Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
(Moenajar, 2002).
B. Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara
lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan
masak. Scalds (air panas) terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental
Page 1
cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.
radiator mobil.Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi.Apabila terjadi inhalasi,
uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.Gas
panas inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
3. Aliran listrik
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar
tambahan.
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini.
Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih
yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia
yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000
Page 2
5. Luka bakar Radiasi
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent.Nekrosis dan
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
serupa.Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ
yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
Page 3
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya
jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka
bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum
terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
memadainya asupan cairan.Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah
Page 4
D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab:
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung
pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.Luka tampak sebagai eritema dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau
pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
Page 5
Luka bakar derajat II ada dua:
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit
berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul
rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of
nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan
dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut.Ukuran luka bakar ditentukan
Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat
pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar
dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana
Keterangan gambar :
Dada :9%
Abdomen :9%
Punggung :9%
Bokong :9%
Genitalia :1%
Page 7
F. Kriteria Berat Ringannya
genitalia/perineum.
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut.Pada fase akut
Page 8
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ -organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga
mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan
menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit,
selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-
sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak
Page 10
Kelenjar Pada Kulit
ekrin ditemukan pada semua daerah kulit.Kelenjar apokrin berukuran lebih besar
dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.
intensitas rendah
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa nyeri, syok, Kering, luka bakar
nyala api, terkena dermis dan dalam urin) dan bahan kulit atau
waktu yang lama, kadang hemolisis (destruksi sel dengan bagian lemak
Page 11
tersengat arus listrik jaringan darah merah), yang tampak, terdapat
Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan luka yang
1. Fase inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca
serotonin,mulaitimbulepitelisasi
2. Fase proliferasi
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan
mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses
migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan
3. Fase matures
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1
Page 12
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang.Bentuk akhir dari
fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri
atau gatal.
2. Sindrom kompartemen
4. Sepsis
6. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena
darah.
inflamasi.
dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan
menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di
jalan nafas atas.Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar
atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak.Pada pasien luka bakar,
yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada
dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa.
Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan
Page 14
adanya jejas inhalasi.Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan
radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu
akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.
ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-
kontroversial)
iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan
diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak
Page 15
diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk
dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya
a. Cara Evans
b. Cara Baxter
c. Resusitasi nutrisi
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan.Bila pasien tidak
60% karbohidrat dan 25-30% lemak.Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
usus.
bakar (Combustio) digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis
dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan „maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam,
Page 16
sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang
merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka
bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan pemberian
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
Torniket,karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
4. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas
5. Evaluasi awal
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation)
yang diikutidengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada
surveysekunder
Page 17
Perawatan Luka :
Perawatan di Ruangan :
Antibiotik :
1. Fase akut/intermediate
Ø Pembersihan luka
Ø Ganti balutan
Ø Hidroterapi
b. Debridemen
Page 18
Ø Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan memisahkan diri
Ø Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh tebal kulit
Ø Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup/ atau baru saja
e. Penatalaksanaan nyeri
f. Dukungan nutrisi
g. Fisioterapi/mobilisasi
Page 19
BAB II
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dan
tanggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu
informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya
luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun
K.C), data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap
luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam
pendekatan
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah
nyeri, sesak nafas.Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
Page 20
perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapafase :
fase akut (fasw syok dimana penderita mengalami ancaman gangguan ABC), fase
combustio), fase rehabilitatif (fase lanjut dimana terjadi maturasi parut akibat luka
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien
6. Pola ADL
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body
image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan
Page 21
perubahan.Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam
8. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
9. Eliminasi:
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
10. Makanan/cairan:
11. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
12. Pernafasan:
cedera inhalasi).
Page 22
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
perilaku menemukan
dukungan
Sikap melindungi area
- Kaji tipe dan
nyeri
sumber nyeri untuk
Indikasi nyeri yang
menentukan
dapat diamati
intervensi
Melaporkan nyeri secara
- Ajarkan tentang
verbal
teknik non
Faktor yang berhubungan
Page 23
: farmakologi
Agen cedera (biologis, zat - Berikan analgetik
kimia, fisik, psikologis) untuk mengurangi
nyeri
- Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualiatas, dan
derejat nyeri
sebelum pemberian
obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- Pilih rute pemberian
secara Intravena,
Intramuskuler untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic pertama
Page 24
kali
- Berikan analgesic
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
2. Hambatan mobilitas fisik NOC NIC
Defenisi : Keterbatasan Kriteria hasil : - Monitor vital sign
pada pergerakan fisik tubuh Klien meningkat sebelum dan
atau satu atau lebih dalam aktivitas sesudah latihan
ekstremitas secara mandiri Mengerti tujuan dari - Kaji kemampuan
dan terarah peningkatan mobilitas pasien dalam
Batasan karakteristik : Memverbalisasikan mobilisasi
Penurunan waktu reaksi perasaan dalam - Latih pasien dalam
Kesulitan membolak- meningkatkan pemenuhan ADLs
balik posisi kekuatan dan secara mandiri
Melakukan aktivitas lain kemampuan berpindah sesuai kemampuan
sebagai pengganti Bantu untuk mobilisasi - Damping dan bantu
pergerakan pasien saat
kasar diperlukan
Keterbatasan rentang
pergerakan sendi
Pergerakan lambat
Faktor yang berhubungan
:
Intoleransi aktivitas
Ansietas
Page 25
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan
tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Malnutrisi
Gangguan neuromskular
Penurunan kekuatan otot
Ketidaknyamanan
3. Resiko infeksi NOC NIC
Defenisi : Mengalami Kriteria hasil : - Batasi pengunjung
peningkatan resiko Klien bebas dari tanda bila perlu
terserang oeganisme dan gejala infeksi - Instruksikan pada
patogenik Mendeskripsikan pengunjung untuk
Faktor-faktor resiko: proses penularan mencuci tangan saat
Pengetahuan yang tidak penyakit, faktor yang berkunjung dan
cukup untuk mempengaruhi setelah berkunjung
menghindari pemajanan penularan serta meninggalkn pasien
pathogen penatalaksanaannya - Cuci tangan setiap
Pertahanan tubuh primer Menunjukan sebelum dan
yang tidak adekuat kemampuan untuk sesudah tindakan
- Kerusakan integritas mencegah timbulnya keperawatan
kulit infeksi - Pertahankan
- Trauma jaringan Jumlah leukosit dalam lingkungan aseptic
Ketidak adekuatan batas normal selama pemasangan
pertahanan sekunder Menunjukan perilaku alat
- Penurunan hemoglobin hidup sehat - Gunakan keteter
- Imunosupresi (imunitas intermiten untuk
didapat tidak adekuat) menurunkan infeksi
Page 26
antibiotic bila perlu
proteksi terhadap
infeksi
- Batasi pengunjung
- Inspeksi kondisi
luka
- Dorong masukan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukan
cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien
untuk menjaga
keberhasilan
- Pemberian
antibiotik sesuai
resep
- Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan local
4. Gangguan Eleminasi NOC NIC
Defenisi : penurunan pada Kriteria hasil : - Masukkan keteter
frekuensi normal defekasi Bebas dari kemih, sesuai
dan yang disertai oleh ketidaknyamanan, - Menerapkan
kesulitan atau pengeluaran sembelit dan kateterisasi
tidak lengkap konstipasi intermiten sesuai
Batasan karakteristik : Mengidentifikasi - Monitor tanda dan
Nyeri abdomen indicator untuk gejala konstipasi
Nyeri tekan abdomen mencegah konstipasi dan sembelit
dengan teraba resistensi dan sembelit - Mendorong
otot Kandung kemih meningkatkan
Darah bercampur urin kosong secara penuh asupan cairan,
Page 27
defekasi dikontradiksikan
Nyeri pada saat defekasi - Anjurkan
Tidak dapat pasien/keluarga
mengeluarkan feses dan untuk diet tinggi
urin serat
Faktor yang berhubungan - Kolaborasikan
: dalam pemberian
Fungsional : obat pencahar
Kelemahan otot - Kaji tingkat nyeri
abdomen
Kurang aktivitas fisik
Psikologis
Depresi, stress emosi
Konfusi mental
Mekanis
Gangguan neurologist
Fisiologis
Perubahan pola makan
Perubahan makanan
Asupan serat tidak
cukup
Asupan cairan tidak
cukup
5. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan Kriteria Hasil : - Kaji adanya alergi
tubuh Adanya peningkatan makanan
Defenisi : asupan nutrisi berat badan sesuai - Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk dengan tujuan ahli gizi untuk
memenuhi kebutuhan Berat badan ideal menentukan jumlah
metabolic sesuai dengan tinggi kalori dan nutrisi
Batasan karasteristik : badan yang dibutuhkan
Kram abdomen Mampu pasien
Nyeri abdomen mengidentifikasi - Anjurkan pasien
Page 28
Menghindari makanan kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
Kurang informasi Tidak ada tanda intake Fe
Kurang minat pada malnutrisi - Anjurkan pasien
makanan Menunjukan untuk meningkatkan
Page 29
DAFTAR PUSTAKA
Nuratif Amin Huda & Kusuma Hardhi., 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2, MediAction,
Jogjakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor.
Buku ajar ilmu bedah.Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Crowin,E.J.2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar.Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC
Page 30