Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram. BBLR menjadi prediktor tertinggi angka

kematian bayi terutama pada bulan pertama kehidupan. Berdasarkan studi

epidemiologi, BBLR mempunyai resiko kematian 35 kali lebih besar

dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal (Sagung Adi

Sresi Mahayana, Eva Chundrayetti 2015).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang singkat (prematuritas),

pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau dapat juga disebabkan oleh keduanya.

Penyebab tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko seperti faktor ibu,

plasenta, janin dan lingkungan sehingga menyebabakan terganggunya pemenuhan

nutrisi pada janin selama masa kehamilan (Sembiring 2017).

Menurut WHO pada tahun 2015 Kejadian BBLR diperkirakan sebesar

15,5% dari seluruh kelahiran di dunia atau sebanyak 20,6 juta bayi yag lahir setiap

tahunnya adalah BBLR, dan sebesar 96,5% BBLR terjadi dinegara berkembang.

BBLR merupakan salah satu masalah utama di negara berkembang. India adalah

negara dengan tingkat tertinggi prevalensi BBLR, sekitar 27% bayi yang lahir di

India adalah BBLR. Wilayah Asia Selatan memang tercatat sebagai rekor tertinggi

BBLR dengan angka 28% sedangkan yang terendah adalah Asia Timur/Fasifik

hanya sebesar 6% dari angka kelahiran (World Health Organization 2016).

Berdasarkan hasil utama riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia Tahun 2018 bahwa grafik proporsi berat badan lahir tahun

1
2

2007–2018 mengalami peningkatan dari angka 5,4% menjadi 6,2% kejadian, yang

dihitung berdasarkan 56,6% bayi yang memiliki catatan lahir. Proporsi berat

badan lahir <2500 gram (BBLR) pada anak umur 0-59 bulan terendah adalah

provinsi Jambi dengan 2.6% dan yang tertinggi adalah di provinsi Sulawesi utara

dengan angka 8,9%, angka ini lebih tinggi dari target RPJMD Tahun 2019 yakni

8%. Sedangkan provinsi Kepulauan Riau berada pada peringkat keenam angka

BBLR tertinggi di Indonesia (Kesehatan 2018).

Walaupun bukan merupakan satu-satunya tolok ukur, namun berat badan

bayi merupakan hal pertama yang dinilai untuk menggambarkan derajat atau

status kesehatan bayi baru lahir. Status kesehatan BBLR dipengaruhi oleh

ketidakmemampuan bayi dalam proses adaptasi dari kehiduapan di dalam uterus

ke lingkungan ekstrauterin. Kegagalan adaptasi merupakan konsekuensi dari

anatomi dan fisiologi sistem tubuh yang belum matang. Masalah yang sering

ditemukan adalah ketidakstabilan suhu tubuh, masalah pernafasan, masalah

pencernaan dan immunitas. Oleh karena itu BBLR perlu penatalaksanaan khusus

agar tidak terjadi gangguan tumbuh kembang bahkan kematian. Semakin kecil

berat badan bayi dan semakin prematur bayi, maka semakin kompleks perawatan

yang diperlukan (Anisa and Julianti Erna 2017).

BBLR harus diasuh dalam suatu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya

dipertahankan dengan usaha metabolik yang minimal. Bayi akan berkembang

secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 s/d 37°C. Tentu

saja dengan tidak mengesampingkan penalaksanan lainnya seperti pemberian

oksigen apabila diperlukan, pencegahan infeksi dan pemberian nutrisi yang

adekuat (Atika and Pongki 2016).


3

Pengelolaan suhu tubuh BBLR dapat dilakukan dengan cara penggunaan

alat radiant warmer, penggunaan inkubator, topi penutup kepala, plastic warb dan

perawatan metode kanguru. Penggunaan radiant warmer dan plastic warb

efektif untuk perawatan bayi prematur segera setelah lahir, sedangkan pengelolaan

panas untuk perawatan rutin disarankan penggunaan inkubator atau perawatan

metode kanguru (Anisa and Julianti Erna 2017).

Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan

melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin

contact) sehingga terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara kontinyu dan

bayi memperoleh panas (sesuai suhu ibunya) melalui proses konduksi. PMK

pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di Bogota, Columbia pada

tahun 1979 sebagai metode sederhana untuk mengantikan fungsi inkubator

ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada. Ibu

diidentikan sebagai kanguru yang dapat mendekap bayinya secara seksama,

dengan tujuan mempertahankan suhu bayi secara optimal (36,5-37,5°C). Suhu

yang optimal ini diperoleh dengan adanya kontak langsung antara kulit bayi

dengan kulit ibunya secara kontinu. Ibu berfungsi sebagai host atau indung bagi

bayi. Posisi bayi dalam kantung kanguru adalah tegak/vertikal pada siang hari

ketika ibu berdiri atau duduk, dan tengurap/miring pada malam hari ketika ibu

berbaring atau tidur (Erni and Lia 2017).

Pada awalnya PMK hanya merupakan alternatif pengganti inkubator,

namun setelah diterapkan dan kembangkan ditemukan banyak kelebihan PMK

dibanding dengan penggunaan inkubator itu sendiri. PMK merupakan cara yang

efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya
4

kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator

bagi bayinya, sehingga bayi akan mendapat kehangatan, PMK memudahkan

pemberian ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih

sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah

ketidakpuasan ibu, meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Erni and Lia 2017).

Kontak kulit pada PMK dapat meningkatkan berat badan bayi. Ketika bayi

dalam kondisi hangat, bayi tidak perlu menggunakan energi untuk mengatur suhu

tubuh, bayi dapat menggunakan energy untuk tumbuh. Selain itu bayi yang

menerima level menyusu yang meningkat, karena kontak kulit menstimulasi

pelepasan hormon oksitoksin yang meningkatkan produksi ASI. Bahkan pada bayi

yang reflek hisap belum berkembang, bayi dapat menjilat, menyentuh serta

mencium bau payudara ibu, bahkan mulai melakukan perlekatan., sehingga reflek

hisap bayi akan selalu terasah dan terlatih sehingga bayi dapat memenuhi

kebutuhan nutrisinya. Sentuhan kasih sayang akan menyebabkan hormon kortisol

pada bayi meningkat dan rasa nyaman berada dalam pelukan ibu membuat bayi

tidak rewel, jarang menangis dan kualitas tidur bayi meningkat, sehingga energi

bayi hanya difokuskan pada pertumbuhan (Kesehatan Masyarakat et al. 2018).

Peningkatan berat badan terjadi juga akibat karena meningkatnya

hubungan emosional ibu dan bayi, dimana bayi mempunyai waktu yang lebih

lama untuk merasakan sentuhan yang dapat mengurangi pengeluaran katekolamin

dalam darah sehingga menurunkan stress fisiologis bayi. Meningkatkan bounding

ibu dan bayi serta merupakan intervensi terapeutik untuk meningkatkan kedekatan
5

ibu, mempromosikan perilaku alami untuk stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan (Kesehatan Masyarakat et al. 2018).

Studi multisenter telah dilakukan oleh WHO Collaborating Center for

Perinatal Care selama setahun pada rumah sakit di Addis Ababa (Ethiopia),

Yokyakarta (Indonesia), dan Merida (Meksiko). Tujuannya, menilai kelayakan,

penerimaan, efektifitas, dan biaya metode kanguru dibanding cara konvensional

(ruang hangat dan inkubator). Hasilnya, kejadian hipotermia pada metode kanguru

signifikan lenih rendah dibanding cara konvensional. Kelompok bayi yang

dirawat dengan metode kanguru juga mendapat ASI lebih baik, pertambahan berat

badan lebih baik, dan lama perawatan di rumah sakit lebih pendek. Perawatan

Metode Kanguru terbukti lebih hemat dari segi perawatan alat dibanding cara

konvensional. Baik ibu maupun petugas kesehatan lebih menyukai metode

kanguru, karena lebih menyenangkan dan aman (Unhas, Kedokteran, and

Hasanuddin 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Kanodia, P. Bora, R. Gupta di Nepalgunj,

Nepal yang dipublikasikan pada tahun 2016, didapat hasil bahwa peningkatan

berat badan harian bayi pada kelompok intervensi 6-22 gram, sedangkan pada

kelompok kontrol 0-10 gram, hasil uji statistik p= 0,001. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa perawatan metode kanguru merupakan metode yang efektif

karena tidak memerlukan peralatan pemanas ( inkubator ), dan juga mengurangi

masa rawat di rumah sakit. Kelompok yang dilakukan perawatan metode kanguru

menunjukan peningkatan berat badan yang lebih baik dan mengurangi insiden

hipotermi (Kanodia, Bora, and Gupta 2016).


6

Hasil penelitian Silvia (2015) menunjukan perbedaan rata-rata berat badan

bayi sebelum dilakukan perawatan metode kanguru dengan sesudah perawatan

metode kanguru yaitu 28.30 gram dengan standar deviasi 3,093. Berdasarkan hasil

analisis uji paired T-test didapatkan nilai p= 0,000 (p<0,05), H0 ditolak artinya

ada perbedaan rata-rata berat badan bayi sebelum dan sesudah perawatan metode

kanguru. Peningkatan berat badan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor banyak

faktor, salah satunya adalah kemampuan bayi dalam menghisap ASI. Dalam

perawatan metode kanguru frekuensi ibu dalam memberikan ASI lebih teratur dan

tepat waktu. Karena bayi selalu berada dalam dekapan ibu dan dalam kondisi bila

bayi sudah merasa haus dan memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri

puting susu ibu dalam baju kangurunya, sehingga hal ini juga mambantu bayi

dam memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan cairanya (Silvia, Putri,Yelmi Reni,

Gusnila 2015).

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyah Puji Astuti yang

juga dilakukan pada tahun 2015, hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

peningkatan yang signifikan penerapan metode kanguru terhadap peningkatan

berat badan bayi. Hal ini dibuktikan dengan uji t berpasangan pretest eksperimen

dengan posttest eksperimen, dengan t hitung > dari t table dan nilai signifikan

lebih kecil dari 0,05. Penelitian ini menyimpulkan terdapat pengaruh signifikan

penerapan metode kanguru dengan peningkatan berat badan pada BBLR

(Solehati, Kosasih, and Rais 2018).

Pada tahun 2018, di wilayah Kabupaten Karimun dilaporkan kejadian

BBLR sebanyak 201 kasus atau sebesar 5%, angka ini menunjukan penurunan

dari tahun laporan tahun 2017 yaitu sebesar 5,9% dari total angka kelahiran bayi.
7

Jenis kelamin terbanyak bervariasi, tahun 2017 BBLR berjenis kelamin laki-laki

lebih banyak dan terjadi sebaliknya pada tahun 2018. Penyebab kematian bayi

tertinggi tahun 2017 dan 2018 adalah BBLR. Berbanding lurus dengan kejadian

BBLR, angka kematian akibat BBLR juga mengalami penurunan pada tahun 2018

yaitu sebanyak 19 kasus dari tahun sebelumnya sebanyak 27 kasus kematian.

Telah dicatat bahwa kematian itu terjadi pada kurang dari hari ketujuh setelah

kelahiran bayi.

RSUD Muhammad Sani sebagai salah satu Fasilitas Kesehatan Tingkat

Rujukan (FKTL) di Kabupaten Karimun telah merawat 205 BBLR ditahun 2018.

Berbeda dengan data BBLR di wilayah Kabupaten Karimun, di ruang perinatologi

RSUD Muhammad Sani jumlah BBLR justru mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya, yaitu sebanyak 140 kasus saja pada tahun 2017. Salah satu

penatalaksanaan BBLR di RSUD Muhammad Sani adalah dengan PMK. Adapun

kriteria keberhasilan PMK sebagaimana disebutkan dalam Standar Operasional

Prosedur yang sudah ditetapkan adalah suhu badan stabil dan optimal yaitu 36,5°-

37,5°C, mampu menetek, produksi ASI cukup dan kenaikan berat badan bayi

stabil (20 gram selama 3 hari berturut). Kriteria terakhir ini sering digunakan

sebagai pertimbangan bagi Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dalam

mengambil keputusan untuk memperbolehkan bayi melanjutkan perawatan di

rumah dengan PMK.

Survey pendahuluan yang dilakukan di ruangan perinatologi RSUD

Muhammad Sani ditemui empat orang BBLR, satu diantaranya sudah boleh

pulang karena grafik kenaikan berat badan cenderung meningkat dan keluarga

mengatakan akan bergantian melakukan PMK dirumah. Dua diantaranya yang


8

masih dirawat, mengalamai kenaikan berat badan setelah diberikan PMK. Salah

satu ibu bayi mengatakan bahwa pada awal melakukan PMK dia merasa takut dan

tidak percaya bahwa metode sederhana ini akan membatu menaikan berat badan

bayi lebih cepat, namun setelah PMK dilakukan selama 3 hari dan petugas

mengatakan berat badan bayinya mengalami kenaikan, ibu menjadi yakin dan

bersemangat untuk melakukan PMK. Walaupun melahirkan dengan operasi, ibu

mengatakan nyeri bekas operasi tidak menurunkan keinginannya untuk terus

berkontak dengan bayinya. Ibu lainya mengatakan hal yang sama namun dia lebih

aktif membaca dan mencari informasi tentang PMK melalui telepon genggamnya.

Karena kondisinya, bayi harus tetap berada di rumah sakit sedangkan ibu sudah

diperbolehkan pulang ke rumah, namun setiap hari dia mengunjungi bayinya.

Disamping melakukan melakukan PMK Ibu juga memberikan ASI perah. Berbeda

halnya dengan bayi ketiga yang belum menunjukan kenaikan berat badan

walaupun sudah dirawat selama 5 hari dalam inkubator dan dilakukan PMK

interminten. Petugas perinatology mengatakan bahwa sejak PMK diterapkan

banyak dijumpai ibu yang belum yakin dengan manfaat PMK walaupun petugas

sudah melakukan edukasi. Keyakinan ibu dapat timbul setelah melakukan

komunikasi dengan ibu yang sudah membuktikan bahwa PMK dapat

meningkatkan berat badan bayinya. Menurut Kepala Ruangan Perinatologi, PMK

dapat membantu meningkatkan berat badan bayi terutama terhadap bayi yang

ibunya mempunyai minat dan keinginan yang besar untuk melakukan PMK,

meskipun diperlukan pemantauan yang ketat terutama untuk nutrisi bayi. Namun

belum pernah dilakukan penelitian untuk menilai efektifitas PMK tersebut

terhadap peningkatan berat badan bayi.


9

Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah diuraikan diatas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Efektifitas Perawatan Metode

Kanguru (PMK) terhadap berat badan bayi baru lahir rendah di Ruang

Perinatologi RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah bagaimana efektifitas

Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap berat badan bayi baru lahir rendah di

Ruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas Perawatan Metode Kanguru (PMK)

terhadap peningkatan berat badan bayi baru lahir rendah di Ruang

Perinatologi RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui rata – rata berat badan bayi baru lahir sebelum

pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Ruang Perinatologi

RSUD RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun tahun 2019

b. Untuk mengetahui rata – rata berat badan bayi baru lahir sesudah

pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) di Ruang

Perinatologi RSUD RSUD Muhammad Sani Kabupaten Karimun

tahun 2019
10

c. Untuk menganalisa efektifitas perawatan metode kanguru terhadap

kenaikan berat badan BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Muhammad

Sani Kabupaten Karimun tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dan informasi bagi

pihak Rumah Sakit tentang efektifitas penerapan PMK sebagai salah satu

penatalaksanaan BBLR. Hasil penelitian ini juga merupakan salah satu

data pendukung untuk kegiatan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas di

ruang perinatologi RSUD Muhammad Sani.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya materi

perinatal dalam penatalaksanaan BBLR. Penelitian ini juga diharapkan

dapat menjadi dasar untuk pengembangan kurikulum, pendidikan

keperawatan khususnya dalam penatalaksanaan BBLR melalui metode

PMK.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan dalam

pengembangan evidence based ilmu keperawatan, khususnya mengenai

pelaksanaan BBLR dengan melihat berbagai manfaat yang terdapat di

dalamnya.
11

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan data

dasar bagi penelitian berikutnya terutama yang terkait pelaksanaan metode

kanguru terhadap bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

E. Ruang Lingkup

Objek penelitian ini adalah bagaimana efektifitas perawatan metode kanguru

terhadap peningkatan berat badan bayi yang lahir dengan berat badan rendah,

karena salah satu penatalaksaan BBLR adalah dengan Perawatan Metode Kanguru

(PMK). Populasi adalah semua bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari

2.500 gram di ruang perinatologi RSUD Muhammad Sani (total sampling).

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan

menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Penelitian dilakukan pada bulan April –

Juni 2019. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi-eksperimen pre

and post test without control, data akan dianalisa secara komputerisasi dengan

menggunakan uji statistik paired t-test.


12

Anisa, Oktiawati, and Julianti Erna. 2017. Teori Dan Apilkasi Perawatan Bayi

Prematur. Cetakan Pe. ed. Ismail Taufik. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Atika, Manggiasih Vidia, and Jaya Pongki. 2016. Asuhan Kebidanan Pada

Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Cetakan Pe. ed. Ismail

Taufik. Jakarta Timur: VC. Trans Info Media.

Erni, Hernawati, and Kamila. Lia. 2017. Kegawatdaruratan Maternal Dan

Neonatal. Cetakan Pe. ed. Wahyudi Ahmad. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Kanodia, P, R Bora, and A Gupta. 2016. “Kangaroo Mother Care- A Cost

Effective and an Alternate Method to Manage Hypothermia in Low Birth

Weight Babies for Better Clinical Outcome.” Value in Health 19(7): A405.

Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan. 2018. “Hasil Utama Riset

Kesehatan Dasar.” Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: 1–100.

Kesehatan Masyarakat, Jurnal et al. 2018. “KANGAROO MOTHER CARE

PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH : SISTEMATIK REVIEW

Kangaroo Mother Care In Low Baby Weight: A Systematic Review.” Artikel

XI 8(1): 83–96. http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/PJKM.

Sagung Adi Sresi Mahayana, Eva Chundrayetti, Yulistini. 2015. “Artikel

Penelitian Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Berat.” 4(3):

664–73. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/345/300.

Sembiring, Julliana Br. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra

Sekolah. Deepbublish.

Silvia, Putri,Yelmi Reni, Gusnila, Elharisda. 2015. “Pengaruh Perawatan Metode


13

Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi Lahir Rendah.” Jurnal

Ipteks Terapan 9: 11–19.

http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/involusi/article/viewFile/62/58.

Solehati, Tetti, CE Kosasih, and Yulia Rais. 2018. “Kangaroo Morher Care Pada

Bayi Berat Lahir Rendah Sistematik Review.” Jurnal Kesehatan Masyarakat

Volume 8,.

Unhas, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran, and Universitas Hasanuddin.

2016. “Manual Keterampilan Klinik.”

World Health Organization. 2016. WHO Statistik. WHO.

Anda mungkin juga menyukai