Anda di halaman 1dari 12

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data


penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, umumnya alat pengumpul data/instrumen
penelitian yang digunakan oleh peneliti dikembangkan dari jabaran variabel
penelitian yang dikembangkan dari teori-teori yang akan diuji melalui kegiatan
penelitian yang dikerjakan. Untuk itu sebelum instrumen penelitian yang
dikembangkan digunakan untuk mengumpulkan data pada obyek atau responden
yang sesungguhnya, hendaknya instrumen tersebut diuji validitas dan
reliabilitasnya. Pemahaman peneliti atas validitas dan reliabilitas instrumen
merupakan prasyarat mutlak bagi peneliti kuantitatif.

Berkaitan dengan instrumen penelitian kuantitatif terdapat tiga kemungkinan


instrumen penelitian yang dapat digunakan oleh peneliti, yakni

(1) peneliti menggunakan instrumen penelitian yang sudah baku, yakni instrumen
yang telah dikembangkan dan digunakan oleh lembaga atau peneliti sebelumnya,
dimana instrumen tersebut sudah teruji/ memenuhi persyaratan uji validitas dan
reliabilitasnya;

(2) peneliti memodifikasi instrumen penelitian yang sudah ada sebelumnya; dan
(3) peneliti mengembangkan sendiri instrumen yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian.

Untuk penggunaan instrument penelitian yang pertama, uji validitas dan


reliabilitas tidak perlu dilakukan, sedangkan untuk penggunaan instrumen
penelitian yang kedua dan ketiga perlu dilakukan uji coba instrument penelitian
untuk menentukan kelayakan instrumen ditinjau dari uji validitas dan
reliabilitasnya.

Untuk itu, pada subbab instrumen penelitian ini hal yang harus dikemukakan
adalah alasan pemilihan instrumen yang digunakan (hal ini sangat berkaitan
dengan bagian jabaran variabel penelitian yang tertuang dalam subbab ruang
lingkup penelitian di bab pendahuluan). Bagaimana proses mengembangkan
instrumennya (termasuk di dalamnya adalah bagaimana mengembangkan butir-
butir pernyataan atau pertanyaan, dan bagaimana teknik penskorannya). Proses
yang dituangkan dalam bagian ini seperti ketika pendidik mengembangkan
instrumen penilaian hasil belajar siswa.

Dalam penelitian kuantitatif, hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen


penelitian dapat memungkinkan adanya perubahan jumlah butir
peryataan/pertanyaan yang diuji. Hal ini dapat terjadi, jika ada butir-butir
pernyataan/pertanyaan yang diuji hasilnya tidak valid. Butir
pernyataan/pertanyaan yang terbukti tidak valid ini kemungkinannya adalah (1)
membuat butir pernyataan/pertanyaan pengganti untuk diuji coba lagi, atau (2)
menghapus butir pernyataan/pertanyaan tersebut dengan alasan masih ada butir
pernyataan/pertanyaan yang dapat digunakan untuk menggambarkan indikator
variabel penelitian yang mewakilinya (misalnya satu indikator dikembangkan
menjadi beberapa butir pernyataan/pertanyaan). Untuk itu, hasil pengujiannya
harus dilaporkan pada subbab ini (instrumen penelitian), bukan pada bab hasil
penelitian (bab IV); sebab uji validitas dan realibilitas dilakukan pada subyek uji
coba (bukan pada responden yang sesungguhnya), sehingga dilakukan sebelum
pengumpulan data penelitian dilakukan.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan penelitian dimana peneliti melakukan


kegiatan untuk menemui responden penelitian dan meminta mereka untuk mengisi
angket penelitian (jika menggunakan angket sebagai instrumen penelitian);
mengamati kegiatan (jika menggunakan pedoman pengamatan semacam daftar
cek); mencatat angka-angka atau kata-kata yang berkaitan dengan topik penelitian
(jika menggunakan pedoman dokumentasi); atau aktivitas lainnya yang relevan.
Untuk itu pada subbab ini yang perlu dikemukakan adalah bagaimana cara yang
akan dilakukan peneliti untuk mendapatkan data penelitian dan kapan kegiatan
pengumpulan data dilakukan.

Oleh karena pada pengumpulan data penelitian dalam pendekatan kuantitatif


berbeda dengan dalam pendekatan kualitatif, dimana dalam penelitian dengan
pendekatan kualitatif peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument) penelitian
artinya peneliti wajib hadir di kancah penelitian bertemu langsung dengan para
informan penelitian, sedangkan dalam penelitian kuantitatif peneliti tidak wajib
hadir dan bertemu langsung dengan responden penelitian (peneliti dapat
menggunakan/memanfaatkan orang lain untuk mengumpulkan data); untuk itu
pada bagian ini juga perlu dikemukakan pihak-pihak yang dilibatkan dalam
kegiatan pengumpulan data penelitian, jika itu dilakukan

Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, penggunaan program statistik merupakan suatu yang


mutlak diperlukan. Untuk itu pemahaman tentang persyaratan penggunaan
formula atau rumus-rumus statistik itu harus diperhatikan. Hal ini penting, sebab
setiap formula/rumus dalam statistik memerlukan persyaratan-persyaratan
tertentu, misalnya persyaratan tentang skala data. Sebagai contoh, peneliti
memiliki data penelitian yang kesemuanya datanya berskala interval dan rasio,
maka peneliti dapat menggunakan formula atau rumus Product Moment dan
Regresi untuk menguji keterkaitan variabel satu dengan variabel lainnya, sebab
kedua rumus ini dapat digunakan jika data penelitian minimal berskala interval.
Persyaratan lain misalnya tentang perlunya lolos dalam uji asumsi klasik, jika
peneliti hendak menggunakan statistik parametrik, jika tidak lolos dalam uji
asumsi klasik maka peneliti harus menggunakan formula/rumus yang termasuk
dalam statistik non parametrik.

Secara umum pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan,
yakni apakah menggunakan metode statistik deskriptif ataukah statistik
inferensial. Jika menggunakan statistik inferensial, sebutkan statistik parametrik
atau statistik nonparametrik yang digunakan, serta kemukakan alasan penggunaan
metode statistik tersebut. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang
lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika
dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik.
Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan
(asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut
persyaratan tertentu. Catatan, apabila teknik analisis data yang digunakan sudah
dikenal luas oleh kalangan pembaca, maka pembahasannya tidak perlu panjang
lebar. Demikian sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan kurang
populer, maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci.
Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan nama
programnya, misalnya SPSS for Windows.

Validitas

Validitas Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata
validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan
memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur
secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut
merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan
sesungguhnya dari apa yang diukur.

Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk
kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya
sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-
benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu
tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya
dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
Sudjana (2004: 12) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat
penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang
seharusnya dinilai.

Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan tertentu,
mungkin tidak valid untuk tujuan atau pengambilan keputusan lain. Jadi validitas
suatu tes, harus selalu dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan keputusan
tertentu. Tes masuk di SMA misalnya harus selalu dikaitkan dengan seberapa jauh
tes masuk tersebut dapat mencerminkan prestasi atau hasil belajar para calon
peserta didik baru setelah belajar nanti.

Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaitu validitas isi (content
validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas empiris atau
validitas kriteria. Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu
tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu
yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain tes
yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur
penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran
yang tercantum dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP).

Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu
tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku
sampel yang dikenai tes tersebut. Artinva tes itu valid apabila butir-butir tes itu
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang
seharusnya dikuasai secara proporsional.

Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui
penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili
atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai
secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak mempunyai
besaran tertentu yang dihitung secara statistika tetapi dipahami bahwa tes itu
sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, validitas isi
sebenarriya mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan suatu koefisien
validitas yang dihitung secara statistika.

Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang mempermasalahkan


seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak
diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah
ditetapkan. Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen yang
dimaksudkan mengukur variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal
seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol, gaya
kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya
performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat),
inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lain-lain. Untuk
menentukan validitas konstruk dilakukan proses penelaahan teoretik dari suatu
konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk,
penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-
butir instrumen. Perumusan, konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari
teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis
dan komparasi yang logik dan cermat.

Menyimak proses telaah teoretik seperti telah dikemukakan, maka proses validasi
konstruk sebuah instrumen dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi pakar
atau melalui penilaian sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang
menguasai substansi atau konten dari variabel yang hendak diukur. Validitas
empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan
berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Validitas
empiris diperoleh melalui hasil uji coba tes kepada responden yang setara dengan
responden yang akan dievaluasi atau diteliti. Kriteria internal adalah tes atau
instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedang kriteria eksternal adalah hasil
ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria.
Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan
sebagai kriteria eksternal. Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal
disebut validitas internal sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria
eksternal disebut validitas eksternal.

Validitas internal (validitas butir) termasuk kelompok validitas kriteria yang


merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan tes sebagai
suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas
butir dari tes itu. Dengan demikian validitas internal mempermasalahkan validitas
butir dengan menggunakan hasil ukur tes tersebut sebagai suatu kesatuan sebagai
kriteria, sehingga biasa juga disebut validitas butir. Validitas internal
diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil
ukur tes secara keseluruhan. Oleh karena itu validitas butir tercermin pada besaran
koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total tes. Jika koefisien korelasi
skor butir dengan skor total tes positif dan signifikan maka butir tersebut valid
berdasarkan ukuran validitas internal.

Koefisien korelasi yang tinggi antara skor butir dengan skor total mencerminkan
tingginya konsistensi antara hasil ukur keseluruhan tes dengan hasil ukur butir tes
atau dapat dikatakan bahwa butir tes tersebut konvergen dengan butir-butir lain
dalam mengukur suatu konsep atau konstruk yang hendak diukur.

Djaali (2000: 77) menyatakan bahwa untuk menghitung validitas internal untuk
skor butir dikotomi digunakan koefisien korelasi biserial (rbis) dengan rumus:

Keterangan:
 ibis r = koefisien korelasi antara skor butir ke i dengan skor total.

Xi = rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir ke i.

Xt = rata-rata skor total semua responden.

St = standar deviasi skor total semua responden.

pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir ke i.

qi = proporsi jawaban yang salah untuk butir ke i.

Selanjutnya, dikatakan bahwa untuk menghitung koefisien validitas internal untuk


skor butir politomi digunakan korelasi product moment (r) dengan rumus:   
 2 t 2 i ti it xx xx r dengan:

it r = koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total.

 i x = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi .

 t x = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt .

Nilai koefisien korelasi baik skor butir dikotomi maupun skor butir politomi untuk
masing-masing butir dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi yang ada di
tabel-r pada alpha tertentu misalnya  = 0,05. Jika koefisien korelasi skor butir
dengan skor total lebih besar dari koefisien korelasi dari tabel-r, koefisien korelasi
butir signifikan dan butir tersebut valid secara empiris.
Validitas eksternal dapat berupa hasil ukur tes baku atau tes yang dianggap baku
dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai
ukuran dari suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas eksternal
diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika.

Jika kita menggunakan basil ukur tes yang sudah baku sebagai kriteria eksternal,
maka besaran validitas eksternal dari tes yang kita kembangkan didapat dengan
jalan mengkorelasikan skor hasil ukur tes yang dikembangkan dengan skor hasil
ukur tes baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefisien korelasi yang
didapat, maka validitas tes yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang
digunakan untuk menguji validitas eksternal digunakan nilai r-tabel.

Jika koefisien korelasi antara skor hasil ukur tes yang dikembangkan dengan skor
hasil ukur tes baku lebih besar daripada r-tabel maka tes yang dikembangkan
adalah valid berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen
baku). Jadi keputusan ujivaliditas dalam hal ini adalah mengenai valid atau
tidaknya tes sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir tes seperti
pada validitas internal.

Validitas Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-


bukti tersebut antara lain secara konten, atau dikenal dengan validitas konten atau
validitas isi, secara konstruk, atau dikenal dengan validitas konstruk, dan secara
kriteria, atau dikenal dengan validitas kriteria.

a. Validitas Konten
Validitas konten atau validitas isi fokus memberikan bukti pada
elemenelemen yang ada pada alat ukur dan diproses dengan analisis
rasional. Validitas konten dinilai oleh ahli. Saat alat ukur diuraikan dengan
detail maka penilaian akan semakin mudah dilakukan. Beberapa contoh
elemen yang dinilai dalam validitas konten adalah sebagai berikut.
1) Definisi operasional variabel
2) Representasi soal sesuai variabel yang akan diteliti
3) Jumlah soal
4) Format jawaban
5) Skala pada instrumen
6) Penskoran
7) Petunjuk pengisian instrumen
8) Waktu pengerjaan
9) Populasi sampel
10) Tata bahasa
11) Tata letak penulisan (format penulisan)

Setelah melakukan uji validitas konten kepada ahli, kemudian instrumen


direvisi sesuai saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara
konten tergantung dari ahli. Ahli bebas memberikan penilaian apakah
instrumen ini valid atau tidak. Indikator bahwa suatu instrumen telah valid
adalah ahli sudah menerima instrumen, baik secara isi maupun formatnya,
tanpa ada perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih meminta ada
perbaikan, maka revisi masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar
menerima instrumen tanpa perbaikan lagi (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012).

1). Validitas Konstruk


Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan
hasil pengukuran yang sesuai dengan definisinya. Definisi variabel
harus jelas agar penilaian validitas konstruk mudah. Definisi tersebut
diturunkan dari teori. Jika definisi telah berlandaskan teori yang tepat,
dan pertanyaan atau pernyataan item soal telah sesuai, maka instrumen
dinyatakan valid secara validitas konstruk (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012).

b. Validitas Kriteria
Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen yang telah
dikembangkan dengan instrumen lain yang dianggap sebanding dengan
apa yang akan dinilai oleh instrumen yang telah dikembangkan. Instrumen
lain ini disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas kriteria: 1)
Validitas Kriteria Prediktif dan 2) Validitas Kriteria Bersamaan
(Concurrent) (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).

Perbedaan kedua uji validitas kriteria tersebut terletak pada waktu


pengujian instrumen dengan kriterianya. Jika pengujian instrumen dan
kriterianya dilakukan pada waktu yang berbeda, maka disebut dengan
validitas kriteria prediktif, sedangkan jika pengujian instrumen dengan
kriterianya dilakukan pada waktu yang bersamaan maka disebut dengan
validitas kriteria bersamaan (concurrent). Hasil dari uji instrumen dan
kriterianya kemudian dihubungkan dengan uji korelasi. Berikut ini
disajikan rumus korelasi untuk mencari koefisien korelasi hasil uji
instrumen dengan uji kriterianya.

rxy = koefisien korelasi


n = jumlah responden
xi = skor setiap item pada instrumen
yi = skor setiap item pada kriteria

Nilai koefisien ini disebut sebagai koefisien validitas (Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012). Nilai koefisien validitas berkisar antara +1,00 sampai -1,00.
Nilai koefisien +1,00 mengindikasikan bahwa individu pada uji instrumen
maupun uji kriteria, memiliki hasil yang relatif sama, sedangan jika
koefisien validitas bernilai 0 mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan
antara instrumen dengan kriterianya. Semakin tinggi nilai koefisien
validitas suatu instrumen, maka semakin baik instrumen tersebut.

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur secara tepat konsep
yang akan diukur. Jika alat ukur yang digunakan peneliti adalah kuesioner dalam
pengumpulan data, maka kuesioner yang disusun harus menggambarkan topik
yang akan diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1987).

Salah satu ukuran validitas untuk sebuah kuesioner adalah apa yang disebut
sebagai validitas konstruk (construct validity). Dalam pemahaman ini, sebuah
kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengukur suatu hal dikatakan
valid jika setiap butir pertanyaan yang menyusun kuesioner tersebut memiliki
keterkaitan yang tinggi. Ukuran keterkaitan antar butir pertanyaan ini umumnya
dicerminkan oleh korelasi jawaban antar pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki
korelasi rendah dengan butir pertanyaan yang lain dinyatakan sebagai pertanyaan
yang tidak valid.

Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap validitas


kuesioner adalah korelasi produk momen (moment product correlation, Pearson
correlation) antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total, sehingga sering
disebut sebagai inter item total correlation (Anonim, 2008d). Kriteria
pengujiannya dilakukan dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel pada
taraf α = 5% dan α = 1%. Formula yang digunakan untuk itu adalah:

Keterangan :
rx,y = korelasi produk momen
xi = skor butir pertanyaan responden ke-i,
yi = skor butir pertanyaan responden ke-i,
n = banyaknya responden penelitian

Angka korelasi yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan tabel nilai r yang
dapat dilihat pada Lampiran 1. Jika angka korelasi yang diperoleh di bawah nilai
r, maka pertanyaan pada kuesioner yang digunakan adalah tidak valid. Sebaliknya
jika angka korelasi yang diperoleh di atas nilai r, maka pertanyaan pada kuesioner
yang digunakan adalah valid. Jika angka korelasi yang diperoleh negatif, berarti
pertanyaan-pertanyaan tersebut saling bertentangan.

Daftar Pustaka

Dr. Wahidmurni, M.Pd. Pemaparan Metode Penelitian Kuantitatif. Dosen


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang Email: wahidmurni@pips.uin-malang.ac.id Juli 2017.

Febrianawati Yusup. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


Kuantitatif. Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 7 No. 1.
Januari – Juni 2018 (17-23) p-ISSN: 2088-6991 e-ISSN: 2548-8376 Juni
2018.

Riki Wahyudi. Uji Validitas Dan Reliabilitas Dengan Pendekatan Konsistensi


Internal Kuesioner Pembukaan Program Studi Statistika Fmipa
Universitas Bengkulu. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu.

Zulkifli Matondang. Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal


Tabularasa PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni 2009.

Anda mungkin juga menyukai