Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai
dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang
kurang terpenuhi.

d. Masalah spiritual Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan


spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat
yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota
keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika
menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

6. Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut (Maryam, 2008:55) :


a. Sel : Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
intraseluler menurun.
a. Kardiovaskuler: Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah
menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah
menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga
tekanan darah meningkat (Maryam, 2008:55).
b. Respirasi: Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli
melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus (Maryam, 2008:55).
c. Persarafan: Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan
denganstress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga
menyebabkan kurangnya respon motorik dan reflek.
d. Muskuloskeletal: Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk,
persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan
mengalami sklerosis (Maryam, 2008:56).
e. Gastrointestinal: Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun
dan peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran

12
lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan (Maryam, 2008:56).
f. Pendengaran: Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan (Maryam, 2008:56).
g. Penglihatan: Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
h. Kulit: Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan
telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih
(uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh
berlebihan seperti tanduk (Maryam, 2008:57).

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1. Identitas pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, Alamat, Nomor registrasi
1. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang diabetes mellitus
b. Penggunaan obat yang memicu diabetes mellitus
2. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
3. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Factor-faktor stress multiple, (hubungan,keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan)
4. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencangkup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolestrol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur) gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori
b. Mual, muntah
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun)
5. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri coroner / keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
d. Nyeri abdomen

13
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU Lansia

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny. C
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Janda (suami meninggal)
Alamat : Naluk RT 01 RW 06 Cimalaka
Sumedang
Orang terdekat yang dihubungi : Anak

B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan
Apabila pasangan telah meninggal,
Tahun meninggal : 1998
Penyebab kematian : Stroke
2. Anak –anak
Apabila anak-anak masih hidup,
1. Tn. Agus : Sumedang kota
2. Tn. Adang : Naluk
3. Tn. Dedi : Sumedang kota
4. Tn. Rohendar : Purwakarta
5. Ny. Teti : Jakarta
Apabila anak-anak sudah meninggal,
Nama : Tn. B
Tahun meninggal : 1991

14
Penyebab kematian : Kecelakaan kerja
Nama : Tn.A
Tahun meninggal : 1960
Penyebab kematian : Jatuh ke sumur

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Tidak bekerja
3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Dari gaji pensiunan suami
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
1. Tipe tempat tinggal : Permanen
2. Jumlah kamar : 3 kamar
3. Jumlah tingkat : 2 Tingkat
4. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 6 Orang
5. Derajat privasi : Terbuka
6. Tetangga terdekat :Kanan Tn.I, Kiri Tn.A, Depan Ny. N,
Belakang Tn. A
E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Tidak ada
2. Keanggotaan kelompok : Pengajian
3. Liburan/perjalanan : Berkunjung ke anak

F. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN


1. Dokter : Tidak
2. Rumah sakit : Pakuwon
3. Klinik : Dano
4. Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak

G. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Penyakit
a. Penyakit yang diderita 1 tahun terakhir : Diabetes Mellitus sejak tahun 2015
b. Penyakit yang diderita saat ini : Diabetes Mellitus
2. Keluhan
a. Keluhan yang dialami 1 tahun terakhir : Sering BAK, selalu lapar dan haus

15
b. Keluhan saat ini : tidak ada
H. POLA KEBIASAAN SETIAN HARI
1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3x/hari

b. Nafsu makan : Baik

c. Jenis makanan : Nasi dan lauk pauk

d. Kebiasaan sebelum makan : Berdoa dan cuci tangan

e. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada

f. Alergi terhadap makanan : Tidak ada

g. Pantangan makanan : Pembatasan Glukosa

h. Keluhan yang berhubungan dengan makan : jika makan terlalu banyak yang
mengandung gula klien mengeluh suka takut kadar gula dalam darahnya naik

2. Eliminasi
a. BAK
 Frekuensi dan waktu : 7-8 kali perhari, waktunya tidak menentu
 Kebiasaan BAK pada malam hari : ya
 Keluhan yang berhubungan dengan BAK : klien mengatakan sering BAK
b. BAB
 Frekuensi dan waktu : 1 kali dalam sehari, pada pagi hari
 Konsistensi : lunak
 Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada
 Pengalaman memakai Laxantif/pencahar : Tidak ada
a. Mandi
 Frekuesi dan waktu mandi : 3x/hari, pukul 04.00, 12.00 dan 16.00
 Pemakaian sabun ( ya/tidak ) : ya
b. Oral hygiene
 Frekuensi dan gosok gigi : 3x/hari, pukul 04.00,12.00 dan 16.00
 Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci rambut
 Frekuensi : 2 hari sekali
 Penggunaan shampoo ( ya/tidak ) : ya
d. Kuku dan tangan

16
 Frekuensi gunting kuku : Satu bulan 2x
 Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : ya
4. Istirahat dan Tidur
 Lama tidur malam : ± 5 jam
 Tidur Siang : ± 1 jam

 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Terbangun malam hari


5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a. Olahraga : tidak ada
b. Nonton TV : Setiap sore
c. Berkebun/memasak : Memasak kadang
6. Kebiasaan mempengaruhi kesehatan
a. Merokok : tidak
b. Minuman keras : tidak
c. ketergantungan terhadap obat : tidak

7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari


Jenis Kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan
1. Memasak 30 menit
2. Bersih-bersih rumah 15 menit
3. Cuci baju 45 menit
4. Cuci piring 10 menit
5. Tidur siang ± 1 jam

I. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Sering BAK, badan lemas dan pusing
b. Gejala yang dirasakan : Jika beraktivitas klien mengatakan lemas
c. Factor pencetus : klien mengatakan terlalu banyak mengonsumsi makanan yang
mengandung gula
d. Timbul keluhan : Bartahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : klien mengatakan saat 4 tahun yang lalu (2015)
f. Upaya mengatasi
 Pergi ke RS/klinik pengobatan : klien mengatakan langsung ke klinik

17
 Pergi kebidan atau perawat : klien mengatakan tidak pernah
 Mengonsumsi obat-obatan sendiri : Ya
 Mengonsumsi obat-obatan tradisional: klien mengatakan tidak pernah

J. RIWAYAT KELUARGA
1. Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi, saudara
kandung, pasangan, anak-anak)

Keterangan :

: Perempuan

: perempuan meninggal

: Pasien

:Laki-laki

:Laki-laki meninggal

: Tinggal serumah

2.Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga

18
klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang sama
ataupun penyakit yang lain.

K. TINJAUAN SISTEM
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 130/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5 C
RR : 20 x/menit
3. Penilaian umum Kelelahan : tidak
Perubahan BB satu tahun yang lalu : ya
Perubahan nafsu makan : ya
Demam : tidak
Keringat malam : tidak
Kesulitan tidur : tidak
Sering pilek, infeksi : tidak
Penialaian diri terhadap seluruh status kesehatan : ya
Kemampuan melakukan ADL : ya
4. Integumen
Lesi/luka : tidak
Pruritus : tidak
Perubahan pigmentasi : tidak
Perubahan tekstur : tidak
Perubahan rambut : tidak
Perubahan kuku : tidak
5. Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal : tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : tidak
Anemia : tidak
Riwayat transfusi darah : tidak
6. Kepala
Sakit kepala : tidak
Trauma : tidak

19
Pusing : tidak
Gatal pada kulit kepala : tidak
7. Mata
Perubahan penglihatan : ya
Kacamata/lensa kontak : ya
Nyeri : tidak
Pandangan kabur : ya
Fotofobia : tidak
Skotomata : tidak
Riwayat infeksi : tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir :
Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir :
Dampak pada penampilan ADL :
8. Telinga
Perubahan pendengaran : ya
Vertigo : tidak
Sensitivitas pendengaran : ya
Riwayat infeksi : tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir :
Kebiasaan perawatan telinga : membersihkan telinga
Dampak pada penampilan ADL : tidak ada
9. Hidung dan sinus
Nyeri pada sinus : tidak
Alergi : tidak
Riwayat infeksi : tidak
Penilaian diri pada kemampuan olfaktori : tidak
10. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : tidak
Lesi/ulkus : tidak
Kesulitan menelan : tidak
Perdarahan gusi : tidak
Karies : tidak
Riwayat infeksi : tidak
Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir :

20
Pola menggosok gigi : teratur
Pola flossing : ya
Masalah dan kebiasaan membersihkan : tidak ada masalah
Gigi palsu : tidak
11. Leher
Kekakuan : tidak
Nyeri/nyeri tekan : tidak
Benjolan/ massa : tidak
Keterbatasan gerak : tidak
12. Payudara
Benjolan/ massa : tidak
Nyeri/nyeri tekan : tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir : tidak
13. Pernafasan
Batuk : tidak
Sesak nafas : tidak
Sputum : tidak
Asma/alergi pernafasan : tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir :
14. Kardiovaskular
Ditensi vena jugularis : tidak
Sesak nafas : tidak
Dispnea nocturnal paroksimal : tidak
Murmur : tidak
Edema : tidak
Varises : tidak
15. Gastrointestinal
Mual/muntah : tidak
Perubahan nafsu makan : ya
Intoleransi makanan : tidak
Nyeri : tidak
Benjolan/massa : tidak
Perubahan kebiasaan defekasi : tidak
Diare : tidak

21
Konstipasi : tidak
Hemoroid : tidak
Perdarahan rektum : tidak
Pola defekasi biasanya : tidak
16. Riwayat menopouse pada usia 50 tahun
17. Muskuloskeletal
Nyeri persendian : ya
Kekakuan : tidak
Pembengkakan sendi : tidak
Deformitas : tidak
Spasme : tidak
Kelemahan otot : tidak
Masalah cara berjalan : tidak
Nyeri punggung : tidak
Kekuatan otot : 4 dapat bergerak normal

TES KOORDINASI/KESEIMBANGAN

No. Aspek penilaian Keterangan Nilai


1 Berdiri dengan postur normal Sedikit bantuan (untuk 3
keseimbangan)
2 Berdiri dengan postur normal (dengan mata tertutup) Klien daapat melakukan 4
aktivitas dengan lengkap
3 Berdiri dengan satu kaki Kanan : degan bantuan 2
sedang-maksimal
Kiri : dengan bantuan
sedang-maksimal 2
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral Klien untuk melakukan 3
Sedikit bantuan (untuk
keseimbangan)
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk Klien dapat melakukan 4
aktivitas dengan lengkap
6 Berjalan, tempatkan salah satu tumit di depan jari Klien untuk melakukan 3
kaki yang lain sedikit bantuan (untuk
keseimbangan)
7 Berjalan sepanjang garis lurus Klien dapat melakukan 4

22
aktivitas dengan lengkap
8 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai klien dapat melakukan 4
aktivitas dengan lengkap
9 Berjalan mundur Klien dapat melakukan 4
aktivitas dengan lengkap
10 Berjalan mengikuti lingkaran Klien dapat melakukan 4
aktivitas dengan legkap
11 Berjalan dengan tumit Klien dapat melakukan 4
aktivitas dengan lengkap
12 Berjalan dengan ujung kaki Kllien dapat melakukan 4
aktivitas dengan lengkap
JUMLAH Sedikit bantuan (untuk 40
keseimbangan)

Kriteria penilaian
4 : melakukan aktifitas dg lengkap
3 : sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
2 : dengan bantuan sedang – maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktivitas

Keterangan :
42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap
28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal
< 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas

L. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : Tidak
2. Stabilitas emosi : Stabil
Jelaskan :Pada saat dikaji ekspresi klien sesuai dengan
stimulus emosi tetap stabil
3. Permasalahan Emosional :Klien mengatakan tidak merasa gelisa, tidak
merasa murung, atau menangis dan tidak merasa
was-was atau khaatir
4. Insomnia : tidak
5. Gugup : tidak

23
6. Takut : tidak
7. Stres : tidak
8. Mekanisme koping yang biasa digunakan : Berbicara dengan orang lain
9. Pola respon seksual : tidak ada masalah

M. STATUS FUNGSIONAL
INDEK BARTHEL

No Jenis aktivitas Nilai Penilaian


Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15
15
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, dll 0 5 5
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 15
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 100

Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

N. STATUS KOGNITIF
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTSIONNAIRE (SPMSQ)

Benar Salah Nomor Pertanyaan


 1 Tanggal berapa hari ini?

 2 Hari apa sekarang?

24
 3 Apa nama tempat ini?

 4 Di mana alamat Anda?

 5 Kapan Anda lahir?

 6 Berapa umur Anda?

 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

 9 Siapa nama ibu Anda?

 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3

Jumlah Jumlah 0 Jumlah

Keterangan :
a. Salah 0 – 3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5: kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8: kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10: kerusakan intelektual berat
MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE)

ITEM TES NILAI MAX NILAI

ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), 5 5
(lantai/kamar) 5 5

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, pasien
disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan 3 3
catat jumlah pengulangan

25
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar. Hentikan
setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “DUNIA” (nilai 5 5
diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalaahn; misalnya “aiund”=3

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5 Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3 3

BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) 2 2
Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila”
7 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan tangan Anda, 1 1
8 lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di lantai” 3 3
Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata Anda”
9 Klien disuruh menulis dengan spontan 1 1
Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini
10 1 1
11 1 1

TOTAL 30 30

Keterangan :
a. Nilai 24-30 = normal
b. Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
c. Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat

O. ANALISA DATA

Tgl Data Masalah Etiologi

26
11 DS : Kelelahan b.dDM Tipe II
November  Klien mengatakan jika beraktivitaspenurunan produksi
2019 gampang sekali lelah energi metabolic
Penurunan
DO :
sensitivitas reseptor
 klien terlihat kelelahan
insulin
 TTV : N : 100x/menit

insulin tidak adekuat

penurunan glukosa
dalam sel

produksi energy
menurun

Kelemahan

12 DS : Gangguan pemenuhanfoktor pencetus


November  klien mengatakan ketika tidur sering kebutuhan istirahat
2019 terbangun karena ingin BAK tidur b.d polyuria pada
kerusakan sel B
 klien mengatakan BAK 7-8x/hari malam hari
pada pancreas
DO :
 klien terlihat sering BAK pada saat
dilakukan pertemuan defisiensi insulin

hiperglikemia

glukosuria

27
diuresis osmosis

polyuria

tidur terganggu

gangguan
pemenuhan
kebutuhan tidur

Q. SKORING MASALAH
1. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolic

No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah Klien mengatakan jika
a. Aktual (Tidak/kurang 3 beraktivitas gampang
sehat) 1 2/3x1=1 1/2 lelah
1.
b. Ancaman Kesehatan 2
c. Keadaan Sejahtera 1

Kemungkinan masalah Masalah hanya


dapat diubah dengan sebagian di ubah
a. Mudah 2 1/2x2=4 dengan keinginan klien
2.
b. Sebagian 1 2 untuk mencapai
c. Tidak dapat 0 kesehatan

Potensi masalah untuk Karena dapat dicegah


dicegah dengan memberikan
3. a. Tinggi 3 1 2/3x1=1 1/2 aktivitas alternativ
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1/2x1=2 Karena penurunan

28
a. Masalah berat dan harus 2 kondisi dan takut terjadi
segera ditangani penyebran maka

b. Ada masalah tapi tidak 1 segera diatasi

perlu segera ditangani 1

c. Masalah tidak dirasakan


0
JUMLAH 9

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b.d polyuria pada malam


hari
No. Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah Klien sering terbangun
a. Aktual (Tidak/kurang 3 pada malam hari
sehat) 1 3/3x1=1
1.
b. Ancaman Kesehatan 2
c. Keadaan Sejahtera 1

Kemungkinan masalah Masalah hanya


dapat diubah dengan sebagian di ubah
a. Mudah 2 1/2x2=4 dengan keinginan klien
2.
b. Sebagian 1 2 untuk mencapai
c. Tidak dapat 0 kesehatan

Potensi masalah untuk Keinginan klien utuk


dicegah tidak terbangun pada
3. a. Tinggi 3 1 3/3x1=1 malam hari untuk BAK
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 2/2x1=1 Klien menyadari
a. Masalah berat dan 2 masalah dan ingin
harus segera ditangani segera menangani agar
b. Ada masalah tapi tidak 1 kesehatan data cepat
perlu segera ditangani 1 tercapai
c. Masalah tidak
dirasakan 0

29
JUMLAH 7

R. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik
2. gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b.d poliuria pada malam hari

S. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Klien : Ny.C

N Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Implementasi


No Keperawatan
1 Kelelahan b.d Tupan : setelah 1.diskusikan dengan 12 Oktober 2019
penurunan dilakukan tindakn klien kebutuhan akan Jam 10.00
produksi energy keperawatan selama aktivitas 1.mendiskusikan dengan
metabolik pertemuan, 2.memberikan aktivitas pasien kebutuhan akan
diharapkan kelelahan alternative dengan aktivitas
dapat teratasi. periode itirahat yang 2.memberikan aktivitas
cukup alternative dengan periode
Tupen : setelah 3. pantau nadi, frekuensi istirahat yang cukup
dilakukan tindakn pernafasan dan tekanan 3.memantau
keperaatan selama darah sebelum/ sesudah nadi,frekuensi pernafasan
3x20 menit melakukan aktivitas dan tekanan darah
diharapkan masalah 4. tingkatkan partisipasi sebelum/sesudah
klien dapat teratasi klien dalam melakukan melakukan aktivitas.
dengan kriteria : aktivitas sehari-hari 4.meningkatkan partisipasi
- mengungkapkan sesuai toleransi. pasien dalam melakukan
peningkatan tingkat aktivitas sehari-hari sesuai
energy toleransi.

30
-menunjukan
perbaikan
kemampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktivtas yang
diinginkan

12 Oktober 2019
Tupan : setelah 1.anjurkan klien untuk Jam 10.30
dilakukan tindakan mengurangi minum 1.anjurkan klien untuk
2. Gangguan keperawatan selama paada malam hari mengurangi minum pada
pemenuhan 3x pertemuan, 2.anjurkan klien untuk malam hari
kebutuhan diharapkan masalah menyimpan pispot dekat 2. menganjurkan klien
istirahat tidur b.d klien dapat teratasi. tempat tidur untuk menyimpan pispot
polyuria pada 3.lakukan hal-hal yang dekat tempat tidur
malam hari Tupen : menjadi kebiasaan klien 3.menganjurkan
Setelah dilakukan sebelum tidur melakukan hal-hal yng
tindakan keperawatan 4.ciptakan tingkungan menjadi kebiasaan klien
selama 3x20 menit, yang tenang menjelang sebelum tidur
diharapkan masalah tidur malam 4.menciptakan lingkungn
klien dapat teratasi yang tenang menjelang
dengan kriteria hasil : tidur malam
-klien mengatakan
tidak kencing terus
pada malam hari
-klien mengatakan
tidurnya nyenyak

31
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl / Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda


Keperawatan Tangan
14 November 2019 1. Kelelahan b.d12 Oktober 2019 S : -klien
Pukul 10.00 WIB penurunan produksiJam 10.00 mengatakan tidak
energy metabolik 1.mendiskusikan denganbegitu lelah
pasien kebutuhan akanO : -klien terlihat
aktivitas tidak lelah
2.memberikan aktivitasTTV
alternative denganNadi : 80x/menit
periode istirahat yangA : masalahNenden
cukup teratasi Fitriani
3.memantau P : intervensi
nadi,frekuensi pernafasandihentikan.
dan tekanan darah
sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
4.meningkatkan
partisipasi pasien dalam
melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai
toleransi.

32
S : -Klien
1.anjurkan klien untukmengatakan
mengurangi minum padasudah membatasi
2. Gangguanmalam hari minum dimalam
pemenuhan kebutuhan2. menganjurkan klienhari
istirahat tidur b.duntuk menyimpan pispot-klien
polyuria pada malamdekat tempat tidur mengatakan
hari 3.menganjurkan semalam tidurnyaNenden
melakukan hal-hal yngsedikit nyenyak Fitriani
menjadi kebiasaan klienO : -klien terlihat
sebelum tidur tidak sering ingin
4.menciptakan lingkungnBAK
yang tenang menjelangTTV
tidur malam TD: 120/80
mmHg
S : 36.5
RR :19x/menit
A: Masalah
teratasi
P :Intervensi
dihentikan

33
34
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,


dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasa
disertai juga dengan gangguan metabolisme lemak dan protein ( Askandar, 2000).

Asuhan keperawatan Gerontik yang diberikan meliputi pengkajian,


penetapan diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan untuk diabetes melitus
mengimplementasikannya dan mengevaluasikannya.

B. Saran

Setelah Melakukan asuhan keperawatan gerontik pada klien Ny.C dengan


Diabetes Melitus penulis berharap agar pembaca dapat memperoleh ilmu
pengetahuan terkait asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit diabetes
Melitus.

Agar penulis lebih mempersiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan


tindakan dalam asuhan keperawatan dan memperluas pengetahuannya dan juga
hendaknya penulis tidak merasa puas dengan hasil yang di dapat karena supaya
penulis lebih banyak lagi mencari ilmu-ilmu lagi mengenai penyakit Diabetes Melitus
Dan bagi keluarga diharapkan dapat melanjutkan perawatan pada anggota keluarga
yang menderita penyakit Diabetes Melitus dengan melakukan perawatan di rumah.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurarif, Amin Huda, dkk.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Medication
2. Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. (2017). Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal-Bedah Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil
NOC. Jakarta: EGC.
3. Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cet 2.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. Setiawan, Ridwan. (2016). Teori & Praktek Keperawatan Keluarga. Semarang: Unnes
Press.
5. Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2
Jakarta : EGC
6. Amin, dan Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan
Nanda Nic Noc,Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
Jl. Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp. / Fax. (0261) 203084 /
205172

36
website : kd-sumedang.upi.edu | e-mail : upi.kdsumedang@gmail.com

NAMA PESERTA DIDIK : NENDEN FITRIANI


NIM : 1708244
HR/TGL :

FORMAT PENILAIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai Bobot


0 1 2 X
Nilai
A Tahap Pengkajian
1. Keterampilan Pengambilan Data 2
2 Validitas Data 2
3. Kelengkapan data kajian (Data Fokus) 2
B Tahap Diagnosa Keperawatan
4. Ketepatan Menganalisa Data 5
5. Ketepatan Rumusan Diagnosa Keperawatan 3
C Tahap Perencanaan
6. Kemampuan Penyusuanan prioritas diagnosa 3
Keperawatan
7. Ketepatan tujuan dan kriteria hasil 2
8. Relevansi rencana tindakan dengan diagnosa 5
keperawatan
D Tahap Pelaksanaan
9. Kemampuan mengelola pelaksanaan tindakan 2
10. Kemampuan kolaborasi dengan tim kesehatan 2
11. Kemampuan melibatkan peran serta klien dan 2
keluarga
12. Mendokumentasikan tindakan dengan benar 2
E Tahap Evaluasi
13. Kualitas Isi Perkembangan klien
a. Subjektif, objektif sesuai kriteria hasil 2

37
b. Ketajaman analisa evaluasi 2
c. Tindakan lanjut dan modifikasi 1
14. Validitas Proses Evaluasi 3
15. Penampllan klien setelah dirawat 2
F PENAMPILAN PENGELOLAAN
16. Inisiatif 2
17. Ketelitian Pengelolaan 2
18. Tanggung jawab Pengelolaan 2
19. Penampilan dan Sikap teruji 2
TOTAL SCORE 50

NILAI = Jumlah Bobot x Nilai

Pembimbing,
Nilai

( )

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
Jl. Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang 45353 Telp. / Fax. (0261)
203084 / 205172
website : kd-sumedang.upi.edu | e-mail : upi.kdsumedang@gmail.com

NAMA MHS : NENDEN FITRIANI


NIM : 1708244
HR/TGL :
TOPIK PEND KES :

FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

38
NO ASPEK YANG DINILAI BBT NILAI
A FASE PRE INTERAKSI (15%)
1. Mempersiapkan media dan materi dengan baik 10
2. Menyiapkan audien 5
A FASE ORIENTASI (15 %)

1. Mengucapkan salam 3
2. Melakukan kontrak waktu 5
3. Menjelaskan tujuan umum Pendidikan kesehatan 5
4. Menanyakan kesiapan audien 2
B. FASE KERJA (50%)

1. Validasi pengetahuan audien 10


2. Menjelaskan tujuan khusus 10
3. Menjelaskan materi pendidikan kesehatan 10
4. Penguasaan materi 10
5. Kejelasan penyampaian materi 10
C. FASE TERMINASI (10%)

1. Menyimpulkan informasi yang telah disampaikan 4


2. Mendorong diskusi pada audien 3
3. Melakukan evaluasi 3
D PENAMPILAN (10%)

1. Ketenangan 5
2. Penggunaan waktu dan interaksi dengan audien 5
TOTAL 100

Sumedang, ………………… 2018

Pembimbing

( )

39
KONTRAK BELAJAR

PRODI STUDI KEPERAWATAN

UPI KAMPUS SUMEDANG

KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Nenden Fitriani

Nim : 1708244

Nama Pembimbing : Acep Iman Super S.Kep, Ners


TUJUAN TUJUAN KHUSUS SUMBER HASIL YANG WAKTU
UMUM PEMBELAJARAN DIHARAPKAN

40
Setelah -Saya mampu Nurarif, Amin Dalam PBL, saya Untuk dapat mencapai
berakhirnya melakukan pengkajian Huda& Hardhi akan menunjukkan tujuan, saya
PBL pada pasien Diabetes Kusuma. (2015). kemampuan saya merencanakan waktu
Keperawatan Melitus Aplikasi Asuhan dalam sebgaia berikut :
Gerontik Keperawatan memberikan
-Saya mampu HARI I
mampu Berdasarkan asuhan
menganalisa data
memberikan Diagnosa Medis & keperawatan pada -Presentasi LP
yang didapat
asuhan NANDA NIC-NOC pasien dengan
-Menentukan pasien
keperawatan -Saya mampu Jilid. Jogyakarta: Diabetes Melitus
yang diharapkan
pada pasien menegakkan Mediaction melalui :
dengan diagnosa -Melaksanakan
-
Diabetes keperawatan pengkajian
Mempresentasikan
Melitus
-Saya mampu laporan -Menyusun NCP
meencanakan pendahuluan
HARI II
tindakan keperawatan kepada
sesuai dengan pembimbing -
diagnosa yang muncul Mengimplementasikan
-Mampu
tindakan keperawatan
-Saya mampu menyusun laporan
mengimplementasikan kasus -melakukan
tindakan keperawatan pendidikan kesehatan
-Dan lain-lain
-Saya mampu HARI III
mengevaluasi
-Melaksanakan
tindakan keperawatan
tindakan keperawatan
yang belum dilakukan

-Mengevaluasi
tindakan keperawatan
yang telah di lakukan

-Berdiskusi dengan
pembimbing
tentangasuhan
keperawatan

41
HARI IV

-Melakukan
perawatan pasien
kelolaan

-Responsi kasus

Tanda tangan mahasiswa : Tanggal :

Tanda tangan Pembimbing : Tanggal :

Disetujui/Tidak disetujui :

42

Anda mungkin juga menyukai