Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1Latar Belakang
Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen urethra akibat adanya
osbtruksi. Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan fibrotik
(jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra. Striktur uretra adalah berkurangnya diameter
atau elastisitas uretra yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang kemudian
mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil.
Dilihat dari segi aspek promotif perawat berperan sebagai pendidik dapat memberi
pencegahan dan perawatan dalam menangani asuhan keprawatan striktur uretra dirumah sakit,
tidak hanya memberi perawatan, pengobatan dan penyembuhan, tetapi juga bisa memberi
informasi mengenai penyakit yang bertujuan menghindari klien dari komplikasi yang mungkin
timbul. Dari segi aspek preventif peran perawat memberikan asuhan keperawatan yang baik
dengan memberikan penyuluhan, penatalaksanaan dini kepada klien mengenai striktur uretra.
Dari segi kuratif peran perawat untuk memberikan pertolongan yang sangat cepat seperti
pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Dari segi aspek rehabilitatif peran peran perawat
adalah pemberian obat teratur.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat diatas maka penyusun tertarik untuk menyusun
makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Striktur Uretra”.

1. 2Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah anatomi fisiologi dari uretra?
2. Apakah definisi dari stricture uretra?
3. Apakah etiologi dari stricture uretra?
4. Apakah patofisiologi stricture uretra?
5. Apakah manifestasi klinis stricture uretra?
6. Apakah derajat penyempitan dari stricture uretra?
7. Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari stricture uretra?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien stricture uretra?
9. Apakah prognosis dari stricture uretra?
10. Bagaimana WOC dari stricture uretra?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari stricture uretra?

1. 3Tujuan
1. 3. 1 Tujuan Umum
Setelah proses perkuliahan keperawatan perkemihan diharapkan
mahasiswa mampu mengetahui mengenai konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan striktur uretra
1. 3. 2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari striktur uretra.
2. Menjelaskan etiologi/ faktor pencetus dari striktur uretra.
3. Menjelaskan manifestasi klinis dari striktur uretra.
4. Menjelaskan patofisiologi striktur uretra.
5. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada striktur uretra.
6. Menjelaskan penatalaksanaan klien dengan striktur uretra.
7. Menjelaskan prognosis dari striktur uretra.
8. Menjelaskan WOC dari striktur uretra.
9. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan striktur uretra.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Uretra


2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Uretra Pria

Traktus urinary pada perempuan terpisah sama sekali dari traktus genitalis, tetapi
pada laki-laki tidak terpisah. Menurut Pearce (2000), uretra laki-laki panjangnya
17 sampai 23 cm sedangkan Menurut Gibson (2003), Uretra pria adalah tabung
dengan panjang 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.
Gambar 1. Uretra pada Pria
(images/google.com)
Uretra meninggalkan kandung kemih dan melalui kelenjar prostat yang
bagian itu dikenal sebagai Uretra Pars Prostatika, berjalan ke Uretra
Membranosa. Kemudian menjadi uretra penis; membelok dengan sudut 900 dan
memiliki perineum ke penis (Pearce.2000). Uretra mempunyai tiga bagian
(Gibson.2003) yaitu :
a. Urethra Pars Prostatica memiliki panjang 3 cm, melewati Glandula
Prostatica, menerima dua Ductus Ejaculatorius dan beberapa saluran kecil
dari Glandula Prostatica.
b. Urethra Pars membranosa memiliki panjang 2 cm, melalui Diafragma
Urogenitale, lapisan fibrosa tepat di bawah Glandula Prostatica; tertutup
oleh sfingter serat otot. Bagian ini disebut membranosa karena struktur ini
setipis membran.
c. Urethra Pars Spongiota memiliki panjang skitar 15cm; berjalan
melalui Corpus Spongiosum penis sampai ujung penis.

2.1.2 Anatomi dan Fisisologi Uretra Wanita


Uretra pada wanita adalah tabung dengan panjang sekitar 3cm dan
membentang dari kadung kemih sampai lubang di antara labia minora skitar 2,5
cm di belakang klitoris. Uretra berjalan tepat di bagian depan vagina.
(Gibson.2003)

Gambar 2. Uretra pada Wanita


(images/google.com)

2.2 Stricture Uretra


2.2.1 Definisi
Striktur uretra merupakan penyempitan lumen uretra akibat adanya
jaringan parut dan kontraksi. Penyebab striktur uretra umumnya adalah karena
cedera, cedera akibat peregangan dan cedera yang berhubungan dengan
kecelakaan mobil, uretritis gonorhea yang tidak ditangani dan abnormalitas
congenital. (Hapsari Tri dkk.2009)
Striktur Uretra yaitu penyempitan lumen uretra disertai dengan
menurunnya elastisitas jaringan uretra. Sering terjadi di pars bulbaris lebih kurang
60 – 70 %. (Hapsari, Chairunnisa P. 2010).

2.2.2 Etiologi
Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra,
dan kelainan bawaan. Infeksi seperti ikutan dari pemasangan kateter, uretritis,
STD (Gonococcus), saat ini mungkin sudah jarang ditemukan, sering infeksi
disebabkan karena pemakaian kateter uretra dalam jangka lama. Trauma yang
menyebabkan striktura uretra adalah pembedahan/tindakan yang melewati uretra
(kateterisasi, reseksi transuretra), trauma tumpul pada selangkangan (straddle
injury) yang akan menimbulkan striktur uretra pars bulbosa, fraktur tulang pelvis
yang akan merusak uretra pars membranasea hingga dapat menimbulkan striktur
uretra parsial atau komplit, keluar batu secara spontan, trauma hubungan
intim/melahirkan dan penggunaan intrumentasi atau tindakan transuretra yang
kurang hati - hati. Serta Kelainan bawaan. (Baroroh Dewi Baririet. 2011).

2.2.3 Patofisiologi
Proses radang karena trauma atau infeksi menyebabkan terjadinya fibrosis
sehingga menjadi sikatrik dan terjadilah striktur yang menyebabkan hambatan
aliran urin dan hambatan aliran sperma. (Baroroh Dewi Baririet. 2011).

2.2.4 Manifestasi Klinis


1. Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
2. Gejala infeksi
3. Retensi urinarius
4. Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis (C.
Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468)
5. Kesulitan dalam berkemih, harus mengejan, pancaran mengecil, pancaran
bercabang dan menetes sampai retensi urine. Pembengkakan dan getah /
nanah di daerah perineum, skrotum dan terkadang timbul bercak darah di
celana dalam. Bila terjadi infeksi sistemik penderita febris, warna urine bisa
keruh.(Nursalam, 2008, Hal 86)
6. Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan
kemudian timbul sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti
digambarkan pada hipertrofia prostat. Striktur akibat radang uretra sering
agak luas dan mungkin multiple. (Smeltzer.C,2002, hal 1468)
7. Perasaan tidak puas setelah berkemih.
8. Frekuensi (buang air kecil lebih sering dari normal).
9. Urgensi (tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih).
10. Sakit atau nyeri saat buang air kecil kadang-kadang dijumpai.

2.2.5 Derajat Penyempitan Uretra


a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
b. Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.
c. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Ada derajat berat
kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan
spongiofibrosis. (Basuki B. Purnomo; 2003)

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik


a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan
keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas,
e. coli.
c. BUN/kreatin : meningkat
d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui
panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.
e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra (Basuki B.
Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
Di buku lain, disebutkan bahwa pemeriksaan diagnostik untuk stricture uretra
yaitu :
1. Laboratoriun
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan
pembedahan. Selain itu, beberapa dilakukan untuk mengetahui adanya tanda
–tanda infeksi melalui pemeriksaan urinalisis dan kultur urine.
2. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran
urine. Volume urine yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan
lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urine normal pada pria adalah 20
ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari
harga normal menandakan adanya obstruksi.
3. Radiologi
Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat melihat letak
penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih
lengkap mengenai panjang striktur adalah dengan sistouretrografi yaitu
memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara
retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini, panjang striktur dapat
diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi. (
Muttaqin.A, 2011 hal 234)

2.2.7 Penatalaksanaan
1. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan
kateter
2. Medika mentosa Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri.
Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi.
3. Pembedahan
a. Sistostomi suprapubis
b. Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
c. Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau
otis/sachse. Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur
belum total. Jika lebih berat dengan pisau sachse secara visual.
d. Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa
pemotonganjaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara
jaringan uretra yang masih baik. (Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan
Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
4. Terapi
a. Kalau penderita datang dengan retensio urine maka pertolongan pertama
dengan cystostomi kemudian baru dibuat pemeriksaan uretrogafi untuk
memastikan adanya striktura urethra.
b. Kalau penderita datang dengan infiltrat urine atau abses dilakukan insisi
infiltrat dan abses dan dilakukan cystostomi baru kemidian dibuat
uretrografi.
5. Trukar Cystostomi
Kalau penderita datang dengan retensio urine atau infiltrat urine, dilakukan
cystostomi. Tindakan cystostomie dilakukan dengan trukar, dilakukan dengan
lokal anestesi, satu jari di atas pubis di garis tengah, tusukan membuat sudut
45 derajat setelah trukar masuk, dimasukan kateter dan trukar dilepas, kater
difiksasi dengan benar sutra kulit.
6. Bedah endoskopi
a. Setelah dibuat diagnosis striktura urethra ditentukan lokasi dan panjang
striktura Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat sachse
adalah striktura urethra anterior atau posterior yang masih ada lumen
walaupun kecil dan panjang tidak lebih 2 cm serta tidak fistel kateter
dipasang selama 2 hari pasca tindakan.
b. Setelah penderita dipulangkan, penderita harus kontrol tiap minggu
sampai 1 bulan kemudian.Tiap bulan sampai 6 bulan dan tiap 6 bulan
seumur hidup.Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmer
kalau Q maksimal <10 dilakukan bauginasi
7. Uretroplasti
a. Indikasi untuk uretroplasti adalah dengan setriktur urethra panjang lebih
2 cm atau dengan fistel urethrokutan atau penderita residif striktur pasca
urethratomi sachse
b. Operasi urethroplasti ini bermacam – macam , pada umunya setelah
daerah striktur diexsisi, urethra diganti dengan kulit preputium atau kulit
penis dan dengan free graf atau pedikel graf yaitu dibuat tambung
urethra baru dari kulit preputium atau kulit penis dengan menyertakan
pembuluh darahnya.
8. Otis uretrotomi
a. Tindakan otis uretrotomi di kerjakan pada striktura urethra anterior
terutama bagian distal dari pendulan urethra dan fossa manicularis.
b. Otis uretrotomi ini juga dilakukan pada wanita dengan striktura urethra
2.2.8 Prognosis
Striktur urethra sering kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan secara teratur ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila setelah
dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.
(Purnomo BB., Seto S, 2003

2.2.9 woc

MK: Perubahan pola berkemih


Luka Insisi
MK : Retensi Urin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM

3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Identitas Klien
a. Nama
b. Alamat
c. Umur
d. Jenis Kelamin
e. Berat Badan
f. Agama
g. Pekerjaan
2) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan Utama
Klien merasakan pancaran urine melemah, sering kencing, dan sedikit
urine yang keluar.
(2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien striktur uretra keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis
miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memanjang dan akirnya
menjadi retensio urine.
(3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya
ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang. Penyakit kronis yang
pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani kecelakaan yang pernah
dialami adanya riwayat penyakit DM dan hipertensi.
(4) Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit striktur urethra Anggota keluarga yang menderita DM,
asma, atau hipertensi.
(5) Riwayat Alergi
Kaji apakah klien dan keluarga memiliki riwayat alergi.
(6) Riwayat Penggunaan Obat
Kaji obat apa yang sudah dikonsumsi selama ini, obat apa yang sudah
diminum sebelum MRS.
2. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (breathing)
Kaji bentuk hidung, pergerakan cuping hidung pada waktu bernafas, kesimetrisan
gerakan dada pada saat bernafas, auskultasi bunyi nafas dan gangguan pernafasan
yang timbul. Apakah bersih atau ada ronchi, serta frekuensi nafas.
2) B2 (blood)
Adanya peningkatan TD (efek pembesaran ginjal) dan peningkatan suhu tubuh.
3) B3 (brain)
Kaji fungsi serebral, fungsi saraf cranial, fungsi sensori serta fungsi refleks.
4) B4 (bladder)
Penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih dengan lengkap, dorongan dan frekwensi berkemih meningkat.
5) B5 (bowel)
Kaji apakah ada nyeri tekan abdomen, apakah ada kram abdomen, apakah ada
mual dan muntah, anoreksia, dan penurunan berat badan.
6) B6 (bone)
Kaji derajat Range of Motion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai
anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu
bergerak, dan toleransi klien waktu bergerak. Kaji keadaan kulitnya, rambut dan
kuku, pemeriksaan kulit meliputi : tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi
perabaan.

3.2 Analisa Data


Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Pasien mengeluh Penyempitan lumen uretra Retensi Urine
dapat kencing tetapi ↓
kencingnya sedikit dan Kekuatan pancaran dan
pancarannya lemah. jumlah urine berkurang
DO: Terasa distensi pada ↓
kandung kemih saat
dipalpasi. Haluaran urine berkurang

Retensi urine
DS: Pasien mengeluh Obstruksi saluran kemih Nyeri Akut
nyeri pada daerah yang bermuara ke vesikula
pinggang,suprapubik dan urinaria
perineal saat berkemih. ↓
DO: Wajah pasien tampak Refluks urine
meringis saat berkemih ↓
P : Obstruksi pada Hidroureter
kandung kemih karena ↓
tumor Hidronefrosis
Q: seperti tertekan benda ↓
tumpul Iskemia
R: Suprapubik,perineal

dan apnggul
Nyeri akut
S: skala 6
T: nyeri hilang timbul
DS: klien mengatakan Obstruksi saluran kemih Resiko Infeksi
suhu badan meningkat. yang bermuara ke vesika
DO: muncul keringat urinaria
dingin, akral hangat, Suhu ↓
: 37,5°C. Peningkatan tekanan
vesika urinaria

Penebalan dinding vesika
urinaria

Penurunan kontraksi otot
vesika urinaria

Kesulitan berkemih

Retensi urine

Resiko Infeksi

DS: Klien mengeluh Obstruksi saluran kemih Gangguan Eliminasi Urine


sering kencing dengan yang bermuara ke vesika
jumlah urine sedikit. urinaria
DO: intake dan output ↓
tidak seimbang Peningkatan tekanan
vesika urinaria

Penebalan dinding vesika
urinaria

Penurunan kontraksi otot
vesika urinaria

Kesulitan berkemih

Retensi urine

Sitostomi

Gangguan eliminasi urine

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Retensi urine b.d. obstruksi pada jalan urin
2. Nyeri akut b.d. luka biologi (iskemia)
3. Resiko infeksi b.d. ketidak adekuatan pertahanan primer
4. Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik

3.4 Intervensi
Diagnosa : Retensi urine b.d. obstruksi pada jalan urine.
NOC NIC
Domain II : Physiologic Health Domain 1 : physiological
Class F : Elimination Class B : Elimination Management
Urinary Elimination (0503) Urinary Retention Care (05620)
a. Pola eliminasi (050301) 1. Melakukan pengkajian yang berfokuske
b. Bau urine (050302) inkontinensia urin (seperti output urin, pola
c. Jumlah urine (050303) pengosongan urine, fungsi kognitif, dan
d. Warna urine (050304) masalah urinary preeksisten)
e. Kejernihan urine (050306) 2. Monitor penggunaan antikolinergik atau alpha
f. Intake cairan (050307) agonist
g. Kesempurnaan pengosongan bladder 3. Monitor efek resep obat seperti calcium
(050313) channel blokers dan antikolinergik
h. Ada darah dalam urine (050329) 4. Gunakan sugesti seperti menyalakan air atau
i. Frekuensi berkemih (050331) menyiram toilet
j. Retensi urine (050332) 5. Menstimulasi reflek kandung kemih dengan
k. Nyeri saat berkemih (050309) menggunakan sesuatu yang dingin ke abdomen,
gerakan dibagian dalam paha, atau menyalakan
air
6. Gunakan crede maneuver jika dibutuhkan
7. Gunakan kateter urin jika dibutuhkan
8. Informasikan kepada klien/keluarga untuk
mencatat output urin
9. Monitor intake dan output
10.Berikan waktu yang cukup untuk pengosongan
kandung kemiih (10menit)

Diagnosa : Nyeri akut b.d luka biologi (iskemia).


NOC NIC
Domain IV : Health Knowledge & Behavior Domain 1 : physiological
Class Q : Health Behavior Class E : Physical Comfort Promotion
Pain Control (1605) Pain Management (1400)
a. identifikasi onset nyeri (160502) 1. Lakukan pengkajian nyeri seperti
b. Identifikasi factor penyebab (160501) lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi,
c. Gunakan tindakan preventif (160503) kualitas, factor pencetus nyeri.
d. Gunakan analgesic jika dibutuhkan 2. Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri
(160505) 3. Tentukan efek nyeri pada kualitas
e. Laporkan perubahan gejala nyeri kepada hidup klien seperti (hubungan, tidur,napsu
petugas kesehatan (160513) makan, aktifitas,mood)
3. Kontrol factor lingkungan yg dapat
mempengaruhi nyeri
(suhu,keramaian,pencahayaan)
4. Berikan farmakologis/nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri (kolaborasi jika
farmakologis)
5. Ajarkan teknik relaksasi, TENS, hypnosis,
terapi music, distraksi, terapi bermain,
terapi aktifitas, masase, aplikasi
dingin/hangat sebelum, setelah, dan
jikamemungkinkan saat nyeri berlangsung

Diagnosa : Resiko infeksi b.d. ketidak adekuatan pertahanan primer.


NOC NIC
Tujuan: Kontrol Infeksi (6540)
Setelah dilakukan tindakan keperwatan 1. Pertahankan teknik aseptif
infeksi pada klien dapat terkontrol. 2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil: 3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
1. Level 1 Domain II: Physiologic Health pelindung
Level 2 Kelas H: Immune Response 4. Gunakan kateter intermiten untuk
Level 3 Outcome: Infection Severity menurunkan infeksi kandung kemih
1) Klien bebas dari tanda dan gejala 5. Tingkatkan intake nutrisi
infeksi (tumor, dolor, rubor, kolor) 6. Dorong klien untuk memenuhi intake
2) Menunjukkan kemampuan untuk cairan
mencegah timbulnya infeksi 7. Berikan terapi antibiotik
3) Jumlah leukosit alam batas normal Proteksi Terhadap Infeksi (6550)
2. Level 1 Domain II: Physiologic Health 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Level 2 Kelas H: Immune Response sitemikdan lokal
Level 3 Outcome: Immune Status 2. Inspeksi kulit dan membran mukosa
1) Suhu tubuh terhadap kemerahan, panas, drainase
2) Fungsi respirasi 3. Monitoring adanya luka
3) Fungsi gastrointestinal 4. Batasi pengunjung bila perlu
4) Fungsi genitourinaria 5. Anjurkan klien untuk istirahat
5) Integritas kulit 6. Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda
6) Integritas mukosa dan gejala infeksi
7. Laporkan kecurigaan infeksi

Diagnosa : Gangguan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomik.


NOC NIC
 Eliminasi urine Urinary Retention Care
 Urinary continuence 1. Lakukan penilaian berkemih yang
Kriteria hasil : komprehensif berfokus pada inkontinensia
 Kandung kemih kosong secara penuh (misalnya, output urin, pola berkemih,
 Tidak ada residu urine ≥ 100-200 cc fungsi kognitif, dan masalah kencing
 Intake cairan dalam rentang normal praeksisten)
 Bebas dari ISK 2. Memantau penggunaan obat dengan sifat
 Tidak ada spasme bladder antikolinergik atau properti alpha agonis
 Balance cairan seimbang 3. Memonitor efek dari obat-obatan yang
diresepkan, seperti calcium channel
blockers dan antikolinergik
4. Gunakan kekuatan sugesti dengan
menjalankan air atau di toilet
5. Merangsang refleks kandung kemih
dengan menerapkan dingin pada perut
6. Sediakan waktu yang cukup untuk
pengosongan kandung kemih (10 menit)
7. Gunakan spirit wintergreen di pispot atau
urinal
8. Anjurkan klien / keluarga untuk
memantau output urine
9. Memantau asupan dan keluaran
10. Memantau tingkat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusi
DAFTAR PUSTAKA

Baroroh Dewi Baririet. 2011. Nursing Care Plan : Striktur Uretra. Malang : Medical Surgical
Department PSIK FIKES UMM.
Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta. EGC. 2000
Gibson, John. (2003).Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2,Jakarta:EGC
.Hapsari, Chairunnisa P. 2010. Hubungan antara Pembesaran prostat Jinak dengan Gambaran
Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi. Surakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hapsari Tri dkk.2009. Gambaran Pengetahuan Pasien Penderita Striktur Uretra Tentang
Pencegahan Kejadian Ulang Striktur Uretra di Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit Dr
Hasan Sadikin Bandung. Bandung : Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani
Nanda, NOC, NIC.2015-2017.Asuhan Keperawatan
Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pearce, Evelyn C. (2000). Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Baru. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Purnomo BB., Seto S. Striktur Urethra. Dalam: Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua. Pene
Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII, Volume 2,
Jakarta, EGC, 2002

Definisi
Apa itu striktur uretra?
Striktur uretra adalah kondisi dimana terdapat penyempitan pada saluran kencing (uretra) yang
disebabkan peradangan atau masalah lain. Uretra membawa urin Anda keluar dari tubuh. Pada
manusia, biasanya ini artinya uretra menyempit, aliran urin lemah. Striktur parah mungkin benar-
benar menghambat aliran urin.

Seberapa umumkah striktur uretra?


Striktur uretra bisa terjadi pada segala usia. Penyakit ini biasanya terjadi pada pria. Pada wanita,
penyakit ini jarang terjadi. Penyakit ini bisa diatasi dengan mengurangi faktor-faktor risiko.
Silakan diskusikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala striktur uretra?
Gejala penyakit ini bisa berupa ketidaknyamanan ringan saat buang air kecil, termasuk hal-hal
berikut:

 sulit memulai buang air kecil


 sakit saat buang air kecil (dysuria)
 infeksi saluran kandung kemih (UTI)
 retensi urin
 kandung kemih tidak benar-benar kosong
 aliran kencing lemah
 kencing dengan tetesan kecil
 urin deras atau terbagi dua
 darah dalam urin (hematuria)
 darah dalam air mani
 inkontinensia
 Nyeri panggul
 Kemampuan ejakulasi berkurang

Mungkin ada beberapa tanda atau gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki
kekhawatiran mengenai gejala tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Anda harus ke dokter segera jika Anda mengalami gejala striktur uretra. Khususnya ketika
penyakitnya menyebabkan pendarahan. Striktur uretra mungkin jadi gejala penyakit serius
lainnya.

Penyebab
Apa penyebab striktur uretra?
Berikut ini penyebab umum striktur uretra:

 trauma dari cedera atau kerusakan uretra atau kandung kemih (contohnya terjatuh dari sepeda di
selangkangan atau kecelakaan mobil)
 cedera panggul
 pernah menjalani prosedur yang berhubungan dengan uretra (kateter kemih, operasi, cystocopy)
 sebelumnya operasi prostat
 kanker di saluran kemih (jarang)
 infeksi saluran kemih (infeksi menular seksual atau PMS, uretritis, gonorea)
 infeksi atau peradangan prostat (prostatitis)
 malformasi uretra kongenital (jarang)

Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk striktur uretra?
Pria, dari beberapa kasus khusus yang berisiko tinggi terkena striktur uretra, yaitu:

 memiliki satu atau lebih penyakit seksual


 menggunakan kateter (tabung kecil fleksibel yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk
mengalirkan urin dari kandung kemih
 memiliki uretritis (radang dan iritasi pada uretra)
 memiliki prostat yang besar
Obat & Pengobatan
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada
dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk striktur uretra?


Untuk pengobatan striktur uretra, urolog sebaiknya memperpanjang uretra oleh anesthesia dan
kemudian memasukkan instrument koersif. Kadang-kadang luka jaringan terbentuk setelah
pengobatan membuat uretra stenosi berulang. Jika kambuh, luka jaringan bisa diangkat dengan
operasi dan uretra mungkin perlu dibuat ulang.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk striktur uretra?


Urolog akan mendiagnosa dengan x-ray atau dengan melihat langsung ke dalam uretra melalui
endoskop fleksibel setelah melakukan pelumasan atau pemberian minyak.

Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi striktur uretra?
Gaya hidup dan pengobatan rumahan berikut dapat membantu Anda mengatasi striktur uretra:

 pastikan menggunakan pelindung saat melakukan olahraga berbahaya


 jaga gaya hidup sehat dan lakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi perkembangan setiap
waktu dan pengobatan yang tepat

Porter, R. S., Kaplan, J. L., Homeier, B. P., & Albert, R. K. (2009). The Merck manual home health handbook.
Whitehouse Station, NJ, Merck Research Laboratories. Print. Page 1469

Striktur uretra

Striktur uretra adalah kondisi penyempitan uretra yang menghambat aliran urine.
Kondisi ini umumnya terjadi pada pria. Namun dalam kondisi yang jarang, striktur uretra
juga dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dan pada wanita.
Uretra adalah saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih, untuk kemudian
dikeluarkan dari tubuh. Kondisi uretra yang menyempit bisa menyebabkan berbagai
masalah medis pada saluran urine, termasuk peradangan atau infeksi.

Gejala Striktur Uretra


Beberapa gejala yang umumnya dirasakan para penderita striktur uretra adalah:

 Keinginan buang air kecil yang lebih sering dan mendadak.


 Ketidakmampuan untuk buang air kecil atau ketidakmampuan mengontrol proses buang
air kecil.
 Rasa nyeri dan panas saat buang air kecil.
 Lemahnya aliran urine atau berkurangnya jumlah urine.
 Keluarnya cairan selain urine dari uretra.
 Munculnya darah pada cairan sperma atau urine.
 Warna urine agak gelap.
 Penis terasa nyeri dan bengkak.
 Rasa nyeri pada rongga panggul atau perut bagian bawah.

Penyebab Striktur Uretra


Striktur uretra disebabkan oleh radang atau adanya bekas luka pada uretra. Radang
atau bekas luka tersebut dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti:
 Prosedur medis yang memasukkan alat ke uretra, seperti endoskopi uretra.
 Menderita kanker uretra atau kanker prostat.
 Penggunaan kateter dalam jangka panjang.
 Cedera atau retak pada tulang panggul.
 Cedera selangkangan, misalnya akibat benturan pada area dekat skrotum.
 Infeksi menular seksual, seperti gonore atau chlamydia.
 Benign prostatic hyperplasia (pembesaran prostat jinak).
 Infeksi saluran kemih yang sering kambuh atau tidak tertangani.
 Pernah menjalani operasi prostat, operasi hipospadia, implan penis, atau radioterapi.

Diagnosis Striktur Uretra


Langkah utama yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis striktur uretra adalah
dengan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa area sekitar penis pasien
untuk mencari tanda yang dapat menyertai striktur uretra, seperti pembesaran atau
pembengkakan prostat dan kelenjar getah bening di area selangkangan, serta area
penis yang teraba keras. Selain itu, dokter juga akan mengukur laju aliran urine saat
pasien buang air kecil.
Bila diperlukan, dokter akan menjalankan pemeriksaan penunjang, seperti:

 Tes urine. Dokter akan mengambil sampel urine pasien untuk memeriksa kandungan
bakteri dan kemungkinan adanya darah pada urine.
 Sistoskopi, yaitu prosedur memasukkan selang kecil yang dilengkapi kamera, untuk
memeriksa kondisi uretra dan kandung kemih.
 Uretrogram retrograde, yaitu pencitraan dengan menggunakan foto Rontgen untuk
melihat kondisi cedera pada uretra.
 Tes penyakit menular seksual, terutama untuk memeriksa kemungkinan
infeksi chlamydia dan gonore.

Pengobatan dan Pencegahan Striktur Uretra


Ada beberapa langkah pengobatan yang bisa dilakukan dokter untuk mengatasi striktur
uretra, yaitu:

 Dilasi (pelebaran) uretra, yaitu prosedur yang bertujuan melebarkan saluran uretra
dengan memasukkan kabel kecil ke dalam uretra hingga kandung kemih. Prosedur ini
mungkin perlu diulang beberapa kali, karena penyempitan cenderung terjadi lagi setelah
dilasi.
 Uretrotomi. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang kecil berkamera pada
uretra untuk melihat lokasi jaringan parut yang menyebabkan penyempitan. Setelah itu,
dokter akan memasukkan pisau bedah kecil untuk memotong jaringan tersebut agar
saluran uretra kembali melebar.
 Uretroplasti, yaitu pengangkatan jaringan yang menyempit, dan membentuk ulang
uretra. Prosedur ini dilakukan pada striktur uretra yang sudah parah dan sudah
berlangsung lama.
 Pemasangan kateter permanen. Tindakan ini dilakukan pada striktur uretra yang
sudah parah.
 Pembelokan aliran urine, dengan membuat lubang pada perut. Prosedur ini melibatkan
sebagian kecil usus untuk menghubungkan uretra ke lubang di perut, dan hanya
dilakukan bila kondisi kandung kemih juga sudah rusak serta perlu diangkat.

Selain berbagai prosedur di atas, dokter juga akan meresepkan antibiotik untuk
mencegah infeksi urine. Antibiotik akan diberikan untuk jangka panjang, sampai saluran
uretra sudah kembali melebar.
Segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami gejala striktur uretra.
Penanganan dini diperlukan untuk mencegah kondisi lain yang lebih berbahaya,
misalnya retensi urine (urine tidak bisa keluar dari tubuh). Bila terjadi dalam jangka
panjang, retensi urine dapat memicu gangguan permanen pada kandung kemih hingga
ginjal.
Salah satu penyebab striktur uretra adalah infeksi menular seksual. Oleh karena itu,
sangat disarankan untuk melakukan hubungan seksual yang aman sebagai langkah
pencegahan utama.
Terakhir diperbarui: 26 Juli 2018
Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy
Referensi
Alwaal, et al. (2014). Epidemiology of Urethral Strictures. Translational Andrology and
Urology, 3(2), pp. 209–213.
Tritschler, et al. (2013). Urethral Stricture: Etiology, Investigation and Treatments. Deutsches
Ärzteblatt International, 110(13), pp. 220–226.
Urology Care Foundation (2018). What is Urethral Stricture Disease?
NIH (2016). MedlinePlus. Urethral Stricture.
Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Urethral Stricture.
O’Connel, K. Healthline (2017). Urethral Stricture.
Tidy, C. Patient (2018). Urethral Stricture.

Anda mungkin juga menyukai