Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

NOVEMBER 2017

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN HBSAG


POSITIF SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DALAM UPAYA
PENAPISAN HEPATITIS B DI RSKD IBU & ANAK
PERTIWI MAKASSAR PERIODE 2016/2017

OLEH :
Sri Wahyu
C111 14 041

PEMBIMBING :
dr. Rizalinda Sjahril, M.Sc., Ph.D

DIBAWAKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN


PENYELESAIAN PENDIDIKAN SARJANA (S1) KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya.
Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa tulisan,
data, gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan
ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik dan melakukannya akan


menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik yang
lain.

SRI WAHYU
NIM C111 14 041

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Prevalensi dan Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif sebagai

Penanda Serologis dalam Upaya Penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu & Anak

Pertiwi Makasssar periode 2016/2017” sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran.

Proses penyusunan skripsi ini melalui berbagai macam kendala namun berkat

bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih

kepada kedua orang tua peneliti yang senantiasa bersabar dan memberikan dorongan

untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Rizalinda Sjahril, M.Sc, Ph.D

selaku pembimbing yang senantiasa mengawal peneliti dari awal hingga akhir proses

penyusunan skripsi ini. Beliau dengan sabar membimbing peneliti dalam penentuan

judul, penyusunan proposal, pengambilan data hingga skripsi ini selesai disusun.

Tak lupa pula peneliti ucapkan terima kasih kepada gelas-gelas kopi yang tak

terhitung jumlahnya yang senantiasa menemani disetiap malam yang peneliti

lewatkan untuk menyusun skripsi ini. Kepada deretan lagu-lagu yang tanpa henti

mengiringi kata demi kata yang peneliti rangkai hingga menjadi bab-bab dalam

skripsi ini.

vi
Terakhir, terima kasih kepada teman seperjuangan skripsi Rahmi Islamiana

yang selama ini menjadi teman berkeluh kesah, teman diskusi, teman berbagi solusi,

teman menunggu dan teman ujian semenjak ujian proposal.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna.

Olehnya itu, peneliti mohon maaf atas segala kesalahan dalam penyusunan skripsi ini.

Saran dan kritik pembaca adalah hal yang sangat dibutuhkan peneliti sebagai bahan

evaluasi agar dapat menjadi lebih baik lagi. Sekali lagi terima kasih kepada seluruh

pihak yang turut serta dalam melancarkan proses penyusunan skripsi ini. Skripsi ini

adalah pengalaman yang sangat berarti bagi peneliti dan semoga dapat bermanfaat

bagi pendidikan.

Makassar, 14 November 2017

Sri Wahyu

vii
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Skripsi, November 2017
ABSTRAK
Sri Wahyu (C11114041)
“Prevalensi dan Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Sebagai
Penanda Serologis dalam Upaya Penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu & Anak
Pertiwi Makassar Periode 2016/2017”

Latar belakang: Hepatitis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia dimana
menurut WHO, terdapat lebih dari 2 milyar orang yang terinfeksi HBV dan sekitar
378 juta Hepatitis kronik carrier di dunia. Sulawesi Selatan termasuk dalam lima
provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil
penelitian Fujiko dkk pada tahun 2015, dari 943 ibu hamil di Makassar yang
mendatangi klinik untuk asuhan antenatal terdapat 64 (6.8%) yang positif HBsAg. Di
negara berkembang, termasuk Indonesia, penularan virus Hepatitis B secara vertikal
masih memegang peranan penting dalam penyebaran virus Hepatitis B. Maka
pencegahan penularan secara vertikal merupakan salah satu aspek yang paling
penting dalam memutus rantai penularan Hepatitis B. Langkah awal pencegahan
penularan secara vertikal adalah dengan melakukan penapisan HBsAg pada setiap ibu
hamil. Metode penapisan HBsAg bisa menggunakan pemeriksaan cepat (rapid test).
Tujuan Penelitian: untuk memperoleh informasi mengenai prevalensi dan
karakteristik ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai penanda serologis dalam upaya
penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017.
Metode Penelitian: penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
menggunakan data sekunder yaitu data rekam medik.
Sampel: semua pasien ibu hamil yang menjalani pemeriksaan HBsAg di RSKD Ibu
& Anak Pertiwi Makassar dengan melihat data pencatatan laboratorium untuk
mengetahui prevalensi, serta melihat rekam medik ibu hamil dengan HBsAg positif
untuk mengetahui karakteristik. Sampel yang diambil yaitu satu tahun terakhir dari
bulan September 2016-Agustus 2017.
Hasil Penelitian: prevalensi ibu hamil dengan HBsAg positif di RSKD Ibu & Anak
Pertiwi Makassar periode 2016/2017 sebesar 2.4% (94 orang dari 3864 yang
diperiksa), ibu hamil terbanyak pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun
sebanyak 22 orang (26.2%), pada tingkat pendidikan menengah sebanyak 53 orang
(63.1%), pada kelompok tidak bekerja (IRT) sebanyak 64 orang (76.2%), pada
trimester III sebanyak 77 orang (91.7%), pada kelompok multigravida sebanyak 66
orang (78.6%), pada kelompok jumlah paritas ≥2 sebanyak 33 orang (39.3%), pada
kelompok jumlah abortus 0 sebanyak 70 orang (83.3%).

Kata Kunci: Hepatitis B, HBsAg, ibu hamil

viii
Medical Faculty
Hasanuddin University
Skripsi, November 2017
ABSTRACT
Sri Wahyu (C11114041)
“Prevalence and Characteristic of Pregnant Woman with Positive HBsAg as
Serological Marker in order to Screen Hepatitis B at RSKD Ibu & Anak Pertiwi
Makassar in 2016/2017”

Background: Hepatitis B is one of the major health problems in the world where
according to WHO, there are more than 2 billion people have been infected with
HBV (Hepatitis B Virus) and about 378 million people of chronic Hepatitis B carrier.
South Sulawesi is one of five provinces with highest prevalence of Hepatitis in
Indonesia. According to research done by Fujiko et al in 2015, from 943 pregnant
women in Makassar who attended antenatal care, there are 64 (6.8%) with HBsAg
positive. In the developing country such as Indonesia, vertical transmission of HBV
still plays an important role in the spread of Hepatitis B. The first prevention step of
vertical transmission is by screening HBsAg in every pregnant women. HBsAg
screening method can be performed by using rapid test.
Aim/Purpose: to get information about prevalence and characteristics of pregnant
women with positive HBsAg as serological markers in Hepatitis B screening efforts
at RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar in 2015/2016.
Methods: this research is a descriptive study based on medical records as secondary
data.
Sample: all pregnant women who underwent examination of HBsAg in RSKD Ibu &
Anak Pertiwi Makassar based on laboratory reports to determine the prevalence,
along with the medical records of pregnant women with positive HBsAg to determine
the characteristics. Data collected were those recorded from September 2016 to
August 2017.
Results: there were 94 (2.4%) pregnant women with HBsAg positive of 3864
pregnant women tested in di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar in 2016/2017, in
the age group 25-29 years and 30-34 years there were 22 people (26.2%), 53 people
(63.1%) in secondary education, 64 people (76.2%) in housewife who did not work,
77 people (91.7%) in the third trimester, 66 people (78.6%) are multigravida, 33
people (39.3%) with more than 2 times parity, and 70 people (83.3%) who have never
experienced abortus.
Keywords: Hepatitis B, HBsAg, pregnant women

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xv
DAFTAR DIAGRAM...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah..................................................................... 3
1.3 Tujuan penelitian...................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
2.1 Penyakit Hepatitis... ................................................................. 6
2.1.1 Definisi Hepatitis B...................................................... 6
2.1.2 Epidemiologi Hepatitis B............................................. 7
2.1.3 Virologi Hepatitis B ..................................................... 8

x
2.1.4 Patogenesis Hepatitis B................................................ 9
2.1.5 Klasifikasi Hepatitis B ................................................. 10
2.1.5.1. Hepatitis B akut............................................... 10
2.1.5.2. Hepatitis B kronik ........................................... 11
2.1.6 Gejala Klinis Hepatitis B ............................................. 13
2.1.7 Diagnosis Hepatitis B................................................... 14
2.1.8 Prognosis Hepatitis B................................................... 14
2.1.9 Faktor Risiko dan Penularan Hepatitis B ..................... 15
2.1.10 Pencegahan Hepatitis B................................................ 18
2.1.11 Penatalaksanaan Hepatitis B ........................................ 19
2.2 Penanda Serologis pada Penapisan Hepatitis B ....................... 20
2.3 Ibu Hamil Sebagai Sumber Transmisi Secara Vertikal............ 21
2.3.1 Pengertian........................................................................ 21
2.3.2 Epidemiologi ................................................................... 21
2.3.3 Mekanisme Penularan ..................................................... 22
2.3.4 Penapisan pada Ibu Hamil............................................... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEP.................................................................. 24
3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................................... 24
3.2 Pola Hubungan antar Variabel ................................................. 24
3.3 Kerangka Teori......................................................................... 25
3.4. Alur Penelitian ......................................................................... 26
3.5 Definisi Operasional................................................................. 26
BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................... 32
4.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 32
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian… ............................................... 32

xi
4.3 Variabel Penelitian ….. ............................................................ 32
4.4 Populasi dan Sampel ................................................................ 33
4.4.1 Populasi ........................................................................ 33
4.4.2 Sampel ........................................................................ 33
4.4.3 Teknik Pengambilan Sampel........................................ 33
4.5 Kriteria Seleksi ........................................................................ 33
4.5.1 Kriteria Inklusi ............................................................. 33
4.5.2 Kriteria Eksklusi........................................................... 34
4.6 Cara Pengumpulan Data........................................................... 34
4.7 Pengolahan dan Penyajian Data ............................................... 34
4.7.1 Pengolahan Data........................................................... 34
4.7.2 Penyajian Data ............................................................. 34
4.8 Etika Penelitian ........................................................................ 35
BAB 5 HASIL PENELITIAN .................................................................... 36
5.1 Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg pada Ibu Hamil Periode
2016/2017 ........................................................................ 37
5.2 Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Umur ........................................................................ 39
5.3 Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Pendidikan ........................................................................ 41
5.4 Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Pekerjaan ........................................................................ 42
5.5 Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Usia Gestasi ........................................................................ 43
5.6 Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan

xii
Gravida ........................................................................ 44
5.7 Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Paritas ........................................................................ 45
5.8 Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Abortus ........................................................................ 46

BAB 6 PEMBAHASAN ........................................................................ 47


6.1 Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg Positif pada Ibu
Hamil Periode 2016/2017 ........................................................ 47
6.2 Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Umur ........................................................................ 50
6.3 Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Pendidikan ........................................................................ 52
6.4 Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Pekerjaan ........................................................................ 53
6.5 Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Usia Gestasi ........................................................................ 54
6.6 Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Gravida ........................................................................ 56
6.7 Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Paritas ........................................................................ 57
6.8 Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif Berdasarkan
Abortus ........................................................................ 59
6.9 Keterbatasan dan Kelebihan Penelitian.................................... 60
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 61
7.1 Kesimpulan ........................................................................ 61

xiii
7.2 Saran ........................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 64

xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1. Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg Positif pada Ibu Hamil
Periode 2016/2017 ................................................................... 39
Tabel 5.2. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan
Umur ...................................................................................... 40
Tabel 5.3. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Pendidikan................................................................................ 41
Tabel 5.4. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Pekerjaan .................................................................................. 42
Tabel 5.5. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Usia Gestasi.............................................................................. 43
Tabel 5.6. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Gravida..................................................................................... 44
Tabel 5.7. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Jumlah Paritas .......................................................................... 45
Tabel 5.8. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Jumlah Abortus ........................................................................ 46

xv
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 5.1. Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg Positif pada Ibu Hamil
Periode 2016/2017 ................................................................... 37
Diagram 5.2. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan
Umur ...................................................................................... 39
Diagram 5.3. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Pendidikan................................................................................ 41
Diagram 5.4. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Pekerjaan .................................................................................. 42
Diagram 5.5. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Usia Gestasi.............................................................................. 43
Diagram 5.6. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Gravida..................................................................................... 44
Diagram 5.7. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Jumlah Paritas .......................................................................... 45
Diagram 5.8. Distribusi Ibu Hamil Dengan HBsAg Positif berdasarkan
Jumlah Abortus ........................................................................ 46

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data WHO 2015, terdapat lebih dari 2 milyar orang yang

terinfeksi HBV dan sekitar 240 juta orang adalah Hepatitis kronik carrier di dunia.

Terdapat sekitar 650.000 kematian akibat HBV setiap tahunnya. Selain itu, sekitar

4,5 juta kasus infeksi HBV baru di seluruh di dunia per tahun.

Menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi hepatitis adalah 1,2% dua kali lebih

tinggi dibandingkan 2007. Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah

Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi

Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%). Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi

penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8 %) dan hepatitis A (19,3 %)

Berdasarkan hasil penelitian Fujiko dkk pada tahun 2015, dari 943 ibu hamil

di Makassar yang mendatangi klinik untuk asuhan antenatal terdapat 64 (6.8%) yang

positif HBsAg. Dari 64 ibu hamil tersebut, terdapat 12 (18.8%) yang positif HBeAg

dan 52 (81.3%) yang negatif HBeAg.

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, penularan virus Hepatitis B

secara vertikal masih memegang peranan penting dalam penyebaran virus Hepatitis

B. Selain itu, 90% anak yang tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) akan

berkembang mengalami Hepatitis B kronis. Maka pencegahan penularan secara

vertikal merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam memutus rantai

penularan Hepatitis B (Kemenkes Tahun 2012).

1
2

Langkah awal pencegahan penularan secara vertikal adalah dengan

mengetahui status HBsAg ibu hamil. Langkah ini bisa dilakukan dengan melakukan

penapisan HBsAg pada setiap ibu hamil. Metode penapisan HBsAgbisa

menggunakan pemeriksaan cepat (rapid test) (Kemenkes Tahun 2012).

Berdasarkan rekomendasi guideline EASL tahun 2017, pada wanita hamil

sebaiknya dilakukan pemeriksaan HBsAg. Penapisan pada ibu hamil yang sehat

merupakan parameter penting dalam mengetahui penyakit, diagnosis, dan

implementasi berdasarkan bukti untuk infeksi kronik Hepatitis B. Terutama hal ini

akan memberikan manfaat pada ibu hamil dalam upaya pencegahan transmisi virus

Hepatitis B pada neonates.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui prevalensi serta karakteristik

dengan melihat pemeriksaan HBsAg yang merupakan penanda serologis sebagai

indikator untuk menentukan prevalensi Hepatitis B terhadap ibu hamil sebagai

sumber penularan virus Hepatitis B secara vertikal. Dimana dalam konsensus PPHI

menyebutkan bahwa skrining ibu hamil dilakukan pada awal dan pada trimester ke-3

kehamilan, terutama ibu yang berisiko terinfeksi virus Hepatitis B (VHB). Ibu hamil

dengan VHB (+) ditangani terpadu, segera setelah lahir bayi diimunisasi aktif dan

pasif terhadap VHB. Maka penelitian ini dianggap perlu dalam membantu

memberikan gambaran secara umum mengenai prevalensi Hepatitis B pada ibu hamil

khusunya bagi pelayanan kesehatan, sehingga pelayanan persalinan dan imunisasi

dapat optimal.
3

1.2. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang diajukannya penyakit Hepatitis B khususnya yang

terdapat pada populasi ibu hamil, maka dirumuskan masalahnya adalah belum

diketahui bagaimana prevalensi dan karakteristik ibu hamil yang di dalam darahnya

terdapat antigen permukaan virus Hepatitis B (HBsAg) dan bagaimana karakteristik

dari ibu hamil tersebut di Makassar.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai prevalensi dan karakteristik

ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai penanda serologis dalam upaya

penapisan hepatitis B di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar periode

2016/2017.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai

penanda serologis dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu &

Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 berdasarkan umur.

b. Untuk mengetahui distribusi ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai

penanda serologis dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu &

Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 berdasarkan pendidikan.

c. Untuk mengetahui distribusi ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai

penanda serologis dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu &

Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 berdasarkan pekerjaan.


4

d. Untuk mengetahui distribusi Ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai

penanda serologis dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu &

Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 berdasarkan usia gestasi.

e. Untuk mengetahui distribusi Ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai

penanda serologis dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu &

Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 berdasarkan gravida.

f. Untuk mengetahui distribusi Ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai

penanda serologis dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu &

Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 berdasarkan jumlah paritas.

g. Untuk mengetahui distribusi Ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai

penanda serologis dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu &

Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 berdasarkan jumlah

abortus.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menanamkan kepedulian pemerintah

dalam memperhatikan kesehatan di Indonesia utamanya Hepatitis B pada ibu

hamil.

b. Peneliti dapat mengetahui gambaran prevalensi serta karakteristik ibu hamil

dengan HBsAg yang dapat menjadi sumber penularan Hepatitis B secara

vertikal.

c. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan gambaran

prevalensi serta karakteristik ibu hamil dengan HBsAg positif kepada


5

pelayanan kesehatan, sehingga pelayanan persalinan dan imunisasi dapat

optimal serta dapat menggalakkan program pemutusan rantai penularan yaitu

dengan penapisan HBsAg pada Asuhan Antenatal di Indonesia.

d. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi para mahasiswa

untuk menambah keilmuan tentang Hepatitis B.

e. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi karya ilmah dalam rangka

memperkaya keilmuan mengenai penyakit Hepatitis B dan juga dapat menjadi

masukan bagi peneliti selanjutnya.

f. Bagi masyarakat (ibu hamil) penelitian ini akan memberikan motivasi untuk

melakukan pemeriksaan penapisan HBsAg sehingga mendapat pelayanan

yang optimal.
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Hepatitis

Hepatitis virus adalah penyakit sistemik yang terutama menyerang hati.

Kebanyakan kasus hepatitis virus akut pada anak dan dewasa disebabkan oleh salah

satu agen berikut: virus hepatitis A (HAV), agen penyebab hepatitis virus tipe A

(hepatitis infeksiosa); virus Hepatitis B (HBV) yang menyebabkan hepatitis virus B

(hepatitis serum), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis E (HEV), agen penyebab

hepatitis yang ditularkan secara enteris. Virus lain yang sudah dikenali karakternya

dan mampu menyebabkan hepatitis sporadik, seperti virus demam kuning,

sitomegalovirus, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks, virus rubella, dan

entervirus. Virus hepatitis menyebabkan peradangan akut hati yang ditandai oleh

demam, gejala gastrointestinal, seperti mual dan muntah, serta ikterus. Tanpa melihat

jenis virusnya, terlihat ada lesi histopatologik yang identik di hati selama fase akut

penyakit. (Brooks et al., 2010).

2.1.1. Definisi Hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi pada organ hati yang disebabkan oleh virus

Hepatitis B (HBV) yang merupakan double-stranded DNA dan termasuk dalam

family Hepadnaviridae. Virus ini ditularkan secara perkutaneus atau permukosal yang

menginfeksi darah atau cairan tubuh dan memiliki periode inkubasi berkisar 40 – 160

hari. Transmisi dapat terjadi secara vertikal dari ibu yang terinfeksi kepada anak,

secara horizontal (contohnya transmisi antar anak dalam sebuah rumah), secara
7

seksual atau parenteral (contohnya penggunaan obat injeksi, luka tajam atau darah

yang telah terkontaminasi). Sebagian besar infeksi HBV akut adalah asimptomatik.

Pada fase akut, Hepatitis B surface antigen (HBsAg) dan Hepatitis B e antigen

(HBeAg) dapat terdeteksi dalam serum dan terdapat peningkatan antibodi IgM anti

HBc. Kadar HBsAg yang persisten selama lebih dari 6 bulan dari awal terdeteksi

menandakan Hepatitis B kronik. Perkembangan menjadi Hepatitis B kronik bervariasi

sesuai dengan usia ketika terinfeksi. (Aspinall et al, 2011).

2.1.2. Epidemiologi Hepatitis B

Berdasarkan data WHO 2015, terdapat lebih dari 2 milyar orang yang

terinfeksi HBV dan sekitar 240 juta orang adalah Hepatitis kronik carrier di dunia.

Terdapat sekitar 650.000 kematian akibat HBV setiap tahunnya. Selain itu, sekitar 4,5

juta kasus infeksi HBV baru di seluruh di dunia per tahun. Pada daerah endemik

tinggi seperi Asia, Afrika dan daerah sekitar lembah sungai amazon, angka kejadian

HBV carrier lebih dari 8%. Pada regio endemik rendah seperti Amerika Serikat,

negara-negara Eropa dan Australia memiliki prevalensi HBsAg kurang dari 2%.

Daerah Timur Tengah, beberapa negara Eropa Timur dan lembah sungai Mediterania

merupakan daerah endemik intermediate dengan tingkat kejadian HBV carrier

berkisar antara 2%-8%.

Hampir 90% bayi terinfeksi HBV pada tahun pertama kehidupan dan 30%-

50% anak yang terinfeksi HBV pada umur 1-4 tahun dapat menjadi kronik dan sekitar

25% orang dewasa yang terinfeksi secara kronik sejak masa kanak-kanak meninggal

karena kanker hati atau sirosis. (WHO, 2015)


8

Prevalensi HBV secara umum di Indonesia lebih tinggi dibandingkan infeksi

HCV yaitu 2%, dengan angka tertinggi dilaporkan terdapat di Makassar Sulawesi

Selatan yaitu 7,1% dan angka terendah di Jakarta yaitu 4%. (Yano et al, 2015)

2.1.3 Virologi Hepatitis B

Virus ini merupakan virus DNA yang diklasifikasikan dalam family

Hepadnaviridae. Mikroskop electron serum positif HBsAg mengungkap adanya tiga

bentuk morfologi yaitu partikel sferis pleomorfik, bentuk filamentosa dan partikel

Dane sferis. Bentuk yang paling banyak dijumpai adalah partikel sferis yang

berdiameter 22 nm. Partikel-partikel kecil ini tersusun terutama dari HBsAg. Begitu

pula dengan bentuk tubular atau filamentosa yang memiliki diameter yang sama,

tetapi panjangnya dapat melebihi 200 nm dan berasal dari HBsAg yang diproduksi

berlebihan. Virion Sferis yang lebih besar dan berukuran 42 nm (awalnya disebut

sebagai sebagai Partikel Dane) lebih jarang dijumpai. (Brooks et al, 2010)

HBV merupakan genus Orthohepadnavirus yang memiliki virion sferis 42

nm, memiliki selubung (HBsAg), dsDNA, peka terhadap asam, transmisi parenteral,

prevalensi tinggi, penyakit fulminan langka, sering menjadi kronik dan bersifat

onkogenik (Brooks et al, 2010)

Hepadnavirus memiliki beberapa sifat penting diataranya :

- Virion : Memiliki diameter keseluruhan sekitar 42 nm (nukleokapsid, 18

nm)
9

- Genom : Satu molekul DNA untai ganda, sirkular, 3,2 kbp. Pada virion,

untai DNA negative memiliki panjang yang utuh dan untai DNA positif

hanya lengkap sebagian. Celah ini harus dilengkapi di awal siklus

replikasi

- Protein : Dua polipeptida utama (satu terglikosilasi) terlihat pada HBsAg;

satu polipeptida terlihat pada HBcAg

- Selubung : Mengandung HBsAg dan lipid

- Replikasi : Melalui salinan RNA perantara genom DNA (HBcAg di

nucleus, HBsAg di sitoplasma). Baik partikel virus yang matang dan sferis

yang berukuran 22 nm mengandung HBsAg yang disekresi dari

permukaan sel

- Karakteristik Khas :

 Famili terdiri atas banyak tipe yang menginfeksi manusia dan

hewan yang kelasnya lebih rendah misalnya marmot, tupai dan

bebek)

 Menyebabkan hepatitis akut dan kronis, seringkali memburuk

menjadi status karier permanen daan karsinoma hepatoseluler.

(Brooks et al, 2010)

2.1.4. Patogenesis Hepatitis B

Selain transmisi vertikal, virus Hepatitis B dapat ditransmisikan dengan

efektif melalui cairan tubuh, perkutan dan membran mukosa. Hepatitis B


10

terkonsentrasi dalam jumlah tinggi dalam cairan tubuh berupa darah, serum dan

eksudat luka. Sementara konsentrasi yang sedang terdapat pada semen, cairan vagina

dan air liur. Konsentrasi yang rendah/tidak ada dijumpai pada urin, feses, keringat, air

mata dan ASI. Penularan yang lebih rendah dapat terjadi melalui kontak dengan

karier Hepatitis B, hemodialisis, paparan terhadap pekerja kesehatan yang terinfeksi,

alat tattoo, alat tindik, hubungan sesksual dan inseminasi buatan. Selain itu penularan

juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan donor organ. (Sanityoso et al., 2014)

Patogenesis infeksi virus hepatitis melibatkan respons imun humoral dan

selular. Virus bereplikasi di dalam hepatosit, dimana virus tersebut tidak bersifat

sitopatik sehingga yang membuat kerusakan sel hati dan manifestasi klinis bukan

disebabkan oleh virus yang menyerang hepatosit tetapi oleh karena respon imun yang

dihasilkan oleh tubuh. Respon antibodi terhadap antigen permukaan berperan dalam

eliminasi virus. Respon sel T terhadap selubung, nukleokapsid, dan antigen

polymerase berperan dalam eliminasi sel yang terinfeksi. (Sanityoso et al., 2014)

2.1.5. Klasifikasi Hepatitis B

2.1.5.1.Hepatitis B Akut

Pada infeksi HBV akut, antigen permukaan Hepatitis B (HBsAg)

dapat dideteksi di serum setelah periode inkubasi 4-10 minggu, diikuti

dengan munculnya antibodi terhadap antigen inti Hepatitis B (Anti-HBc) yang

merupakan isotop IgM pada fase awal. HBeAg dapat dideteksi di kebanyakan

pasien dengan infeksi akut dan dapat menularkan infeksi ke orang lain. Level

Aminotransferase ditemukan tidak meningkat sampai setelah infeksi virus


11

karena dibutuhkan waktu untuk respon limfosit T sitotoksik meningkat agar

mampu melawan hepatosit yang terinfeksi virus. Sekitar 30%-50% orang

dewasa yang terinfeksi menunjukkan tanda ikterus setelah periode inkubasi 6

minggu sampai 6 bulan. Hasil infeksi HBV akut tergantung pada usia dan

imunitas tubuh saat infeksi terjadi. Anak-anak usia 1 sampai 5 tahun memiliki

resiko intermediate untuk terinfeksi sekitar 30%. (Pungpapong et al, 2007)

Pada area endemik, paparan HBV saat lahir atau saat masa kanak-

kanak menghasilkan angka yang lebih tinggi untuk berkembang menjadi

infeksi HBV kronik. Adapun manifestasi klinis dari infeksi hepatitis akut ini

mirip dengan eksaserbasi akut pada hepatitis B kronik. Eksaserbasi ini

berhubungan dengan peningkatan kadar antibodi IgM terhadap antigen inti

Hepatitis B (HBcAg) yang dapat menyebabkan kesalahan diagnosis

infeksi HBV akut dan meningkatkan kadar alfa-fetoprotein dalam serum yang

menimbulkan kecurigaan terhadap adanya hepatoselular karsinoma (HCC).

Oleh karena itu sangat penting untuk memahami tahapan infeksi HBV akut

dan kronik. (Pungpapong et al, 2007)

2.1.5.2. Hepatitis B Kronik

Infeksi HBV kronik dapat dibagi menjadi 5 fase meskipun tidak semua

pasien mengalami setiap fase dan durasi tiap fase juga dapat bervariasi.

Berikut adalah ringkasan 5 fase infeksi HBV kronik :

Fase 1 : Immune tolerant phase


12

Fase immunotoleran merupakan fase awal infeksi dan ditandai dengan

toleransi system kekebalan tubuh sementara replikasi virus yang aktif.

Kurangnya respon imunitas tubuh ini ditandai dengan kadar ALT yang

normal. Replikasi HBV yang aktif menyebabkan dikeluarkannya HBV DNA,

HBeAg dan HBsAg yang dapat dideteksi di dalam serum.

Fase 2 : HBeAg-Positive (immune reactive phase)

Fase ini ditandai dengan respon sel imun tubuh terhadap hepatosit yang

terinfeksi. Kadar ALT serum meningkat dan tanda hepatitis kronik aktif dapat

terlihat pada ultrasound hepar atau biopsi. Pada fase ini, respon imun tubuh

menurunkan (tapi tidak menghilangkan) replikasi HBV dan mulai

membersihkan HBeAg dan HBsAg. Respon tubuh ini bisa terjadi secara

episodic. Jika pasien mampu menghilangkan HBeAg, maka mereka memasuki

fase low replicative phase, meskipun infeksi tersebut masih bisa mengalami

reaktivasi.

Fase 3 : Low replicative phase

Pada fase ini terjadi replikasi HBV yang minimal dan DNA HBV dalam

serum rendah atau tidak terdeteksi. HBeAg negative tapi HBsAg positif.

Sekitar 10% pasien pada fase ini dapat reaktif kembali menjadi HBeAg-positif

dan 10-20% reaktifasi menjadi HBeAg-negatif.

Fase 4 : HBeAg-negative phase


13

Fase ini terjadi karena varian HBV yang tidak bisa menghasilkan HBeAg. Hal

ini disebabkan karena mutasi pada precore atau core promoter pada genom

meskipun virus ini masih aktif melakukan replikasi.

Fase 5 : HBsAg-negative phase

Fase ini dikenal sebagai progresivitas pembersihan HBsAg dan HBeAg.

Replikasi virus masih bisa terus terjadi namun tidak terdeteksi di dalam

serum. Ketika berada pada fase ini, terdapat hasil yang meningkat dan

penurunan risiko komplikasi meskipun HBV masih mungkin reaktivasi pada

pasien yang mendapatkan terapi immunosupressan.

(Aspinall et al., 2011)

2.1.6. Gejala Klinis Hepatitis B

Seseorang yang mengalami Hepatitis B akut dapat menunjukkan tanda dan

gejala meliputi mual, nyeri perut, muntah, demam, ikterus, urin gelap, perubahan

warna tinja, dam hepatomegali atau splenomegali. Tanda serologic pertama yang

dapat dideteksi pada pasien infeksi HBV akut yaitu HBsAg dan anti-HBc. Setelah 6-

12 bulan terinfeksi, antibodi IgM terhadap HBcAg sudah tidak terdeteksi. Pada

pasien yang telah sembuh dari infeksi HBV, HBsAg sudah tereliminasi dari darah

dan antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) meningkat. Adanya anti-HBs

mengindikasikan imunitas tubuh terhadap infeksi HBV. (Shepard et al., 2006)

Gambaran klinis Hepatitis B kronik sangat bervariasi. Pada banyak kasus

tidak didapatkan keluhan maupun gejala dan pemeriksaan tes faal hati hasilnya

normal. Pada sebagian lagi didapatkam hepatomegali atau bahkan splenomegali atau
14

tanda-tanda penyakit hati kronis lainnya, misalnya eritema Palmaris dan spider nevi.

Pada pemeriksaan laboratorium sering didapatkan kenaikan konsentrasi ALT. Pada

umumnya didapatkan konsentrasi bilirubin yang normal kecuali pada kasus-kasus

yang parah. (Soemohardjo et al., 2014)

2.1.7. Diagnosis Hepatitis B

Diagnosis Hepatitis B akut ditandai dengan ditemukannya IgM anti-HBc

dalam serum. Terutama pada pasien dengan HBsAg positif dengan tanda, gejala atau

pemeriksaan laboratorium untuk hepatitis akut. Namun demikian, dalam beberapa

kasus, HBsAg dimusnahkan lebih cepat dari serum dan IgM anti-HBc adalah satu-

satunya penanda serologis yang terdeteksi pada seseorang yang mengalami Hepatitis

B akut. Pemeriksaan anti-HBc dan anti-HBs tidak bermanfaat untuk diagnosis,

sedangkan pemeriksaan HBeAg dan anti-HBe hanya dilakukan jika HBsAg terbukti

positif. (Liang et al., 2009)

IgM anti-HBc biasanya bertahan 4-6 bulan selama Hepatitis B akut dan jarang

persisten sampai 2 tahun. Meskipun IgM anti-HBc merupakan penanda hepatitis akut,

penanda tersebut juga dapat positif selama Hepatitis B kronik yang mengalami

eksaserbasi akut. (Sanityso et al., 2014)

2.1.8. Prognosis Hepatitis B

Infeksi HBV akut dapat menjadi kronik tergantung kekuatan HBsAg dalam

serum. Sebagian besar pasien dengan infeksi akut akan tetap asimptomatik.

Kemungkinan untuk menjadi kronik bervariasi sesuai usia, dengan risiko ≥90% jika

terinfeksi saat masih neonates dan <5% pada dewasa. Penurunan replikasi HBV yang
15

berkelanjutan sebelum terjadinya sirosis memberikan prognosis yang baik yaitu sama

dengan individu sehat yang tidak terinfeksi. (Fattovich et al., 2008)

2.1.9. Faktor Risiko dan Penularan Hepatitis B

Individu yang berisiko terinfeksi HBV :

- donor darah atau jaringan

- pasien hemodialisis

- pasien HIV

- kontak serumah atau hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B

- pasien immunosuppressive

- peningkatan ALT/AST yang tidak diketahui penyebabnya

- anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi HBV

- Injection drug users (IDUs)

- Man Sex Man (MSM)

- wanita hamil

(McMahon et al., 2012)

HBV ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi dengan

host virus Hepatitis B hanya pada manusia. Darah merupakan media terbaik

transimisi, tapi cairan tubuh lain juga dapat terlibat seperti semen dan saliva. (Scott et

al., 1980) Saat ini diketahui terdapat 3 cara transmisi HBV yaitu perinatal, seksual

dan parenteral/perkutaneus. Tidak ada referensi yang dapat dipercaya bahwa infeksi

dapat menular melalui udara dan tinja bukan merupakan sumber infeksi. HBV tidak
16

ditransmisikan melalui makanan atau air yang terkontaminasi, serangga atau agen

lainnya. (Hou et al., 2005)

- Transmisi perinatal

Transmisi HBV melalui Ibu carrier kepada bayinya dapat muncul

sepanjang periode perinatal dan menjadi factor penting dalam menentukan

prevalensi infeksi di daerah endemisitas tinggi seperti China dan Asia

Tenggara. Terdapat tiga jalur yang memungkinkan terjadinya transmisi

perinatal yaitu transmisi HBV melalui plasenta di uterus, transmisi saat

persalinan, dan transmisi postnatal saat menyusui dengan ASI. (Hou et al.,

2005) Transmisi HBV melalui plasenta memiliki 2 mekanisme yaitu (1)

secara hematogen seperti pada ancaman aborsi, dapat menyebabkan

mikrovaskular plasenta rusak sehingga darah ibu yang mengandung titer

HBV tinggi dapat bocor dan masuk ke sirkulasi fetus (Ohto et al., 1987),

prosedur invasif ke dalam uterus seperti amniosintesis saat hamil (Towers

et al., 2001) atau infeksi TORCH (Yi et al., 2016) (2) secara transfer

selular yaitu jaringan plasenta terinfeksi oleh darah ibu yang memiliki titer

HBV tinggi melalui bagian ibu dan bagian fetus pada plasenta secara

bertahap sehingga HBV mencapai sirkulasi fetus melalui kapiler sel

endotel (Xu et al., 2001). Persalinan yang berkepanjangan (prolonged

labor) memiliki pengaruh terhadap risiko transmisi vertikal dari ibu ke

janinnya yang menunjukkan korelasi linier antara kejadian HBsAg pada


17

tali pusat dan durasi kala I persalinan yang dapat diamati jika kala I

memanjang ≥ 9 jam. (Chalid et al., 2013)

- Transmisi seksual

Transmisi seksual HBV merupakan sumber infeksi terbanyak di seluruh

dunia khusunya di daerah endemik rendah seperti di Amerika Timur.

Hepatitis B disebut sebagai Sexually Transmitted Disease (STD). Dalam

jangka waktu lama, homoseksual memiliki risiko tertinggi untuk terinfeksi

melalui hubungan seksual (70% homoseksual terinfeksi setelah 5 tahun

berhubungan seksual). Meskipun begitu, transmisi heteroseksual juga

meningkatkan proporsi infeksi HBV. pada heteroseksual, faktor risiko

infeksi meningkat berkaitan dengan durasi berhubungan seksual, jumlah

pasangan seksual, riwayat penyakit menular seksual, dan serologi positif

Sifilis. Pasangan seksual dengan Injection drug user (IDU), prostitusi dan

pelanggan prostitusi merupakan risiko tinggi infeksi. ( Alter, 2003)

- Transmisi Parenteral/perkutaneus

Sumber infeksi yang nyata adalah darah yang terkontaminasi HBV dengan

peralatan operasi yang terkontaminasi. Transimisi parenteral/perkutan

dapat muncul saat operasi, setelah penyuntikan, penggunaan obat intravena

dan prosedur tindik, ,tattoo, akupuntur dan sirkumsisi. Penyebaran

nosokomial infeksi HBV di rumah sakit seperti unit hemodialisis dan unit

gigi. Orang dengan risiko tinggi infeksi HBV adalah mereka yang
18

melakukan hemodialisis, dokter gigi, perawat dan pekerja kesehatan,

laboratoran, pengguna obat intravena yang berpotensi kontak dengan darah

yang terinfeksi. (Hou et al., 2005)

2.1.10. Pencegahan Hepatitis B

Tingkat infeksi dapat diturunkan dengan modifikasi tingkah laku dan

peningkatan pengetahuan individu. Melakukan pemeriksaan pada semua donor darah

dan memastikan praktik klinis yang aseptic. (Franco et al., 2012) Selain itu skrining

ibu hamil dapat membantu pencegahan transmisi pada saat kelahiran. Administrasi

Immunoglobulin Hepatitis B dapat mencegah infeksi neonatus dan dapat pula sebagai

profilaksis. Vaksinasi sangat efektif dalam pencegahan Hepatitis B, sirosis dan

hepatoselular karsinoma. (Alavian et al., 2010)

WHO merekomendasikan semua Negara untuk memperkenalkan vaksin

Hepatitis B pada program imunisasi rutin nasional. Selanjutnya, di Negara-negara

dengan infeksi HBV tinggi (khususnya di Negara dengan prevalensi infeksi HBV

kronik >8%), WHO merekomendasikan pemberian dosis awal vaksin Hepatitis B

segera setelah lahir (<24 jam) untuk mencegah transmisi HBV perinatal.

Pencegahan spesifik pre-exposure dapat dilakukan dengan memberikan

vaksin Hepatitis B pada kelompok risiko tinggi. Vaksin Hepatitis B yang tersedia saat

ini merupakan vaksin rekombinan HBsAg yang diproduksi dengan bantuan ragi.

Indonesia telah memasukkan imunisasi Hepatitis B dalam program imunisasi rutin

nasional pada bayi baru lahir pada tahun 1997. (Kemenkes, 2012)
19

Pada daerah endemis diantaranya Asia Tenggara, transmisi hepatitis B dari

ibu ke bayi mencapai 25 – 30% dengan risiko infeksi mencapai 60% selama

kehidupan. Dengan demikian, diperlukan upaya pencegahan transmisi tersebut

dengan memperhatikan kemungkinan kegagalan imunoprofilaksis. Imunoprofilaksis

dinilai sebagai bagian terpenting dalam pencegahan transmisi vertikal hepatitis B dan

konsekuensinya. Beberapa antivirus yang dapat digunakan dalam upaya pencegahan

tersebur diantaranya yaitu Lamivudin, Telbivudin dan Tenovofir. (Khumaedi et al.,

2016)

2.1.11. Penatalaksanaan Hepatitis B

Pada Hepatitis B akut, mencegah gagal hati akut atau subakut merupakan

tujuan utama terapi. Meningkatkan kualitas hidup dengan memperpendek durasi

penyakit dan mengurangi gejala serta menurunkan risiko kronisitas juga dapat disebut

tujuan terapi yang relevan. Pada Hepatitis B kronik, tujuan utama terapi adalah

meningkatkan kualitas hidup dengan mencegah progresifitas penyakit dan

perkembangan hepatoselular karsinoma. Tujuan tambahan terapi antivirus adalah

untuk mencegah transmisi vertikal, reaktivasi Hepatitis B dan pencegahan serta

pengobatan dari Hepatitis B dengan manifestasi extrahepatik. (EASL, 2017)

Terdapat 6 agen terapeutik yang diakui untuk pengobatan Hepatitis B kronik

pada dewasa di Amerika Serikat yaitu Peg-IFN-2a dengan dosis 180 per minggu,

Lamivudine dengan dosis 100 mg per hari, Telbivudine dengan dosis 600 mg µg per

hari, Entecavir dengan dosis 0.5 atau 1 mg per hari, Adevofir dengan dosis 10 mg per

hari dan Tenovofir dengan dosis 300 mg per hari. (Terrault et al ., 2016)
20

Manfaat utama dari pengobatan Nucleos(t)ide analog (NA) dengan hambatan

tinggi untuk resistensi (contoh Entecavir, Telbivudine, Tenovofir) adalah efektivitas

antivirus jangka panjang yang mengarah pda HBV DNA yang tidak terdeteksi pada

banyak pasien yang menyerah. Obat ini dapat digunakan secara aman pada berbagai

pasien dan menjadi satu-satunya pilihan terapi pada beberapa subkelompok pasien

termasuk mereka dengan penyakit hati dekompensata, transplantasi hati, manifestasi

ekstrahepatik, Hepatitis B akut atau eksaserbasi berat Hepatitis B kronik. NA juga

merupakan satu-satunya pilihan terapi untuk pencegahan reaktivasi HBV pada pasien

immunosupressan dan juga dapat digunakan untuk mencegah transmisi HBV pada

pasien dnegan viremia tinggi yang tidak memenuhi kriteria untuk terapi inisial.

Secara teori, kombinasi NA dan PegIFNα memiliki manfaat dengan menggabungkan

efek antivirus kuat NA dengan modulasi imun IFNα. (EASL, 2017)

2.2. Penanda Serologis Penapisan Hepatitis B

Penanda serologis pertama yang terdeteksi dalam serum adalah HBsAg dan

HBeAg. HBsAg dapat dideteksi pada 1-2 minggu awal atau 11-12 minggu akhir

setelah paparan, dan persistensinya menunjukkan kronisitas penyakit. HBeAg

berkorelasi dengan level replikasi dan infeksi HBV yang tinggi. Dalam beberapa

minggu setelah penanda virus terdeteksi, kadar ALT AST mulai meningkat dan

ikterus mulai tampak. HBeAg biasanya dibersihkan lebih cepat. HBsAg dan HBV

DNA biasanya bertahan dalam serum selama gejala klinis dan hilang saat penyakit

sembuh. (Liang et al., 2009)


21

Antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) menandakan infeksi lama dan imunitas

terhadap HBV, merupakan antibodi pasif dari HBIG atau respons imun dari vaksin

HBV. Antibodi terhadap HBeAg (Anti-HBe) keberadaannya di dalam serum karier

HBsAg menunjukkan titer HBV yang rendah. Antibodi terhadap HBcAg

menunjukkan infeksi oleh HBV pada satu waktu di masa lampau. (Brooks et al.,

2010)

2.3 Ibu Hamil sebagai Populasi yang Menjadi Sumber Transmisi secara

Vertikal

2.3.1. Pengertian

Penularan secara vertikal adalah penularan yang terjadi pada masa

perinatal yaitu penularan dari ibu kepada anaknya yang baru lahir. Jika

seorang ibu hamil karier Hepatitis B dan HBeAg positif maka bayi yang

dilahirkan 90% kemungkinan akan terinfeksi menjadi karier juga.

Kemungkinan 25% dari jumlah tersebut akan meninggal karena hepatitis

kronik atau kanker hati. Transmisi perinatal ini terutama banyak terjadi di

Negara-negara Timur dan Negara berkembang. Infeksi perinatal paling tinggi

terjaid selama persalinan dan diduga tidak berhubungan dengan proses

menyusui. (Kemenkes, 2012)

2.3.2. Epidemiologi

Menurut WHO, hampir 90% bayi terinfeksi HBV pada tahun pertama

kehidupan dan 30%-50% anak yang terinfeksi HBV pada umur 1-4 tahun
22

dapat menjadi kronik dan sekitar 25% orang dewasa yang terinfeksi secara

kronik sejak masa kanak-kanak meninggal karena kanker hati atau sirosis.

Transmisi HBV melalui Ibu carrier kepada bayinya dapat muncul

sepanjang periode perinatal dan menjadi factor penting dalam menentukan

prevalensi infeksi di daerah endemisitas tinggi seperti China dan Asia

Tenggara. Sebelum vaksinasi terintegrasi dengan program imunisasi rutin,

proporsi bayi yang menjadi HBV carrier berkisar antara 10-30% untuk ibu

yang HBsAg positif sedangan HBeAg negatif. Namun, insidens infeksi

perinatal meningkat sekitar 70-90% pada ibu yang HBsAg dan HBeAg

positif. (Hou et al., 2005)

2.3.3 Mekanisme Penularan

Terdapat tiga jalur yang memungkinkan terjadinya transmisi perinatal

yaitu transmisi HBV melalui plasenta di uterus (intrauterine), transmisi saat

persalinan, dan transmisi postnatal saat menyusui dengan ASI. (Hou et al.,

2005)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Xu et al 2001 yaitu

menilai sel-sel tiap lapisan plasenta menggunakan metode

immunohistochemistry dan in situ hybridization, diketahui bahwa tingkat

infeksi HBV menurun secara gradual dari sisi plasenta maternal ke sisi

plasental fetus yang disebut sebagai a layer-by-layer cellular transfer process.

HBV dapat ditransmisikan melalui lapisan demi lapisan sel plasenta mulai
23

dari sel desidual ke sel endotel kapiler hingga mencapai sirkulasi fetus yang

kemudian menjadi infeksi yang dimediasi sel.

Transmisi HBV saat persalinan merupakan metode transmisi yang

terjadi karena bayi baru lahir kontak dengan sekret atau darah ibu yang

terinfeksi saat persalinan. (Gentile et al., 2014)

2.3.4. Penapisan Hepatitis pada Ibu hamil

Langkah awal pencegahan penularan secara vertikal adalah dengan

mengetahui status HBsAg ibu hamil. Langkah ini bisa dilakukan dengan

melakukan penapisan HBsAg pada setiap ibu hamil. Metode penapisan

HBsAg bisa menggunakan rapid test. Penapisan ini sebaiknya diikuti oleh

semua wanita hamil trimester pertama kehamilannya. Hal ini dimaksudkan

agar ibu, keluarga dan tenaga medis memiliki kesempatan untuk

mempersiapkan tindakan yang diperlukan apabila ibu memiliki status HBsAg

(+). (Kemenkes, 2012)


24

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar prevalensi HBsAg positif pada

ibu hamil yang menjalani pemeriksaan HBsAg. Selain itu, akan dilihat pula beberapa

karakteristik ibu hamil dengan hasil tes HBsAg positif yang meliputi : umur,

pendidikan, pekerjaan, usia gestasi, gravida, jumlah paritas dan jumlah abortus.

3.2. Pola Hubungan antar Variabel

Pola hubungan antar variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut

HBsAg Negatif
Prevalensi
HBsAg Positif
HBsAg Positif
Umur

Pendidikan

Pekerjaan
Karakteristik
Usia Gestasi

Gravida

Paritas

Abortus
25

3.3. Kerangka Teori


Faktor Risiko :
Wanita - donor darah atau jaringan
- pasien hemodialisis
- pasien HIV
- kontak serumah atau hubungan seksual
dengan penderita Hepatitis B
- pasien immunosuppressive
- peningkatan ALT/AST yang tidak
Terinfeksi Hamil diketahui penyebabnya
- anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi
Virus Hep B - Injection drug users (IDUs)
- Man Sex Man (MSM)
- wanita hamil

Hamil Terinfeksi virus


Status serologik
Hepatitis B
Jika HBsAg (+) dan anti-HBc (+) maka perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan yang terdiri dari
HBeAg dan HBV DNA. Jika HBsAg (-) dan anti-HBc (-)
maka tidak perlu dilanjutkan karena prevalensi
occult cukup rendah dan pemeriksaan PCR masih
Transmisi Transmisi fetal mahal.
saat proses maternal Sehingga dalam hal ini HBsAg digunakan untuk
persalinan (transplasenta) skrining awal karena terdapat rapid test

Status seromolekuler
- HBeAg
- HBV DNA

Tidak terjadi -90% bayi terinfeksi


transmisi Hepatitis B dari ibu Rekomendasi regimen untuk bayi baru lahir
pada bayi dengan HBsAg (+) dan adalah HBIG 0.5 ml intramuscular pada saat lahir
HBeAg (+) dan vaksin HBV 10 ug (0.5 ml) intramuscular
-15% bayi terinfeksi dalam hari setelah persalinan, 1 dan 6 bulan
setelahnya.
Hepatitis B dari ibu
dengan HbsAg +) dan
tanpa immunoprophylaxis

90% akan berkembang


menjadi kronik jika tidak
diberikan terapi
26

3.4. Alur Penelitian

Pasien ibu hamil yang menjalani


pemeriksaan HBsAg di RSKD Ibu &
Anak Pertiwi Makassar Periode
2016/2017

Pencatatan Prevalensi HBsAg


Laboratorium Positif

Ibu Hamil dengan


HBsAg Positif

Karakteristik dari Data


Rekam Medik

Pengolahan Data

Kesimpulan

3.5. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. HBsAg

Definisi : HBsAg adalah penanda serologis pada pasien

Hepatitis B untuk menentukan seseorang pernah

terinfeksi virus Hepatitis B

Alat Ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian

Cara Ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang

tertera pada rekam medik pasien


27

Hasil Ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- HBsAg positif : terdapat infeksi Hepatitis B

- HBsAg negatif : tidak terdapat infeksi

Hepatitis B

b. Umur

Definisi : Umur pada penelitian adalah umur pasien yang

tercatat di rekam medik pada ibu hamil yang

menjalani pemeriksaan HBsAg dengan hasil

positif di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar

Alat Ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian

Cara Ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang

tertera pada rekam medik pasien

Hasil Ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- 10 – 14 tahun

- 15 – 19 tahun

- 20 – 24 tahun

- 25 – 29 tahun

- 30 – 34 tahun

- 35 – 39 tahun

- 40 – 44 tahun

- 45 – 49 tahun

- 50 – 54 tahun
28

- 55 – 59 tahun

(Riskesdas, 2010)

c. Pendidikan

Definisi : Tingkat pendidikan terakhir yang tercatat pada rekam

medik pada ibu hamil yang menjalani pemeriksaan

HBsAg dengan hasil positif di RSKD Ibu & Anak

Pertiwi Makassar. Untuk mengetahui hubungan

tingkat pemahaman ibu terhadap sesuatu. Adapun

pembagian tingkat pendidikan yaitu : 1. Pendidikan

dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidayah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat 2.

Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah

Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah

Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat 3.

Pendidikan tinggi berbentuk akademi, politeknik,

sekolah tinggi, institut atau universitas yang mencakup

program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis dan doktor. (Kemendikbud, 2015)

Alat Ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian


29

Cara Ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang

tertera pada rekam medik pasien

Hasil Ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- Pendidikan dasar

- pendidikan menengah

- pendidikan tinggi

d. Pekerjaan

Definisi : Pekerjaan yang tercatat di rekam medik ibu hamil

yang menjalani pemeriksaan HBsAg dengan hasil

positif di RSKD Ibu& Anak Pertiwi Makassar.

Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat kelompok

pekerjaan yang memiliki faktor risiko terhadap

Hepatitis B

Alat Ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian

Cara Ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang

tertera pada rekam medik pasien

Hasil Ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- Tidak bekerja (IRT)

- Pekerja non medis

- Pekerja medis

e. Usia Gestasi
30

Definisi : Usia gestasi yang tercatat di rekam medik ibu hamil

yang menjalani pemeriksaan HBsAg dengan hasil

positif di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar.

Alat Ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian

Cara Ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang

tertera pada rekam medik pasien

Hasil Ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- Trimester 1 (0 – 3 bulan)

- Trimester 2 (4 – 6 bulan)

- Trimester 3 (7 – 9 bulan)

f. Gravida

Definisi : Gravida yang tercatat di rekam medik ibu hamil yang

menjalani pemeriksaan HBsAg dengan hasil positif di

RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar untuk

mengetahui riwayat kehamilan.

Alat Ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian

Cara Ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang

tertera pada rekam medik pasien

Hasil Ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- Primigravida

- Multigravida

g. Jumlah Paritas
31

Definisi : Jumlah paritas yang tercatat di rekam medik ibu

hamil yang menjalani pemeriksaan HBsAg dengan

hasil positif di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar

untuk mengetahui riwayat persalinan

Alat Ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian

Cara Ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang

tertera pada rekam medik pasien

Hasil Ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- 0

- 1

- ≥2

h. Jumlah Abortus

Definisi : Jumlah abortus yang tercatat di rekam medik ibu

hamil yang menjalani pemeriksaan HBsAg dengan

hasil positif di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar

untuk mengetahui riwayat abortus

Alat Ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian

Cara Ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang

tertera pada rekam medik pasien

Hasil Ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- 0 - ≥2

- 1
32

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui prevalensi serta karakteristik ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai

penanda serologis dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu & Anak Pertiwi

Makassar periode 2016/2017. Dari penelitian ini, peneliti melaporkan hasil penelitian

yang diperoleh dengan melihat prevalensi HBsAg yang positif dibandingkan dengan

total ibu hamil yang menjalani pemeriksaan HBsAg, serta karakteristik ibu hamil

dengan HBsAg positif.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu bagian laboratorium dan bagian rekam medik

RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar dengan pertimbangan rumah sakit ini memiliki

data administratif ibu hamil (patologis dan non patologis) yang berkunjung untuk

melihat populasi umum tanpa memandang adanya risiko tinggi pada ibu hamil.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November

2017.

4.3. Variabel Penelitian

4.3.1. Variabel dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah HBsAg sebagai penanda

serologis
33

4.3.2. Variabel independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah umur, pendidikan,

pekerjaan, usia gestasi, gravida, jumlah partus dan jumlah abortus.

4.4. Populasi dan Sampel Penelitian

4.4.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah ibu hamil di RSKD Ibu & Anak

Pertiwi Makassar selama periode 1 tahun terakhir yaitu dari bulan September

2016 – Agustus 2017.

4.4.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah semua pasien ibu hamil yang

menjalani pemeriksaan HBsAg dan dinyatakan positif di RSKD Ibu & Anak

Pertiwi Makassar dengan melihat data pencatatan laboratorium untuk

mengetahui prevalensi, serta melihat rekam medik ibu hamil dengan HBsAg

positif untuk mengetahui karakteristik. Sampel yang diambil yaitu satu tahun

terakhir dari bulan September 2016 – Agustus 2017.

4.4.3. Teknik Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total

sampling.

4.5. Kriteria Seleksi

4.5.1. Kriteria Inklusi

a. Ibu hamil yang menjalani pemeriksaan HBsAg

b. Ibu hamil dengan pemeriksaan HBsAg positif


34

4.5.2. Kriteria Eksklusi

a. Ibu hamil yang tidak mempunyai rekam medik

b. Data rekam medik tidak lengkap

4.6. Cara Pengumpulan Data

Berdasarkan cara memperoleh data, data yang dikumpulkan terdiri dari data

sekunder. Data sekunder berupa seluruh data pencatatan laboratorium pasien ibu

hamil yang menjalani pemeriksaan HBsAg dan rekam medik ibu hamil dengan

HBsAg positif selama periode 1 tahun terakhir, yaitu September 2016 – Agustus

2017

4.7. Pengolahan dan Penyajian Data

4.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan komputer menggunakan program Microsoft Word 2007, Microsoft

Excel 2007, dan Statstical Package for The Social Sciences (SPSS) for

Windows 18.00.

4.7.2. Penyajian Data

Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan

grafik disertai penjelasan yang disusun dalam bentuk narasi dan

dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian.


35

4.8. Etika Penelitian

- Menyertakan surat ke Rumah Sakit terkait untuk permintaan kesediaan

dan permohonan izin penelitian

- Menjaga kerahasiaan identitas pribadi pasien yang terdapat pada

rekam medik

- Melakukan perizinan kepada komisi etik kedokteran


36

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik ibu

hamil dengan HBsAg positif sebagai penanda serologis dalam upaya penapisan

Hepatitis B di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 yang

dilaksanakan pada bulan September hingga November 2017. Dari hasil pengambilan

data laboratorium RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar, diperoleh sebanyak 94

sampel dengan HBsAg reaktif. Data tersebut digunakan untuk menentukan prevalensi

HBsAg positif pada ibu hamil.

Jumlah sampel yang memenuhi kriteria adalah 84 sampel dikarenakan dari 94

sampel yang didapatkan di laboratorium ternyata ada 10 sampel yang di eksklusi

karena ketidaklengkapan rekam medik. Sampel yang memenuhi kriteria ini

selanjutnya digunakan dalam menentukan karakteristik ibu hamil dengan HBsAg

positif.

Pengumpulan data berlangsung selama 5 minggu yaitu mulai bulan September

2017 sampai Oktober 2017. Data yang diperoleh kemudian dicatat dengan Microsoft

excel 2007, kemudian diolah dengan menggunakan program komputer Statistical

Package for The Social Sciences (SPSS) for Windows 18.00.

Hasil pengolahan data disajikan sebagai berikut.


37

5.1. Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg pada Ibu Hamil Periode 2016/2017

Diagram 5.1. Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg Positif pada Ibu Hamil

Periode2016/2017
Prevalensi HBsAg Periode 2016/2017

Positif HBsAg Negatif HBsAg

2,4 %

97,6%

Sumber: Laboratorium RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 - Agustus

2017

Pada tabel dan diagram 5.1. menunjukkan prevalensi HBsAg positif pada ibu

hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017, yaitu bulan

September 2016 sampai Agustus 2017. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa

prevalensi HBsAg positif selama 1 tahun yaitu mulai dari bulan September 2016

sampai Agustus 2017 yang terdiri atas 94 sampel dari 3864 ibu hamil yang menjalani

pemeriksan HBsAg adalah 2.4 % atau dapat dikatakan bahwa tiap 100 ibu hamil

terdapat 2 ibu hamil dengan HBsAg positif sebagai penanda serologis adanya

penyakit Hepatitis B.

Adapun kasus yang didapatkan setiap bulannya dapat dijabarkan sebagai

berikut; Pada bulan September 2016 didapatkan kasus sebesar 8 orang dari total ibu

hamil yang diperiksa sebanyak 398 orang, sehingga dapat diketahui persentasenya
38

adalah 2%. Pada bulan selanjutnya yaitu Oktober 2016 kasus yang didapatkan

bertambah 1 menjadi 9 kasus dari total 325 ibu hamil yang diperiksa HBsAg dalam

darahnya, menunjukkan persentase sebesar 2.8%. Selanjutnya pada bulan November

2016, kasus yang didapatkan sama dengan bulan sebelumnya yaitu 9 kasus dari total

ibu hamil yang menjalani pemeriksaan HBsAg sebanyak 357 orang sehingga

persentasenya sebesar 2.5%. Pada akhir tahun 2016 yaitu bulan Desember didapatkan

peningkatan kasus yang terjadi yaitu sebanyak 12 kasus dari 302 pasien ibu hamil

yang menjalani pemeriksaan HBsAg dengan persentase sebesar 4%. Di awal tahun

2017 yaitu bulan Januari, kasus mengalami penurunan drastis dari bulan sebelumnya

menjadi 4 kasus dari 303 ibu hamil dengan persentase 1.3%. Selanjutnya pada bulan

Februari 2017 kembali didapatkan peningkatan jumlah kasus menjadi 7 kasus dari

263 ibu hamil yang diperiksa sehingga persentasenya menjadi 2.7%. Berikutnya pada

bulan Maret 2017 kasus meningkat menjadi 10 kasus dari total ibu hamil yang

diperiksa sebanyak 331 orang dengan persentase 3%. Pada bulan April 2017 terjadi

penurunan menjadi 5 kasus dari jumlah ibu hamil yang diperiksa sebanyak 364 orang

sehingga persentasenya adalah 1.4%. Berikutnya pada bulan Mei 2017 terjadi sedikit

peningkatan lagi menjadi 7 kasus dari total 366 ibu hamil yang diperiksa maka

persentasenya menjadi 1.9%. Pada bulan Juni 2017 kasus yang didapatkan sebesar 8

kasus dari total 282 ibu hamil yang diperiksa dengan persentase 2.8%. Pada bulan

Juli 2017 kasus mengalami peningkatan menjadi 11 kasus dari 270 ibu hamil yang

menjalani pemeriksaan HBsAg sehingga persentasenya menjadi 4%. Selanjutnya

pada bulan Agustus 2017 terjadi penurunan jumlah ibu hamil dengan HBsAg positif
39

menjadi 4 kasus dari total 303 ibu hamil yang diperiksa sehingga persentasenya turun

menjadi 1.3%.

Tabel 5.1 Prevalensi hasil pemeriksaan HBsAg positif pada ibu hamil periode
2016/2017
No. Bulan Jumlah (N) Total Persentase (%)
1 September 2016 8 398 2.0
2 Oktober 2016 9 325 2.8
3 November 2016 9 357 2.5
4 Desember 2016 12 302 4.0
5 Januari 2017 4 303 1.3
6 Februari 2017 7 263 2.7
7 Maret 2017 10 331 3.0
8 April 2017 5 364 1.4
9 Mei 2017 7 366 1.9
10 Juni 2017 8 282 2.8
11 Juli 2017 11 270 4.1
12 Agustus 2017 4 303 1.3
Total 94 3864 2.4
Sumber: Laboratorium RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 - Agustus

2017

5.2. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Umur

Diagram 5.2. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Umur
25

20
Jumlah (N)

15

10

0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
Umur (tahun)

Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 - Agustus
2017
40

Pada diagram dan tabel 5.2. memperlihatkan distribusi umur ibu hamil dengan

HBsAg positif sebanyak 1 orang pada kelompok umur 15-19 tahun dengan persentase

1.2%. Selanjutnya pada kelompok umur 20-24 tahun terdapat 19 orang ibu hamil

dengan HBsAg positif sehingga persentasenya adalah 22.6%. Terdapat 22 orang pada

rentan umur 25-29 tahun dengan persentase 26.2% begitupun pada rentan umur 30-34

tahun juga terdapat 22 orang ibu hamil dengan HBsAg positif dengan persentase

sama yaitu 26.2%. Selanjutnya pada kelompok umur 35-39 tahun terdapat 12 orang

dengan persentase 14.3%. Dan terakhir pada kelompok umur 40-44 tahun terdapat 8

orang ibu hamil dengan HBsAg positif sehingga persentasenya adalah 9.5%.

Tabel 5.2 Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Umur
No Umur Jumlah (N) Persentase (%)
1. 15-19 tahun 1 1.2
2. 20-24 tahun 19 22.6
3. 25-29 tahun 22 26.2
4. 30-34 tahun 22 26.2
5. 35-39 tahun 12 14.3
6. 40-44 tahun 8 9.5
Total 84 100.0
Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September
2016 – Agustus 2017
41

5.3. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Pendidikan

Diagram 5.3. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan


Pendidikan
60

50
Jumlah (N) 40

30

20

10

0
Pendidikan Pendidikan Pendidikan
Dasar Menengah Tinggi
Pendidikan

Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017

Pada diagram dan tabel 5.3. memperlihatkan distribusi tingkat pendidikan ibu

hamil dengan HBsAg positif sebanyak 12 orang (14.3%) pada tingkat pendidikan

dasar, 53 orang (63.1%) pada tingkat pendidikan menengah dan 19 orang (22.6%)

pada tingkat pendidikan tinggi.

Tabel 5.3.Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (N) Persentase (%)


1 Pendidikan dasar 12 14.3
2 Pendidikan menengah 53 63.1
3 pendidikan tinggi 19 22.6
Total 84 100.0
Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017
42

5.4. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Pekerjaan

Diagram 5.4. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan


Pekerjaan
70
60

Jumlah (N) 50
40
30
20
10
0
Tidak bekerja Pekerja non Pekerja
(IRT) medis medis
Pekerjaan

Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017

Pada diagram dan tabel 5.4. memperlihatkan distribusi pekerjaan ibu hamil

dengan HBsAg positif sebanyak 64 orang (76.2%) pada kelompok tidak bekerja

(IRT), 18 orang (21.4%) pada kelompok pekerja non medis dan 2 orang (2.4%) pada

kelompok pekerja medis.

Tabel 5.4. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (N) Persentase (%)


1. Tidak bekerja (IRT) 64 76.2
2. Pekerja non medis 18 21.4
3. Pekerja medis 2 2.4
Total 84 100.0
Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017
43

5.5. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Usia Gestasi

Diagram 5.5. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan


Usia Gestasi
90
80
70
Jumlah (N) 60
50
40
30
20
10
0
Trimester I Trimester II Trimester III
(0-3 bulan) (4-6 bulan) (7-9 bulan)
Usia Gestasi

Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017

Pada diagram dan tabel 5.5. memperlihatkan distribusi usia gestasi ibu hamil

dengan HBsAg positif sebanyak 7 orang (8.3%) pada kelompok usia gestasi

Trimester I (0 – 3 bulan), tidak ada orang (0%) pada kelompok usia gestasi Trimester

II (4 – 6 bulan) dan 77 orang (91.7%) pada kelompok usia gestasi Trimester III (7 – 9

bulan).

Tabel 5.5. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Usia Gestasi

No Usia Gestasi Jumlah (N) Persentase (%)


1. Trimester I (0–3 bulan) 7 8.3
2. Trimester II (4–6 bulan) 0 0
3. Trimester III (7– 9 bulan) 77 91.7
Total 84 100.0
Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017
44

5.6. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Gravida

Diagram 5.6. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan


Gravida
70
60

Jumlah (N) 50
40
30
20
10
0
Primigravida Multigravida
Gravida

Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017

Pada diagram dan tabel 5.6. memperlihatkan distribusi tingkat gravida ibu

hamil dengan HBsAg positif sebanyak 18 orang (21.4%) pada kelompok usia

primigravida dan 66 orang (78.6%) pada kelompok multigravida.

Tabel 5.6. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Gravida

No Usia Gestasi Jumlah (N) Persentase (%)


1. Primigravida 18 21.4
2. Multigravida 66 78.6
Total 84 100.0
Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017
45

5.7. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Jumlah Paritas

Diagram 5.7. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan


Jumlah Paritas
35
30

Jumlah (N) 25
20
15
10
5
0
0 1 ≥2
Paritas

Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017

Pada diagram dan tabel 5.7. memperlihatkan distribusi jumlah paritas ibu

hamil dengan HBsAg positif sebanyak 21 orang (25%) pada kelompok paritas yang

berjumlah 0, 30 orang (35.7%) pada kelompok paritas yang berjumlah 1 dan 33 orang

(39.3%) pada kelompok paritas yang berjumlah ≥2.

Tabel 5.7. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Jumlah Paritas

No Usia Gestasi Jumlah (N) Persentase (%)


1. 0 21 25
2. 1 30 35.7
3. ≥2 33 39.3
Total 84 100.0
Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017
46

5.8. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Jumlah Abortus

Diagram 5.8. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan


Jumlah Abortus
80
70
60
50
Jumlah (N)

40
30
20
10
0
0 1 ≥2
Abortus

Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017

Pada diagram dan tabel 5.8. memperlihatkan distribusi jumlah abortus ibu

hamil dengan HBsAg positif sebanyak 70 orang (83.3%) pada kelompok dengan

jumlah abortus 0, 11 orang (13.1%) pada kelompok dengan jumlah abortus 1 dan 3

orang (3.6%) pada kelompok dengan jumlah abortus ≥2.

Tabel 5.8. Distribusi Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Jumlah Abortus

No Usia Gestasi Jumlah (N) Persentase (%)


1. 0 70 83.3
2. 1 11 13.1
3. ≥2 3 3.6
Total 84 100.0
Sumber: Rekam Medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode September 2016 – Agustus 2017
47

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengolahan data pasien ibu hamil dengan HBsAg positif di

RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017, didapatkan 84 sampel yang

memenuhi kriteria dari total 94 pasien yang data laboratoriumnya menunjukkan

positif HBsAg. Pemenuhan kriteria didasarkan pada kelengkapan data rekam medik

yang ada. Pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap atau bahkan tidak ada,

tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian inii diharapkan mampu

menggambarkan prevalensi dan karakteristik ibu hamil dengan HBsAg positif.

Prevalensi yang diteliti pada penelitian ini yaitu dalam rentan waktu

September 2016 – Agustus 2017. Adapun karakteristik dari penelitian ini meliputi

umur, pendidikan, pekerjaan, usia gestasi, gravida, jumlah paritas dan abortus.

Selanjutnya penjelasan mengenai prevalensi dan karakteristik ibu hamil dengan

HBsAg positif tersebut akan dipaparkan secara terperinci dibawah ini :

6.1 Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg positif pada Ibu Hamil Periode

2016/2017

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa prevalensi HBsAg positif pada

ibu hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar selama September 2016 sampai

dengan Agustus 2017 mencapai 2.4%. Angka tersebut didapatkan berdasarkan jumlah

ibu hamil yang positif HBsAg sebanyak 94 sampel dari total ibu hamil yang diperiksa
48

sebanyak 3864 sampel. Metode pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium RSKD

Ibu & Anak Pertiwi Makassar adalah dengan Rapid Test.

Hasil penelitian ini mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan hasil

yang didapatkan oleh Magfira di tempat yang sama yaitu RSKD Ibu & Anak Pertiwi

Makassar namun pada periode yang berbeda yaitu pada September 2015 sampai

dengan Agustus 2016 yaitu prevalensi HBsAg positif pada ibu hamil sebesar 1.1%.

Persentase itu didapatkan berdasarkan jumlah sampel yang positif sebanyak 53 dari

4730 ibu hamil yang menjalani pemeriksaaan HBsAg dengan metode Rapid Test.

(Magfira, 2016)

Jika dibandingkan dengan penelitian Magfira di tahun 2016, dapat diketahui

bahwa terdapat penurunan jumlah populasi ibu hamil yang diperiksa yaitu dari 4730

ibu hamil menjadi 3864 ibu hamil. Namun jumlah ibu hamil yang positif HBsAg

justru mengalami peningkatan yang tadinya di bulan September 2015 – Agustus 2016

hanya 53 ibu hamil meningkat menjadi 94 ibu hamil di bulan September 2016 –

Agustus 2017.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Luuse et al di

Ghana yaitu prevalensi sebesar 2.4%. Angka tersebut diperoleh dari 5 sampel yang

positif dari 208 ibu hamil yang diperiksa (Luuse et al, 2016). Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunardi et al di Jakarta pada tahun

2009. Dari data tersebut didapatkan prevalensi yang tidak jauh berbeda yakni sebesar

2.2%, yaitu 22 ibu hamil dengan HBsAg positif dari 1002 ibu hamil yang dilakukan

pemeriksaan HBsAg (Gunardi et al, 2014). Namun terdapat perbedaan pada metode
49

pemeriksaan yang dilakukan Gunardi dengan metode pemeriksaan pada penelitian

ini, yaitu menggunakan metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay).

Metode pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian adalah Rapid Test yang

berdasarkan penelitian Azhar pada tahun 2015 tentang Sensitivitas dan Spesifitas Tes

Imunokromatografi Cepat dalam Pemeriksaan HBsAg diketahui bahwa secara

keseluruhan Rapid Test secara imunokromatografi memiliki sensitivitas 83.33% dan

spesifitas 100% (Azhar, 2015). Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan Rapid

Test ini ideal untuk melakukan skrining HBsAg karena mudah dan cepat digunakan

serta tingkat sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi.

Penelitian oleh Fujiko et al di beberapa rumah sakit di Makassar pada tahun

2014 didapatkan prevalensi sebesar 6.8% yang diperoleh dari 64 ibu hamil dengan

HBsAg positif dari 943 ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan HBsAg (Fujiko et al,

2015). Perbedaan yang mencolok tersebut diduga oleh karena homogenitas yang

tinggi pada penelitian ini. Hal ini terlihat dari lokasi penelitian yang hanya bertempat

di satu rumah sakit saja serta latar belakang ibu hamil yang berkunjung di rumah sakit

ini relatif sama dari segi ekonomi, sosial dan budaya.

Tidak didapatkan data yang menghubungkan tingkat prevalensi dengan waktu

kejadian menurut bulan. Pada penelitian ini, prevalensi tertinggi terjadi pada bulan

Desember 2016 yaitu sebanyak 12 orang dari total 302 ibu hamil yang diperiksa. Hal

tersebut tidak dapat diprediksi karena perlunya investigasi lebih lanjut mengenai

perilaku dan faktor risiko lain yang mungkin terkait.


50

Berdasarkan hasil penelitian ini yang mencakup 3864 ibu hamil yang

menjalani pemeriksaan HBsAg. Estimasi jumlah ibu hamil se-kota Makassar selama

tahun 2015 adalah 27880, yang diambil dari Profil Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan

Tahun 2016. Hal ini menggambarkan bahwa hasil penelitian mencakup 1/7 dari

jumlah ibu hamil se-kota Makassar.

6.2. Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Umur

Pada penelitian ini didapatkan hasil distribusi ibu hamil dengan HBsAg positif

di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017 berdasarkan umur paling

banyak pada rentan usia 25-29 tahun dan 30-34 tahun yaitu masing-masing 22 orang

(26.2%). Kemudian kelompok umur 20-24 tahun dengan total 19 orang (22.6%)

menempati urutan kedua, selanjutnya urutan ketiga yaitu kelompok umur 35-39 tahun

dengan total 12 orang (14.3%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kolawole et al di

Osogbo Nigeria dimana prevalensi terbanyak HBsAg positif terdapat pada kelompok

umur 30-34 dengan persentase 23.3% yaitu sebanyak 14 orang dari total 60 orang

yang berusia di rentan umur tersebut. Diikuti kelompok umur terbanyak kedua yaitu

25-29 tahun dengan persentase 16.9%. Menurutnya, kelompok umur tersebut

merupakan puncak dari aktivitas sosial yang tertinggi atau dalam hal ini merupakan

usia produktif sehingga risiko transmisi virus melalui kontak seksual juga sangat

tinggi (Kolawole et al, 2012).


51

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian Anaedobe

et al di Ibadan Nigeria yang diketahui bahwa distribusi terbanyak HBsAg positif

pada ibu hamil adalah pada kelompok umur 29-35 tahun yaitu sebanyak 11 orang

dengan persentase 73.33%. Diikuti dengan kelompok umur 22-28 tahun dan ≥ 35

tahun yaitu masing-masing sebanyak 2 orang dengan persentase 13.33% (Anaedobe

et al, 2015).

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Gunardi et al di Jakarta Indonesia

menunjukkan hasil yang tidak sejalan dengan penelitian ini yaitu prevalensi ibu hamil

dengan HBsAg positif terbanyak pada kelompok umur <20 tahun yakni 4 orang dari

129 orang pada kelompok usia tersebut dengan persentase 3.1%. Sedangkan

prevalensi terendah ibu hamil dengan HBsAg positif adalah pada kelompok umur 21

- 25 tahun yaitu 1.4%. (Gunardi et al, 2014). Pada penelitian ini juga dipaparkan

bahwa tingginya tingkat perkawinan usia muda di Jakarta yang mencapai 10.16%

dihubungkan dengan hubungan seksual pertama pada para wanita muda dapat

meningkatkan risiko terpapar penyakit menular seksual diantaranya Hepatitis B.

Penelitian lain yang juga bertolak belakang dengan hasil penelitian ini adalah

penelitian Eke et al yang mendapatkan hasil prevalensi ibu hamil dengan HBsAg

positif terbanyak pada kelompok umur 20 - 24 tahun yaitu sebanyak 20 dari 40 ibu

hamil dengan HBsAg positif. Menurutnya, usia tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap prevalensi HBsAg positif pada ibu hamil (Eke et al, 2011).

Dari tabel dan diagram menunjukkan bahwa kelompok umur 25 – 29 tahun

dan 30 – 34 tahun menempati prevalensi terbanyak. Hal ini dikarenakan program


52

imunisasi hepatitis B mulai diterapkan sekitar 20 tahun yang lalu yaitu pada tahun

1997 ketika dimasukkan dalam program imunisasi rutin nasional pada bayi baru lahir

(Kemenkes, 2012). Hal tersebut menyebabkan wanita umur kurang dari 25 tahun

memiliki prevalensi HBsAg positif lebih rendah diduga karena dampak dari imunisasi

yang kemungkinan sudah ada pada waktu itu.

6.3. Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Pendidikan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar

ini, menunjukkan distribusi tingkat pendidikan ibu hamil dengan HBsAg positif

terbanyak pada tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 53 orang (63.1%).

Selanjutnya terbanyak kedua pada tingkat pendidikan tinggi yaitu 19 orang dengan

persentase 22.6%. Prevalensi terendah adalah pada tingkat pendidikan dasar yaitu 12

orang (14.3%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anaedobe et al di

Nigeria pada tahun 2013, dimana tingkat pendidikan terbanyak adalah pendidikan

sekunder yaitu sebanyak 9 dari 15 ibu hamil dengan HBsAg positif dengan persentase

sebesar 60% disusul dengan tingkat pendidikan tersier yaitu sebesar 40% dan tidak

ditemukan ibu hamil dengan HBsAg positif pada tingkat pendidikan primer (0%)

(Anaedobe, 2015). Tingkat pendidikan sekunder di Nigeria setara dengan tingkat

pendidikan menengah di Indonesia, dan tingkat pendidikan tersier setara dengan

tingkat pendidikan tinggi. Menurutnya, tingkat pendidikan kesehatan dalam upaya

pencegahan, keinginan masyarakat untuk mencari pengobatan yang segera dan


53

efektifitas dari penggunaan fasilitas kesehatan berperan dalam tren penyakit Hepatitis

B ini.

Terdapat penelitian lain yang tidak sejalan dengan penelitian ini yaitu

penelitian prospective cohort study yang dilakukan oleh Cui et al dimana

berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa 327 orang dari 513 ibu hamil dengan

HBsAg positif memiliki riwayat pendidikan tinggi (perkuliahan). Disusul dengan 171

dari total 513 sampel adalah pendidikan menengah dan 15 orang merupakan

pendidikan primer (Cui et al, 2016).

Adanya perbedaan prevalensi ibu hamil dengan HBsAg positif berdasarkan

tingkat pendidikan berkaitan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil atau masyarakat

pada umumnya mengenai transmisi virus dan kesadaran para ibu hamil untuk

melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin di pelayanan kesehatan.

6.4. Karakteristik Ibu Hamil dengan HbsAg Positif berdasarkan Pekerjaan

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah pekerjaan terbanyak ibu

hamil dengan HBsAg positif yaitu tidak bekerja sebanyak 64 orang (76.2%), disusul

pekerja non medis yang diantaranya adalah karyawan swasta, karyawan honorer, dan

pegawai negeri sipil sebanyak 18 orang (21.4%). Adapun prevalensi terendah

ditempati oleh pekerja medis sebanyak 2 orang (2.4%).

Data ini sesuai dengan hasil penelitian Ngaira et al di Kenya pada tahun 2014

yakni prevalensi tertinggi ibu hamil dengan HBsAg positif berdasarkan pekerjaan
54

adalah kelompok yang tidak bekerja yaitu sebanyak 7 dari 11 orang yang positif

HBsAg (Ngaira et al, 2016).

Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Anaedobe et al di Nigeria. Dari penelitiannya, didapatkan prevalensi tertinggi ibu

hamil dengan HBsAg positif pada karyawan swasta dan pegawai pemerintah dengan

persentase yang sama yaitu 40%. Sedangkan yang tidak bekerja hanya sebesar 20%

(Anaedobe et al, 201). Penelitian lain yang juga tidak sejalan dengan penelitian ini

adalah penelitian yang dilakukan di daerah lain di Nigeria oleh Kolawole et al dimana

hasil yang didapatkan adalah prevalensi menurut pekerjaan terbanyak pada pedagang

yaitu 14 dari 33 orang sedangkan ibu rumah tangga memiliki prevalensi terendah. Hal

tersebut dikarenakan interaksi dengan lawan jenis yang lebih sering sehingga memicu

hubungan heteroseksual yang merupakan salah faktor risiko transmisi HBV

(Kolawole et al, 2012).

Adanya perbedaan prevalensi berdasarkan pekerjaan, dimana seharusnya

tenaga medis memiliki prevalensi tertinggi justru pada hasil penelitian ini ternyata

merupakan prevalensi terendah diduga karena sampel yang diteliti bersumber dari

satu rumah sakit saja dan merupakan rumah sakit rujukan daerah yang notabene

pasiennya kebanyakan ibu rumah tangga.

6.5. Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Usia Gestasi

Usia gestasi dibagi menjadi trimester I (0-3 bulan), II (4-6 bulan), dan III (7-9

bulan). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa distribusi usia gestasi ibu hamil
55

dengan HBsAg positif tertinggi itu pada trimester III yaitu 77 sampel (91.7%) disusul

trimester I yaitu 7 sampel (8.3%) dan tidak didapatkan satupun sampel pada usia

gestasi trimester II.

Data ini sesuai dengan penelitian Ngaira et al di Kenya yang menyatakan

prevalensi tertinggi ibu hamil dengan HBsAg positif adalah pada trimester III yaitu 4

dari total 11 sampel positif HBsAg (Ngaira et al, 2016). Penelitian lain yang juga

sesuai dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Kolawole et al diketahui usia

gestasi trimester III yang terbanyak yaitu 21 sampel dari 33 total sampel positif.

Menurutnya, hal tersebut terjadi karena selama proses kehamilan akan terjadi

penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga akan memberikan kesempatan besar bagi

virus untuk melakukan multiplikasi yang ditandai dengan adanya HBsAg di dalam

darah ibu hamil (Kolawole et al, 2012).

Ternyata terdapat penelitian yang hasilnya bertentangan dengan penelitian ini

adalah yang dilakukan oleh Metaferia et al di Ethiopia yang mendapatkan hasil

prevalensi tertinggi ternyata pada usia gestasi trimester I sebanyak 10 dari 21 orang

ibu hamil yang positif HBsAg disusul dengan trimester II sebanyak 6 orang dan

trimester III sebanyak 5 orang (Metaferia et al, 2016).

Penelitian lain yang juga tidak sejalan dengan penelitian ini yaitu pada

penelitian yang dilakukan oleh Anaedobe et al dimana prevalensi terbanyak usia

gestas ibu hamil dengan HBsAg positif adalah pada trimester II yaitu 46.67%

dibandingkan dengan trimester I dan III. Menurutnya, tidak adanya deteksi awal dan
56

penanganan yang tepat pada ibu hamil akan meningkatkan risiko transmisi dari ibu ke

bayi pada saat mendekati kelahiran (Anaedobe et al, 2015).

Pada penelitian ini, pemeriksaan HBsAg di RSKD Ibu & Anak Pertiwi

Makassar rutin dilakukan pada setiap pasien inpartu, sehingga prevalensi tertinggi

yang didapatkan menunjukkan trimester III kemudian trimester I lalu trimester II.

Sangat diharapkan tindakan pemeriksaan HBsAg ini dapat rutin dilaksanakan pada

fase antenatal care agar dapat ditegakkan diagnosis secara dini, perencanaan

penatalaksanaan terpadu dan menjadi pencegahan transmisi secara vertikal dari ibu ke

bayi.

6.6. Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Gravida

Dalam penelitian ini, karakteristik jumlah gravida dibagi menjadi

primigravida (kehamilan pertama) dan multigravida (kehamilan kedua dan

seterusnya). Berdasarkan data yang didapatkan selama penelitian, prevalensi

terbanyak ibu hamil dengan HBsAg positif adalah multigravida dengan 66 dari 84

sampel (78.6%) sedangkan primigravida sebanyak 18 orang dari 84 sampel (21.4%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kolawole et

al yang mendapatkan prevalensi tertinggi adalah multigravida sebanyak 23 orang

sedangkan primigravida sebanyak 10 orang. Hal ini diduga karena pada multigravida

masa pernikahan sudah berlangsung lama dan sudah banyak melalui proses

persalinan. Selain itu, wanita yang sudah lama menikah memiliki aktivitas seksual
57

yang lebih tinggi sehingga risiko paparan terhadap HBV juga meningkat (Kolawole

et al, 2012).

Terdapat penelitian lain yang tidak sejalan dengan penelitian ini diantaranya

penelitian Cui et al dimana berdasarkan data yang didapatkan, ternyata primigravida

lebih tinggi dari multigravida. Didapatkan 126 orang primigravida sedangkan

multigravida hanya 14 orang (Cui et al, 2016). Penelitian lain oleh Luuse et al di

Ghana, diketahui bahwa prevalensi primigravida adalah sebesar 3.7% sedangkan

multigravida 1.9%. Menurutnya, tidak ada perbedaan yang signifikan dari jumlah

gravida sampel yang diperiksa dengan tingkat positivitas HBsAg (Luuse et al, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dimana multigravida ternyata

lebih banyak dari primigravida kemungkinan disebabkan karena lamanya pernikahan

berkaitan dengan peningkatan aktifitas seksual pasangan sehingga risiko transmisi

horizontal HBV juga meningkat.

6.7. Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Paritas

Paritas merupakan riwayat persalinan sebelumnya yang menunjukkan jumlah

bayi yang telah dilahirkan diluar kejadian abortus. Pada penelitian ini, jumlah paritas

dibagi menjadi 0, 1, dan ≥2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

diketahui bahwa distribusi ibu hamil dengan HBsAg positif berdasarkan jumlah

paritas terbanyak pada kelompok paritas ≥2 sebanyak 33 orang, disusul jumlah

paritas 1 sebanyak 30 orang dan jumlah paritas 0 sebanyak 21 orang dari total 84

pasien.
58

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

Anaedobe et al yang juga mendapatkan prevalensi ibu hamil dengan HBsAg positif

terbanyak pada multipara yaitu sebesar 73.33% sedangkan primipara sebesar 26.67%.

Menurutnya, hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil observasi bahwa ibu hamil

dikatakan berada pada risiko tertinggi infeksi HBV karena meningkatnya paparan

faktor risiko misalnya transfusi darah, obat injeksi intravena atau prosedur operasi

(Anaedobe et al, 2015).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Magfira

pada tahun 2016 di rumah sakit yang sama dengan penelitian ini namun pada periode

yang berbeda. Hasil penelitiannya menunjukkan distribusi ibu hamil dengan HBsAg

positif berdasarkan jumlah paritas terbanyak pada kelompok paritas 0 yaitu sebanyak

24 orang dari 50 ibu hamil yang diperiksa. Menurutnya, hal tersebut kemungkinan

terjadi karena infeksi HBV sebelum hamil bahkan sebelum menikah. Sehingga dalam

hal ini perlu dilakukan pemeriksaan yang lengkap pada saat seorang wanita belum

hamil untuk dapat segera mendapatkan penanganan, sehingga risiko transmisi ke

bayinya juga berkurang (Magfira, 2016).

Tingginya prevalensi HBsAg positif pada ibu hamil dengan riwayat paritas ≥2

mungkin dikarenakan kehamilan dan persalinan berulang yang menempatkan ibu

hamil pada risiko terinfeksi HBV lebih besar akibat prosedur pemeriksaan dan

persalinan.
59

6.8. Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg Positif berdasarkan Abortus

Pada penelitian ini, abortus dibagi menjadi 3 kelompok yaitu jumlah abortus

0, 1, dan ≥2. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa distribusi ibu hamil

dengan HBsAg positif tertinggi pada kelompok ibu hamil dengan riwayat abortus 0

yaitu sebanyak 70 orang dari total 84 sampel (83.3%). Kelompok ibu hamil terbanyak

kedua adalah yang memiliki riwayat abortus 1 kali yaitu sebanyak 11 orang dari total

sampel (13.1%) dan yang terendah adalah kelompok ibu hamil dengan riwayat

abortus ≥2 yaitu sebanyak 3 orang (3.6%).

Data tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cui et al yang

menyatakan prevalensi terbanyak ibu hamil dengan HBsAg positif berdasarkan

jumlah abortus adalah ibu hamil dengan riwayat abortus 0 yaitu sebanyak 456 orang

dari 513 sampel positif dan yang terendah adalah ibu hamil dengan riwayat abortus

≥2 yaitu sebanyak 15 orang dari 513 sampel positif. Menurutnya, riwayat abortus

sebelumnya dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran kurang bulan (preterm)

dan gangguan mood namun masih kontroversional dengan kejadian keguguran (Cui

et al, 2016).

Pada penelitian lain yang tidak sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh

Ngaira et al dimana hasil yang didapatkan adalah ibu hamil yang memiliki riwayat

abortus memiliki prevalensi lebih tinggi yaitu sebanyak 6 orang dari 11 ibu hamil

dengan HBsAg positif yang diperiksa. Sedangkan ibu hamil yang tidak memiliki

riwayat abortus berjumlah 5 orang dari 11 ibu hamil dengan HBsAg positif yang

diperiksa (Ngaira et al, 2016).


60

6.9. Keterbatasan dan Kelebihan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini disebabkan karena data rekam medik yang

digunakan dalam penelitian ini kurang lengkap. Terdapat 10 rekam medik ibu hamil

dengan HBsAg positif yang tidak didapatkan atau tidak lengkap sehingga harus di

eksklusi. Selain itu, karena penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu rekam

medik maka hal-hal seperti latar belakang sosial, ekonomi dan budaya tidak dapat

diperoleh karena tidak termasuk dalam isi rekam medik.

Adapun kelebihan dari penelitian ini adalah karena penelitian ini merupakan

penelitian lanjutan yang pada periode sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti yang

lain, sehingga dapat diketahui bahwa ternyata terdapat peningkatan prevalensi ibu

hamil dengan HBsAg positif dari periode 2015/2016 ke periode 2016/2017.


61

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Prevalensi dan Karakteristik Ibu

Hamil dengan HBsAg Positif sebagai Penanda Serologis dalam Upaya Penapisan

Hepatitis B di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode 2016/2017”, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ibu hamil dengan HBsAg positif di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar

Periode 2016/2017 diperoleh sebanyak 94 orang dari total 3864 ibu hamil

yang dilakukan pemeriksaan HBsAg sehingga prevalensi HBsAg positif yaitu

sebesar 2.4%.

2. Distribusi ibu hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode

2016/2017 berdasarkan umur lebih banyak ditemukan pada kelompok umur

25 – 29 tahun dan 30 – 34 tahun sebanyak 22 orang (26.2%).

3. Distribusi ibu hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode

2016/2017 berdasarkan tingkat pendidikan lebih banyak ditemukan pada

tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 53 orang (63.1%).

4. Distribusi ibu hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode

2016/2017 berdasarkan pekerjaan lebih banyak ditemukan pada kelompok

tidak bekerja yaitu sebanyak 64 orang (76.2%).


62

5. Distribusi ibu hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode

2016/2017 berdasarkan usia gestasi lebih banyak ditemukan pada trimester III

yaitu sebanyak 77 orang (91.7%).

6. Distribusi ibu hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode

2016/2017 berdasarkan jumlah gravida lebih banyak ditemukan pada

kelompok multigravida yaitu sebanyak 66 orang (78.6%).

7. Distribusi ibu hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode

2016/2017 berdasarkan jumlah paritas lebih banyak ditemukan pada jumlah

paritas ≥2 yaitu sebanyak 33 orang (39.3%).

8. Distribusi ibu hamil di RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar Periode

2016/2017 berdasarkan jumlah abortus lebih banyak ditemukan pada jumlah

abortus 0 yaitu sebanyak 70 orang (83.3%).


63

7.2. Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai prevalensi dan karakteristik ibu hamil

dengan HBsAg positif dalam upaya penapisan Hepatitis B di RSKD Ibu & Anak

Pertiwi Makassar periode 2016/2017, saran yang dapat peneliti berikan adalah :

1. Perlunya peningkatan kelengkapan data rekam medik yang ada di bagian

rekam medik RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar, mengingat pada

penelitian ini terdapat beberapa rekam medik yang tidak lengkap atau bahkan

tidak ada di bagian rekam medik.

2. Dengan diketahuinya prevalensi dan karakteristik HBsAg positif pada ibu

hamil, petugas kesehatan di rumah sakit terkait diharapkan dapat lebih

berhati-hati dalam melakukan tindakan.

3. Dengan diketahuinya prevalensi dan karakteristik HBsAg positif pada ibu

hamil, pemerintah diharapkan dapat lebih menggalakkan program-program

preventif untuk mencegah transmisi HBV.


64

DAFTAR PUSTAKA

1. Alavian SM, Fallahian F, Lankarani KB. 2010. Implementing strategies for

Hepatitis B vaccination. Saudi J Kidney Dis Transpl. 21: 10-22.

2. Alter MJ. 2003. Epidemiology of Hepatitis B in Europe and worldwide.

Journal of Hepatology. 39: S64-S69.

3. Anaedobe CG, Fowotade A, Omoruyi CE, et al. 2015. Prevalence, socio-

demographic features and risk factors of Hepatitis B virus infection among

pregnant women in Southwestern Nigeria. Pan African Medical Journal,

20:406, 3-6, 9.

4. Aspinall EJ, Hawkins G, Fraser A, et al. 2011. Hepatitis B prevention,

diagnosis, treatment and care: a review. Occupational Medicine. 61: 531-540.

5. Azhar, M. A. 2015. Sensitivitas dan Spesifisitas Tes Imunokromatografi


Cepat dalam Pemeriksaan Antibodi Hepatitis B Permukaan (HbsAg).

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

6. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, et al. 2010. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi

25. EGC. Jakarta.

7. Chalid MT, Muljono DH. 2013. Vertical tramsmission of hepatitis B virus;

the role of placental barrier, modes of delivery, viral load &

immunoprophylaxis of neonates. Maternal-Child health. Hal 245-256.

8. Chisari FV, Isogawa M, Wieland SF. 2010. Pathogenesis of Hepatitis B Virus

Infection. Pathol Biol(Paris). 58(4): 258-266.


65

9. Cui, AM, Cheng XY, Shao JG, et al. 2016. Maternal hepatitis B virus carrier

status and pregnancy outcomes: a prospective cohort study. BMC Pregnancy

and Childbirth (2016) 16:87, 2,4,6,8.

10. Dinas Kesehatan. 2016. Profil Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan tahun 2016.

Hal 46.

11.Eke AC, Eke UA, Okafor CI, et al. 2011. Prevalence, correlates and pattern of
hepatitis B surface antigen in a low resource setting. Virology Journal 2011,

8:12, 4-8.

12. European Association for the Study of the Liver. 2017. EASL Clinical

Practice Guidelines on the management of hepatitis B virus infection. Journal

of Hepatology: 4-7.

13. Fattovich G, Bortolitti F, Donato F. 2008. Natural history of chronic hepatitis

B: Special Emphasis on disease progression and prognostic factors. Journal of

Hepatology. Vol 48: 335-352.

14. Franco E, Bagnato B, Marino MG, et al. 2012. Hepatitis B: Epidemiology and

Prevention in developing countries. World Journal of Hepatology. 4(3): 74-

80.

15. Fujiko M, Chalid MT, Turyadi, et al. 2015. Chronic Hepatitis B in pregnant

woman: is hepatitis B surface antigen quantification useful for viral load

prediction?. International Journal of Infectious Disease. Vol 41: 83-89.


66

16. Gentile I, Borgia G. 2014. Vertical Transmission of Hepatitis B virus:

challenges and solutions. International Journal of Woman’s Health. 6: 605-

611.

17. Gunardi H, Zaimi LF, Soedjatmiko, et al. 2014. Current Prevalence of

Hepatitis B Infection among Parturient Women in Jakarta, Indonesia. Acta

Medica Indonesiana - The Indonesian Journal of Internal Medicine, 46(1): 5-

6.

18. Hou J, Liu Z, Gu F. 2005. Epidemiology and Prevention of Hepatitis B Virus

Infection. International Journal of Medical Sciences. 2(1): 50-57.

19. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Hal 179 – 182

20. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pengendalian Hepatitis Virus.

Hal 25-28, 47-48.

21. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2015. Indonesia Educational

Statistic in Brief 2014/2015. Hal 8 – 9.

22. Khumaedi AI, Gani RA, Hasan I. 2016. Pencegahan transmisi vertikal

hepatitis B: Fokus pada penggunaan antivirus antenatal. Jurnal Penyakit

Dalam Indonesia. Vol 3(4): 225-231.

23. Kolawole OM, Wahab AA, Adekanle DA, et al 2012. Seroprevalence of

hepatitis B surface antigenemia and its effects on hematological parameters in

pregnant women in Osogbo, Nigeria. Virology Journal 2012, 9:317, 3-5.


67

24. Konsensus PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia) tentang Panduan

Tatalaksana Infeksi Hepatitis B Kronik. 26 Agustus 2006 di Hotel Shangri-La

Jakarta.

25. Liang TJ. 2009. Hepatitis B: The Virus and Disease. Hepatology. 49: 13-21.

26. Luuse A, Dassah S, Lokpo S, et al. 2016. Sero-prevalence of Hepatitis B

surface antigen amongst pregnant women attending an antenatal clinic, Volta

region, Ghana. Journal of Public Health Africa 2016 7:584. 82-83.

27. Metaferia Y, Dessie W, Ali I, et al. Seroprevalence and associated risk factors

of hepatitis B virus among pregnant women in southern Ethiopia: a hospital-

based cross-sectional study. Epidemiology and Health. 38: 4-5.

28. McMahon BJ, Block J, Haber B, et al. 2012. Internist Diagnosis and

Management of Chronic Hepatitis B Virus Infection. The American Journal of

Medicine. 125: 1063-1067.

29. Ngaira JAM, Kimotho J, Mirigi I, et al. 2016. Prevalence, awareness and risk

factors associated with Hepatitis B infection among pregnant women

attending antenatal clinic at Mbagathi District Hospital in Nairobi, Kenya.

Pan African Medical Journal 2016 24:315. 2-3,6-7.

30. Ohto H, Lin H, Kawana T, et al. 1987. Intrauterine transmission of hepatitis B

virus is closely related to placental leakage. J Med Virol. 21: 1-6.

31. Palusery MR. 2016. Prevalensi dan Karakteristik Ibu Hamil dengan HBsAg

Positif sebagai Penanda Serologis dalam Upaya Penapisan Hepatitis B di


68

RSKD Ibu & Anak Pertiwi Makassar periode 2016/2017. Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin.

32. Pungpapong S, Kim WR, Poterucha JJ. 2007. Natural History of Hepatitis B

Virus Infection: An Update for Clinicians. Mayo Foundation for Medical

Education and Research. 82(8): 967-975.

33. Sanityoso A, Christine G. 2014. Ilmu Penyakit Dalam (Hepatitis Viral Akut)

Jilid II Edisi VI. Interna Publishing: Jakarta.

34. Scott RM, Snitbhan R, Bancroft WH, et al. 1980. Experimental transmission

of hepatitis B virus by semen and saliva. J Infect Dis. 142: 67-71.

35. Soemohardjo, Gunawan S. 2014. Ilmu Penyakit Dalam (Hepatitis B Kronik.

Jilid II Edisi VI. Interna Publishing: Jakarta.

36. Terrault NA, Bzowej NH, Chang Kyong-Mi, et al. 2016. AASLD Guidelines

for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. Vol 63, No 1: 261-283.

37. Towers CV, Asrat T, Rumney P. 2001. The presence of Hepatitis B surface

antigen and deoxyribonucleic acid in amniotic fluid and cord blood. Am J

Obstet Gynecol. Vol 184: 1514-1518.

38. World Health Organization. 2015. Guidelines for the prevention, care and

treatment pf persons with chronic hepatitis B infection.

39. Xu D, Yang YP, Zou S, et al. 2001. Role of placental tissues in the

intrauterine transmission of hepatitis B virus. Am J Obstet Gynecol. Vol 185

No 4: 981-987.
69

40. Yano Y, Utsumi T, Lusida MI, et al. 2015. Hepatitis B Virus Infection in

Indonesia. World Journal of Gastroenterology. 21(38): 10714-10720.

41. Yi P, Chen R, Huang Y, et al. 2016. Management of mother-to-child

transmission of Hepatitis B virus: Propositions and Challenges. Journal of

Clinical Virology. 77: 32-39.


70

L
A
M
P
I
R
A
N
71
72
73
74
75

DATA REKAM MEDIK IBU HAMIL DENGAN HBSAG POSITIF DI RSKD IBU
DAN ANAK PERTIWI PERIODE SEPTEMBER 2016 - AGUSTUS 2017

PENDID PEKER USIA GRA PAR ABOR


NO NO. RM NAMA UMUR
IKAN JAAN GESTASI VIDA TUS TUS
1. 0642xx Ny. M 26 th S1 Guru 43 mg 2 1 0
2. 0905xx Ny. K
3. 0913xx Ny. S 37 th SMA IRT 38 mg 4 3 0
4. 0743xx Ny. K
5. 0914xx Ny. S 28 th SMA Karyawan 37 mg 2 1 0
6. 0915xx Ny. S 25 th SMA IRT 34 mg 2 1 0
7. 0916xx Ny. M 32 th SMA IRT 40 mg 4 3 0
8. 0916xx Ny. K 24 th SMP IRT 12 mg 2 1 0
9. 0907xx Ny. W 24 th S1 Karyawan 39 mg 1 0 0
10. 0910xx Ny. E
11. 0918xx Ny. K 26 th D3 IRT 39 mg 2 1 0
12. 0844xx Ny. R 32 th SMA Karyawan 32 mg 3 1 1
13. 0920xx Ny. D 28 th SMA IRT 38 mg 1 0 0
14. 0920xx Ny. I 35 th SMP IRT 39 mg 3 2 0
15. 0922xx Ny. M 24 th SMP IRT 38 mg 1 0 0
16. 0923xx Ny. A 24 th SD IRT 40 mg 2 1 0
17. 0679xx Ny. N 26 th SMA Karyawan 7 mg 2 1 0
18. 0924xx Ny. A 28 th S1 IRT 41 mg 2 1 0
19. 0830xx Ny. D 35 th SMP IRT 35 mg 4 3 0
20. 0929xx Ny. R 44 th S1 Honorer 42 mg 11 6 4
21. 0929xx Ny. C 36 th SD Karyawan 39 mg 2 1 0
22. 0878xx Ny. Y 30 th SMA IRT 38 mg 2 1 0
23. 0933xx Ny. A 21 th SMA Karyawan 38 mg 2 1 0
24. 0934xx Ny. D 21 th SMA IRT 39 mg 2 1 0
25. 0934xx Ny. S 28 th D3 Bidan 38 mg 2 1 0
26. 0934xx Ny. D 24 th SD IRT 39 mg 1 0 0
27. 0893xx Ny. M 27 th SMA IRT 42 mg 3 2 0
28. 0934xx Ny. S
29. 0935xx Ny. M 23 th SMA IRT 41 mg 1 0 0
30. 0936xx Ny. S 42 th SMA IRT 40 mg 4 3 0
31. 0936xx Ny. Y 26 th S1 IRT 4 mg 2 0 1
32. 0937xx Ny. L 33 th SMA IRT 38 mg 4 3 0
33. 0937xx Ny. M 33 th SMA IRT 37 mg 3 2 0
34. 0626xx Ny. F 31 th SMA IRT 36 mg 3 2 0
35. 0745xx Ny. M 29 th S1 IRT 40 mg 2 1 0
36. 0939xx Ny. R 23 th D3 IRT 40 mg 1 0 0
37. 0933xx Ny. N 40 th SMA IRT 40 mg 5 4 0
38. 0932xx Ny. M 38 th SMP IRT 39 mg 5 4 0
39. 0944xx Ny. N
40. 0946xx Ny. N 42 th SD IRT 39 mg 1 0 0
41. 0938xx Ny. N 22 th SMA IRT 41 mg 2 1 0
76

42. 0937xx Ny. H 28 th SMA Swasta 42 mg 1 0 0


43. 0948xx Ny. W 30 th SMA IRT 41 mg 3 2 0
44. 0650xx Ny. I 33 th SMA IRT 38 mg 2 1 0
45. 0936xx Ny. Y 26 th S1 IRT 4 mg 2 0 1
46. 0951xx Ny. I 27 th SMA Karyawan 37 mg 4 2 1
47. 0951xx Ny. H 30 th SMA Karyawan 40 mg 2 1 0
48. 0951xx Ny. I 30 th SMA IRT 39 mg 3 2 1
49. 0946xx Ny. S 31 th SMA IRT 38 mg 6 5 0
50. 0954xx Ny. F 32 th SD IRT 38 mg 3 2 0
51. 0945xx Ny. R 24 th SMA IRT 39 mg 1 0 0
52. 0946xx Ny. N 42 th SD IRT 39 mg 1 0 0
53. 0952xx Ny. M 41 th S1 Guru 11 mg 3 2 0
54. 0957xx Ny. S 26 th SMA Karyawan 10 mg 1 0 0
55. 0961xx Ny. M 40 th SD IRT 39 mg 5 2 2
56. 0967xx Ny. H 24 th SMA IRT 39 mg 2 1 0
57. 0967xx Ny. A 26 th SMA IRT 39 mg 2 1 0
58. 0968xx Ny. R 40 th SMA IRT 40 mg 1 0 0
59. 0945xx Ny. W 20 th SMA IRT 40 mg 2 1 0
60. 0969xx Ny. M 33 th S1 IRT 38 mg 4 3 0
61. 0971xx Ny. M
62. 0969xx Ny. A 35 th SMA IRT 42 mg 5 3 1
63. 0973xx Ny. Y 25 th SMA IRT 38 mg 2 0 1
64. 0974xx Ny. S 22 th SMA IRT 38 mg 1 0 0
65. 0975xx Ny. H 32 th SMA Swasta 39 mg 5 3 1
66. 0805xx Ny. H 31 th SD IRT 39 mg 2 1 0
67. 0976xx Ny. S 24 th SMA Karyawan 39 mg 1 0 0
68. 0976xx Ny. H 38 th S1 PNS 39 mg 3 1 1
69. 0972xx Ny. R 34 th SD IRT 39 mg 2 1 0
70. 0972xx Ny. A 31 th S2 Honorer 41 mg 3 2 0
71. 0977xx Ny. I 35 th S1 IRT 36 mg 1 0 0
72. 0839xx Ny. M 28 th S1 IRT 40 mg 2 1 0
73. 0980xx Ny. A 30 th SMA IRT 39 mg 3 2 0
74. 0980xx Ny. R 28 th SD IRT 39 mg 4 4 0
75. 0963xx Ny. M 33 th SMA IRT 40 mg 7 3 3
76. 0982xx Ny. R 26 th SMA IRT 40 mg 2 1 0
77. 0832xx Ny. R 26 th SMA IRT 39 mg 3 2 0
78. 0982xx Ny. H 30 th D4 IRT 42 mg 2 1 0
79. 0983xx Ny. H 35 th S1 PNS 39 mg 4 2 1
80. 0986xx Ny. R
81. 0987xx Ny. S 31 th SD IRT 40 mg 3 2 0
82. 0003xx Ny. A
83. 0988xx Ny. U 19 th SD IRT 40 mg 1 0 0
84. 0970xx Ny. I 28 th SMA IRT 7 mg 6 4 1
85. 0808xx Ny. S 37 th SMA IRT 37 mg 5 4 0
86. 0925xx Ny. N 38 th SMA IRT 36 mg 2 1 0
87. 0926xx Ny. J 23 th SMA IRT 40 mg 1 0 0
88. 0905xx Ny. K
89. 0929xx Ny. S 38 th SMP IRT 42 mg 6 5 0
90. 0929xx Ny. R 24 th SMA IRT 39 mg 2 1 0
77

91. 0945xx Ny. F 22 th D3 Apoteker 38 mg 1 0 0


92. 0929xx Ny. S 34 th SMP IRT 40 mg 3 2 0
93. 0955xx Ny. I
94. 0962xx Ny. F 22 th SMP IRT 33 mg 2 1 0

Data Rekam Medik Tidak Lengkap


78

BIODATA PENELITI

Nama Lengkap : Sri Wahyu


NIM : C111 14 041
Tempat, tanggal lahir : Maros, 5 September 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter Umum/Fakultas Kedokteran
Alamat : Jalan Sanrangan no 15 Kel. Daya Kec. Biringkanaya
Telepon/ HP : 082259804016
Email : sriiwaahyuu@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
 SDN Daya II (2002-2008)
 SMP Negeri 25 Makassar (2008-2011)
 SMA Negeri 15 Makassar (2011-2014)
 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2014-
sekarang)
Riwayat Organisasi :
 Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Kedokteran
Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai