Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization)
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak
kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi
hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen,
meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan
hampir sama (Rismawati, 2012).
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk
yang cukup tinggi (Sulistyawati, 2013). Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan
bahwa jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia, yaitu sebanyak 237.556.363 jiwa
atau bertambah sekitar 32 juta dilihat dari jumlah penduduk tahun 2000.
Pemerintah melakukan konsep pembatasan kelahiran atau pengaturan jarak kelahiran
sebagai upaya untuk mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan pengendalian jumlah
kelahiran, dengan program Keluarga Berencana (KB). Pemerintah menghimbau
masyarakat untuk menggunakan metode kontrasepsi sebagai pengendalian jumlah
kelahiran. Metode kontrasepsi tersebut terdiri dari metode sederhana: 2,78%; hormon:
91,56%; dan mantap: 5,56% (BKKBN, 2013).
Hasil survei ketiga metode kontrasepsi tersebut, paling banyak pemakaiannya adalah
alat kontrasepsi hormonal pada perempuan berumur 15- 49 tahun berstatus kawin di
Provinsi Jawa Tengah (BKKBN, 2013). Kontrasepsi hormonal merupakan metode
kontrasepsi yang efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan, sehingga menjadi pilihan
yang paling diminati (Meilani, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah pengetahuan,
dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang
kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi. Pengalaman istri dalam
penggunaan kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman
1
baik akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti program keluarga berencana
(Gustikawati, 2014). Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi,
karena istri yang mendapat dukungan dari suami akan menggunakan kontrasepsi secara
terus menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan sedikit yang
menggunakan kontrasepsi (Aryanti,2014).

B. Rumusan Masalah
Rumusan maslaah dalam penulisan makalah ini adalah “bagaimanakah asuhan kebidanan
pada keluarga berencana dan kontrasepsi?”

C. Tujuan
1). Tujuan Umum
Unutk memahami keluarga berencana dan kontrasepsi.
2). Tujuan Khusus
2.1 Mengetahui definisi keluarga berencana
2.2 Mengetahui tujuan program KB
2.3 Mengetahui ruang lingkup program KB
2.4 Mengetahui manfaat KB
2.5 Mengetahui definisi kontrasepsi
2.6 Mengetahui daya guna kontrasepsi
2.7 Mengetahui pemilihan metode kontrasepsi
2.8 Mengetahui jenis kontrasepsi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga Berencana


Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau
cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

2.2 Tujuan Program KB


Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan
angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan
kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan
menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan
anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).

2.3 Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
2.3.1 Keluarga berencana
2.3.2 Kesehatan reproduksi remaja
2.3.3 Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
2.3.4 Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
2.3.5 Keserasian kebijakan kependudukan
2.3.6 Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
2.3.7 Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

2.4 Manfaat KB
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah melalui
program KB. Keluarga Berencana dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:

3
2.4.1 Kehamilan terlalu dini.
Wanita yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat
terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya belum sepenuhnya
tumbuh cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagi pula, bayinya pun
dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun (Prawirohardjo,
2008).
2.4.2 Kehamilan terlalu terlambat
Wanita yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan
terancam banyak bahaya. Khususnya bila ibu mempunyai problem kesehatan lain,
atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2008).
2.4.3 Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakkan jaraknya
Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh wanita.
Kalau ibu belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak
sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya
kematian menghadang (Prawirohardjo, 2008).
2.4.4 Terlalu sering hamil dan melahirkan
Wanita yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat
pendarahan hebat dan macam-macam kelainan bila ibu terus saja hamil dan
bersalin lagi (Prawirohardjo, 2008).
2.5 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2009). Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
2.6 Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi
dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
2.5.1 Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
2.5.2 Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan
sebagainya.
4
2.6 Pemilihan Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:
2.6.1 Aman atau tidak berbahaya
2.6.2 Dapat diandalkan
2.6.3 Sederhana
2.6.4 Murah
2.6.5 Dapat diterima oleh orang banyak
2.6.6 Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu:


a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.

2.7 Jenis Kontrasepsi


2.7.1 Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus,
Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan
Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan
5
metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks
dan spermisida (Handayani, 2010).
a. Metode kalender
Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang diperoleh dari
informasi yang dikumpulkan dari sejumlah menstruasi secara berurutan.
Untuk mengidentifikasi hari subur, dilakukan pencatatan siklus menstruasi
dengan durasi minimal enam dan dianjurkan dua belas siklus. Untuk
menjamin efektivitas maksimum, metode kalender sebaiknya dikombinasikan
dengan indikator-indikator lainnya (Saifuddin, 2006).
b. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara
yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang
dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL
efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup
asupan perlaktasi (Saifuddin, 2006).
c. Metode suhu tubuh
Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan suhu
basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C. Peningkatan suhu tubuh adalah
indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya
memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur diperlukan
pantang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa subur
bukan awalnya (Saifuddin, 2006).
d. Senggama terputus (koitus interuptus)
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap pelaksanaannya (angka kegagalan 4– 18
kehamilan per 100 wanita) (Saifuddin, 2006)
e. Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah Infeksi
Menular Seksual termasuk HIV/AIDS (Saifuddin, 2006).
6
f. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks (saifuddin, 2006).
g. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol
(busa), tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam bentuk
krim (Saifuddin, 2006).
2.7.2 Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang
hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil
dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron
terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
h. Menakisme kerja
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di
samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone
Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil
konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima
implantasi (Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka
estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah
ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu
7
pengaturan hormon realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan
dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan
endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan
melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum
yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping
yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai
muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh
kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan.
Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian
garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang- kadang efek
samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan
kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan
untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen
yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon
progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan
dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan
disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang
payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang
kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron
dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida
albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi
air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala,
perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea,
dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan
payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi
berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
i. Jenis kontrasepsi hormonal
1) Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron
oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid
8
yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan
akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk
mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar,
dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
a) Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-
99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
b) Jenis pil KB
 Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi
hormonnya konstan setiap hari.
 Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
 Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang
berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap
hari (Sulistyawati, 2013).
c) Cara kerja
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lender serviks
 Pergerakan tuba terganggu hingga transportasi ovum akan
terganggu (Saifuddin, 2010)
d) Keuntungan
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
 Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
 Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
 Mudah dihentikan setiap saat
 Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan

9
 Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea (Handayani, 2010).
e) Kerugian
 Amenorhea
 Perdarahan haid yang berat
 Perdarahan diantara siklus haid
 Depresi
 Kenaikan berat badan
 Mual dan muntah Perubahan libido
 Hipertensi
 Jerawat
 Nyeri tekan payudara
 Pusing
 Sakit kepala
 Kesemutan dan baal bilateral ringan
 Mencetuskan moniliasis
 Cloasma
 Pelumasan yang tidak mencukupi
 Disminorea
 Hipertrofi atau ekropi serviks (Sinclair, 2010)
2) Suntik
a) Efektivitas
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat
efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita
akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2
per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2004).
b) Jenis kontrasepsi suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :

10
 Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah bokong).
 Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200
mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara
di suntik intramuscular (di daerah bokong).
c) Cara kerja
 Mencegah ovulasi
 Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
 Menjadikan selaput lender Rahim tipis dan atrofi
 Menghambat tansportasi gamet oleh tuba fallopii (SUlistyawati,
2013).
d) Keuntungan
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih
35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor
jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul (Sulistyawati, 2013).
e) Keterbatasan
 Gangguan haid
 Leukhorea atau keputihan
 Galaktorea
 Jerawat
 Rambut rontok
 Perubahan berat badan
 Perubahan libido (Sulistyawati, 2013)

11
3) Implant
a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implanon
 Nyaman
 Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
 Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
 Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
 Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, dan amenorea
 Aman dipakai pada masa laktasi.
b) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6
mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-
Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
 Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75
mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c) Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Lendir serviks menjadi kental
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi.
d) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI

12
 Klien hanya kembali jika ada keluhan
 Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi dan memperbaiki anemia
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan kejadian endometriosis
e) Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.
2.7.3 Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung
hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20
mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
a. Keuntungan
Menurut Saifuddin (2010), keuntungan pemakaian kontrasepsi IUD adalah :
 Dapat segera aktif setelah pemasangan
 Metode jangka panjang
 Tidak mempengaruhi produksi ASI
 Tidak mengurangi laktasi
 Kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas
 Dapat di pasang segera setelah melahirkan
 Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman
terhadap resiko kehamilan.
b. Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah
 Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang
 Multigravida

13
 Wanita yang mengalami kesulitan menggunakan kontrasepsi lain
(Glasier, 2005).
c. Mekanisme kerja IUD
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah terjadinya pembuahan dengan
penghambatan bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah
sperma yang mencapai tuba fallopi dan menonaktifkan sperma. (Glasier,
2005).
Mekanisme kerja IUD adalah menghambat bersatunya sperma dan
ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi,
menonaktifkan sperma, menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi
pergerakan sperma. Selain itu IUD dapat menimbulkan reaksi radang pada
endometrium dengan mengeluarkan leokosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sperma. IUD yang mengandung tembaga juga dapat
menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfase alkali, memblok
bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai
tuba fallopi dan menonaktifkan sperma (Glasier, 2005).
2.7.4 Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu
memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak
dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
a. Tubektomi Tubektomi adalah satu – satunya kontrasepsi yang permanent.
metode ini melibatkan pembedahan abdominal dan perawatan di rumah sakit
yang melibatkan waktu yang cukup lama (Everett, 2007).
1) Efektivitas
Tubektomi ini mempunyai efektivitas nya 99,4 % - 99,8 % per 100 wanita
pertahun. Dengan angka kegagalan 1 – 5 per 100 kasus (Everett, 2007).
2) Keuntungan
Keuntungan tobektomi adalah efektivitas tinggi, permanen, dapat segera
efektif setelah pemasangan(Everett, 2007).

14
3) Kerugian
Kerugian tobektomi adalah melibatkan prosedur pembedahan dan
anastesi, tidak mudah kembali kesuburan (Everett, 2007).
4) Indikasi
Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai anak,
wanita yang tidak menginginkan anak lagi (Everett, 2007).
5) Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak setujuan terhadap operasi dari salah satu
pasangan, penyakit psikiatik, keadaan sakit yang dapat meningkatkan
resiko saat operasi (Everett, 2007).
6) Efek samping
Efek samping tubektomi dalah jika ada kegagalan metode maka ada
resiko tinggi kehamilan ektopik, meras berduka dan kehilangan (Everett,
2007).
b. Vasektomi
Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi permanent yang popular untuk banyak
pasangan. Vasektomi adalah pemotongan vas deferen, yang merupakan
saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis ke vesikula
seminalis (Everett, 2007).
1) Efektivitas
Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka
kegagalan langsungnya adalah 1 dalam 1000, angka kegagalan lanjutnya
adalah antara 1 dalm 3000 (Everett, 2007).
2) Keuntungan
Keuntungan adalah metode permanent, efektivitas permanen,
menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan, prosedur aman dan sederhana (Everett, 2007).
3) Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak mampuan fisik yang serius, masalah
urologi, tiadak didukung oleh pasangan (Everett, 2007).
4) Efek samping
Efek samping adalah infeksi, hematoma, granulose sperma (Everett,
2007).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Tujuan dilaksanakannya program KB ini adalah
membentukkeluarga kecil sejahtera sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak. Manfaat program KB adalah mencegah
terjadinya bahaya akibat factor tiga T, yaitu terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu
sering hamil dan jarak kehamilan terlalu dekat. Alat kontrasepsi yang digunakan dalam
program KB terbagi menjadi kontrasepsi alamiah, hormonal, dan AKDR.
B. Saran
1. Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang keluarga berencana dan kontrasepsi
2. Tenaga kesehatan
Menurunkan kejadian kehamilan berisiko dan menurunkan angka kelahiran dengan
memberikan konseling keluarga berencana dan kontrasepsi.

16
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.


Everett, S. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta: EGC.
Glasier, A & Gabbie, A. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Manuaba,IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan.
Edisi 2. Jakarta:EGC.
Meilani N. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana (dilengkapi dengan penuntun belajar).
Fitramaya, Ygyakarta.
Nugroho, T; Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pendit B. U., dkk. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo,S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sinclair, C. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC Jakarta.
Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

17

Anda mungkin juga menyukai