Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan Penurunan IMT (Indeks Massa Tubuh)

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya

hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi

insulin (Fatimah, 2015). International Diabetes Federation(IDF) menyebutkan bahwa

prevalensi DM di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab

kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus

didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2

adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus.

Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, menunjukan prevalensi DM di

Indonesia sampai 6,9% pada tahun 2013 dan meningkat sampai 8,5% pada tahun 2018.

Kejadian penyakit DM di Provinsi Riau mengalamai peningkatan dari 1,5% pada tahun

2013 meningkat menjadi 1,8% pada tahun 2018 jumlah ini sama dengan prevalensi

kejadian nasional (Riskesdas, 2018). Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2016)

menyebutkan bahwa angka kejadian DM sebanyak 15.233 kasus. Kasus baru sebanyak

1.136 dan estimasi penderita DM tahun 2017 untuk kasus baru diperkirakan akan

meningkat menjadi 6.128 kasus.

Meningkatnya prevalensi penderita DM akan mengakibatkan pasien mengalami

penurunan fungsi organ tubuh. Penderita DM biasanya mengeluhkan gejala khas seperti

banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak makan (polifagia), dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya (Riskesdas, 2018).
Pengukuran status gizi seseorang biasanya menggunakan alat ukur indeks massa tubuh

(IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau

status gizi orang, khusunya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi sedangkan berat

badan berlebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif (Depkes RI,

2000).

Batas Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Supariasa (2001) untuk kategori kurus

dengan berat badan tingkat berat IMT sebesar <17,0 kg/m2 dan untuk kurus dengan

kelebihan berat badan tingkat ringan IMT sebesar 17,0 – 18,4 kg/m2, untuk kategori

normal IMT sebesar 18,5 - 25,0 kg/m2 dan untuk kategori obesitas dengan berat badan

tingkat ringan IMT sebesar 25,1 – 27,0 kg/m2 sedangkan untuk obesitas berat badan

tingkat berat IMT sebesar >27,0 kg/m2.

Penderita DM pada umumnya megalami nafsu makan bertambah namun indeks

massa tubuh (IMT) turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) mudah lelah,

dan kesemutan. Penurunan IMT ini disebabkan oleh sel-sel sasaran insulin (jaringan

perifer) gagal atau tidak dapat merespon insulin secara normal hal ini biasa disebut

dengan “resisten insulin”, sehingga penderita DM mengalami penurunan IMT akibat dari

terjadinya gangguan sekresi insulin (Fatimah, 2015).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti “hubungan

lama menderita hipertensi dengan penurunan IMT (Indeks Massa Tubuh)”.

Anda mungkin juga menyukai