Anda di halaman 1dari 30

BAB I

KONSEP DASAR TEORI


A. Definisi

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu

sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi

electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan

kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

(Moenajar, 2002).

B. Etiologi

Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung

maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada

kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik

maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,

penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:

1. Paparan api

Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan

menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian

terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk

terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan

menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.

2. Benda panas (kontak)

Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.Luka bakar yang

dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara

lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan

masak. Scalds (air panas) terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental

Page 1
cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan

ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan

berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya

menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.

Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan

ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan

cairan.Uap panas terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan

radiator mobil.Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang

tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi.Apabila terjadi inhalasi,

uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.Gas

panas inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan

oklusi jalan nafas akibat edema.

3. Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan

tubuh.Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang

menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar

tambahan.

4. Zat kimia (asam atau basa)

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit

dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan

banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini.

Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih

yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia

yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000

produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

Page 2
5. Luka bakar Radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.

Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada

industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia

kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga

merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

C. Patofisiologi Combustio/ Luka Bakar

Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber

panas kepada tubuh.Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi

elektromagnetik.Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau

ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi

jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan

karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent.Nekrosis dan

keganasan organ dapat terjadi.

Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan

lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas

dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang

serupa.Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama

awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ

yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase

hiperdinamik serta hipermetabolik.

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume

darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan

berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi

penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan

Page 3
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya

vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36

jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.

Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan

cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan

meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.

Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal

menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.Komplikasi ini

dinamakan sindrom kompartemen.

Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi

syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka

bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum

terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hiponatremia terjadi segera setelah

terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.

Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak

memadainya asupan cairan.Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah

merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor

inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,

gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.Imunosupresi membuat pasien luka bakar

bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis.Hilangnya kulit menyebabkan

ketidakmampuan pengaturan suhunya.

Page 4
D. Klasifikasi

Berdasarkan penyebab:

1. Luka bakar karena api

2. Luka bakar karena air panas

3. Luka bakar karena bahan kimia

4. Luka bakar karena listrik

5. Luka bakar karena radiasi

6. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

Berdasarkan kedalaman luka bakar:

1. Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses

penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama

tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung

gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung

pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.

Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh

dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.Luka tampak sebagai eritema dengan

keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan

sembuh tanpa bekas.

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi

inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau

pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena

ujungujung saraf teriritasi.

Page 5
Luka bakar derajat II ada dua:

a. Derajat II dangkal (superficial)

Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit

seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.Luka

sembuh dalam waktu 10-14 hari.

b. Derajat II dalam (deep)

Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.Apendises kulit seperti folikel

rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.Penyembuhan

terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.Biasanya

penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih

dalam, mengenai semua lapisan kulit,otot,tulang apendises kulit seperti folikel

rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit

berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit

sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul

rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

E. Luas Luka Bakar

Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of

nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan

dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut.Ukuran luka bakar ditentukan

dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar.

Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat

pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar

dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana

setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 %


Page 6
Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “ Rule of Nines “ dari Wallace : Bagian

depan dan belakang :

Keterangan gambar :

 Kepala – leher :9%

 Dada :9%

 Abdomen :9%

 Tangan kanan :9%

 Tangan kiri :9%

 Punggung :9%

 Bokong :9%

 Paha kaki depan kanan : 9 %

 Paha kaki depan kiri :9%

 Paha kaki belakang kanan : 9 %

 Paha kaki belakang kiri : 9 %

 Genitalia :1%

Page 7
F. Kriteria Berat Ringannya

(American Burn Association)

1. Luka Bakar Ringan.

a. Luka bakar derajat II <15 %

b. Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak

c. Luka bakar derajat III < 2 %

2. Luka bakar sedang

a. Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa

b. Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak

c. Luka bakar derajat III < 10 %

3. Luka bakar berat

a. Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa

b. Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.

c. Luka bakar derajat III 10 % atau lebih

d. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan

genitalia/perineum.

e. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

G. Fase Luka Bakar

Fase – fase luka bakar (Guyton & Hall, 1997) yaitu :

1. Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan

mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme

bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi

segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi

saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.Cedera

inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.Pada fase akut
Page 8
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal

yang berdampak sistemik.

2. Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan

atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi

menyebabkan:

a. Proses inflamasi dan infeksi.

b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak

berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ -organ fungsional.

c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka

dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini

adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi,

deformitas dan kontraktur.

H. Anatomi Fisiologi Combustio/ Luka Bakar

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi

sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga

mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,

sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan

menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang

berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.

Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil

metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit,

selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang

diperlukan untuk mensintesis vitamin D.


Page 9
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.

1. Lapisan epidermis, terdiri atas:

a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya

sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang

membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir

patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.

b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan

dan telapak kaki.

c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-

sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.

d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang

paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang

bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).

2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:

a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)

Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel

fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.

b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).

Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.

3. Jaringan subkutan atau hypodermis

Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah

jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur

internal seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak

merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Page 10
Kelenjar Pada Kulit

Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan

tubuh.Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki.Kelenjar

keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin.Kelenjar

ekrin ditemukan pada semua daerah kulit.Kelenjar apokrin berukuran lebih besar

dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.

I. Manifestasi Klinis Combustio/ Luka Bakar

Kedalaman Dan Bagian


Penyebab Luka Kulit Yang Gejala Penampilan Luka
Bakar Terkena

Derajat Satu Epidermis Kesemutan, hiperestesia Memerah, menjadi

(Superfisial): (supersensivitas), rasa putih ketika ditekan

tersengat matahari, nyeri mereda jika minimal atau tanpa

terkena api dengan didinginkan edema

intensitas rendah

Derajat Dua (Partial- Epidermis Nyeri, hiperestesia, Melepuh, dasar luka

Thickness): tersiram dan bagian sensitif terhadap udara berbintik-bintik

air mendidih, terbakar dermis yang dingin merah, epidermis

oleh nyala api retak, permukaan luka

basah, terdapat edema

Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa nyeri, syok, Kering, luka bakar

Thickness): terbakar keseluruhan hematuria (adanya darah berwarna putih seperti

nyala api, terkena dermis dan dalam urin) dan bahan kulit atau

cairan mendidih dalam kadang- kemungkinan pula gosong, kulit retak

waktu yang lama, kadang hemolisis (destruksi sel dengan bagian lemak

Page 11
tersengat arus listrik jaringan darah merah), yang tampak, terdapat

subkutan kemungkinan terdapat edema

luka masuk dan keluar

(pada luka bakar listrik)

J. Penyembuhan Luka Combustio/ Luka Bakar

Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan luka yang

dapat dibagi dalam 3 fase:

1. Fase inflamasi

Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca

luka bakar.Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi

seluler.Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan

serotonin,mulaitimbulepitelisasi

2. Fase proliferasi

Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses

proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga.Pada fase

proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk

jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut

granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan

mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses

migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan

berhenti dan mulailah proses pematangan.

3. Fase matures

Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan

aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1

Page 12
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang.Bentuk akhir dari

fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri

atau gatal.

K. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar

1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal

2. Sindrom kompartemen

3. Adult Respiratory Distress Syndrome

4. Sepsis

5. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling

6. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik

yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya

pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan

haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena

sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.

L. Pemeriksaan Penunjang Combustio/ Luka Bakar

1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya

pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%

mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat

menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi

sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh

darah.

2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau

inflamasi.

3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera

inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon

dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.


Page 13
4. Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan

dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena

kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi

dapat terjadi bila mulai diuresis.

5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,

kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan

cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

7. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi

ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

M. Penatalaksanaan Combustio/ Luka Bakar

Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik.Prioritas

utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan

mendukung sirkulasi sistemik.Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang

menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di

jalan nafas atas.Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar

atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak.Pada pasien luka bakar,

intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi.Adanya hipotensi awal

yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada

pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas „tersembunyi‟. Oleh

karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis

dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa.

Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan

Page 14
adanya jejas inhalasi.Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan

alergi juga penting dalam evaluasi awal.

Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.Pemeriksaan

radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu

mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.

 Tatalaksana resusitasi luka bakar

1. Pemberian oksigen 100%

Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi

jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian

oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga

akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.

2. Perawatan jalan nafas

3. Penghisapan sekret (secara berkala)

4. Pemberian terapi inhalasi

Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen

jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.

Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9%

ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-

zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi

sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih

kontroversial)

 Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang

adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga

iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan

diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak
Page 15
diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk

menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons

inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan

dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya

pada waktu yang tepat.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada

beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

a. Cara Evans

 Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

 Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

b. Cara Baxter

Dewasa :4 cc x Luas luka bakar (%) x BB (kg) : 24 jam ( 2 )

Anak :2cc x luas luka bakar ( % ) x BB (kg) : 24 jam ( 2 )

c. Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya

dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan.Bila pasien tidak

sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube

(NGT).Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-

60% karbohidrat dan 25-30% lemak.Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat

meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili

usus.

 Perawatan luka bakar

Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka

bakar (Combustio) digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis

dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan „maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam,
Page 16
sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang

menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam

merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka

bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan pemberian

morfin atau methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan.

N. PenatalaksanaanPertolongan Pertama Pada Pasien Dengan Luka Bakar

1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya

denganmenyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan

pasokanoksigen pada api yang menyala

2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek

Torniket,karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem

3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air

ataumenyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas

menit.Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi

berlangsung terussetelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas.

Proses ini dapatdihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan

mempertahankan suhudingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih

dangkal dan diperkecil.

4. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas

karenabahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada

luka bakar apapun.

5. Evaluasi awal

Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka

akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation)

yang diikutidengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada

surveysekunder
Page 17
Perawatan Luka :

1. Pencucian dengan larutan detergen encer

2. Kulit nekrotik dibuang

3. Bila luka utuh > 5 cm cairan dihisap, < 5 cc dibiarkan

4. Luka dikeringkan, diolesi dengan mercurochrome atau silver sulfadiazine.

5. Perawatan terbuka atau tertutup dengan balutan

6. Pasien dirawat di ruangan steril

Perawatan di Ruangan :

1. Perawatan terbuka dengan krim SSD (Silver Sulfadiazine), merupakan

obat yang dapat menembus eskar.

2. Mandi 2 hari sekali dengan air mengalir

3. Eskratomi dilakukan bila ada penekanan saraf / pembuluh darah.

4. “Skin Graft” dilakukan setelah mulai ada granulasi

Antibiotik :

 Disesuaikan dengan epid. Kuman di ruangan.

 Pemberian selanjutnya disesuaikan hasil kultur

1. Fase akut/intermediate

a. Perawatan luka umum

Ø Pembersihan luka

Ø Terapi antibiotik lokal

Ø Ganti balutan

Ø Perawatan luka tertutup/tidak tertutup

Ø Hidroterapi

b. Debridemen

Page 18
Ø Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan memisahkan diri

secara spontan dari jaringan di bawahnya.

Ø Debridemen mekanis yaitu dengan penggunaan gunting dan forcep

untuki memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.

Ø Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh tebal kulit

atau dengan mengupas kulit yang terbakar secara bertahap hingga

mengenai jaringan yang masih viabel.

c. Graft pada luka bakar

Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin terjadi :

Ø Autograft : dari kulit penderita sendiri.

Ø Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup/ atau baru saja

meninggal (balutan biologis).

Ø Heterograft : kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan biologis).

d. Balutan luka biosintetik dan sintetik

Ø Bio-brane/sufratulle, Kulit artifisial

e. Penatalaksanaan nyeri

f. Dukungan nutrisi

g. Fisioterapi/mobilisasi

2. Fase rehabilitasi : Perawatan lanjut di rumah.

Page 19
BAB II

KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata

Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dan

tanggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu

informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya

luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun

memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen

K.C), data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap

luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam

pendekatan

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah

nyeri, sesak nafas.Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam

melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality

(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami

luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul

penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada

penurunan ekspansi paru

3. Riwayat penyakit sekarang

Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya

kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
Page 20
perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapafase :

fase akut (fasw syok dimana penderita mengalami ancaman gangguan ABC), fase

akut (berlangsung setelah fase syok teratasi dimana penderita mengalami

kerusakan/kehilangan jaringan akibat kontak dengan pencetus terjadinya

combustio), fase rehabilitatif (fase lanjut dimana terjadi maturasi parut akibat luka

dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional)

4. Riwayat penyakit masa lalu

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien

sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien

mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau

penyalagunaan obat dan alcohol.

5. Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang

berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,

kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah

kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan

6. Pola ADL

Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi

perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien.Pada pemenuhan kebutuhan

nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.Pada pemeliharaan

kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan

sendiri.Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini

disebabkan karena adanya rasa nyeri .

7. Riwayat psiko sosial

Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body

image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan
Page 21
perubahan.Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam

sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas.Hal ini menumbuhkan

stress, rasa cemas, dan takut.

8. Sirkulasi:

Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);

penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer

umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia

(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan

(semua luka bakar).

9. Eliminasi:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna

mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot

dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam

sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus

lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

10. Makanan/cairan:

Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

11. Nyeri/kenyamanan:

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren

sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar

ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar

ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat

tiga tidak nyeri

12. Pernafasan:

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan

cedera inhalasi).
Page 22
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan

menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

B. Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda Nic Noc

No Diagnosa Keperwatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Nyeri akut NOC NIC
Defenisi : pengalaman Kriteria hasil : - Lakukan pengkajian
sensori dan emosional yang  Mampu mengontrol nyeri secara
tidak menyenangkan yang nyeri (tahu penyebab komprehensif
muncul akibat kerusakan nyeri, mampu termasuk lokasi,
jaringan yang actual atau menggunakan teknik karakteristik, durasi,
potensial atau digambarkan nonfarmakologi untuk dan frekuensi
dalam hal kerusakan mengurangi nyeri) - Observasi reaksi
sedemikan rupa  Melaporkan bahwa nonverbal dari
Batasan karakteistik: nyeri berkurang ketidaknyamanan
 Perubahan selera makan dengan menggunakan - Gunakan teknik
 Perubahan tekanan manajemen nyeri komunikasi
darah  Mampu mengenali terapeutik untuk
 Perebuhan frekuensi nyeri (skala, intensitas, mengetahui
jantung dan tanda nyeri) pengalaman nyeri

 Perubahan frekuensi  Menyatakan rasa pasien

pernapasan nyaman setelah nyeri - Bantu pasien dan

 Perilaku distraksi berkurang keluarga untuk

 Mengekspresikan mencari dan

perilaku menemukan
dukungan
 Sikap melindungi area
- Kaji tipe dan
nyeri
sumber nyeri untuk
 Indikasi nyeri yang
menentukan
dapat diamati
intervensi
 Melaporkan nyeri secara
- Ajarkan tentang
verbal
teknik non
Faktor yang berhubungan

Page 23
: farmakologi
Agen cedera (biologis, zat - Berikan analgetik
kimia, fisik, psikologis) untuk mengurangi
nyeri
- Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualiatas, dan
derejat nyeri
sebelum pemberian
obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- Pilih rute pemberian
secara Intravena,
Intramuskuler untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic pertama

Page 24
kali
- Berikan analgesic
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
2. Hambatan mobilitas fisik NOC NIC
Defenisi : Keterbatasan Kriteria hasil : - Monitor vital sign
pada pergerakan fisik tubuh  Klien meningkat sebelum dan
atau satu atau lebih dalam aktivitas sesudah latihan
ekstremitas secara mandiri  Mengerti tujuan dari - Kaji kemampuan
dan terarah peningkatan mobilitas pasien dalam
Batasan karakteristik :  Memverbalisasikan mobilisasi
 Penurunan waktu reaksi perasaan dalam - Latih pasien dalam
 Kesulitan membolak- meningkatkan pemenuhan ADLs
balik posisi kekuatan dan secara mandiri
 Melakukan aktivitas lain kemampuan berpindah sesuai kemampuan
sebagai pengganti  Bantu untuk mobilisasi - Damping dan bantu
pergerakan pasien saat

 Keterbatasan mobilisasi dan

kemampuan melakukan bantu pemenuhan

keterampilan motorik kebutuhan ADLs

halus - Ajarkan pasien

 Keterbatasan bagaimana merubah

kemampuan melakukan posisi dan berikan

keterampilan motorik bantuan jika

kasar diperlukan

 Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
 Pergerakan lambat
Faktor yang berhubungan
:
 Intoleransi aktivitas
 Ansietas

Page 25
 Fisik tidak bugar
 Penurunan ketahanan
tubuh
 Penurunan kendali otot
 Penurunan massa otot
 Malnutrisi
 Gangguan neuromskular
 Penurunan kekuatan otot
 Ketidaknyamanan
3. Resiko infeksi NOC NIC
Defenisi : Mengalami Kriteria hasil : - Batasi pengunjung
peningkatan resiko  Klien bebas dari tanda bila perlu
terserang oeganisme dan gejala infeksi - Instruksikan pada
patogenik  Mendeskripsikan pengunjung untuk
Faktor-faktor resiko: proses penularan mencuci tangan saat
 Pengetahuan yang tidak penyakit, faktor yang berkunjung dan
cukup untuk mempengaruhi setelah berkunjung
menghindari pemajanan penularan serta meninggalkn pasien
pathogen penatalaksanaannya - Cuci tangan setiap
 Pertahanan tubuh primer  Menunjukan sebelum dan
yang tidak adekuat kemampuan untuk sesudah tindakan
- Kerusakan integritas mencegah timbulnya keperawatan
kulit infeksi - Pertahankan
- Trauma jaringan  Jumlah leukosit dalam lingkungan aseptic
 Ketidak adekuatan batas normal selama pemasangan
pertahanan sekunder  Menunjukan perilaku alat
- Penurunan hemoglobin hidup sehat - Gunakan keteter
- Imunosupresi (imunitas intermiten untuk
didapat tidak adekuat) menurunkan infeksi

 Pemajanan terhadap kandung kencing

pathogen - Tingkatkan intake

 Prosedur infasif nutrisi

 Malnutrisi - Berikan terapi

Page 26
antibiotic bila perlu
proteksi terhadap
infeksi
- Batasi pengunjung
- Inspeksi kondisi
luka
- Dorong masukan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukan
cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien
untuk menjaga
keberhasilan
- Pemberian
antibiotik sesuai
resep
- Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
4. Gangguan Eleminasi NOC NIC
Defenisi : penurunan pada Kriteria hasil : - Masukkan keteter
frekuensi normal defekasi  Bebas dari kemih, sesuai
dan yang disertai oleh ketidaknyamanan, - Menerapkan
kesulitan atau pengeluaran sembelit dan kateterisasi
tidak lengkap konstipasi intermiten sesuai
Batasan karakteristik :  Mengidentifikasi - Monitor tanda dan
 Nyeri abdomen indicator untuk gejala konstipasi
 Nyeri tekan abdomen mencegah konstipasi dan sembelit
dengan teraba resistensi dan sembelit - Mendorong
otot  Kandung kemih meningkatkan
 Darah bercampur urin kosong secara penuh asupan cairan,

 Perubahan pada pola  Bebas dari ISK kecuali

Page 27
defekasi dikontradiksikan
 Nyeri pada saat defekasi - Anjurkan
 Tidak dapat pasien/keluarga
mengeluarkan feses dan untuk diet tinggi
urin serat
Faktor yang berhubungan - Kolaborasikan
: dalam pemberian
 Fungsional : obat pencahar
Kelemahan otot - Kaji tingkat nyeri
abdomen
Kurang aktivitas fisik
 Psikologis
Depresi, stress emosi
Konfusi mental
 Mekanis
Gangguan neurologist
 Fisiologis
Perubahan pola makan
Perubahan makanan
Asupan serat tidak
cukup
Asupan cairan tidak
cukup
5. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan Kriteria Hasil : - Kaji adanya alergi
tubuh  Adanya peningkatan makanan
Defenisi : asupan nutrisi berat badan sesuai - Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk dengan tujuan ahli gizi untuk
memenuhi kebutuhan  Berat badan ideal menentukan jumlah
metabolic sesuai dengan tinggi kalori dan nutrisi
Batasan karasteristik : badan yang dibutuhkan
 Kram abdomen  Mampu pasien
 Nyeri abdomen mengidentifikasi - Anjurkan pasien

Page 28
 Menghindari makanan kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
 Kurang informasi  Tidak ada tanda intake Fe
 Kurang minat pada malnutrisi - Anjurkan pasien
makanan  Menunjukan untuk meningkatkan

 Tonus otot menurun peningkatan fungsi protein dan vitamin

 Mengeluh gangguan pengecapan dari C

sensasi rasa menelan - Berikan informasi

 Kelemahan otot  Tidak terjadi tentang kebutuhan

pengunyah penurunan berat nutrisi


baadan yang berarti - Monitor adanya
 Kelemahan otot untuk
penurunan berat
menelan
badan
Faktor-faktor yang
- Monitor lingkungan
berhubungan:
selama makan
 Faktor biologis
- Monitor kulit kering
 Faktor ekonomi
dan perubahan
 Ketidakmampuan untuk
pigmentasi
mengabsorbsi nutrient
- Monitor turgor kulit
 Ketidakmampuan untuk
- Monitor mual dan
mencerna makanan
muntah
 Ketidakmampuan
- Monitor kadar
menelan makanan
albumin, total
 Faktor psikologis
protein, hb, dan
kadar Ht

Page 29
DAFTAR PUSTAKA

Nuratif Amin Huda & Kusuma Hardhi., 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2, MediAction,
Jogjakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor.
Buku ajar ilmu bedah.Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Crowin,E.J.2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar.Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

Page 30

Anda mungkin juga menyukai