PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization)
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak
kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi
hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen,
meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan
hampir sama (Rismawati, 2012).
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk
yang cukup tinggi (Sulistyawati, 2013). Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan
bahwa jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia, yaitu sebanyak 237.556.363 jiwa
atau bertambah sekitar 32 juta dilihat dari jumlah penduduk tahun 2000.
Pemerintah melakukan konsep pembatasan kelahiran atau pengaturan jarak kelahiran
sebagai upaya untuk mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan pengendalian jumlah
kelahiran, dengan program Keluarga Berencana (KB). Pemerintah menghimbau
masyarakat untuk menggunakan metode kontrasepsi sebagai pengendalian jumlah
kelahiran. Metode kontrasepsi tersebut terdiri dari metode sederhana: 2,78%; hormon:
91,56%; dan mantap: 5,56% (BKKBN, 2013).
Hasil survei ketiga metode kontrasepsi tersebut, paling banyak pemakaiannya adalah
alat kontrasepsi hormonal pada perempuan berumur 15- 49 tahun berstatus kawin di
Provinsi Jawa Tengah (BKKBN, 2013). Kontrasepsi hormonal merupakan metode
kontrasepsi yang efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan, sehingga menjadi pilihan
yang paling diminati (Meilani, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah pengetahuan,
dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang
kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi. Pengalaman istri dalam
penggunaan kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman
1
baik akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti program keluarga berencana
(Gustikawati, 2014). Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi,
karena istri yang mendapat dukungan dari suami akan menggunakan kontrasepsi secara
terus menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan sedikit yang
menggunakan kontrasepsi (Aryanti,2014).
B. Rumusan Masalah
Rumusan maslaah dalam penulisan makalah ini adalah “bagaimanakah asuhan kebidanan
pada keluarga berencana dan kontrasepsi?”
C. Tujuan
1). Tujuan Umum
Unutk memahami keluarga berencana dan kontrasepsi.
2). Tujuan Khusus
2.1 Mengetahui definisi keluarga berencana
2.2 Mengetahui tujuan program KB
2.3 Mengetahui ruang lingkup program KB
2.4 Mengetahui manfaat KB
2.5 Mengetahui definisi kontrasepsi
2.6 Mengetahui daya guna kontrasepsi
2.7 Mengetahui pemilihan metode kontrasepsi
2.8 Mengetahui jenis kontrasepsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Manfaat KB
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah melalui
program KB. Keluarga Berencana dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:
3
2.4.1 Kehamilan terlalu dini.
Wanita yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat
terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya belum sepenuhnya
tumbuh cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagi pula, bayinya pun
dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun (Prawirohardjo,
2008).
2.4.2 Kehamilan terlalu terlambat
Wanita yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan
terancam banyak bahaya. Khususnya bila ibu mempunyai problem kesehatan lain,
atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2008).
2.4.3 Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakkan jaraknya
Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh wanita.
Kalau ibu belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak
sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya
kematian menghadang (Prawirohardjo, 2008).
2.4.4 Terlalu sering hamil dan melahirkan
Wanita yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat
pendarahan hebat dan macam-macam kelainan bila ibu terus saja hamil dan
bersalin lagi (Prawirohardjo, 2008).
2.5 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2009). Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
2.6 Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi
dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
2.5.1 Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
2.5.2 Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan
sebagainya.
4
2.6 Pemilihan Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:
2.6.1 Aman atau tidak berbahaya
2.6.2 Dapat diandalkan
2.6.3 Sederhana
2.6.4 Murah
2.6.5 Dapat diterima oleh orang banyak
2.6.6 Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
9
Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea (Handayani, 2010).
e) Kerugian
Amenorhea
Perdarahan haid yang berat
Perdarahan diantara siklus haid
Depresi
Kenaikan berat badan
Mual dan muntah Perubahan libido
Hipertensi
Jerawat
Nyeri tekan payudara
Pusing
Sakit kepala
Kesemutan dan baal bilateral ringan
Mencetuskan moniliasis
Cloasma
Pelumasan yang tidak mencukupi
Disminorea
Hipertrofi atau ekropi serviks (Sinclair, 2010)
2) Suntik
a) Efektivitas
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat
efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita
akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2
per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2004).
b) Jenis kontrasepsi suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
10
Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah bokong).
Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200
mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara
di suntik intramuscular (di daerah bokong).
c) Cara kerja
Mencegah ovulasi
Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
Menjadikan selaput lender Rahim tipis dan atrofi
Menghambat tansportasi gamet oleh tuba fallopii (SUlistyawati,
2013).
d) Keuntungan
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih
35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor
jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul (Sulistyawati, 2013).
e) Keterbatasan
Gangguan haid
Leukhorea atau keputihan
Galaktorea
Jerawat
Rambut rontok
Perubahan berat badan
Perubahan libido (Sulistyawati, 2013)
11
3) Implant
a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implanon
Nyaman
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, dan amenorea
Aman dipakai pada masa laktasi.
b) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6
mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-
Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75
mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c) Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Lendir serviks menjadi kental
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
Mengurangi transportasi sperma
Menekan ovulasi.
d) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
Tidak mengganggu ASI
12
Klien hanya kembali jika ada keluhan
Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
Mengurangi nyeri haid
Mengurangi jumlah darah haid
Mengurangi dan memperbaiki anemia
Melindungi terjadinya kanker endometrium
Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan kejadian endometriosis
e) Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.
2.7.3 Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung
hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20
mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
a. Keuntungan
Menurut Saifuddin (2010), keuntungan pemakaian kontrasepsi IUD adalah :
Dapat segera aktif setelah pemasangan
Metode jangka panjang
Tidak mempengaruhi produksi ASI
Tidak mengurangi laktasi
Kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas
Dapat di pasang segera setelah melahirkan
Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman
terhadap resiko kehamilan.
b. Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah
Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Multigravida
13
Wanita yang mengalami kesulitan menggunakan kontrasepsi lain
(Glasier, 2005).
c. Mekanisme kerja IUD
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah terjadinya pembuahan dengan
penghambatan bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah
sperma yang mencapai tuba fallopi dan menonaktifkan sperma. (Glasier,
2005).
Mekanisme kerja IUD adalah menghambat bersatunya sperma dan
ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi,
menonaktifkan sperma, menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi
pergerakan sperma. Selain itu IUD dapat menimbulkan reaksi radang pada
endometrium dengan mengeluarkan leokosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sperma. IUD yang mengandung tembaga juga dapat
menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfase alkali, memblok
bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai
tuba fallopi dan menonaktifkan sperma (Glasier, 2005).
2.7.4 Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu
memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak
dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
a. Tubektomi Tubektomi adalah satu – satunya kontrasepsi yang permanent.
metode ini melibatkan pembedahan abdominal dan perawatan di rumah sakit
yang melibatkan waktu yang cukup lama (Everett, 2007).
1) Efektivitas
Tubektomi ini mempunyai efektivitas nya 99,4 % - 99,8 % per 100 wanita
pertahun. Dengan angka kegagalan 1 – 5 per 100 kasus (Everett, 2007).
2) Keuntungan
Keuntungan tobektomi adalah efektivitas tinggi, permanen, dapat segera
efektif setelah pemasangan(Everett, 2007).
14
3) Kerugian
Kerugian tobektomi adalah melibatkan prosedur pembedahan dan
anastesi, tidak mudah kembali kesuburan (Everett, 2007).
4) Indikasi
Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai anak,
wanita yang tidak menginginkan anak lagi (Everett, 2007).
5) Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak setujuan terhadap operasi dari salah satu
pasangan, penyakit psikiatik, keadaan sakit yang dapat meningkatkan
resiko saat operasi (Everett, 2007).
6) Efek samping
Efek samping tubektomi dalah jika ada kegagalan metode maka ada
resiko tinggi kehamilan ektopik, meras berduka dan kehilangan (Everett,
2007).
b. Vasektomi
Vasektomi adalah pilihan kontrasepsi permanent yang popular untuk banyak
pasangan. Vasektomi adalah pemotongan vas deferen, yang merupakan
saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis ke vesikula
seminalis (Everett, 2007).
1) Efektivitas
Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka
kegagalan langsungnya adalah 1 dalam 1000, angka kegagalan lanjutnya
adalah antara 1 dalm 3000 (Everett, 2007).
2) Keuntungan
Keuntungan adalah metode permanent, efektivitas permanen,
menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan, prosedur aman dan sederhana (Everett, 2007).
3) Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak mampuan fisik yang serius, masalah
urologi, tiadak didukung oleh pasangan (Everett, 2007).
4) Efek samping
Efek samping adalah infeksi, hematoma, granulose sperma (Everett,
2007).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Tujuan dilaksanakannya program KB ini adalah
membentukkeluarga kecil sejahtera sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak. Manfaat program KB adalah mencegah
terjadinya bahaya akibat factor tiga T, yaitu terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu
sering hamil dan jarak kehamilan terlalu dekat. Alat kontrasepsi yang digunakan dalam
program KB terbagi menjadi kontrasepsi alamiah, hormonal, dan AKDR.
B. Saran
1. Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang keluarga berencana dan kontrasepsi
2. Tenaga kesehatan
Menurunkan kejadian kehamilan berisiko dan menurunkan angka kelahiran dengan
memberikan konseling keluarga berencana dan kontrasepsi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17