Anda di halaman 1dari 6

STEP 1

1. Bangsal
2. Komunikasi
3. Stroke
4. Penurunan fungsi pendengaran
Jawaban :
1. Ruang rawat inap pasien
2. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan
melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan
kepada penerima pesan.
3. Stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan berkembangnya tiba-tiba defisit
neurologis persisten fokus sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah. (Geyer, 2009)
4. Penurunan fungsi pendengaran adalah berkurangnya kemampuan untuk mendengar, yang
umumnya disebabkan oleh faktor usia.

STEP 2

1. Bagaimana contoh komunikasi terapeutik pada klien?


2. Komunikasi apakah yang diberikan oleh pasien pada kasus?
3. Bagaimana cara perawat mengkaji pasien, apa secara langsung atau tidak?
4. Jelaskan cara yang tepat untuk berkomunikasi pada pasien yang mudah marah.
5. Bagaimana teknik komunikasi yang tepat untuk pasien yang mengalami penurunan fungsi
pendengaran?
6. Apakah hambatan yang dirasakan perawat saat berkomunikasi?
7. Bagaimana hubungan intrapersonal antara pasien dengan perawat?
8. Apa komunikasi non verbal yang dapat dilakukan untuk menunjang komunikasi verbal
yang telah dilakukan perawat?
9. Apa yang menyebabkan pasien merasa tidak diperhatikan?
10. Apa hubungan stroke dengan gangguan pendengaran?
11. Mengapa pada lansia sering mengalami perubahan emosi?
STEP 3

1. Contoh komunikasi terapeutik pada klien


a. Fase Pra Interaksi (Fase Persiapan)

Sebelum berjumpa dengan pasien sebaik nya perawat mengetahui terlebih dahulu
berbagai hal diantaranya: indentitas, alamat, pekerjaan dan penyakit yang saat ini
sedang diderita oleh pasien, sehingga perawat pada tahap ini secara tidak
langsung sudah berkenalan dengan pasien.

b. Tahap Orientasi (Tahap Perkenalan)

Pada tahap ini perawat sudah datang dan bertatap langsung dengan pasien dengan
melihat kondisinya secara langsung. Fase ini disebut juga dengan fase perkenalan.
Adapun contoh dialognya adalah sebagai berikut:

Perawat : Selamat pagi ibu….


Pasien : Pagi ………..
Perawat : Apa ini benar dengan ibu Yani ……….?
Pasien : Ia benar na …..
Perawat : Perkenal kan bu’ saya perawat Agus…. Saya yang akan memeriksa ibu
pagi hari menggantikan piket nya perawat Nining yang biasa memeriksa ibu’….
(senyum lalu bertanya) “ Bagaimana keadaan ibu hari ini …?
Pasien : Oh iya…., keadaan saya hari ini udah sedikit mendingan dari yang
kemarin…
perawat : syukur deh bu…. berarti itu tanda nya ibu akan segera pulih kembali

Pada tahap ini walaupun kita telah mengetahui nama pasien akan tetapi agar lebih
dekat sebaiknya kita kembali menanyakan nama pasien, inilah titik awal kerja
sama antar perawat dengan pasien.

3. Tahap Kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari komunikasi terapeutik. Pada tahap ini
sudah masuk pada rencana apa yang akan kita berikan sebagai seorang perawat.

Perawat : Apakah saya bisa mula memeriksa ibu’……


Pasien : iya bisa na Agus ……
Perawat : Saya akan memulai dengan memeriksa tekanan darah ibu. Bisa kah ibu
menjulur kan tangan ibu..
Pasien : Oh iya bisa na….
Perawat : tekanan darah ibu saat ini 120/80 MmHg ….. lebih baik dari
kemarin… yang saya lihat di catatan darah ibu’ 140/90 MmHg..
Pasien : oohh iya ….? akan tetapi saya sedikit takut karna kepala saya sampai
saat ini masih terasa pusing seperti beputar – putar …. Apakah itu tak mengapa ?
Perawat : ooohhh ngga’ kok bu’ itu adalah hal yang wajar akan tetapi seiring
dengan waktu rasa pusing yang ibu rasa kan akan perlahan–lahan hilang.
Pasien : Apakah sebaik nya itu tidak diberikan obat saja oleh dokter na Agus….
?
Perawat : Oohh ngga’ perlu di berikan obat itu bu’ karna ditakutkan jika ibu
banyak mengonsumsi obat bukan malah sembuh penyakit ibu akan tetapi lebih
parah….
Pasien : Ohh ya na… ? baik lah …. Jika begitu terima kasih untuk saran nya ….
Perawat : Sama – sama ibu ….

4. Tahap Terminasi

Tahapan Ini merupakan akhir dari pertemuan, dimana seorang perawat harus
berpisah dengan seorang pasien.

Perawat : Apakah ibu masih ingin bertanya ….


Pasien : Tidak na Agus….
Perawat : baiklah, jika ibu sudah tidak ingin bertanya lagi maka saya izin permisi
ya ibu, nanti saya akan sering-sering melihat perkembangan ibu.
Pasien : Baik na ….
Perawat : Permisi ibu, selamat pagi….
Pasien : Selamat pagi….

2. Komunikasi yang diberikan paseian pada kasus adalah komunikasi verbal ( isyarat ) dan
non verbal ( sentuhan ).
3. Cara perawat mengkaji pasien adalah dengan cara Auto Anamnesa yaitu anamnesa yang
dilakukan langsung kepada pasien karena pasien kuasa atau mampu melakukan tanya
jawab.dan Allo Anamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan secara tak langsung karena
pasien tak kuasa mampu melakukan tanya jawab.
4. Cara yang tepat untuk berkomunikasi pada pasien yang mudah marah adalah :
a. Dengarkan.
 Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti permasalahannya, jangan
lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan dengan perasaan dan emosi,
bukan sesuatu yangrasional. Emosi selalu menutupi maksud pasien yang
sesungguhnya.
 Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien yang
lelah,gelisah, sakit, khawatir akan vonis dokter, dll.
 Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien
(telepon,tamu lain, dll).
 Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita benar-benar
mendengarkan mereka.
b. Berusaha sependapat dengan pasien.
 Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah satu
taktikmeredakan marahnya pasien, kita mencari point-point dalam pernyataan
pasien yang bisa kita setujui. Misalnya, “Ya Pak, saya sependapat bahwa tidak
seharusnya pasien menunggu lama untuk bisa mendapatkan kamar. Tapi saat ini
kamar perawatan kamimemang sedang penuh, kami berjanji akan mencari jalan
keluarnya dan melaporkannya pada Bapak sesegera mungkin.”
c. Tetap tenang dan kuasai diri.
 Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang sedang
cemas,gelisah dan khawatir akan kondisi diri atau keluarganya, sehingga sangat
bisadimengerti bahwa dalam kondisi seperti itu seseorang cenderung
bertindakemosional.
 Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan menenangkan.
Janganterbawa oleh nada suara pasien yang cenderung tinggi dan cepat.
 Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
 Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas masukannya,
dansebut pasien dengan namanya.
5. Teknik komunikasi yang tepat untuk pasien yang mengalami penurunan fungsi
pendengaran adalah :
 Menggunakan bahasa isyarat : bagi kebanyakan penderita gangguan pendengaran
metode ini paling di sukai. Tapi jika tenaga kesehatan tidak menguasai bahasa
isyarat meminta bantuan penerjemah professional merupakan alternative. Tetapi
harus meminta persetujuan klien karena informasi yang diberikan berkaitan
dengan masalah kesehatan klien.
 Membaca bibir : jika klien bisa membaca bibir, tenaga kesehatan tidak perlu
melebih lebihkan gerakan bibirnya karena tindakan itu akan mendistorsi gerakan
bibir dan menganggu oenafsiran kata kata.
 Materi tulis : dapat berupa alat peraga seperti gambar yang sederhana, lukisan
atau diagram.
 Verbalisasi oleh klien : pada metode ini tenaga kesehatan harus menghindari
interupsi saat klien berbicara.
 Memperkeras bunyi : tenaga kesehatan harus berbicara lambat, tidak berteriak dan
memberikan waktu yang cukup banyak bagi klien untuk mencerna informasi.
6. Hambatan yang dialami perawat saat berkomunikasi dengan klien adalah :
 Kurangnya mendapat informasi dari klien karena klien mudah marah.
 Kesulitan dalam berkomunikasi karena penurunan fungsi kesadaran.
 Klien mudah marah dank lien lanisa yang mudah tersinggung.
 Pesan yang disampaikan perawat tidak sampai pada pasien.
7. Hubungan interpersonal antara perawat dengan klien adalah :
 Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien
percaya pada hal-hal yang diperlukan.
 Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan egonya.
 Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal
penyembuhan dan peningkatan kesehatan.
 Mempererat hubungaan atau interaksi antara pasien dengan terapis (tenaga
kesehatan) secara professional dalam rangka membantu penyelesaian masalah
pasien.
8. Komunikasi non verbal yang dapat dilakukan untuk menunjang komunikasi verbal yang
telah dilakukan perawat adalah dengan menyentuh pasien,menatap mata pasien, dengan
bantuan alat tulis, dan bahasa isyarat.
9. Yang menyebabkan pasien merasa tidak diperhatikan ialah factor presepsi, emosi, dan
kelainan perilaku.
10. Hubungan stroke dengan gangguan pendengaran adalah pada stroke biasanya pembuluh
darah meningkat sehingga sirkulasi darah ke telinga terganggu.

11. Adanya perasaan tidak enak yang harus dihadapi oleh para lanjut usia seperti merasa
tersisih, merasa tak dibutuhkan lagi, penyakit yang tak kunjung sembuh ataupun
kematian pasangan akan menimbulkan rasa tidak percaya diri, depresi, ketakutan
sehingga lanjut usia sulit menyelesaikan suatu masalah dan melakukan penyesuaian diri.

Maksud dari penyesuaian diri pada usia lanjut disini adalah kemampuan usia lanjut untuk
menghadapi tekanan akibat perubahan fisik maupun sosial psikologis yang dialaminya
dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari lingkungan, yang
disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga
memenuhi kebutuhannya tanpa menimbulkan masalah baru.
STEP 4

tindakan perawat :
- gangguan pendengaran
laki laki 75 th - komunikasi bahasa
-mudah emosi karena sederhana dan jelas
stroke
merasa tidak diperhatikan
-berikan sentuhan

1. hambatan komunikasi
komunikasi terapeutik pada kasus
pada lansia 2. srategi komunikasi pada
kasus

DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas. 2005. Buku Saku Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai